Anda di halaman 1dari 41

PROMOSI KESEHATAN DENGAN

STRATEGI GLOBAL DAN PENDEKATAN


DALAM PROMOSI KESEHATAN

Rusminingsih, S.ST,.Bdn,. M.Kes


PENDAHULUAN

Menurut hasil sensus penduduk 2010, angka kematian ibu (AKI) mencapai 346 per 100.000
kelahiran hidup dan menurun menjadi 305 di tahun 2015 (Supas). Target pemerintah, di tahun
2024 AKI menjadi 183 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk Angka kematian bayi (AKB), SDKI
2017 mencatat terdapat 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup) dan ditargetkan AKB turun
menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2024.Meskipun sudah on track dengan target
MDG’s/SDG’s, namun angka saat ini maupun target di tahun 2024 masih tertinggi di Asia
Tenggara. Pada tahun 2021 menunjukkan peningkatan kasus kematian ibu di Indonesia
menjadi 7.389 kematian dari sebelumnya sebesar 4.627 kematian di tahun 2020.
LANJUT

Sebagai salah satu upaya pencapaian target pembangunan Kesehatan,


Kementerian Kesehatan telah menetapkan transformasi sistem Kesehatan
dimana salah satu pilarnya adalah transformasi layanan Kesehatan primer.
Transformasi ini dalam bentuk program Posyandu Prima dimana untuk
meningkatkan jangkauan dan cakupan intervensi serta lebih mendekatkan
pelayanan Kesehatan kepada sasaran. Posyandu Prima diharapkan memiliki
standarisasi pelayanan dan penerapan sistem digitalisasi yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang tak terbatas hanya pada pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
Masalah kesehatan yang ingin diatasi melalui Posyandu prima meliputi masalah
pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan Balita, usia sekolah dan remaja, usia produktif,
serta Lansia.
Apabila tidak ada. terobosan dalam upaya penurunan AKI dan AKB, maka
dikhawatirkan target capaian yang sudah ditentukan tidak dapat tercapai. Untuk itu,
pelaksanaan Posyandu Prima diharapkan menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan
penurunan AKI dan AKB, serta percepatan penurunan stunting.
Peran promosi kesehatan dalam meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
sangatlah penting, melalui upaya promosi kesehatan yang berkesinambungan akan tumbuh
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat akan penting-nya perilaku sehat seperti
pemeriksaan kehamilan secara rutin, melahirkan di fasilitas kesehatan, ibu mengkonsumsi
makanan yang bergizi, ibu memberikan ASI kepada bayinya, dan ibu membawa bayinya
untuk diimunisasi
Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak lebih banyak terfokus kepada kegiatan
Promotif dan preventif. Oleh karena itu, peranan Promosi Kesehatan saat ini dan kedepan
akan semakin besar. Untuk itu dibuat Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA).
Rencana Operasional ini akan menjadi agenda bersama antara
Pengelola Program KIA, Gizi dan Imunisasi serta Pengelola Promosi Kesehatan di pusat,
provinsi dan kabupaten/kota
PROMOSI KESEHATAN

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan
STRATEGI
1. Advokasi
Advokasi merupakan upaya strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari para pengambil keputusan dan pihak t
erkait (stakeholders) dalam pelayanan KIA
2. Bina Suasana
Bina Suasana merupakan upaya menciptakan opini publik atau lingkungan
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran,
kemauan, kemampuan masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah
4. Kemitraan
Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB maka sektor kesehatan membuat
terobosan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
kemitraan bidan dan dukun, pemanfaatan Buku KIA serta merevitalisasi pelaksanaan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Anak (PWS-KIA). Dengan demikian diharapkan
terjadi peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu, meningkatnya
keterlibatan dan peran serta keluarga, kader, masyarakat serta petugas kesehatan dalam
memandirikan masyarakat untuk membuat perencanaan persalinan serta mengetahui tanda-tanda
bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta memanfaatkan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
(Buku KIA). Namun penyediaan dan distribusi Buku KIA di institusi kesehatan belum memadai
terutama di rumah sakit.
ASPEK YG DITERAPKAN DAN DI PERBAIKI DALAM
UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO 17 TH 2023
• Mengubah fokus dari pengobatan menjadi pencegahan.
• Memudahkan akses layanan kesehatan.
• Mempersiapkan sistem kesehatan yang tangguh menghadapi bencana.
• Meningkatkan efisiensi dan transparansi pembiayaan kesehatan.
• Memperbaiki kekurangan tenaga kesehatan.
• Mendorong industri kesehatan untuk mandiri di dalam negeri dan mendorong penggunaan teknologi kesehatan yang
mutakhir.
• Menyederhanakan proses perizinan kesehatan.
• Melindungi tenaga kesehatan secara khusus.
• Mengintegrasikan sistem informasi kesehatan.
KONSEP PROMOSI KESEHATAN

• Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


• Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
• Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.
• Tidak membuang sampah sembarangan.
• Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat.
• Menggunakan pelayanan kesehatan.
3
SEHAT
KEADAAN SEHAT, BAIK SECARA FISIK, MENTAL,SPRITUAL
MAUPUN SOSIAL YANG MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG
UNTUK HIDUP PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN
EKONOMIS

GENETIK PELAYANA PERILAKU


LINGKUNGAN INDIVIDU KELUARGA
KETURUNAN N DAN MASYARAKAT
KESEHATAN
4
CONTINUM OF
 Posyandu Lansia
 Posbindu PTM
Pusk.

CARE BALIT
Santun
Lansia
ANAK
a
pertam A SD KL 1
ri
0 ha pan
100 hidu
ke
BADU 59.720 14.068
TA Balita Siswa
PUS 23.888
152.06 BUMI BAYI
11.944 Baduta
0 L
pasanga 13.250 Bayi
 Kegiatan
n Ibu
PKPR
Posyand
u
Kegiata Remaja
n UKS  Kespro
 Dokcil
 Kegiatan  Ponpe
Posyandu
PMT, KP Ibu, ASI s
Eksklusif, Imunisasi,
Desa Siaga
SUMBER ISU ISU STRATEGIS

Dokumen yang dapat jadikan sumber isu-isu strategis dalam penyusunan agenda setting
kebijakan tahun 2023 adalah RPJMN, Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024,
transformasi sistem kesehatan, dan isu aktual dari media massa (laporan media monitoring)
yang dikeluarkan oleh Tim Kerja Hukum dan Humas BKPK.
TEKNIK PEMILIHAN ISU

Pada dasarnya pemilihan isu yang akan dimasukkan ke dalam agenda kebijakan merupakan
proses politis, sehingga keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses ini menjadi
sangat krusial. Namun proses teknis juga dapat dilakukan oleh pembuat kebijakan. Terdapat
beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penempatan isu ke dalam agenda kebijakan
untuk mempermudah pemilihan isu mana yang dapat masuk dalam agenda kebijakan
menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/2014/2022. Adapun teknik yang saat ini digunakan adalah metode Grid
Analysis, yaitu Teknik pembobotan terhadap isu yang sudah diidentifikasi.
ISU-ISU NASIONAL TERKAIT LAYANAN PRIMER DAN
RUJUKAN ,DALAM PEMILIHAN ISU STRATEGIS
TRANSFORMASI LAYANAN PRIMER SEBAGAI B

Isu/ Total Prioritas


Isu
Bobot Faktor Strategis

1. Belum optimalnya kwalitas pelayanan maternal dan neonatal 7.05 3

2. Rendahnya pemenuhan standar antenatalcare 6.35 5

3. Permasalahan akses layanan Kesehatan bagi ibu hamil dan bayi 7.35 1
4. Menurunnya cakupan imunisasi 6.45 4
5. Cakupan pemantauan tumbuh kembang bayi balita 7.25 2
• Tahapan kegiatan
• Langkah-langkah dalam melakukan analisis pemilihan isu-isu strategis terkait
• penyusunan agenda setting kebijakan sebagai berikut:
• 1. Melakukan tinjauan literatur terhadap isu-isu strategis dari berbagai sumbe yang telah disebutkan pada poin 2.2;
• 2. Melakukan pemetaan dan pengklasifikasian (grouping) berdasarkan pilar transformasi sistem kesehatan;
• 3. Melakukan pemilihan isu yang akan dimasukkan ke dalam agenda kebijakan dengan menggunakan metode grid analysis;
• 4. Menyusun peringkat (ranking) terhadap isu-isu kebijakan dengan mengambil minimal 1 (satu) isu dengan bobot terbesar di masing-masing
pilar.
• 5. Menyusun matriks pernyataan kebijakan dari isu-isu yang terpilih dengan memperhatikan aspek stakeholder dan kepentingan, tujuan, dan
dampak
jika tidak terselesaikan; dan
• 6. Menyusun topik agenda setting kebijakan.
STANTING

WHO membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi empat


kategori besar yakni
• faktor keluarga dan rumah tangga,
• makanan tambahan/komplementer yang tidak adekuat
• menyusui
• infeksi

Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktorlingkungan rumah. Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang
pada saatprekonsepsi, kehamilan dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi,kehamilan pada usia remaja, kesehatan mental, intrauterine
growth restriction(IUGR) dan kelahiran preterm, jarak kehamilan pendek dan hipertensi.Sedangkan faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan
aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasokan air yang kurang, akses dan ketersediaan pangan yang kurang,
alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai serta edukasi yang rendah (WHO, 2013).
PREVALENSI STUNTING
SURVEI STATUS GIZI INDONESIA (SSGI)
KABUPATEN BANTUL
INDONESIA DIY
24.4
BANTUL 21.6
19.1
17.3 16.4
14.9

2021 2022
Penyebab dengan resiko tertinggi kejadian stunting pada balita:
 Riwayat makan
 Frekuensi sakit.

Riwayat makan pada balita dipengaruhi oleh :


1. Frekuensi Sakit pada Balita (berpengaruh 4,8x)
2. Penyakit penyerta (berpengaruh 3,6x)
3. Status Ekonomi (berpengaruh 1,9x)

Frekuensi balita sakit dipengaruhi oleh : sanitasi lingkungan


(lingkungan yang tidak sehat berpengaruh 2,8x menyebabkan
balita mudah / sering sakit)
PROTEIN PENTING DALAM PENURUNAN STUNTING
While work within nutritional science suggests that stunting in early childhood is associated with low intakes of animal-sourced foods (ASFs), this
topic has received little attention from economists. We attempt to redress this omission through an analysis of 130,432 children aged 6–23 months
from 49 countries. We document distinctive patterns of ASF consumption among children in different regions. We find evidence of strong
associations between stunting and a generic ASF consumption indicator, as well as dairy, meat/fish, and egg consumption indicators, and
evidence that consuming multiple ASFs is more advantageous than any single ASF.

Headey et.al, Animal Sourced Foods and Child Stunting, Amer. J. Agr. Econ. 100(5): 1302–1319
31
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai