Anda di halaman 1dari 11

 STUDI KASUS ADMINISTRASI NEGARA

MATA KULIAH SISTEM ADMINISTRASI NEGARA


Kelompok 3 :
Aulia Agustina Izdihar (223010702003)
Dinia Sintia Ningrum (223020702087)
Grace Natalie (223030702203)
Jessica Claudia Angeline (223030702179)
Kamaliah Mesin (223030702198)
Nurhayati (223020702138)
Lovyana Putri Prasetyo (223010702033)
Tiara Risma (223010702024)
Verina Anastasia (223020702142)
KUALITAS PENANGANAN PENGADUAN TINDAK KEKERASAN
PADA ANAK DAN PEREMPUAN DI UNIT PERLINDUNGAN PEREMPUAN
DAN ANAK POLDA KALTENG
Pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak di Tanah Air meningkat 100 persen dari
tahun-tahun sebelumnya. Catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menyebutkan, angka korban pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi setiap
tahun.Dari 2013 ke 2014 itu naiknya 100 persen, baik itu mereka yang jadi korban atau
pun pelaku. Modus pelecehan seksual semakin beragam dan aneh. Hal-hal yang tak
terduga dapat terjadi. Selain kemajuan teknologi dan kurangnya pengetahuan
orangtua dalam mengasuh dan mendidik anaknya, lingkungan pergaulan juga
menjadi penyebabnya. Kasus yang mendominasi di Kalimantan Tengah
kebanyakan adalah kasus persetubuhan anak di bawah umur yang melibatkan anak
sebagai korban maupun anak sebagai korban sekaligus pelaku
kekerasantersebut. kemudian kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi
dengan korban perempuan yang rata-rata diakibatkan karena faktor ekonomi
ataupun adanya pihak ketiga dalam berumah tangga. Selanjutnya kasus penganiayaan
yang terjadi dengan korban dan pelaku anak dikarenakan faktor hubungan asmara.
Kualitas penanganan pengaduan tindak kekerasan pada anak dan
perempuan di Unit PPA Polda Kalteng

Berwujud
Tangible Kehandalan Empati
(Reability) (Emphaty)

Jaminan
Ketanggapan (Assurance)
(Responsiviness)
Sarana dan Prasarana yang ada di Unit PPA Polda Kalteng juga belum
memadai. Belum adanya Ruang Pelayanan Khusus (RPK) untuk penanganan korban baik
anak maupun perempuan. Unit PPA Polda Kalteng masih menunggu giliran dalam hal
pembangunan Ruang Pelayanan Khusus (RPK) tersebut dari Mabes Polri dimana Mabes Polri
juga melakukan evaluasi tehadap tingkat kerawanan tindak kekerasan pada perempuan dan
anak di masing-masing wilayah. Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai
berikut :

1. Penyidik bisa cepat tanggap saat ada kasus yang melibatkan perempuan dan anak agar
tidak terjadi komplain. Petugas bisa langsung mengambil keputusan seusai dengan standar
operasional prosedur yang berlaku tanpa menunggu untuk keputusan dari pimpinan. Petugas
atau penyidik dapat mengambil keputusan dengan petugas yanglebih berpengalaman atau
yang lebih mengertidengan kasus yang ditangani. Sehingga dapatmemberikan masukan
kepada pimpinan bahwakasus anak dan perempuan menjadi perhatian publik.

2. Petugas atau penyidik dapat melakukan koordinasi dengan Dinsos untuk melakukan
pemulihan psikologi terhadap korban setelah mengalami trauma akan tindak pidana yang
dialaminya dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh penyidik agar tidak menjadi beban pikiran
3. Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA)Polda Kalteng
melakukan pengajuan anggaranbelanja untuk pembangunan tiap tahunnya
keBadan Biro Perencanaan dalam hal pembuatanruang pelayanan khusus (RPK)
agar meneruskanke Mabes Polri untuk menunjang pelayanganpengaduan di Unit
PPA Polda Kalteng.

Data survey nasional pengalaman hidup anak dan remaja (SNPHAR)


menunjukkan, bahwa 1 dari 2 anak laki-laki berusia 13-17 tahun pernah
mengalami kekerasan emosional, 1 dari 3 anak pernah mengalami kekerasan
fisik, dan 1 dari 17 anak mengalami kekerasan seksual.
Sedangkan untuk anak perempuan yang berusia 13-17 tahun, hasil survey
menunjukkan 3 dari 5 anak pernah mengalami kekerasan emosional, 1 dari 5
anak pernah mengalami kekerasan fisik, dan 1 dari 11 anak perempuan
mengalami kekerasan seksual.
Sementara itu, dalam catatan tahunan kekerasan terhadap perempuan
(CATAHU) tahun 2020, sepanjang tahun tersebut ditemukan 299.911 kasus
kekerasan terhadap perempuan. Data tersebut dihimpun dari Pengadilan Negeri
dan Agama, lembaga layanan mitra komnas perempuan, dan unit pelayanan dan
rujukan (UPR).

Kalteng sendiri pada tahun 2020 hingga Maret 2021 jumlah kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak sebanyak 55 kasus. Hal ini menunjukkan
bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak masih tinggi. Dari hasil
survey juga didapatkan fakta, bahwa 76-88 persen anak-anak dan remaja belum
mengetahui adanya layanan untuk mengantisipasi terhadap kekerasan.
TUJUAN
Penelitian kasus ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kualitas pengaduan tindak kekerasan terhadap anak
dan perempuan di Unit PPA Polda Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian dari sumber yang kami analisis,
Kualitas Penanganan Pengaduan Kekerasan Terhadap Anak dan
Perempuan Unit PPA Polda Kalimantan Tengah masih belum
optimal, karena dari lima indikator kualitas pelayanan tersebut
ada dua indikator yang belum berjalan dengan baik yaitu
Tangibles, dan Responsif sedangkan tiga indikator yang sudah
berjalan dengan baik adalah indikator reliabilitas, Assurance,
dan Empathy.
Saran
Sarana dan Prasarana yang ada di Unit PPA PoldaKalteng juga belum memadai. Belum
adanya RuangPelayanan Khusus (RPK) untuk penanganan korban baik anak maupun perempuan.
Unit PPA Polda Kalteng masih menunggu giliran dalam hal pembangunan Ruang Pelayanan Khusus
(RPK) tersebut dari Mabes Polri dimana Mabes Polri juga melakukan evaluasi tehadap tingkat
kerawanan tindak kekerasan pada perempuan dan anak di masing masing wilayah. Penyidik bisa
cepat tanggap saat ada kasus yang melibatkan perempuan dan anak agar tidak terjadi komplain.
Petugas bisa langsung mengambil keputusan seusai dengan mengambil keputusan dengan petugas
yang lebih berpengalaman atau yang lebih mengerti dengan kasus yang ditangani. Sehingga dapat
memberikan masukan kepada pimpinan bahwa standar operasional prosedur yang berlaku tanpa
menunggu untuk keputusan dari pimpinan. Petugas atau penyidik dapat kasus anak dan perempuan
menjadi perhatian publik.Petugas atau penyidik dapat melakukan koordinasi dengan Dinsos untuk
melakukan pemulihan psikologi terhadap korban setelah mengalami trauma akan tindak pidana yang
dialaminya dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh penyidik agar tidak menjadi beban pikiran
korban terus menerus.Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA)Polda Kalteng melakukan
pengajuan anggaran belanja untuk pembangunan tiap tahunnya ke Badan Biro Perencanaan dalam
hal pembuatan ruang pelayanan khusus (RPK) agar meneruskan ke Mabes Polri untuk menunjang
pelayangan pengaduan di Unit PPA Polda Kalteng.
Reference
Abdul Wahab, Solichin. 2010. Analisis Kebijaksanaandari Formulasi ke Implementasi KebijaksanaanNegara,
Jakarta: BumiAksara.Buku Perlindungan terhadap perempuan dan anak yangmenjadi korbankekerasan
denganmengoptimalkan sistem peradilan pidanaterpadu (SPPT) yang Responsif Gender Edisike 3.Harahap,
Tuti Khairani 2009. Faktor-Faktor yangMempengaruhi Implementasi KebijakanUndangUndang Nomor 23
Tahun 2002 Pasal 13Ayat 1 (D) tentang Perlindungan Anak. JurnalSorot, 4 (1)Hardiasnyah.2011. Kualitas
Pelayanan Publik.Yogyakarta:Gava Media.Ghony & Fauzan Almanshur. 2016. Metode PenelitianKualitatif.
Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 2011. DataInformasi dan pengaduan 2016.
Tersedia pada: http://www.kpai.go.id/LAN, 2003. Dimensi Pelayanan Publik dan TantangannyaDalam
Administrasi Negara (Publik) di Indonesia.Jakarta: Bagian Humas dan Publikasi.Moleong, Lexy J. Metode
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung : PT remaja RosidakaryaPasolong, Harbani. 2013. Teori
Administrasi Publik.Bandung : Alvabeta.Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2008 tentangpembentukan ruang
pelayanan khusus dan tatacara pemeriksaan saksi dan korban.Sianipar. 2008. Manajemen Pelayanan
Masyarakat. LAN.Jakarta.Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat KepuasanPelanggan: Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar.Jakarta: Rineka Cipta.Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung :
AlfabetaTjiptono, Fandy. 2001. Kualitas Jasa, J & J Learning.Yogyakarta:Andi Offset.Tjiptono, Fandy. 2015.
Strategi Pemasaran, Edisi 4.Yogyakarta : Penerbit Andi.Trilestari, Endang Wirjatmi. 2004. Model
KinerjaPelayanan Publik dengan Pendekatan SystemsThinkinks and System Dinamics. Disertasi.Depok: FISIP
UI.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 TentangPerlindungan Anak
“Tetaplah hidup walau
belum punya uang.”

—Cece dan Pipi


Sekian lama tanpa kekasih
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai