Anda di halaman 1dari 46

OLEH :

EKA LASMITA SARI NASMI, S.AP


Pengawas Ketenagakerjaan
Provinsi Sumbar
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Pasal 11)
2. Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan
3. Kep.Dirjen PPK No.Kep.84/Bw/1998 tentang Tata
Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis
Statistik Kecelakaan
4. UU No. 24 Th 2011 ttg BPJS
5. PP. No. 44 th 2015 tentang Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Jaminan Kematian
1. Kecelakaan di tempat kerja dan PAK masih relatif
tinggi
2. Dampak akibat kecelakaan dan PAK dapat berupa
kerugian yang bersifat moril dan atau materil
3. Kecelakaan terjadi oleh karena adanya beberapa
faktor penyebab
4. Harus diupayakan langkah-langkah preventif
(pencegahan)
5. Salah satu upaya pencegahan kecelakaan adalah dgn
analisis kecelakaan
6. Untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja
7. Upaya persyaratan K3 untuk mencegah terulang
kembalinya kecelakaan dan PAK yang sama
Kecelakaan Kerja
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda. (Permenaker No.
03/MEN/1998).

Kejadian berbahaya :
suatu kejadian yang potensial, yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan
bahaya pembuangan limbah.
 Kecelakaan kerja/Cidera akibat kerja
 PAK
 Peledakan
 Kebakaran
 Bahaya pembuangan limbah
 Kejadian bahaya lainnya

Kejadian berbahaya lainnya: suatu kejadian yang potensial,


yang dapat menyebabkan kecelakaan atau penyakit akibat
kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya akibat
pembuangan limbah
1. Kecelakaan Fatal yang berakibat pada
kematian
2. Kecelakaan berat yang berakibat pada PHK
karena tidak mampu lagi bekerja atau
kehilangan sebagian fungsi anggota
tubuhnya / cacat.
3. Kecelakaan sedang yang berakibat pada
kehilangan hari kerja atau sementara tidak
mampu bekerja.
4. Kecelakaan ringan, membutuhkan perawatan
medis / P3K.
Unsafe Action (Tindakan Tidak
Aman)
1.Operasi tanpa otorisasi
2.Posisi kerja tidak aman
3.Menggunakan alat yg rusak
4.Bercanda, dll

Kecelakaan

Unsafe Condition (Kondisi


Tidak Aman)
1.APD tidak layak
2.Paparan radiasi
3.Kurang pencahayaan
4.Peralatan rusak, dll
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan kerja yg terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja (Pasal 11
UU No 1 Tahun 1970)
2. Dilaporkan secara tertulis ke Disnaker dalam
waktu ≤ 2 x 24 jam sejak kejadian dengan
formulir bentuk 3 KK2 A ( Pasal 4 ayat (1)
Permenaker No 3 Th 1998)
3. Bisa secara lisan sebelum dilaporkan secara
terulis (Pasal 4 ayat (2) Permenaker No 3 Th
1998)
Serangkaian kegiatan untuk mengadakan
analisa dan penyelidikan guna mengetahui atau
membuktikan kebenaran atau kesalahan sebuah
fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan
atas kejadian (kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran dan penyakit akibat kerja) yang
merupakan bagian penting program pencegahan
kecelakaan.
Setiap kecelakaan harus dilaporkan dan dilakukan pemeriksaan
dan pengkajian agar dapat dilakukan analisis kecelakaan.

Analisis kecelakaan kerja bertujuan untuk:


