Anda di halaman 1dari 2

PPh 23 : Pengecualian + Saat Terutang, Setor dan

Lapor
Pengecualian dari Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23
Pengecualian atau Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 tidak dilakukan diatur langsung
dalam Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang PPh terhadap:
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa dengan hak opsi;
3. Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang diterima
oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) Undang-Undang
PPh;
4. Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang PPh;
5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur ddengan Peraturan
Menteri Keuangan.
Pengutangan
Dirjen Pajak (DJP) menjelaskan saat terutang Pajak Penghasilan Pasal 23 atas jasa sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 94/2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena
Pajak dan Pelunasan PPh dalam Tahun Berjalan.
DJP menyebut saat terutang PPh Pasal 23 atas jasa ialah saat pembayaran atau saat yang
ditetapkan dalam kontrak, tergantung mana yang lebih dahulu terjadi. Bila pembayaran terjadi
lebih dahulu maka saat terutang PPh Pasal 23 ialah saat pembayaran.
Penyetoran dan Pelaporan
1. PPh Pasal 23/26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu.

Saat terutangnya penghasilan antara lain :


 Pada saat jatuh tempo, seperti : bunga dan sewa;
 Saat tersedia untuk dibayarkan, seperti : gaji dan dividen;
 Saat yang ditentukan dalam kontrak/perjanjian atau faktur, seperti : royalti, imbalan
jasa teknik/jasa manajemen/jasa lainnya;
 Saat tertentu lainnya.

2. PPh Pasal 23/26 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.

3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir dengan menggunakan formulir SPT Masa PPh Pasal 23/26.

4. Pemotong PPh pasal 23/26 harus memberikan bukti pemotongan kepada orang pribadi
atau badan yang dibebani Pajak penghasilan yang dipotong.

Anda mungkin juga menyukai