Anda di halaman 1dari 19

Akuntansi Pajak

Penghasilan
PPh Pasal 23-26
Muhammad Irvan Maulana, S.E., BKP., CTA.
a) Dasar Hukum
 Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 7 tahun 1983 Sebagaimana telah diubah beberapakali
dengan Perpu No. 2 Tahun 2022
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 tentang Peraturan Kementerian Keuangan
(PMK) tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Angka 2
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Beberapa Kali
Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
b) Pengertian Akuntansi Pajak PPh Pasal 23

Pasal 23 UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana telah


beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang “Perpu No 2 Tahun 2022”,
(1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya
oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib
Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib
membayarkan:
PPh Pasal 23 merupakan salah satu bentuk pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan atas
penghasilan (dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 serta sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21) dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Jadi, Akuntansi PPh Pasal 23 adalah bagaimana proses pencatatan transaksi kaitannya dengan PPh
Pasal 23.
c. Objek dan Tarif PPh Pasal 23

Pasal 23 Ayat (1) UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan


Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang “Perpu No 2 Tahun 2022”,
d. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas
1. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; iii)
2. bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f; iii)
3. royalti; dan
4. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf e;
b. dihapus
c. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) ; dan
2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.iv)
(1a) Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen)
daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
d. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 23

Pasal 23 Ayat (4) UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan


Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang “Perpu No 2 Tahun 2022”,
Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan atas:
e. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
f. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi;
g. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (2c);
d. dihapus;
e. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;
f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggotanya;
g. dihapus; dan
h. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. iv)
d. Ilustrasi Akuntansi PPh pasal 23

1) Penerima Penghasilan
Ketika perusahaan menerima penghasilan yang berasal dari deviden, bunga,
royalty dan sebagaimana yang telah diatur dalam peratuan menteri
keuangan, maka perusahaan akan dipotong PPh Pasal 23 oleh perusahaan
yang memberikan penghasilan tersebut. Oleh karena itu ketika perusahaan
menerima penghasilan ini maka perusahaan akan mencatat Seperti pada
Form :
2) Pemungut (Pemberi penghasilan)
agi perusahaan yang memungut PPh Pasal 23 atas penghasilan yang berasal
dari deviden, bunga, royalty dan sebagaimana yang telah diatur dalam
peratuan menteri keuangan dari perusahaan yang menerimanya. Selain itu
perusahaan ini mempunyai kewajiban untuk membayar dan melaporkan
PPh Pasal 23 yang telah dipotong tersebut. Maka perusahaan akan mencatat
Seperti pada Form :
1) Penerima Pengahasilan
No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Menerima Pengahasilan


Kas/Bank/Piutang xxxxx
pendaparan Deviden/Sewa/Bunga xxxxx

2 Mencatat PPh Pasal 23 yang dipungut


PPh Pasal 23 (Dibayar dimuka) xxxxx
Kas/Bank/Piutang xxxxx

2) Pemungut (Pemberi Penghasilan)


No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Mencatat Pengeluaran


Beban Sewa/Bunga/Dividen xxxxx
Kas/Bank/Hutang Usaha xxxxx

2 Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23


Kas/Bank/Hutang Usaha xxxxx
Hutang PPh Pasal 23 xxxxx

3 Saat Membayar PPh Pasal 23


Hutang PPh Pasal 23 xxxxxx
Kas/Bank xxxxx
d. Studi Kasus Akuntansi PPh pasal 23

1) Kasus 1
Pada tanggal 3 Februari 2023 PT. ABC membayar Jasa Service kepada CV.
Service sebesar RP. 3,000,000,- , dan tidak memiliki NPWP

No Keterangan
1 PPh Pasal 23 = (2% x 200%) x Rp. 3.000.000,- 120.000
1) Penerima Pengahasilan (CV. Service)
No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Menerima Pengahasilan


