● Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni
● Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan
● Menerapkan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968
● Menerapkan politik luar negeri yang lepas sama sekali aktif kepada kebutuhan nasional
● Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya
● Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sbg presiden RI kepada masa posisi
lima tahun, karena itu dibentuklah
● Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang dikata Panca Krida yang meliputi:
● Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
● Menyusun dan menerapkan Pemilihan Umum
● Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
● Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
● Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru
pemerintahan pemerintah menerapkan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai
politik dijadikan tiga daya social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak
didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social
politik itu adalah:
● Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan
PERTI
● Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai
Murba, IPKI, dan Parkindo
● Golongan Karya
Pemilihan Umum
● Selama masa Orde Baru pemerintah sukses menerapkan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun
1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.
PDI mengalami kemorosotan perolehan suara. Hal disebabkan beradanya konflik intern di tubuh
partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pecah dijadikan PDI Suryadi dan PDI Megawati
Soekarno Putri yang sekarang dijadikan PDIP . Apalagi Pemilu berlanjut dengan asas LUBER
(langsung, umum, lepas sama sekali, dan rahasia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan
kepada kemenangan salah satu kontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu
mencolok sejak Pemilu 1971 hingga dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana
perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan
Soeharto dijadikan Presiden Republik Indonesia selama enam periode.
Persentase Pada Pemilu 1997 yang
merupakan pemilu terakhir masa
pemerintahan Orde Baru.
91,55%
8,45%
PDI=Mendapatkan
Golkar=Mendapatkn91,5
5% Dari Perolehan 607
Kursi DPR
8,45% Dari
Perolehan 56 Kursi
DPR
Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
● Kepada menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada
ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kesudahan terkenal dengan sebutan
Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena beradanya pemikiran
bahwa TNI merupakan tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam
pemerintahan merupakan sama. di MPR dan DPR mereka memperoleh jatah kursi dengan cara
pengangkatan tanpa melewati Pemilu. Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari
ABRI didasarkan pada fungsinya sbg stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya
telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah
menerapkannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pemimpin pemerintahan telah ditahan
Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto ketika menyelamatkan bangsa dari
perpecahan setelah G 30 S PKI, yangmelahirkankan Orde Baru. Boleh diceritakan peran
dinamisator telah meletakkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa
selama ini.
Penataan Politik Luar Negeri
● Pertemuan Tokyo
● Pada tanggal 19-20 September 1966 pemerintah Indonesia mengadakan perundingan dengan negara-
negara kreditor di Tokyo. Pemerintah Indonesia akan menerapkan usaha bahwa devisa ekspor yang
diperoleh Indonesia akan digunakan kepada membayar utang yang kesudahan akan digunakan kepada
mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini memperoleh tanggapan adun dari negara-negara kreditor.
Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sbg berikut
● Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970 hingga dengan 1999.
● Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran tahunan yang sama akbarnya.
● Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga.
● Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, adun terhadap negara kreditor
maupun terhadap sifat atau sasaran kredit.
Pertemuan di Amsterdam
Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diselenggarakan perundingan di Amsterdam, Belanda yang bertujuan
membicarakan keperluan Indonesia akan pertolongan luar negeri serta probabilitas pemberian pertolongan dengan
syarat lunas, yang kesudahan dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group for Indonesia). Pemerintah
Indonesia mengambil langkah tersebut kepada memenuhi keperluannya manfaat penerapan program-program
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta persiapan-persiapan pembangunan. Di samping mengusahakan
pertolongan luar negeri tersebut, pemerintah juga berusaha dan telah sukses mengadakan penangguhan serta
memperingan syarat-syarat pembayaran kembali (rescheduling) hutang-hutang peninggalan Orde Lama. Melewati
pertemuan tersebut pemerintah Indonesia sukses mengusahakan pertolongan luar negeri .
Pembangunan Nasional
Trilogi Pembangunan
Pelita V (1 April 1989 hingga 31 Pelita VI (1 April 1994 hingga 31 Maret 1999
Maret 1994) )
pada Pelita VI ini ditekankan pada sektor Program pembangunan pada Pelita VI ini ditekankan
ekonomi yang bersesuaian dengan pada sektor ekonomi yang bersesuaian dengan
industri dan pertanian. industri dan pertanian, serta peningkatan mutu
sumber daya manusia sbg pendukungnya.
Warga Tionghoa
Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan diasumsikan sbg
warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak
langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara buka, perayaan hari raya
Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kesudahan hal ini diperjuangkan oleh
komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena
pelarangan sama sekali akan berakibat pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan
bahasa Mandarin. Mereka berkunjung hingga ke Mahkamah Luhur dan akhir-akhirnya Jaksa Luhur
Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun
daya kepada memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.
Satu-satunya surat kabar berbicara Mandarin yang diizinkan terbit merupakan Harian Indonesia yang beberapa
artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diamati oleh militer Indonesia dalam hal ini
merupakan ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia melakukan pekerjaan juga di sana. Agama tradisional
Tionghoa dilarang. Dampaknya agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.
Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5
juta dari semuanya rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air.
Padahal, kenyataan cakap bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sbg pedagang, yang tentu bertolak
belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang paling mengharamkan perdagangan diterapkan.
Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Beberapa lagi memilih kepada menghindari dunia
politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.
Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru
● Di masa Orde Baru pemerintah paling mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari media
massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan "persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara
yang diterapkan oleh pemerintah merupakan meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat
penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi,
Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif yang tidak dianggarkan dari program ini
merupakan terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk
pendatang yang banyak memperoleh pertolongan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program
transmigrasi sama dengan jawanisasi yang sentimen anti-Jawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua
transmigran itu orang Jawa.
● Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak dijadikan buka diantaranya dalam bentuk konflik
Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan. [1] Sementara itu gejolak di Papua yang dipicu oleh rasa
diperlakukan tidak tidak berat sebelah dalam pembagian keuntungan pengelolaan sumber dunianya, juga
diperkeras oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.
Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru
● Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari
AS$1.565
● Sukses transmigrasi
● Sukses KB
● Sukses memerangi buta huruf
● Sukses swasembada pangan
● Pengangguran minimum
● Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
● Sukses Gerakan Mesti Berusaha bisa
● Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
● Sukses keamanan dalam negeri
● Investor asing bersedia menanamkan modal di Indonesia
● Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
Kekurangan Sistem Pemerintahan
Orde Baru
● Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
● Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan selang pusat dan daerah, beberapa
disebabkan karena kekayaan daerah beberapa akbar disedot ke pusat
● Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
● Kecemburuan selang penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup akbar
pada tahun-tahun pertamanya
● Lebihnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata untuk si kaya dan si miskin)
● Pelanggaran HAM kepada penduduk non pribumi (terutama penduduk Tionghoa)
● Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
● Kebebasan pers paling terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
● Penggunaan kekerasan kepada menciptakan keamanan, diantaranya dengan program "Penembakan Misterius"
● Tidak berada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
● Menurunnya mutu birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru
karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur.
● Menurunnya mutu tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
● Pelaku ekonomi yang dominan merupakan lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh swasta
● Dan Lain Sebagain nya.
Krisis Finansial Asia Dan Lengser Nya
Soeharto Dari Masa Jabatan
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat:
Krisis finansial Asia), didampingi kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas
dan komoditas ekspor yang lain yang makin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan
perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang pertama kalinya dipimpin para mahasiswa,
berharap pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya kepada masa bakti
ketujuh. Soeharto kesudahan memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, kepada dijadikan presiden
ketiga Indonesia.
● Mundurnya Soeharto dari posisinya pada tahun 1998 bisa diceritakan sbg tanda akhir-akhirnya Orde Baru,
kepada kesudahan digantikan "Era Reformasi". Sedang beradanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde
Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering menciptakan beberapa orang menyebut
bahwa Orde Baru sedang belum berkesudahan. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering
dikata sbg "Era Pasca Orde Baru".
● Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepas sama sekalinya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru
ke Era Reformasi berlanjut relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Hal
ini tak lepas sama sekali dari peran Habibie yang sukses meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih
kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.
THANKS!
Do you have any questions?