2
Patient safety culture
• Budaya tidak menyalahkan orang Budaya • Budaya yang tidak mentolerasi
perlakukan yang adil, budaya yang tindakan yang mengabaikan risiko
mendukung nilai tanggung jawab bersama:
pada pasien atau tindakan yang
organisasi bertanggung jawab thd sistem dan
tidak sesuai dengan ketentuan
memperlakukan perilaku staf secara adil, staf
(misconduct), misalnya memalsukan
beranggung jawab thd kualitas pekerjaannya
dan melaporkan jika terjadi error dan
catatan, melakukan tindakan yang
5
Elemen penilaian SKP 1
1. Rumah sakit telah menetapkan regulasi terkait sasaran keselamatan pasien meliputi :
a. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
d. Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien yang benar pada pembedahan/Tindakan invasive
e. Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh
6
Kesalahan pengobatan karena keliru pasien dapat terjadi
disemua aspek pelayanan pasien Diagnosis maupun terapi
7
IDENTIFIKASI PASIEN
8
Mengenali pasien
sebagai individu
yang menjadi target Mengenali Pelayanan
pelayanan Kesehatan yang
kesehatan ditargetkan kepada
pasien tersebut
9
IDENTIFIER / PENGENAL
10
Prosedur Pemasangan Gelang Identitas Pasien
• Pasien yang akan dilakukan prosedur 2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang
menolak, melepas, menutupi
invasif harus memakai gelang
gelang .dll
identitas pasien.
3. Minta pasien utuk mengingatkan
petugas bila akan melakukan tindakan
atau memberi obat memberikan
pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
11
KONDISI KHUSUS
12
PROSES IDENTIFIKASI
Dilakukan saat akan: Dilakukan dengan cara:
1. Melakukan intervensi/terapi 1. Identifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien
(pemberian obat/transfuse/radiasi)
pulang menggunakan Dua Identitas Pasien:
2. Melakukan Tindakan (memasang IV 1. Nama Lengkap Pasien dan
2. Tanggal lahir pasien/ RM
line/HD)
2. Dilakukan secara verbal dengan menanyakan kepada
3. Melakukan tindakan diagnostic pasien, mengkonfirmasi ke gelang dan mencocokan
ke pelayanan yang akan diberikan. (pertemuan awal)
4. Menyajikan makan pasien
3. Dilakukan secara visual dengan melihat gelang
pasien dan label pada pelayanan
14
ELEMEN PENILAIAN SKP 2
15
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
16
METODE KOMUNIKASI PER TELEPON
3. Metode tersebut juga digunakan saat melaporkan hasil kritis. Termasuk hasil
kritis yang didapat dari POCT.
4. Metode handover pasien juga distandarisasi namun harus sesuai dengan
tempat serah terima. (ICU, rawat inap).
1. Serah terima antara PPA
2. Serat terima antar unit perawatan
3. Serah terima ke unit layanan diagnostic
17
Perintah Lisan/Lewat Telepon
18
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG
WAJIB DILAPORKAN SEGERA
19
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan
Cito
Pelaporan Hasil Kritis (critical result) dapat diartikan:
1. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien.
2. Hasil Pemeriksaan yang sangat signifikan diluar nilai-nilai Normal Life threatening
LAPOR SEGERA
3. Perlu sistem pelaporan formal dimana staf MENYADARI hasil pemeriksaan yang perlu
dilaporkan segera ke peminta pemeriksaan
4. Proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan
harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 30 menit dalam bentuk TBaK.
5. Proses ini didokumentasikan
20
SBAR
21
HANDOVER
22
SASARAN KESELAMATAN PASIEN III
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG HARUS DIWASPADAI
23
ELEMEN PENILAIAN SKP III
24
ELEMEN PENILAIAN SKP III.1
25
STRATEGI MENGURANGI KESALAHAN
PENGGUNAAN OBAT HIGH ALERT
Susun daftar obat Berikan label obat Penandaan tempat Implementasikan Staf kompeten
High alert, LASA dan obatan yang penyimpanan obat- double checking yang terlatih yang
elektrolit pekat yang masuk dalam obatan yang perlu
tersedia di rumah diwaspadai. sebelum diperkenankan
sakit yang update
obat-obatan yang pemberian obat memberikan yang
perlu diwaspadai Memastikan bahwa
elektrolit pekat di yang harus harus diwaspadai
luar ruang farmasi diwaspadai
dibatasi pada situasi
klinis tt.
27
OBAT HIGH ALERT DI RS……
High
Alert
28
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
CARA MEMBEDAKAN:
1. TALLMAN LETTERING LASA
2. BERI LABEL LASA/NORUM
hidraALAzine hidrOXYzine
ceREBYx ceLEBRex
vinBLASTine vinCRIStine
chlorproPAMIDE chlorproMAZINE
glipiZIde glYBURIde
DAUNOrubicine dOXOrubicine
29
SASARAN KESELAMATAN PASIEN IV
Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien benar
pada pembedahan/Tindakan invasive
30
ELEMEN PENILAIAN SKP IV
1. RS telah melaksanakan proses verifikasi pra operasi dengan daftar tilik untuk
memastikan benar pasien, benar Tindakan dan benar sisi.
2. RS telah menerapkan dan menerapkan tanda yang seragam, mudah dikenali dan
tidak bermakna ganda untuk mengidentifikasi sisi operasi atau Tindakan invasive.
3. RS telah menerapkan penandaan sisi operasi atau Tindakan invasive (site
marking) dilakukan oleh dokter operator/dokter asisten yang melakukan operasi
atau Tindakan invasive dengan melibatkan pasien bila memungkinkan.
4. RS telah menerapkan proses Time Out menggunakan surgical check list (surgical
safety checklist) dari WHO terkini pada Tindakan operasi termasuk Tindakan
medis invasive.
31
Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar,
pasien benar pada pembedahan/Tindakan invasive
1. Tindakan operasi / invasive meliputi semua Tindakan yang melibatkan insisi atau pungsi
termasuk tetapi tidak terbatas pada operasi terbuka, aspirasi perkutan, injeksi obat-
obatan tertentu, biopsy, Tindakan diagnostic vaskuler dan kardiak perkutan, laparoskopi
dan endoskopi.
2. RS perlu membuat satu daftar area dan Tindakan operasi/intervensi apa saja yang
dilakukan disana.
33
PENANDAAN LOKASI OPERASI
34
TIME OUT & SIGN OUT
35
SASARAN KESELAMATAN PASIEN V
MENGURANGI RESIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN KESEHATAN
36
ELEMEN PENILAIAN SKP V
37
5 Moment
38
Strategi WHO dalam HandHygiene
39
SASARAN KESELAMATAN PASIEN VI
Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh
40
ELEMEN PENILAIAN SKP VI
Elemen Penilaian SKP 6
1. Rumah sakit telah melaksanakan skrining pasien rawat jalan pada kondisi, diagnosis, situasi atau lokasi
yang dapat menyebabkan pasien berisiko jatuh, dengan menggunakan alat bantu / metode skrinning yang
ditetapkan rumah sakit
2. Tindakan dan/atau intervensi dilakukan untuk mengurangi resiko jatuh pada pasien jika hasil skrinning
menunjukan adanya risiko jatuh dan hasil skrinning serta intervensi didokumentasikan.
Elemen Penilaian SKP 6.1
3. Rumah sakit telah melakukan pengkajian resiko jatuh untuk semua pasien rawat inap baik dewasa
maupun anak dengan menggunakan metode pengkajian yang baku sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
4. Rumah sakit telah melakukan pengkajian ulang resiko jatuh pada pasien rawat inap karena adanya
perubahan kondisi, atau memang sudah mempunyai resiko jatuh dari hasil pengkajian
5. Tindakan dan/atau intervensi untuk mengurangi resiko jatuh pada pasien rawat inap telah dilakukan dan
didokumentasikan
41
Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi
risiko cedera pasien akibat jatuh
• Semua pasien rawat inap dan rawat jalan
dinilai risiko jatuhnya dan dilakukan
penilaian diulang jika diindikasikan terjadi
perubahan kondisi pasien atau
pengobatan.
• Penilaian Resiko Jatuh dilakukan kepada
pasien rawat jalan dan rawat inap
42
SKRINING RESIKO JATUH DI RAWAT JALAN
1. Kondisi pasien
2. Diagnosis pasien
3. Situasi pasien
4. Lokasi
Skrining dilakukan dengan metode sederhana, dapat dilakukan oleh petugas
registrasi dan maupun mandiri menggunakan form elektronik.
RS dapat menetapkan pasien rawat jalan mana yang akan dilakukan skrining resiko
jatuh : geriatric, poli rehabmedis, pasien tirah baring lama, gangguan
keseimbangan/gangguan penglihatan, pasien anak.
43
Penilaian Risiko Jatuh Rawat Jalan dan IGD
Modifikasi Get Up and Go Test
KOMPONEN PENILAIAN Ya Tidak
a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien tampak
tidak seimbang (sempoyongan / limbung)?
a. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai
penopang saat akan duduk?
44
Asesmen Resiko Jatuh
45
Assesmen Ulang Risiko Jatuh
46
CONTOH PERUBAHAN KONDISI/
PENGOBATAN
1. Pasien pasca operasi
2. Pasien pasca sedasi
3. Pasien pasca tindakan invasif risiko tinggi
4. Penambahan obat obat sedatif (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi
dan paralisis) , Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin, Antidepresan, Laksans/
Diuretika,Narkotik.
5. Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, anti psikotik, laksatif,
vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan,
neuroleptik, NSAID, Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin.
6. Penurunan kesadaran.
7. Pasien pasca jatuh.
47
Tindakan pencegahan jatuh secara umum
• Orientasi kamar inap kepada Pasien.
• Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di kedua sisi tempat tidur terpasang baik.
• Ruangan rapi
• Barang pribadi dalam jangkauan ( telepon, lampu panggilan, air minum, kacamata dll).
• Pencahayaan adekuat.
• Alat bantu dalam jangkauan (walker, crane, crutch).
• Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar.
• Pantau efek obat-obatan.
• Sediakan dukungan emosional dan psikologis.
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
48
Tindakan pencegahan jatuh risiko tinggi