Anda di halaman 1dari 4

5 konsep syarat poligami

1. Konsep Pengertian dan Hukum Poligami


Secara kebahasaan yang lebih tepat adalah poligini yang dalam kamus bahasa Indonesia diartikan
sebagai “Sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai
isterinya di waktu yang bersamaan”. karena selain bisa dibenarkan secara kebahasaan juga istilah
tersebut sudah populer penyebutannya di masyarakat untuk laki-laki yang beristeri lebih dari satu.

Di masyarakat seperti sekarang ini, sikap berpoligami bagi sebagian laki-laki seakan menjadi sesuatu
yang dianggap mudah untuk dilakukan karena hanya semata mengikuti nafsu biologis dan tidak
mengikuti aturan yang sebenarnya. Memang Pada asalnya hukum poligami itu diperbolehkan jika
seseorang suami tidak dikhawatirkan berbuat zhalim terhadap isteri-isterinya. Jika dipastikan akan
berlaku zhalim, maka seorang suami lebih baik untuk beristeri satu saja. Islam diperuntukan
untuk semua jenis dan golongan manusia serta memelihara kepentingan dan kemashlahatan
yang bersifat pribadi dan umum. Kebolehan poligami untuk mewujudkan kemashlahatan
bagi manusia agar tidak berlaku zina dan tidak terjatuh ke dalam pintu kemaksiatan.

2. konsep Kajian Historis tentang Poligami

Menjadi penting untuk kita menghadirkan kisah nabi IbrahimAs sebagai contoh dalam
mengkaji poligami, Nabi Ibrahim yang menikah dengan saudah binti sarah dalam
perjalanannya mengalami berbagai macam ujian, baik dalam kehidupan berumah tangga
maupun bermasyarakat, saudah binti sarah yang tidak bisa memberikan keturunan untuk
nabi Ibrahim As, namun demikian nabi Ibrahim tidak pernah meminta untuk poligami,
akan tetapi karena tarbiyah yang terus menerus di dalam kehidupan rumah tangga
keduanya, sarah memberi tawaran kepada nabi Ibrahim untuk menikah lagi karena ia
khawatir seandainya tidak punya keturunan maka dakwah nabi nantinya akan terhenti.

Dalam perjalanan kisahnya, pergilah nabi Ibrahim dan sarah ke negeri mesir, lalu bertemu
dengan raja yang saat itu berkuasa, melihat kecantikan saudah binti sarah maka raja
bertanya kepada nabi Ibrahim, siapakah wanita ini ? lalu dijawab: ini saudariku.. (meski
dalam hati nabi Ibrahim berkata ini adalah istriku), raja tersebut diam-diam
menginginkannya dan lalu mencoba memegang tangan sarah, kemudian yang terjadi
tangan sang raja seketika lumpuh karena nabi Ibrahim berdo’a kepada Allah Swt.
Kemudian raja tsb meminta kepada nabi Ibrahim untuk menyembuhkan tangannya, lalu
nabi Ibrahim mendo’akannya dan sembuh, kejadian ini berulang sampai 3 kali, yang
terakhir sang raja berkata “ kali ini aku akan bena-benar akan menetapi janji tidak akan
memegangnya lagi” setelah nabi Ibrahim berdo’a maka tangan raja itu sembuh seketika.
Singkat cerita, raja memberikan hadiah kepada nabi Ibrahim dan saudah binti sarah seorang
wanita pembantu bagi keduanya bernama; siti hajar, siti hajar inilah yang akan menemani
nabi Ibrahim dan saudah binti sarah dalam melangsungkan perjalanan hidup berumah
tangga Bersama, seiring perjalanan waktu sarah semakin mendekati usia lanjut yang
hamper tidak mungkin baginya untuk memiliki anak, mengingat hal ini saudah binti sarah
khawatir dakwah nabi Ibrahim akan terputus apabila ia tidak punya keturunan, maka
saudah binti sarah menawarkan kepada nabi Ibrahim untuk menikahi siti hajar dengan
harapan akan memilik keturunan yang kelak akan melanjutkan dakwah nabi ibrahimAs

3. Konsep Syarat Poligami


Pertama, dalam konteks mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena tujuan nikah bukan hanya untuk
mencari jodoh, atau tempat menyalurkan hasrat seksual dsb, akan tetapi tujuan yang utama adalah
dalam konteks mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Kedua, adanya kondisi tertentu, ditemukan seorang suami yang menginginkan keturunan
akan tetapi ternyata isterinya tidak dapat melahirkan anak disebabkan karena mandul atau
penyakit, dalam kondisi ini dikhawatirkan karena tidak punya keturunan maka dakwah
atau syi’ar islam akan terputus.

Ketiga, jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-laki, khususnya setelah terjadi
peperangan. Di situ terdapat kemaslahatan yang harus didapat oleh sebuah masyarakat dan
para wanita yang tidak menginginkan hidup tanpa suami dan keinginan hidup tenang,
cinta dan terlindungi serta menikmati sifat keibuan.

Keempat, karena kondisi tertentu tersebut diatas pada point dua, sesorang itu khawatir
akan terjerumus kedalam maksiat atau perzinahan.

Kelima, adanya tarbiyah akan ilmu antara suami isteri akan syariat islam mengenai
kehidupan berumah tangga

Namun permasalahan yang harus dihadapi bahwa kebolehan seorang suami untuk beristeri
lebih dari satu bukan hanya dikarenakan kondisi mendesak sebagaimana tersebut di atas.
Katakanlah itu adalah pasal yang harus dimiliki oleh seorang suami sebelum berpoligami.
Namun ada pasal penting lainnya yang wajib dipenuhi setelah poligami itu terealisasi yaitu
seorang suami harus berlaku adil dalam memberikan nafkah. Kewajiban bagi seorang suami
untuk berlaku adil dalam memberikan nafkah terhadap isteri-isterinya adalah konsekuensi
dari tindakan berpoligami dalam Islam. Sikap adil dimaksud berarti seorang suami dapat
memenuhi hak kewajibannya terhadap isteri-isterinya secara proporsional sesuai dengan
kebutuhan secara wajar. dapat dipahami bahwa seorang suami yang berpoligami tidak
hanya untuk berkomitmen untuk adil, penting keharusan adanya maslahat yang lebih besar
untuk isteri-isteri dan anak-anaknya. Karena itu, pikirkan kemaslahatan yang lebih penting
jika melakukan poligami seperti untuk kepentingan dakwah, mendapatkan keturunan
hebat, dan kemaslahatan buat seluruh anggota keluarganya.

Contoh praktik poligami ideal adalah Baginda Rasulullah saw yang selalu berusaha untuk
berlaku adil. Beliau berpoligami hanya semata untuk kepentingan dakwah sebab istri-istri
yang dinikahi oleh beliau adalah wanita-wanita yang sangat memerlukan bantuan.

4. Hikmah poligami

Berpoligami bagi sebagian orang terkadang tidak terlalu sulit untuk dilakukan.
Permasalahannya adalah tidak mudah untuk berlaku adil dalam memenuhi sesuatu yang
menjadi hak para isteri. Terlihat, banyak suami yang beristeri lebih dari satu tapi
sebenarnya mereka tidak mampu untuk memberikan nafkah. Motif mereka berpoligami
bukan karena masalah darurat, tapi karena ingin memperturutkan hawa nafsu seksual.

Oleh karena itu, alasan kebolehan berpoligami bagi sang suami dikarenakan terdapat
kondisi darurat dan syarat berlaku adil terdapat hikmah di dalamnya. Sedangkan hikmah
kebolehan Rasulullah beristeri lebih dari empat bukanlah karena dorongan hawa nafsu
sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum orientalis, tapi mengandung hikmah yang besar,
yaitu kepentingan dakwah Islam. Seandainya saja motif Rasul untuk menikah lebih dari
satu karena dorongan sex, mungkin wanita yang dinikahi adalah gadis-gadis cantik bangsa
Arab. Tetapi hal itu sama sekali tidak dilakukan oleh Rasulullah,

semuanya dinikahi bukan karena tuntutan nafsu, tapi bermotif dakwah yang ternyata motif
tersebut dapat membantu keberhasilan tugas beliau sebagai utusan Allah. Dengan
demikian, pada pernikahan Rasul terdapat hikmah yang tinggi yang bernilai dakwah,
pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Argumentasi logis di atas dapat meruntuhkan
segala tuduhan negatif yang dilontarkan oleh kaum orientalis terhadap kebolehan rasul
bersiteri lebih dari satu. Poligami memang diperbolehkan oleh syariat dengan syarat
berlaku adil kepada semua istrinya. Tetapi waspadalah, Ketika suami tidak mampu
memberikan hak yang sama pada setiap istrinya, maka terkoyaklah urusan rumah
tangganya dan buruklah bahtera rumah tangganya pada akhirnya akan membawa
permasalahan besar bagi setiap anggota keluarganya.

5. Konsep Syarat Teknis Poligami

Kewajiban bagi seorang suami untuk berlaku adil dalam memberikan nafkah terhadap
isteri-isterinya adalah konsekuensi dari tindakan berpoligami dalam Islam. Sikap adil
dimaksud berarti seorang suami dapat memenuhi hak kewajibannya terhadap isteri-
isterinya secara proporsional sesuai dengan kebutuhan secara wajar. Nafkah itu ada yang
bersifat lahiriyah, yaitu nafkah yang bersifat materi dan immateri (batiniyah). Sehubungan
dengan pembagian nafkah tersebut maka keadilan pun terbagi menjadi dua yaitu keadilan
dalam memberikan nafkah lahiriyah dan keadilan dalam memberikan nafkah batiniyah.

Disamping harus mampu berlaku adil, 1) Untuk mendapatkan anak bagi suami yang subur
dan isteri yang mandul. 2). Menjaga keutuhan keluarga tanpa harus mencerai isteri pertama
meski ia tidak berfungsi semestinya sebagai isteri karena cacat fisik dan sebagainya. 3)
Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran agama.

Evaluasi dan Refleksi dalam pemaparan materi bahan ajar

Berpoligami bagi sebagian orang terkadang tidak terlalu sulit untuk dilakukan.
Permasalahannya adalah tidak mudah untuk berlaku adil dalam memenuhi sesuatu yang
menjadi hak para isteri. Terlihat, banyak suami yang beristeri lebih dari satu tapi
sebenarnya mereka tidak mampu untuk memberikan nafkah. Motif mereka berpoligami
bukan karena masalah darurat, tapi karena ingin memperturutkan hawa nafsu seksual.
Kalaupun mereka mampu memberikan nafkah namun terkadang perlakuan suami kepada
isteri-isterinya banyak berlaku tidak adil dalam pemenuhan kebutuhan seperti makan,
pakaian, tempat tinggal, dan waktu bergilir.

Meskipun poligami diizinkan dalam ajaran Islam dengan syarat-syarat ketat, tetapi
realitasnya ternyata menyisakan penderitaan bagi istri, orang tua dan anak-anak.
Hancurnya rumah tangga dan putusnya cinta kasih di antara mereka, bahkan anak yang
tidak berdosa pun sering menjadi korban. Karena itu, poligami hendaknya dihindari oleh
setiap suami, sebab mengandung kemudharatan bagi setiap anggota keluarga. Di
masyarakat seperti sekarang ini, sikap berpoligami bagi sebagian laki-laki seakan menjadi
sesuatu yang dianggap mudah untuk dilakukan karena hanya semata mengikuti nafsu
biologis dan tidak mengikuti aturan yang sebenarnya. Memang Pada asalnya hukum
poligami itu diperbolehkan jika seseorang suami tidak dikhawatirkan berbuat zhalim
terhadap isteri-isterinya. Jika dipastikan akan berlaku zhalim, maka seorang suami lebih
baik untuk beristeri satu saja.

Kelebihan dan kekurangan materi bahan ajar

Dengan memahami pemaparan materi bahan ajar d atas diharapakan akan mampu menjadi
landasan berpikir untuk melakukan poligami, tidak semudah yang dbayangkan, karena poligami ini
akan berimbas ke segala aspek kehidupan, baik kehidupan berumah tangga, bermasyarakat maupun
bernegara, seorang pemimpin yang behasil dalam berumah tangga akan jadi cerminan
keberhasilannya mengurus urusan di luar rumah.

Apabila sesorang yang berangkat berpoligami karena hanya dorongan syahwatnya semata maka
dikhawatirkan akan mendatangkan mudharat baginya, istri dan anak-anaknya terlebih kepada
khalayak umum dalam bermasyarakat dan bernegara akan mendatangkan contoh yang tidak baik
bagi rakyat atau masyarakat di sekitarnya.

Kaitan materi bahan ajar dengan nilai moderasi beragama

Poligami memang dibolehkan oleh agama, namun harus memperhatikan beberapa aspek yang
menunjang, seperti akan terjadinya kemaslahatan bagi diri dan keluarganya, menjadi syarat ketika
seorang pemimpin khawatir akan terputusnya dakwah / risalah islam akan terhenti apabila tidak
mempunyai keturunan yang akan meneruskannya, karena regenerasi dalam dakwah islam pada saat
ini harus terus menerus berlangsung, mengingat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
kita banyak diharapkan pada persoalan-persoalan yang semakin kompleks dan berpotensi
mengundang kemungkaran.

Anda mungkin juga menyukai