POLIGAMI DI INDONESIA ● 05/09/23 01 IDENTITAS KELOMPOK Anggota
IDRUS Farhana Diniyyah
H011231057 B011231386
Faqihlah Rahma Deswira Natalia Maluda
C0312331059 E011231073 02 Definisi Dari Poligami 02. Definisi dari poligami Kata poligami sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu polus yang berarti banyak dan gamos yang memiliki arti perkawinan. Berarti secara terminologi, makna dari poligami sendiri adalah suatu hubungan atau ikatan perkawinan yang salah satu baik itu pihak istri maupun suami memiliki lebih dari satu pasangan dalam waktu yang bersamaan. Dalam sejarahnya, poligami sendiri dipraktekkan secara luas di kalangan masyarakat Persia, Yunani, Mesir kuno, Tiongkok kuno, Sisilia, Hebrew dan tidak ketinggalan juga bahwa bangsa jerman dan saxon sendiripun menerapkan sistem poligami ini yang pada akhirnya akan melahirkan sebagian besar penduduk di negara Jerman, Belanda, Swedia dan Norwegia. Poligami dalam kultular sejarahnya selalu melekat dengan ideologi patriarki. Patriarki sendiri adalah suatu ideologi yang menempatkan pria sebagai pemegang kekuasaan dan mendominasi baik itu dalam kepemimpinan politik, hak sosial, dan otoritas moral. 03 POLIGAMI DALAM HUKUM NEGARA DAN SYARIAT ISLAM 03. POLIGAMI DALAM HUKUM NEGARA Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa sistem kekeluargaan yang dianut oleh negara kesatuan Republik Indonesia adalah monogami atau monogami. Ketentuan tersebut juga menjelaskan bahwa seseorang berhak mendapatkan grasi dan diperbolehkan melakukan poligami jika pengadilan mengizinkan dengan izin dari pihak yang bersangkutan, dalam hal ini istri. Secara hukum, kita mengetahui bahwa seorang suami harus mengajukan izin melakukan poligami kepada pengadilan di daerahnya, setelah pengadilan mempertimbangkan apakah ia mengizinkannya. Selain itu, pengadilan mempertimbangkan status istri dari segi moralitas, kesuburan, dan lain-lain. Kesesuaian ekonomi juga menjadi pertimbangan pengadilan untuk membolehkan poligami karena ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masa depan tentu menjadi sumber permasalahan dalam keluarga. (Muhammad Arif Mustofa, 2018). 04. POLIGAMI DALAM SYARIAT ISLAM Dalam hukum Islam, praktek poligami diperbolehkan, poligami juga dicontohkan atau diamalkan oleh Nabi Muhammad SAW karena suatu alasan yang jelas dan bukan hanya karena keinginan pribadi Nabi. Namun saat ini banyak orang yang ingin melakukan poligami karena hanya untuk hiburan biologis dan dengan dalih sunnah Nabi, namun pihak-pihak tersebut tidak mengetahui dalam Islam syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan poligami. 04 Stereotype Poligami dalam masyarakat modern Di Indonesia, poligami merupakan hal yang lumrah terjadi di masyarakat. Tak hanya kelompok tertentu, masyarakat awam, elite, tokoh masyarakat, pejabat, bahkan tokoh agama pun ikut berkontribusi. Dengan berdalih adanya ayat-ayat Al-Qur’an dan untuk menghindari dari tindakan zina. Seakan akan tindakan poligami sangat mudah di praktekkan di Indonesia. Dalam beberapa kasus di Indonesia, poligami dapat menyebabkan perceraian. Alasan utamanya adalah ketidakadilan yang dialami oleh istri-istri yang dipoligami. Sebagian suami cenderung memperlakukan istri muda secara istimewa dan menyampingkan hak-hak istri lainnya. 05 Apa yang menyebabkan tingkat perceraian akibat poligami itu tinggi? Diperbolehkannya praktik poligami sendiri dalam islam dijabarkan pada Alquran dalam surat An-Nisa, tetapi tentu saja turunnya ayat ini pasti memiliki masalah yang ingin dilurukan atau diselesaikan, tetapi banyak dari kita yang tidak mau tahu dan mencari tahu alasan tersebut. Salah satu alasan mengapa surah ini turun karena pada zaman dahulu seorang laki laki bebas memiliki beberapa istri tanpa Batasan yang tentu membuat kemaslahatan dan ketenangan dalam pernikahan menjadi berkurang dan hilang. Itulah mengapa dalam surah ini dijabarkan bahwa seorang laki-laki hanya boleh memiliki 4 istri dan bisa berlaku adil, tetapi jika ia merasa tidak bisa berlaku adil maka disarankan untuk memiliki hanya satu istri. Dalam konteks lainnya, dijumpai sebuah realitas yang menunjukkan terjadinya penderitaan dari istri yang di poligami, baik itu istri pertama, kedua, dan selebihnya. Poligami bisa saja terwujud dengan keputusan sepihak dari suami ketika istri tidak memiliki keberanian untuk menolak (dan tidak punya kekuatan untuk melawan disebabkan budaya partiarki, agama, dan ketergantungan ekonomi) yang menyebabkan terjadinya kekerasan kepada pihak istri baik fisik maupun psikis. 06 Kesimpulan Implikasinya merumuskan bahwa poligami identik dengan kekerasan, walaupun masih banyak poligami yang melahirkan kesejahteraan, dalam hal ini disebut juga dengan poligami tidak sehat. Namun, saat ini yang perlu dikaji adalah bagaimana aturan poligami itu lebih diperketat dengan memasukkan aturan aturan hukum baru yang lebih relevan. Sebenarnya di dalam ajaran agama islam tidak ada larangan untuk berpoligami, Poligami jika dilakukan dengan niat yang baik dan untuk memenuhi keadaan darurat, kebutuhan, dan kemaslahatan . dan Islam mensyaratkan adanya keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Apabila suami tidak mampu berlaku adil, maka poligami sebaiknya tidak dilakukan. Terima kasih