03/02/2023 Kas/Bank 3.000.000
pendapatan Service 3.000.000

2 Mencatat PPh Pasal 23 yang dipungut


03/02/2023 PPh Pasal 23 (Dibayar dimuka) 120.000
Kas/Bank .120.000

2) Pemungut (PT. ABC)


No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Mencatat Pengeluaran


03/02/2023 Beban Service 3.000.000
Kas/Bank 3.000.000

2 Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23


03/02/2023 Kas/Bank 120.000
Hutang PPh Pasal 23 120.000

3 Saat Membayar PPh Pasal 23


10/03/2023 Hutang PPh Pasal 23 120.000
Kas/Bank 120.000
2) Kasus 2
Pada Tanggal 20 Februari 2023 PT. ABC NPWP : 12.345.678.9-122.000
menerima penghasilan Deviden dari PT. BCA sebesar Rp 200.000.000,-.
Tanggal 10 Maret 2023 PT. BCA menyetor Pajak yang telah dipotong atas
penghasilan tersebut. Berapakah besar PPh Pasal 23 yang telah dipotong dan
bagaimanakah pencatatan atas transaksi tersebut ?

No Keterangan
1 PPh Pasal 23 = 15% x Rp. 200.000.000,- 30.000.000
1) Penerima Pengahasilan (PT. ABC)
No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Menerima Pengahasilan


20/02/2023 Kas/Bank/Piutang Dividen 200.000.000
pendapatan Dividen 200.000.000

2 Mencatat PPh Pasal 23 yang dipungut


20/02/2023 PPh Pasal 23 (Dibayar dimuka) 30.000.000
Kas/Bank/Piutang Dividen 30.000.000

2) Pemungut (PT. BCA)


No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Mencatat Pengeluaran


20/02/2023 Dividen 200.000.000
Kas/Bank/Hutang Dividen 200.000.000

2 Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23


20/02/2023 Kas/Bank/Hutang Dividen 30.000.000
Hutang PPh Pasal 23 30.000.000

3 Saat Membayar PPh Pasal 23


10/03/2023 Hutang PPh Pasal 23 30.000.000
Kas/Bank 30.000.000
3) Kasus 3
Pada Tanggal 25 Februari 2023 PT. ABC NPWP : 12.345.678.9-122.000 Menerima
Tagihan atas sewa 5 kendaraan untuk 5 Hari Perjalanan dari PT. Aset Kita NPWP :
01.012.013.0-123.000 sebesar Rp 10.000.000,-. Tanggal 28 Februari PT. ABC
Membayar Sewa tersebut dan Tanggal 10 Maret 2023 PT. ABC menyetor Pajak yang
telah dipotong atas penghasilan tersebut. Berapakah besar PPh Pasal 23 yang telah
dipotong dan bagaimanakah pencatatan atas transaksi tersebut ?

No Keterangan
1 PPh Pasal 23 = 2% x Rp. 10.000.000,- 200.000
1) Penerima Pengahasilan (PT. Aset Kita)
No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Menerima Pengahasilan


25/02/2023 Kas/Bank/Piutang Usaha 10.000.000
pendapatan Sewa 10.000.000

2 Mencatat PPh Pasal 23 yang dipungut


28/02/2023 PPh Pasal 23 (Dibayar dimuka) 200.000
Kas/Bank/Piutang Usaha 200.000

2) Pemungut (PT. ABC)


No Tgl Akun / Keterangan Reff Debet Kredit

1 Saat Mencatat Pengeluaran


25/02/2023 Beban Sewa Kendaraan 10.000.000
Kas/Bank/Hutang Usaha 10.000.000

2 Mencatat Pemungutan PPh Pasal 23


28/02/2023 Kas/Bank/Hutang Usaha 200.000
Hutang PPh Pasal 23 200.000

3 Saat Membayar PPh Pasal 23


10/03/2023 Hutang PPh Pasal 23 200.000
Kas/Bank 200.000
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai