Anda di halaman 1dari 33

Nausea, Vomitus,

Disfagia, dan diare


Program Pengayaan PPDS IPD
Pembimbing :
Dr. dr. Azzaki Abubakar, Sp. PD-KGEH, FINASIM

Oleh:
dr. Muhammad Hendra Rizki
Pendahuluan
Keluhan pada penderita penyakit gastrointestinal (GI) dapat berkaitan dengan gangguan
lokal/intralumen saluran cerna, seperti adanya ulkus duodeni, gastritis atau dapat pula
disebabkan oleh penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertiroid).

Terdapat beberapa gejala/kumpulan gejala/keluhan yang karakteristik untuk penyakit GI


yang dikemukakan oleh pasien dan perlu diperoleh persepsi yang sama oleh dokter yang
memeriksanya.
Diperlukan anamnesis yang teliti, akurat dan bertahap untuk dapat memformulasikan
gangguan yang terjadi sehingga dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik kita
dapat merencanakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Nausea dan Vomitus
Nausea & vomitus

Muntah atau vomitus (emesis)


adalah keluarnya isi saluran
cerna melalui mulut akibat
Pada umumnya keluhan ini
Mual (Nausea) adalah perasaan kontraksi otot-otot usus dan
merupakan bagian dari sindroma
subjektif akan adanya kebutuhan dinding thoraco-abdominal.
dyspepsia, tapi dapat juga
untuk muntah Muntah berbeda dengan
merupakan symptom tersendiri.
regurgitasi (keluarnya isi
lambung dengan mudah ke dalam
mulut)

Harrison’s 2nd edition, Gastroenterology and Hepatology


Mekanisme muntah
• Serabut aferen vagus dari lapisan visceral gastrointestinal, misalnya muntah
akibat rangsang peritoneum atau peritonitis, kolik bilier atau pada distensi
gastrointestinal
• Sistem vestibuler yang dirangsang oleh posisi atau infeksi pada vestibulum
(reseptor histamin H1 dan muskarinik)
• Susunan saraf pusat (SSP), misalnya rangsangan penciuman, penglihatan dan
emosi
• Chemoreceptor trigger zone pada area postrema medulla (respotr serotonin 5-
HT3 dan dopamin 3). Muntah akibat obat kemoterapi, toksin, hipoksia,
uremia, asidosis, dan pengobatan radiasi
Harrison’s 2nd edition, Gastroenterology and Hepatology
Etiologi

Harrison’s 2nd edition, Gastroenterology and Hepatology


Pendekatan diagnostik
Setiap kasus muntah harus dinilai keadaan sistemik yang mendasari atau menyertai
(missal uremia), serta ada tidaknya gangguan aspek neurologi (vertigo, parestesia,
nyeri kepala hebat, rasa lemas)

Muntah yang disertai nyeri perut yang hebat harus diwaspadai adanya rangsang
peritoneum, obstruksi intestinal akut atau penyakit pankreatobilier

Korelasi dengan waktu makan juga dapat menuntun kearah penyebabnya


(psikogenik, gastroparesis, obstruksi jalan keluar lambung, akalasia)

Gambaran laboratorium biasanya berkaitan dengan dampak muntah ( missal


hipokalemia) atau dapat juga menggambarkan penyakit dasarnya (pankreatis)
Buku Ajar PAPDI EDISI VI
Pendekatan diagnostik
Aspirasi melalui pipa nasogastric yang memperlihatkan banyaknya residu
lambung, baik makanan ataupun cairan empedu, harus dipertimbangkan suatu
obstruksi intestinal

Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi dapat membantu bila diduga


sumbatan jalan keluar lambung (gastric outlet obstruction), dimana dapat
ditemukan misalnya tumor antrum gaster atau stenosis pilorus atau lesi
endoskopi lainnya

Pemeriksaan Barium Meal dapat memberikan gambaran permasalahan terutama


bila terdapat stenosis saluran cerna bagian atas dimana skop endoskopi tidak
dapat melewatinya

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Treatment

Harrison’s 2nd edition, Gastroenterology and Hepatology


Disfagia
Disfagia
• Disfagia adalah sensasi gangguan pasase makanan dari mulut ke lambung. Pasien
mengeluh sulit menelan atau makanan terasa mengganjal di leher/dada atau makanan
terasa tidak turun ke lambung.
• Disfagia dapat disebabkan oleh gangguan pada masing-masing fase menelan yaitu
pada fase orofaringeal dan fase esofageal.
• Harus dibedakan antara disfagia dengan odinofagia (rasa sakit saat menelan).
• Etiologi:
• Fase orofaringeal: penyakit cerebrovascular, miastenia gravis, kelainan muscular,
diverticulum zengker, gangguan motilitas/sfingter esofagus atas.
• Fase esofageal: striktur esofagus, tumor, ring/web, penekanan dari luar esofagus,
akalasia, spasme esofagus difus, scleroderma.

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Fase disfagia

• Keluhan disfagia pada fase orofaringeal : adanya regurgitasi ke hidung, terbatuk waktu berusaha menelan
atau sulit untuk memulai menelan.
• Keluhan disfagia pada fase esofageal: pasien mampu menelan tapi terasa bahwa yang ditelan terasa tetap
mengganjal atau tidak mau turun dan dapat lanjut dengan terjadinya muntah.

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Pendekatan Diagnosis
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

• Anamnesis yang teliti dapat • Pemeriksaan fisik lebih banyak


dilakukan sehingga mendapat ditujukan pada pemeriksaan leher.
gambaran bahwa kemungkinan • Adanya benjolan dileher, berupa
disfagia ini masuk dalam fase pembesaran KGB, tiroid yang dapat
orofaringeal atau esofageal sehingga dipertimbangkan untuk evaluasi
kita dapat menentukan strategi lebih lanjut ada tidaknya hubungan
pemeriksaan lanjutan. dengan disfagia.
• Pemeriksaan fisik sekitar faring dan
glottis juga dilakukan

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Pendekatan diagnosis
• Tindak lanjut yang lebih menjurus adalah pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi yang dapat menilai langsung
keadaan intra lumen.
• Ada tidaknya massa tumor, penyempitan, obstruksi intralumen
ataupun penekanan dari luar di daerah glottis dan esofagus.
Dapat juga kita menilai keadaan simetris tidaknya pita suara
yang mengindikasikan adanya ganguan neurologic.
• Bila terdapat penyempitan yang tidak mungkin skop masuk
dapat ditindaklanjuti dengan pemeriksaan esofagogram (barium
meal).
• Atau pemeriksaan barium meal dapat dilakukan mendahului
pemeriksaan endoskopi sesuai keadaan pasien.
• Pemeriksaan manometri esofagus dapat dilakukan terutama bila
di indikasi adanya gangguan motoric, terutama disfagia yang
disebabkan gangguan sfingter di daerah esofagus.
Buku Ajar PAPDI EDISI VI
Abnormal barium swallow
Diare
Diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) dan
konsistensi feses menjadi cair. Terdapat beberapa definisi tentang
diare.
Secara praktis, dikatakan sebagai diare bila frekuensi BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi feses yang cair.

Diare dapat dikategorikan menjadi diare akut bila kurang dari 2


minggu, dan kronik bila diare sudah berlangsung lebih dari 2 minggu.

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Patogenesis
• Patogenesis terjadinya diare pada umumnya dibagi atas beberapa kategori:
1. Diare osmotic: disebabkan oleh osmolaritas intra lumen usus sehingga cairan dalam lumen usus lebih tinggi
dibandingkan osmolaritas serum sehingga cairan dalam lumen usus menjadi bertambah. Hal ini terjadi pada intoleransi
laktosa, malabsorpsi karbohidrat, sprue, pemakaian obat laksatif (laktulosa, magnesium sulfat), atau obat antasida
magnesium hidroksida.
2. Diare sekretorik: disebabkan adanya peningkatan sekresi cairan intestinal dan berkurangnya tingkat absorpsi.
Bentuknya berupa diare cair dan banyak serta tidak mengandung darah atau pus. Pada umumnya disebabkan oleh
enterotoksin (V. cholera, E. coli, S. aureus), tumor endokrin, malabsorpsi garam empedu atau laksatif katarik.
3. Diare karena gangguan motilitas: disebabkan oleh masa transit usus yang cepat sehingga waktu absorpsi air oleh usus
menjadi singkat untuk membuat feses menjadi padat. Keadaan ini terjadi pada penyakit Irritable Bowel Syndorme tipe
diare, hipertiroid, dumping syndrome pada post gastrektomi, gangguan motilitas menyebabkan terlambatnya transit usus
>> terjadi stasis isi lumen usus>> berdampak timbul pertumbuhan bakteri usus
4. Diare inflamatorik/eksudatif: disebabkan oleh proses inflamasi kronik dinding usus berupa eksudasi mucus, darah,
dan protein. Misalnya pada IBD, infeksi invasive usus (shigella, salmonella, tuberculosis, amoeba, c. difficile), colitis,
radiasi, diverticulitis, colitis iskemik.

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Diare akut
Diare akut
• Pada umumnya diare akut disebabkan oleh infeksi bacterial, protozoa (Giardia
lamblia, Entamoeba hystolitica), virus atau toksin.
• Toksin pada umumnya dihasilkan oleh bakteri S. aureus, C. perfringens, E. coli, V. cholera,
dan C. difficile.
• Bakteri Shigella, Salmonella sp., dan Yersinia langsung menimbulkan
peradangan/inflamasi pada dinding usus.
• Diare akut juga dapat terjadi pada suatu proses kronik misalnya pada iskemia
usus, colitis radiasi, inflammatory bowel disease.

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Pendekatan diagnostik
Anamnesis: bila terdapat episode diare akut yang terjadi pada satu kelompok orang yang
menyantap makanan pada tempat yang sama, terutama makanan siap saji kemungkinan diare
karena toksin bakteri

Travellers diarrhea: terjadi pada wisatawan dan biasanya karena perbedaan hygiene
sanitasi lingkungan

Diare timbul karena pemakaian antibiotika jangka lama>> kemungkinan karena C.


difficile

Diare yang terjadi karena kerusakan mukosa usus (non inflamatorik non-invasive) disebabkan
oleh toksin bakteri (terutama E. coli), biasanya mempunyai gejala feses benar-benar cair,
darah (-), nyeri perut didaerah umbilicus (kelainan terutama di daerah usus halus), kembung,
mual, muntan. Bila diare disertai muntah, disebabkan oleh virus atau S. aureus dalam bentuk
keracunan makanan
Buku Ajar PAPDI EDISI VI
Pendekatan diagnostik
Diare dalam bentuk feses bercampur darah, lendir, disertai demam >>
disebabkan kerusakan mukosa usus (terutama kolon) ditimbulkan oleh invasi
Shigella, Salmonella, Amoeba.

Umunya diare akut bersifat sembuh sendiri dalam kurun waktu 3-5 hari
dengan pengobatan sederhana disertai rehidrasi

Pemeriksaan Lab: pemeriksaan leukosit feses (termasuk terhadap parasite,


telur parasite)

Pemeriksaan sigmoidoskopi dan biopsy: pada kasus yang disertai perdarahan,


bentuk disentri dan tenesmus berlangsung >3-4 hari

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Etiologi

Current Medical Diagnosis & Treatment Lange, 2022


Evaluasi

•Harrison’s 2nd edition,


Buku Ajar PAPDI EDISI VI
Diare kronik
Diare kronik
Etiologi:
• Diare yang berlangsung lebih • Inflammatory Bowel Disease
dari 2 minggu atau sering • Sindrom malabsorpsi: sprue, amyloidosis, reseksi usus, radiasi, karsinoid,
berulang, membutuhkan penyakit Whipple, limfoma, defisiensi enzim pancreas, sindroma
Zollinger-Ellison, post gastrektomi, bacterial overgrowth, defisiensi enzim
tahapan diagnosis yang lebih discharidase
kompleks. • Penyakit tiroid: hipertiroid, DM, insufisiensi adrenal, tumor tiroid,
gastrinoma, tumor pancreas
• Tumor usus
• Inflammatory Bowel Syndrome
• Inkontinensia: disfungsi sfingter anus karena fisura, fistula, dan inflamasi
anal yang menimbulkan sering BAB, sering diinterpretasikan oleh pasien
sebagai diare

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Etiologi

Current Medical Diagnosis & Treatment Lange, 2022


Pendekatan diagnostik
Bila dengan cara berpuasa makan diare akan berkurang, biasanya proses diare
osmotic. Adanya penurunan BB bermaknqa, harus diwaspadai kemungkinan suatu
proses keganasan saluran cerna (terutama kolon)

PF: ada tidaknya kelainan sistemik penyerta. Adanya kelainan kelenjar tiroid,
riw operasi kandung empedu. Jangan lupakan pemeriksaan colok dubur!

Pemeriksaan Lab: biakan feses (untuk melihat kemungkinan infeksi kronik),


proses keganasan colon>> CEA

Pemeriksaan kolonoskopi: untuk menegakkan penyebab pasti dari aspek intra lumen
kolon

Buku Ajar PAPDI EDISI VI


Evaluasi

Harrison’s 2nd edition,


Gastroenterology and Hepatology
Buku Ajar PAPDI EDISI VI
Buku Ajar PAPDI EDISI VI
Terima kasih
Mohon arahan dan bimbingan

Anda mungkin juga menyukai