TERAPEUTIK PADA
LANSIA
PENDEKATAN KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN GERONTIK
Pendekatan keperawatan gerontik dalam komunikasi memerlukan pemahaman yang
mendalam tentang kebutuhan, karakteristik, dan preferensi klien lanjut usia.
• Peka terhadap Perubahan Fisik dan Kognitif:
• Pahami bahwa proses penuaan dapat mempengaruhi kemampuan pendengaran, penglihatan, dan
kognisi. Oleh karena itu, berbicaralah dengan jelas, lambat, dan perjelas informasi yang disampaikan.
• Dukung Kemandirian:
• Fasilitasi kemandirian sebanyak mungkin. Berikan pilihan dan dukungan untuk membantu klien
dalam membuat keputusan terkait perawatan mereka.
• Berkolaborasi dengan Tim Perawatan:
• Komunikasi yang baik antara anggota tim perawatan, termasuk perawat, dokter, ahli gizi, dan
terapis, sangat penting untuk menyediakan perawatan yang terkoordinasi dan holistik.
• Sabar:
• Lansia mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk memproses informasi atau merespons
pertanyaan. Kesabaran adalah kunci dalam memastikan komunikasi yang efektif.
• Mendengarkan Aktif:
• Aktif mendengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa mengganggu. Ini menciptakan ruang
untuk lansia merasa didengar dan dihargai.
• Menghormati Privasi:
• Memastikan pengaturan yang menghormati privasi lansia. Bicarakan secara rahasia dan hindari
membicarakan masalah pribadi di tempat umum.
• Memahami Kebutuhan dan Nilai Individu:
• Memahami nilai-nilai dan kebutuhan individu lansia. Setiap lansia memiliki pengalaman hidup yang
berbeda, dan mengakui hal ini dapat meningkatkan kualitas perawatan.
Berbagai hambatan komunikasi dapat muncul ketika berinteraksi dengan lansia, terutama
karena perubahan fisik, kognitif, dan emosional yang sering terjadi seiring bertambahnya
usia.
• Penurunan Pendengaran:
• Kehilangan pendengaran merupakan masalah umum pada lansia. Hal ini dapat membuat sulit bagi mereka
untuk mendengar percakapan dengan jelas, terutama dalam lingkungan yang bising.
• Penurunan Penglihatan:
• Gangguan penglihatan seperti katarak atau degenerasi makula dapat menghambat kemampuan lansia untuk
membaca atau melihat dengan jelas, mempengaruhi pemahaman informasi tertulis atau visual.
• Gangguan Komunikasi:
• Beberapa lansia dapat mengalami gangguan komunikasi seperti afasia, yang dapat mempengaruhi
kemampuan mereka untuk memahami dan menggunakan bahasa.
• Isolasi Sosial:
• Isolasi sosial atau kurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk berlatih
keterampilan komunikasi secara teratur, yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan komunikasi.
• Ketidakpahaman Teknologi:
• Beberapa lansia mungkin tidak terbiasa atau tidak nyaman menggunakan teknologi modern,
yang dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi melalui media elektronik.
• Lambatnya Respon: Lansia mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk memproses
informasi dan merespons. Oleh karena itu, penting untuk memberi mereka waktu yang
cukup dalam berkomunikasi.
• Gangguan Berbicara: Lansia mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-
kata dengan jelas atau mengalami gangguan berbicara seperti disartria.
• Gangguan Mobilitas: Kesulitan dalam bergerak atau mobilitas yang terbatas dapat
memengaruhi kemampuan lansia untuk berpartisipasi dalam percakapan.
• Isolasi Sosial: Beberapa lansia mungkin mengalami isolasi sosial atau kesepian, yang dapat
mempengaruhi motivasi mereka untuk berkomunikasi.
• Perubahan Emosional: Perubahan emosional yang terkait dengan penuaan, seperti depresi atau
kecemasan, dapat memengaruhi komunikasi dan keterlibatan sosial.
• Gangguan Pemahaman Bahasa: Penurunan kemampuan pemahaman bahasa atau masalah
dengan interpretasi makna kata-kata dapat menjadi kendala dalam komunikasi.
• Gangguan Memori Jangka Pendek: Kesulitan dalam mempertahankan informasi dalam
memori jangka pendek dapat mempersulit lansia dalam mengikuti percakapan yang panjang
atau kompleks.
KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KELUARGA
DAN KELUARGA LANSIA
Teknik komunikasi dalam keperawatan keluarga melibatkan interaksi antara perawat dan
keluarga pasien untuk memastikan pemahaman, dukungan, dan kolaborasi yang efektif
dalam perawatan.
• Empati: Tunjukkan empati terhadap anggota keluarga. Usahakan untuk memahami
perasaan dan perspektif mereka terkait dengan situasi kesehatan anggota keluarga. Ini
membantu membangun kepercayaan dan koneksi emosional.
• Pemahaman Konteks Keluarga: Perawat harus memahami dinamika keluarga, nilai-nilai,
dan kebutuhan unik dari setiap keluarga. Hal ini membantu dalam menyusun rencana
perawatan yang sesuai dengan konteks keluarga.
• Komunikasi Terbuka: Fasilitasi komunikasi terbuka dan jujur. Dorong anggota keluarga
untuk berbicara tentang kekhawatiran, pertanyaan, dan harapan mereka. Kejelasan dan
transparansi dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama.
• Aktif Mendengarkan: Perhatikan dengan seksama apa yang dikatakan oleh anggota
keluarga. Berikan waktu bagi mereka untuk berbicara tanpa interupsi, dan pahami pesan
yang disampaikan dengan benar.
• Pendidikan Keluarga: Sampaikan informasi kesehatan secara jelas dan mudah
dimengerti. Libatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan ajarkan mereka
keterampilan yang diperlukan untuk merawat anggota keluarga dengan baik.
• Kolaborasi: Bangun kolaborasi yang positif dengan keluarga. Ajak mereka berpartisipasi
dalam perencanaan perawatan dan berikan dukungan saat diperlukan.
• Bertanya dan Memberikan Umpan Balik: Tanyakan kepada anggota keluarga bagaimana mereka merasa
tentang perawatan yang diberikan dan apakah ada kekhawatiran atau kebutuhan yang belum terpenuhi.
Berikan umpan balik positif dan konstruktif.
• Kelola Konflik dengan Bijak: Jika ada ketegangan atau konflik dalam keluarga terkait dengan perawatan,
tangani dengan bijak. Dukung keluarga untuk mengekspresikan perasaan mereka dan bantu mencari solusi
yang memuaskan semua pihak.
• Beri Dukungan Emosional: Kenali kebutuhan emosional keluarga dan berikan dukungan yang sesuai. Ini
termasuk mengakui stres dan kekhawatiran mereka serta memberikan bimbingan dan dorongan positif.
• Gunakan Teknologi Komunikasi: Manfaatkan teknologi seperti pesan teks, email, atau video call untuk
berkomunikasi dengan keluarga, terutama jika mereka tidak dapat hadir di tempat.
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA
LANSIA DENGAN MASALAH KOMUNIKASI
• Perumusan diagnosa keperawatan pada lansia dengan masalah komunikasi melibatkan
langkah-langkah khusus untuk menilai dan mengidentifikasi masalah komunikasi yang
mungkin terjadi pada lansia.
• Diagnosa keperawatan adalah langkah awal dalam proses asuhan keperawatan, dan perlu
dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan penanganan yang efektif.
KUMPULKAN INFORMASI
• Evaluasi data yang telah dikumpulkan dan identifikasi masalah komunikasi yang spesifik.
Contoh masalah komunikasi mungkin melibatkan kesulitan memahami atau
mengekspresikan diri, isolasi sosial, atau kebingungan verbal.
DX NANDA
• Gangguan Konsep Diri R/T Perubahan Fisik yang Terkait dengan Proses Penuaan.
• Contoh tujuan: Pasien akan meningkatkan citra diri dan kepercayaan diri melalui interaksi sosial yang positif.
• Gangguan Adaptasi Sosial R/T Kesulitan Berkomunikasi dan Perubahan Lingkungan Sosial.
• Contoh tujuan: Pasien akan berhasil beradaptasi dengan perubahan sosial yang terkait dengan masalah komunikasi.
• Identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan untuk perbaikan komunikasi lansia. Contoh
tujuan mungkin termasuk meningkatkan kemampuan berbicara, meningkatkan
pemahaman pesan, atau mengurangi isolasi sosial.
• Rencanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
Intervensi dapat mencakup pendekatan komunikasi yang lebih efektif, pelatihan
pendengaran, atau penggunaan alat bantu komunikasi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI