Anda di halaman 1dari 50

INTERNATIONAL

PATIENT SAFETY GOALS


(IPSGs)

ORIENTASI PEKERJA BARU


Bali International Hospital
Sanur, 8 Agustus 2023 1
Patient safety culture

• Non blaming, just culture

• Budaya belajar dari kesalahan

2
Patient safety culture
• Budaya tidak menyalahkan orang Budaya • Budaya yang tidak mentolerasi
perlakukan yang adil, budaya yang tindakan yang mengabaikan risiko
mendukung nilai tanggung jawab bersama:
pada pasien atau tindakan yang
organisasi bertanggung jawab thd sistem dan
tidak sesuai dengan ketentuan
memperlakukan perilaku staf secara adil, staf
(misconduct), misalnya memalsukan
beranggung jawab thd kualitas pekerjaannya
dan melaporkan jika terjadi error dan
catatan, melakukan tindakan yang

melaporkan jika menjumpai masalah pada bukan kompetensinya, dsb


sistem
3
4
SASARAN KESELAMATAN PASIEN 1
Mengindentifikasi pasien secara benar

5
Elemen penilaian SKP 1

1. Rumah sakit telah menetapkan regulasi terkait sasaran keselamatan pasien meliputi :
a. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
d. Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien yang benar pada pembedahan/Tindakan invasive
e. Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh

2. RS telah menerapkan proses identifikasi pasien menggunakan minimal 2 (dua)identitas, dapat


memenuhi tujuan identifikasi pasien dan sesuai dengan ketentuan rs.
3. Pasien telah mengidentifikasi menggunakan minimal dua jenis identitas meliputi poin 1) – 4) dalam
maksud dan tujuan
4. Rumah sakit memastikan pasien teridentifikasi dengan tepat pada situasi khusus dan penggunaan
label seperti tercantum pada maksud dan tujuan.

6
Kesalahan pengobatan karena keliru pasien dapat terjadi
disemua aspek pelayanan pasien Diagnosis maupun terapi

 Keadaan pasien juga berkontribusi untuk kesalahan identifikasi :


 Pasien dalam keadaan terbius
 Pasien mengalami disorientasi
 Pasien mengalami penurunan kesadaran
 Pasien bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rs
 Disabilitas sensorik

7
IDENTIFIKASI PASIEN

1. Mengidentifikasi pasien yg akan


diberikan Layanan, Tindakan atau
Pengobatan ttt
2. Mencocokan layanan atau
perawatan yang akan diberikan
dengan pasien yang akan menerima
layanan.

8
Mengenali pasien
sebagai individu
yang menjadi target Mengenali Pelayanan
pelayanan Kesehatan yang
kesehatan ditargetkan kepada
pasien tersebut

9
IDENTIFIER / PENGENAL

1. Pengenal pasien berupa NAMA dan


TANGGAL LAHIR
2. Pengenal di cetak, bisa dengan
barcode namun TIDAK tulis tangan
3. Pengenal yang seragam terdapat
pada pasien maupun
pelayanan/makanan/specimen
pasien/hasil pemeriksaan diagnostic
dll

10
Prosedur Pemasangan Gelang Identitas Pasien

• Setiap pasien yang terdaftar di IGD SPO Pemasangan Gelang Identitas


dan administrasi ranap yang akan
dirawat inap 1. Jelaskan manfaat gelang pasien

• Pasien yang akan dilakukan prosedur 2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang
menolak, melepas, menutupi
invasif harus memakai gelang
gelang .dll
identitas pasien.
3. Minta pasien utuk mengingatkan
petugas bila akan melakukan tindakan
atau memberi obat memberikan
pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
11
KONDISI KHUSUS

• Pasien tanpa ID card dan tanpa pendamping  Menggunakan Mr X/Y/Z, dengan


tanggal lahir pada hari tsb
• Bayi baru lahir belum memiliki nama : Nama Ibu
• Pasien dengan kondisi dimana penggunaan gelang tidak memungkinkan  tidak
menggunakan gelang -- Foto

12
PROSES IDENTIFIKASI
Dilakukan saat akan: Dilakukan dengan cara:
1. Melakukan intervensi/terapi 1. Identifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien
(pemberian obat/transfuse/radiasi)
pulang menggunakan Dua Identitas Pasien:
2. Melakukan Tindakan (memasang IV 1. Nama Lengkap Pasien dan
2. Tanggal lahir pasien/ RM
line/HD)
2. Dilakukan secara verbal dengan menanyakan kepada
3. Melakukan tindakan diagnostic pasien, mengkonfirmasi ke gelang dan mencocokan
ke pelayanan yang akan diberikan. (pertemuan awal)
4. Menyajikan makan pasien
3. Dilakukan secara visual dengan melihat gelang
pasien dan label pada pelayanan

PENERAPAN IDENTIFIKASI INI HARUS KONSISTEN DISEMUA SITUASI DAN LOKASI


13
SASARAN KESELAMATAN PASIEN II
Meningkatkan komunikasi yang efektif

14
ELEMEN PENILAIAN SKP 2

1. RS telah menerapkan komunikasi saat menerima instruksi melalui telepon:


menulis/menginput ke computer – membacakan – konfirmasi Kembali
( writedown,readback, confirmation dan SBAR saat melaporkan kondisi pasien
kepada DPJP serta didokumentasikan dalam rekam medik.
2. RS telah menerapkan komunikasi saat pelaporan hasil kritis pemeriksaan
penunjang diagnostic melalui telepon: menulis/menginput ke computer –
membacakan – konfirmasi Kembali” (writedown, readback,confirmation dan
didokumentasikan dalam rekam medik.
3. RS telah menerapkan komunikasi saat serah terima sesuai dengan jenis serah
terima meliputi poin 1) sd 3) dalam maksud dan tujuan.

15
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

• Komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap,


jelas dan dipahami oleh resipien/penerima pesan
akan mengurangi kesalahan serta meningkatkan
keselamatan pasien.
• Komunikasi dilakukan secara lisan, tertulis
maupun elektronik. Yang beresiko adalah
komunikasi secara LISAN yang dilakukan secara
langsung atau per TELEPON saat melaporkan
pasien, pelaporan hasil kritis dan serah terima.

16
METODE KOMUNIKASI PER TELEPON

1. Metode menerima instruksi : Tulis, Baca ulang, Konfirmasi


2. Metode melaporkan kondisi pasien: Situation, Background, Assessment,
Recommendation

3. Metode tersebut juga digunakan saat melaporkan hasil kritis. Termasuk hasil
kritis yang didapat dari POCT.
4. Metode handover pasien juga distandarisasi namun harus sesuai dengan
tempat serah terima. (ICU, rawat inap).
1. Serah terima antara PPA
2. Serat terima antar unit perawatan
3. Serah terima ke unit layanan diagnostic
17
Perintah Lisan/Lewat Telepon

1. Tulis Lengkap  ISI PERINTAH


 NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
2. Baca Ulang- Eja untuk PEMBERI PERINTAH
NORUM/LASA  NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PENERIMA PERINTAH
3. Konfirmasilisan dan tanda tangan  TANGGAL DAN JAM

18
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG
WAJIB DILAPORKAN SEGERA

19
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan
Cito
Pelaporan Hasil Kritis (critical result) dapat diartikan:
1. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien.
2. Hasil Pemeriksaan yang sangat signifikan diluar nilai-nilai Normal  Life threatening
LAPOR SEGERA
3. Perlu sistem pelaporan formal dimana staf MENYADARI hasil pemeriksaan yang perlu
dilaporkan segera ke peminta pemeriksaan
4. Proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan
harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 30 menit dalam bentuk TBaK.
5. Proses ini didokumentasikan

20
SBAR

21
HANDOVER

1. Harus distandarisasi untuk setiap


handover
2. Terdapat informasi ttg kepada siapa
diserah terimakan
3. Tanda tangan
4. Tanggal dan waktu pencatatan

22
SASARAN KESELAMATAN PASIEN III
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG HARUS DIWASPADAI

23
ELEMEN PENILAIAN SKP III

1. Rumah sakit menetapkan daftar obat kewaspadaan tinggi (HighAlert) termasuk


obat Look Alike Sound Alike
2. Rumah Sakit menerapkan pengelolaan obat kewaspadaan tinggi ( High Alert)
termasuk obat Look Alike Sound Alike (LASA) secara seragam di seluruh area
rumah sakit untuk mengurangi risiko dan cedera
3. Rumah Sakit mengevaluasi dan memperbaharui daftar obat High-alert dan obat
Look Alike Sound Alike (LASA) yang sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali
berdasarkan laporan insiden local, nasional, internasional

24
ELEMEN PENILAIAN SKP III.1

1. Rumah sakit menerapkan proses penyimpanan elektrolit konsentrat tertentu


hanya di Instalasi Farmasi, kecuali di unit pelayanan dengan pertimbangan klinis
untuk mengurangi risiko dan cedera pada penggunaan elektrolit konsentrat.
2. Penyimpanan elektrolit konsentrat diluar Instalasi Farmasi diperbolehkan hanya
untuk situasi yang ditentukan sesuai dengan maksud dan tujuan.
3. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan protokol koreksi hipokalemia,
hyponatremia dan hipofosfatemia.

25
STRATEGI MENGURANGI KESALAHAN
PENGGUNAAN OBAT HIGH ALERT
Susun daftar obat Berikan label obat Penandaan tempat Implementasikan Staf kompeten
High alert, LASA dan obatan yang penyimpanan obat- double checking yang terlatih yang
elektrolit pekat yang masuk dalam obatan yang perlu
tersedia di rumah diwaspadai. sebelum diperkenankan
sakit yang update
obat-obatan yang pemberian obat memberikan yang
perlu diwaspadai Memastikan bahwa
elektrolit pekat di yang harus harus diwaspadai
luar ruang farmasi diwaspadai
dibatasi pada situasi
klinis tt.

PENATAAN DOUBLE PEMBATASAN


DAFTAR OBAT LABEL
PENYIMPANAN CHECKING AKSES

PENGAWASAN PENERAPAN PANDUAN/SPO PENGGUNAAN OBAT HIGH ALERT


OBAT YANG HARUS DIWASPADAI

1. Obat risiko tinggi contoh : Insulin,


heparin, sitostatika dll
2. Obat yang mirip rupa dan
pengucapannya (Look Alike Sound
Alike)
3. Elektrolit Konsentrat

27
OBAT HIGH ALERT DI RS……
High
Alert

28
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
CARA MEMBEDAKAN:
1. TALLMAN LETTERING LASA
2. BERI LABEL LASA/NORUM

 hidraALAzine  hidrOXYzine
 ceREBYx  ceLEBRex
 vinBLASTine  vinCRIStine
 chlorproPAMIDE  chlorproMAZINE
 glipiZIde  glYBURIde
 DAUNOrubicine  dOXOrubicine

29
SASARAN KESELAMATAN PASIEN IV
Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien benar
pada pembedahan/Tindakan invasive

30
ELEMEN PENILAIAN SKP IV

1. RS telah melaksanakan proses verifikasi pra operasi dengan daftar tilik untuk
memastikan benar pasien, benar Tindakan dan benar sisi.
2. RS telah menerapkan dan menerapkan tanda yang seragam, mudah dikenali dan
tidak bermakna ganda untuk mengidentifikasi sisi operasi atau Tindakan invasive.
3. RS telah menerapkan penandaan sisi operasi atau Tindakan invasive (site
marking) dilakukan oleh dokter operator/dokter asisten yang melakukan operasi
atau Tindakan invasive dengan melibatkan pasien bila memungkinkan.
4. RS telah menerapkan proses Time Out menggunakan surgical check list (surgical
safety checklist) dari WHO terkini pada Tindakan operasi termasuk Tindakan
medis invasive.
31
Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar,
pasien benar pada pembedahan/Tindakan invasive
1. Tindakan operasi / invasive meliputi semua Tindakan yang melibatkan insisi atau pungsi
termasuk tetapi tidak terbatas pada operasi terbuka, aspirasi perkutan, injeksi obat-
obatan tertentu, biopsy, Tindakan diagnostic vaskuler dan kardiak perkutan, laparoskopi
dan endoskopi.
2. RS perlu membuat satu daftar area dan Tindakan operasi/intervensi apa saja yang
dilakukan disana.

Universal Protokol untuk pencegahan kesalahan sisi, prosedur maupun pasien:


3. Proses verifikasi pra operasi
4. Penandaan lokasi operasi
5. Time out
32
Verifikasi pra operasi

Tujuan verifikasi Praoperasi:


1. Melakukan verifikasi terhadap sisi yang benar, prosedur yang benar dan pasien
yang benar
2. Memastikan bahwa semua dokumen , foto hasil radiologi atau pencitraan, dan
pemeriksaan yang terkait operasi telah tersedia diberi label dan disiapkan.
3. Melakukan verifikasi bahwa produk darah, peralatan medis khusus dan atau
implant yang dibutuhkan sudah tersedia.

33
PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Dilaksanakan dengan melibatkan pasien, dibuat saat pasien masih sadar/terjaga


bila memungkinkan
2. Tanda dipilih yang tidak menyebabkan persepsi ganda seperti tanda cross
3. Tanda harus digunakan secara konsisten diseluruh rumah sakit.
4. Dibuat oleh PPA yang akan melakukan Tindakan
5. Penandaan hanya ditujukan pada organ yang ada pada dua sisi (lateralisasi),
multiple struktur ( jari tangan/kaki)atau multiple level.
6. Peserta didik yang akan melaksanakan Tindakan tanpa supervise/supervise
minimal diperbolehkan.

34
TIME OUT & SIGN OUT

TIME OUT SIGN OUT


1. Dilakukan sesaat sebelum operasi dan dihadiri oleh 1. Dilakukan sebelum mengakhiri Tindakan
semua yang akan melakukan Tindakan
2. Perawat sebagai anggota tim mengkonfirmasi:
2. Pada saat time out seluruh tim menyepakati atas:
a. Nama Tindakan yang dilakukan
a. Benar identitas pasien
b. Kelengkapan instrumen, kasa dan jarum
b. Benar prosedur yang akan dilakukan
c. Pelabelan specimen : pelabelan sesuai
c. Benar sisi operasi/Tindakan invasive yang ketentuan identifikasi pasien
akan dilakukan
3. Masalah peralatan yang perlu ditangani.
3. Proses Time Out didokumentasikan

35
SASARAN KESELAMATAN PASIEN V
MENGURANGI RESIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN KESEHATAN

36
ELEMEN PENILAIAN SKP V

1) Rumah sakit telah 2) Terdapat evaluasi


menerapkan kebersihan terhadap pelaksanaan
tangan yang mengacu program kebersiha tangan
kepada standar WHO di rumah sakit serta upaya
terkini. perbaikan yang dilakukan
untuk meningkatkan
pelaksanaan program.

37
5 Moment

38
Strategi WHO dalam HandHygiene

1. Mempersiapkan sarana pendukung : Wastafel ( berfungsi, sabun (+), Tissu (+),


handrub
2. Training/education
3. Monitoring and feedback
4. Media pengingat kepatuhan cuci tangan
5. Membuat iklim kerja yang mendukung budaya cuci tangan

39
SASARAN KESELAMATAN PASIEN VI
Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh

40
ELEMEN PENILAIAN SKP VI
Elemen Penilaian SKP 6
1. Rumah sakit telah melaksanakan skrining pasien rawat jalan pada kondisi, diagnosis, situasi atau lokasi
yang dapat menyebabkan pasien berisiko jatuh, dengan menggunakan alat bantu / metode skrinning yang
ditetapkan rumah sakit
2. Tindakan dan/atau intervensi dilakukan untuk mengurangi resiko jatuh pada pasien jika hasil skrinning
menunjukan adanya risiko jatuh dan hasil skrinning serta intervensi didokumentasikan.
Elemen Penilaian SKP 6.1
3. Rumah sakit telah melakukan pengkajian resiko jatuh untuk semua pasien rawat inap baik dewasa
maupun anak dengan menggunakan metode pengkajian yang baku sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
4. Rumah sakit telah melakukan pengkajian ulang resiko jatuh pada pasien rawat inap karena adanya
perubahan kondisi, atau memang sudah mempunyai resiko jatuh dari hasil pengkajian
5. Tindakan dan/atau intervensi untuk mengurangi resiko jatuh pada pasien rawat inap telah dilakukan dan
didokumentasikan
41
Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi
risiko cedera pasien akibat jatuh
• Semua pasien rawat inap dan rawat jalan
dinilai risiko jatuhnya dan dilakukan
penilaian diulang jika diindikasikan terjadi
perubahan kondisi pasien atau
pengobatan.
• Penilaian Resiko Jatuh dilakukan kepada
pasien rawat jalan dan rawat inap

42
SKRINING RESIKO JATUH DI RAWAT JALAN

1. Kondisi pasien
2. Diagnosis pasien
3. Situasi pasien
4. Lokasi
Skrining dilakukan dengan metode sederhana, dapat dilakukan oleh petugas
registrasi dan maupun mandiri menggunakan form elektronik.
RS dapat menetapkan pasien rawat jalan mana yang akan dilakukan skrining resiko
jatuh : geriatric, poli rehabmedis, pasien tirah baring lama, gangguan
keseimbangan/gangguan penglihatan, pasien anak.

43
Penilaian Risiko Jatuh Rawat Jalan dan IGD
Modifikasi Get Up and Go Test
KOMPONEN PENILAIAN Ya Tidak

a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien tampak
tidak seimbang (sempoyongan / limbung)?

a. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai
penopang saat akan duduk?

• Tidak berisiko (tidak ditemukan a dan b)


• Berisiko rendah (ditemukan a atau b)
• Berisiko tinggi (ditemukan a dan b)

44
Asesmen Resiko Jatuh

Form Penilaian risiko jatuh:


1. Humpty Dumpty: anak
2. Morse Falls Scale: pasien dewasa > 18 dan < 60 tahun.
3. Ontario Sydney Scoring untuk pasien usia lanjut: usia 60 tahun ke atas.
4. Modifikasi Get Up & Go Test: Pasien Poliklinik dan IGD.

45
Assesmen Ulang Risiko Jatuh

• Saat terdapat perubahan kondisi pasien


• Pemberian obat yang meningkatkan risiko jatuh
• Saat transfer ke unit lain
• Adanya kejadian jatuh

46
CONTOH PERUBAHAN KONDISI/
PENGOBATAN
1. Pasien pasca operasi
2. Pasien pasca sedasi
3. Pasien pasca tindakan invasif risiko tinggi
4. Penambahan obat obat sedatif (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi
dan paralisis) , Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin, Antidepresan, Laksans/
Diuretika,Narkotik.
5. Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, anti psikotik, laksatif,
vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan,
neuroleptik, NSAID, Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin.
6. Penurunan kesadaran.
7. Pasien pasca jatuh.
47
Tindakan pencegahan jatuh secara umum
• Orientasi kamar inap kepada Pasien.
• Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di kedua sisi tempat tidur terpasang baik.
• Ruangan rapi
• Barang pribadi dalam jangkauan ( telepon, lampu panggilan, air minum, kacamata dll).
• Pencahayaan adekuat.
• Alat bantu dalam jangkauan (walker, crane, crutch).
• Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar.
• Pantau efek obat-obatan.
• Sediakan dukungan emosional dan psikologis.
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
48
Tindakan pencegahan jatuh risiko tinggi

Tindakan Pencegahan umum, ditambah dengan :


• Beri tulisan di depan kamar pasien “pencegahan jatuh”.
• Penanda berupa gelang/kancing kuning.
• Alas kaki anti licin.
• Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot.
• Kunjungi dan amati pasien secara teratur (misalkan tiap 2 jam).
• Nilai kebutuhan pasien akan :
o Fisioterapi dan terapi okupasi.
o Alarm tempat tidur.
o Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan nurse station
49

Anda mungkin juga menyukai