1. MENGIDENTIFIKASI DAN MENDESKRIPSIKAN KEJADIAN
SEBENARNYA (APA, DI MANA, DAN KAPAN)
2. MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB LANGSUNG DAN AKAR/
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN (MENGAPA)
3. MEMBANTU MANAJEMEN UNTUK MENGIDENTIFIKASI
TINDAKAN PERBAIKAN YANG EFEKTIF DAN PRAKTIS
1. Memperbaiki sistem manajemen K3
perusahaan.
2. Mencegah kecelakaan kerja yang sama
terulang kembali.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang selamat
dan aman bagi pekerja
1. Safety committee members/P2K3
2. Immediate/Line supervisor
3. Department manager
4. Safety officer
5. Other safety & health professional
1. Melakukan tindakan segera
Saat terjadi insiden, langkah pertama yang bisa dilakukan
adalah mengambil tindakan segera. Langkah ini mungkin
termasuk mengambil area aman, melestarikan area kejadian,
dan pemberian pertolongan pertama pada korban
kecelakaan.
Melestarikan area kejadian disini adalah melakukan
dokumentasi tempat kejadian, misalnya merekam,
memotret, menulis, atau membuat sketsa peristiwa. Ini
berguna untuk mencegah penghapusan atau penghilangan
bukti material.
2. Menyusun rencana investigasi
Langkah ini berfungsi untuk memastikan
investigasi insiden berjalan sistematis dan
lengkap. Ini mungkin mencakup persiapan
melakukan investigasi, misalnya menentukan
sumber daya mana yang dibutuhkan, siapa
saja yang bisa terlibat, lama penyelidikan,
bagaimana langkah eksekusi di lapangan, dan
lain sebagainya.
3. Mengumpulkan data
Sumber data disini bisa berupa penampakan area kejadian,
dokumen, peralatan, saksi, atau korban. Pengumpulan data
biasanya dilakukan dengan mengamati, mempelajari bukti
materi, serta wawancara korban atau saksi.
Kumpulkan sebanyak mungkin data-data dari kecelakaan kerja
yang terjadi. Semakin banyak informasi yang dimiliki,
semakin mudah untuk melihat gambaran dari terjadinya
kecelakaan kerja tersebut.
• Wawancarai tenaga kerja/personel yang terlibat dalam
kecelakaan itu, termasuk semua saksi
• Dokumentasikan lokasi kejadian. Misalnya dengan
mengambil foto atau video.
4. Menganalisis data
Langkah ini akan mempelajari informasi atau
data apapun yang terkumpul dari investigasi
lapangan, wawancara, maupun dokumen
pendukung. Karena biasanya peristiwa terjadi
tidak hanya satu peristiwa, tetapi berupa
serangkaian peristiwa, langkah ini akan
membantu mengurutkan peristiwa secara
sistematis dan mengetahui akar penyebabnya
dengan jelas.
5. Membuat rekomendasi
Rekomendasi untuk tindakan perbaikan harus
mengatasi setiap akar penyebab yang diidentifikasi
dalam analisa.
Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya insiden
serupa atau berbeda terulang kembali.

6. Membuat laporan
Kecelakaan perlu dilaporkan segera setelah kejadian.
Untuk melaporkan kecelakaan/PAK karyawan,
gunakan formulir laporan kecelakaan/PAK yang
sesuai (Permenaker No. PER-03/MEN/1998). Pastikan
formulir diisi dengan semua informasi yang berlaku.
1. Who : Siapa yang mendapat kecelakaan
2. When : Kapan kecelakaan terjadi
3. Where : Dimana kecelakaan terjadi
4. What : Apa yang terjadi dan apa faktor faktor
pendukungnya
5. Why : Kenapa kecelakaan terjadi (kronologis)
6. How :
Hasilnya

Tindakan
Perbaikan
1. What (APA) ? Apa yang menyebabkan sampai korban
terjatuh dari tangga ?
Jawaban : Anak tangganya patah.

2. WHY ( MENGAPA ) ? Mengapa sampai anak tangga


patah ?
Jawaban : Korban tidak tahu bahwa anak tangga
sudah retak sebelumnya.

3. WHY ( MENGAPA ) ? Mengapa retak-nya anak


tangga tidak kelihatan ?
Jawaban : Karena retak ter-tutup oleh cat kayu
4. WHO ( SIAPA ) ? Siapa yang menge-cat anak tangga
dengan cat kayu ?
Jawaban : Bagian pemeliharaan yang
mengecatnya, menurut kebiasaan yang ada.

5. WHY ( MENGAPA ) ? Mengapa tidak diadakan


inspeksi sebelumnya, sehingga kondisi tangga dan
anak tangga dapat diketahui ?
Jawaban : Memang tidak ada kebiasaan untuk
inspeksi dan tidak ada ketentuan / peraturan yang
mengatur hal demikian.
6. WHY ( MENGAPA ) ? Mengapa korban tidak
memeriksanya sebelum dia menaikinya ? Jawaban :
Kelihatannya keadaan baik, dan ‘biasanya’ juga tidak
apa apa. Tidak pernah diadakan latihan memeriksa
tangga.

7. WHY ( MENGAPA ) ? Mengapa korban tidak dilatih


tentang keselamatan pemakaian tangga ?
Jawaban : di instansi tidak ada program latihan
keselamatan pemakaian peralatan, termasuk tangga.
Dari ilustrasi di atas kita dapat menyimpulkan :
1. Sebab langsung dari kecelakaan tsb adalah : Anak tangga
sudah retak sebelumnya.
2.Cat kayu menutup bagian yg retak dari anak tangga.
3.Korban tidak mengeceknya dahulu.
4.Tidak ada Prosedur Inspeksi Tangga. 3.
5. Tidak ada peraturan / standart yang menentukan tangga
kayu hanya boleh dipernis transparan, tidak boleh di cat
kayu.
6.Tidak ada Prosedur Training Keselamatan
7.Karyawan bekerja berdasar atas kebiasaan

Sebab dari suatu kecelakaan itu ternyata banyak. Latar belakang


dari sebab langsung justru merupakan faktor penyebab
kecelakaan yang sangat penting artinya dalam program
pencegahan kecelakaan.
1. Sebab dari suatu kecelakaan biasanya banyak
(sebab ganda dr kecelakaan / multiple factor).
2. Tindakan membahayakan dalam operasi, antara
lain : a. Tidak ada standart cat tangga transparan.
b. Tidak ada prosedur cek tangga. c. Tidak ada
prosedur Training Keselamatan.
3. Menetapkan standart cat tangga (transparan).
4. Menetapkan prosedur training. Pananggung
Jawab bagian wajib memprakarsai Proper Task
Analysis untuk bahan training ke karyawan.
5. Menetapkan prosedur inspeksi keselamatan.
Dari contoh kasus yang di bahas, kalau kita
hanya mengikuti pengertian sempit dari ‘sebab
kecelakaan’ yang hanya membatasi dari pada
keadaan & tindakan berbahaya sebagai penyebab
langsung dari kecelakaan saja ........

Maka Tindakan Perbaikan ‘hanya terbatas’ pada :


1.Ganti tangga yang rusak dengan tangga baru.
2.Instruksikan korban untuk memeriksa tangga sebelum
menaikinya.
Jika demikian, maka 2 tindakan perbaikan di atas
TIDAK AKAN MENGURANGI penyakitnya . . .

1.Sebab tangga pengganti-nya di kemudian hari


dapat retak lagi, yang retaknya akan tertutup cat
kayu dan
2.Orang lain dapat terjatuh lagi, karena yang
menerima instruksi untuk memeriksa tangga
sebelum menaiki ‘hanya korban sendiri’, yang
lain tetap tidak tahu karena tidak ada training
keselamatan.
Sehingga akar penyebab dari kecelakaan
terjatuh dari tangga, bisa kita temukan .........

1.Tidak adanya standart pengecatan tangga.


2.Tidak adanya prosedur inspeksi/
pengecekan tangga.
3.Tidak ada prosedurnya Training
Keselamatan.
1. Pengelompokan KK/PAK
 Pengelompokan tingkat keparahan KK/PAK (ringan,
berat, meninggal)
 Pengelompokan area kerja

2. Statistik KK/PAK
 Memberikan gambaran menyeluruh angka KK/PAK
dari waktu ke waktu
 menggunakan ukuran statistik K/PAK yang secara
umum terdiri atas Frequensi Rate (FR) dan Severity
Rate (SR).
Berat :
KK/PAK yang mengakibatkan cacat tetap
(fisik/mental)
kehilangan atau tidak berfungsinya salah satu
atau beberapa organ tubuh atau
Terjadinya gangguan kejiwaan.

Ringan:
 KK/PAK yang memerlukan perawatan medis karena tidak
dapat melakukan pekerjaan akibat KK selama tidak lebih
dari 1 (satu) hari
 Tingkat kekerapan (Frequency Rate)

Jumlah kasus KK/PAK x 1.000.000


Jumlah jam kerja orang

 Tingkat keparahan (Severity Rate)


Jumlah hari hilang x 1.000.000
Jumlah jam kerja orang
 FR & SR dapat menjadi tolok ukur kinerja K3 dengan
melihat kecenderungan kedua angka tersebut.
 FR bertujuan untuk mengetahui jumlah kasus KK/PAK per
1.000.000 jam kerja orang produktif.
 SR bertujuan untuk mengetahui tingkat keparahan/ kerugian
akibat KK/PAK bagi perusahaan yang dikonversikan dalam
jumlah hari yang hilang per 1.000.000 jam kerja orang
produktif.
 Angka 1.000.000 :
berarti jam kerja orang standar dengan perhitungan sesuai
ILO : 50 minggu dikalikan 40 jam untuk setiap 500 orang
TK .

Jumlah jam kerja orang: didapat dari (jumlah TK X hari


kerja X 8 jam) – (hari kerja hilang X 8 jam).
• Jumlah hari kerja yang hilang adalah
penjumlahan dari cuti, sakit, mangkir dan kecelakaan.

Perhitungan karena kecelakaan :


• Sesuai konversi hari kerja hilang karena Cacat
Anatomis atau Cacat Fungsi dan Kematian Akibat
Kecelakaan Kerja, atau
• Untuk setiap luka ringan dengan tidak ada amputasi
tulang
• Kerugian hari kerja adalah sebesar jumlah hari
sesungguhnya selama korban tidak mampu bekerja.
Sesuai Lampiran II Kep.Dir. No. Kep.84/BW/1998
Konversi Hari Kerja Hilang karena Cacat Anatomis atau
Cacat Fungsi dan Kematian Akibat Kecelakaan Kerja
Lampiran II Kep.Dir. No. Kep.84/BW/1998
A. Untuk Kerugian Dari Anggota Badan Karena Cacat Tetap
atau Menurut Ilmu Bedah
1. Tangan dan Jari-jari
Amputasi seluruh Jari-jari (hari)
atau sebagian dari
tulang Ibu Jari Telunjuk Tengah Manis Kelingking
Ruas ujung 300 100 75 60 50
Ruas tengah - 200 150 120 100
Ruas pangkal 600 400 300 240 200
Telapak (antara
jari-jari dan 900 600 500 450 -
pergelangan)
Tangan sampai pergelangan 3000
36
2. Kaki dan Jari-jari
Ibu Jari Jari-jari lainnya
Amputasi seluruh atau sebagian dari tulang
(hari) (hari)
Ruas ujung 150 35
Ruas tengah - 75
Ruas pangkal 300 150

Telapak (antara jari-jari dan pergelangan) 600 350

Kaki sampai pergelangan 3000

3. Lengan
Tiap bagian dari pergelangan sampai siku 3600 hari
Tiap bagian dari atas siku sampai sambungan bahu 4500 hari

4. Tungkai
Tiap bagian di atas mata kaki sampai lutut 3000 hari
Tiap bagian di atas lutut sampai pangkal paha 4500 hari
37
Kasus Kecelakaan Pengawas/
AK3
Inspektor

Investigasi/
Pemeriksaan

• Menentukan Penyebab Utama


Hasil
• Akibat yang ditimbulkan
• Upaya Penanggulangan/
Pencegahan
Laporan
Rekomendasi

Tindakan/upaya pencegahan • Frequency Rate


Statistik
berkelanjutan (FR)
• Severity Rate (SR)
Evaluasi
Berkelanjutan
42
Tingkat Perusahaan:
a. Terjadi kec/PAK.
b. Lapor ke Dinas.
c. P2K3 melakukan investigasi dan analisa kec dan
membuat laporan kec dgn formulir yg ditetapkan.
d. Lap kec dihimpun dlm satu tahun kemudian dibuatkan
statistik.
e. Data yg tersaji dlm statistik dilakukan analisa utk lihat
kecenderungan kec yg terjadi.
f. Langkah pencegahan yg dibutuhkan.
g. FR dan SR tingkat perusahaan.
h. Informasi kinerja pelaksanaan K3 ditingkat perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai