Anda di halaman 1dari 46

Sasaran Keselamatan Pasien

(SKP)
LATAR BELAKANG

 Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan


No 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
 RS harus menyiapkan regulasi tentang
keenam sasaran keselamatan pasien.
 KNKP LAPORAN IKP 2015-2019 : 7465 41%
KTD
 AKREDITASI NBL SKP 80%
 “PETUGAS SAFETY”
SasaranSTANDAR SASARAN
Keselamatan Pasien
KESELAMATAN PASIEN
Standar 1
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Standar 2
Meningkatkan komunikasi efektif
Standar 3
Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
Standar 4
Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien yang benar
pada pembedahan/tindakan invasif
Standar 5
Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Standar 6
Mengurangi risiko cedara pasien akibat jatuh
Click icon to add picture

SASARAn KESELAMATAN PASIEN 1


Mengindentifikasi pasien secara benar
Rumah sakit menerapkan proses untuk menjamin ketepatan identifikasi pasien
Kesalahan pengobatan karena keliru pasien dapat terjadi disemua
aspek pelayanan pasien Diagnosis maupun terapi, Keadaan pasien
juga berkontribusi untuk kesalahan identifikasi :

 Pasien dalam keadaan terbius

 Pasien mengalami disorientasi

 Pasien mengalami penurunan kesadaran

 Pasien bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rs

 Disabilitas sensorik
Mengenali pasien
sebagai individu
yang menjadi target Mengenali Pelayanan
pelayanan Kesehatan yang
kesehatan ditargetkan kepada
pasien tersebut
IDENTIFIER / PENGENAL
1. Pengenal pasien berupa NAMA dan TANGGAL LAHIR
2. Pengenal di cetak, bisa dengan barcode namun TIDAK tulis tangan
3. Pengenal yang seragam terdapat pada pasien maupun
pelayanan/makanan/specimen pasien/hasil pemeriksaan diagnostic dll
Gelang Identitas Pasien
SPO Pemasangan Gelang
• Setiap pasien yang terdaftar di IGD dan administrasi ranap yang akan
dirawat inap
• Pasien yang akan dilakukan prosedur invasif harus memakai gelang
identitas pasien.
• JANGAN BIARKAN PASIEN TANPA GELANG IDENTITAS
• Jelaskan manfaat gelang pasien
• Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang .dll
• Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan
atau memberi obat memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi nama
dan mengecek ke gelang
KONDISI KHUSUS
• Pasien tanpa ID card dan tanpa pendamping 
Menggunakan Mr X/Mrs Y, dengan tanggal lahir pada hari
tsb
• Bayi baru lahir belum memiliki nama : Nama Ibu
• Pasien dengan kondisi dimana penggunaan gelang tidak
memungkinkan  tidak menggunakan gelang -- Foto
PROSES IDENTIFIKASI

Melakukan intervensi/terapi (pemberian obat/transfusi/radiasi)

Melakukan Tindakan (memasang IV line/HD)

Melakukan tindakan diagnostic

Menyajikan makan pasien

PENERAPAN IDENTIFIKASI INI HARUS KONSISTEN DISEMUA SITUASI DAN LOKASI


Kapan identifikasi

Identifikasi pasien dilakukan


mulai saat pasien mendaftar,
memperoleh pelayanan sampai
pasien pulang

Dilakukan secara verbal dengan


menanyakan kepada pasien,
Dilakukan secara visual dengan mengkonfirmasi ke gelang dan
melihat gelang pasien dan label mencocokan ke pelayanan yang akan
pada pelayanan diberikan. (pertemuan awal)

PENERAPAN IDENTIFIKASI INI HARUS KONSISTEN DISEMUA SITUASI DAN LOKASI


SASARAn KESELAMATAN PASIEN II
meningkatkan komunikasi yang efektif
Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi lisan dan/atau telepon
diantara para professional pemberi asuhan (PPA), proses pelaporan hasil kritis pada pemeriksaan
diagnostic termasuk POCT dan proses komunikasi saat serah terima (handover)
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
• Komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas dan dipahami oleh resipien/penerima
pesan akan mengurangi kesalahan serta
meningkatkan keselamatan pasien.

• Komunikasi dilakukan secara lisan, tertulis


maupun elektronik. Yang beresiko adalah
komunikasi secara LISAN yang dilakukan
secara langsung atau per TELEPON saat
melaporkan pasien, pelaporan hasil kritis dan
serah terima.
METODE KOMUNIKASI PER TELEPON
1. Metode menerima instruksi : Tulis, Baca ulang, Konfirmasi
2. Metode melaporkan kondisi pasien: Situation, Background, Assessment, Recommendation
3. Metode tersebut juga digunakan saat melaporkan hasil kritis. Termasuk hasil
kritis yang didapat dari POCT.
4. Metode handover pasien juga distandarisasi namun harus sesuai dengan
tempat serah terima. (ICU, rawat inap).
1. Serah terima antara PPA
2. Serat terima antar unit perawatan
3. Serah terima ke unit layanan diagnostic
Perintah Lisan/Lewat Telepon
1. Tulis Lengkap 

ISI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN

2. Baca Ulang- Eja untuk 


PEMBERI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
NORUM/LASA 
PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM

3. Konfirmasilisan dan
tanda tangan
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan
Cito

Pelaporan Hasil Kritis (critical result) dapat diartikan:


1. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien.
2. Hasil Pemeriksaan yang sangat signifikan diluar nilai-nilai Normal  Life threatening LAPOR
SEGERA
3. Perlu sistem pelaporan formal dimana staf MENYADARI hasil pemeriksaan yang perlu dilaporkan
segera ke peminta pemeriksaan
4. Proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan harus
dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 30 menit dalam bentuk TBaK.
5. Proses ini didokumentasikan
S Situasi
Saya menelpon tentang (nama pasien, tanggal lahir dan lokasi)

Masalah yang ingin disampaikan adalah: .


Tanda-tanda vital:
TD: __/__, Nadi: ___, Pernapasan: ___, dan Suhu: ___
Saya khawatir tentang:

B Background/ Latar Belakang


Status mental pasien:
Kulit/ Ekstremitas:
Pasien memakai/ tidak memakai oksigen
A Assessment/ Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakan apa masalah yang anda pikirkan)
Masalahnya tampaknya adalah: jantung, infeksi, neurologis, respirasi, __
Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk. Kita perlu melakukan sesuatu, Dok.

R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan).

Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan:

Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan:


HANDOVER
• Harus distandarisasi untuk setiap
handover
• Terdapat informasi ttg kepada
siapa diserah terimakan
• Tanda tangan
• Tanggal dan waktu pencatatan

20
SASARAN KESELAMATAN PASIEN III
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT YANG HARUS DIWASPADAI
SKP 3 Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkan keamanan penggunaan obat yang
memerlukan kewaspadaan tinggi ( high alert medication) termasuk obat Look – Alike Sound Alike
( LASA).

SKP 3.1 Rumah sakit menerapkan proses untuk meningkatkan keamanan elektrolit konsentrat
STRATEGI MENGURANGI KESALAHAN PENGGUNAAN OBAT
HIGH ALERT
• Susun daftar obat high alert dan elektrolit konsentrat yang tersedia di
rumah sakit yang update
• Berikan label untuk obat obat yang high alert atau obat obat yang
diwaspadai
• berikan penandaan tempat penyimpanan obat yang diwaspadai dan
pastikan tempat penyimpanan elektrolit konsentrat diluar farmasi dibatasi
hanya tempat tempat tertentu dan emergency saja
• Implementasikan double checking sebelum pemberian obat
• Staff yang kompeten dan terlatih yang di perkenankan untuk memberikan
obat
OBAT YANG HARUS DIWASPADAI
1.Obat risiko tinggi contoh :
Insulin, heparin, sitostatika
dll
2.Obat yang mirip rupa dan
pengucapannya (Look Alike
Sound Alike)
3.Elektrolit Konsentrat.
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

CARA MEMBEDAKAN:
1. TALLMAN LETTERING LASA
2. BERI LABEL LASA/NORUM
• hidraALAzine  hidrOXYzine
• ceREBYx
 ceLEBRex
• vinBLASTine
• chlorproPAMIDE  vinCRIStine
• glipiZIde  chlorproMAZI
• DAUNOrubicine NE
 glYBURIde
 dOXOrubicine
24
High
PENYIMPANAN OBAT HIGH Alert
ALERT

 Pisahkan obat high alert dari obat


lain sesuai dengan Daftar Obat High
Alert

 Tempelkan stiker merah


bertuliskan “High Alert” pada setiap
obat high alert

 Berikan selotip merah pada


sekeliling tempat penyimpanan obat
high alert yang terpisah dari obat lain

 Simpan obat sitostatika dan obat


narkotik secara terpisah dari obat
high alert lainnya
SASARAn KESELAMATAN PASIEN IV
Memastikan sisi yang benar, prosedur yang benar, pasien benar
pada pembedahan/Tindakan invasive
RS menetapkan proses untuk melaksanakan verifikasi pra operasi, penandaan lokasi operasi dan
proses time out yang dilaksanakan sesaat sebelum tindakan pembedahan /invasive dimulai serta
proses sign out yang dilakukan setelah Tindakan selesai
1. Tindakan operasi / invasive meliputi semua Tindakan yang melibatkan insisi atau
pungsi termasuk tetapi tidak terbatas pada operasi terbuka, aspirasi perkutan,
injeksi obat-obatan tertentu, biopsy, Tindakan diagnostic vaskuler dan kardiak
perkutan, laparoskopi dan endoskopi.
2. RS perlu membuat satu daftar area dan Tindakan operasi/intervensi apa saja
yang dilakukan.

Universal Protokol untuk pencegahan kesalahan sisi, prosedur maupun pasien:


3. Proses verifikasi pra operasi
4. Penandaan lokasi operasi
5. Time out
Verifikasi pra operasi
Tujuan verifikasi Praoperasi:
1.Melakukan verifikasi terhadap sisi yang benar, prosedur yang
benar dan pasien yang benar
2.Memastikan bahwa semua dokumen , foto hasil radiologi atau
pencitraan, dan pemeriksaan yang terkait operasi telah tersedia
diberi label dan disiapkan.
3.Melakukan verifikasi bahwa produk darah, peralatan medis
khusus dan atau implant yang dibutuhkan sudah tersedia.
PENANDAAn LOKASI
OPERASI
1. Dilaksanakan dengan melibatkan pasien, dibuat saat
pasien masih sadar/terjaga bila memungkinkan
2. Tanda dipilih yang tidak menyebabkan persepsi ganda
seperti tanda cross
3. Tanda harus digunakan secara konsisten diseluruh
rumah sakit.
4. Dibuat oleh PPA yang akan melakukan Tindakan
5. Penandaan hanya ditujukan pada organ yang ada
pada dua sisi (lateralisasi), multiple struktur ( jari
tangan/kaki, lesi)atau multiple level.
6. Peserta didik yang akan melaksanakan Tindakan
tanpa supervise/supervise minimal diperbolehkan.
TIME OUT & SIGN OUT
TIME OUT
1. Dilakukan sesaat sebelum operasi dan dihadiri oleh semua yang akan melakukan Tindakan
2. Pada saat time out seluruh tim menyepakati atas:
a. Benar identitas pasien
b. Benar prosedur yang akan dilakukan
c. Benar sisi operasi/Tindakan invasive yang akan dilakukan
3. Proses Time Out didokumentasikan
SIGN OUT
4. Dilakukan sebelum mengakhiri Tindakan
5. Perawat sebagai anggota tim mengkonfirmasi:
a. Nama Tindakan yang dilakukan
b. Kelengkapan instrumen, kasa dan jarum
c. Pelabelan specimen : pelabelan sesuai ketentuan identifikasi pasien
6. Masalah peralatan yang perlu ditangani.
SASARAn KESELAMATAN PASIEN V
MENGURANGI RESIKO INFEKSI AKIBAT PERAWATAN KESEHATAN
Rumah sakit menerapkan kebersihan tangan (handhygiene) untuk menurunkan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan
Hand Hygiene
• Rumah sakit telah menerapkan kebersihan tangan
yang mengacu kepada standar WHO terkini.

• Terdapat evaluasi terhadap pelaksanaan program


kebersiha tangan di rumah sakit serta upaya
perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan
pelaksanaan program.
KEBERSIHAN TANGAN
5 Moment (2 setelah 3 sebelum)
Setelah menyentuh area sekitar pasien/lingkungan pasien
Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
Sebelum dan sesudah tindakan/ aseptik.
Setelah terpapar cairan tubuh pasien.
Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasif.
Strategi WHO dalam HandHygiene

Mempersiapkan sarana pendukung : Wastafel ( berfungsi, sabun (+),


Tissu (+), handrub
Training/education
Monitoring and feedback
Media pengingat kepatuhan cuci tangan
Membuat iklim kerja yang mendukung budaya cuci tangan
SASARAN KESELAMATAN PASIEN VI
Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh
SKP 6 Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi risiko cedera pasien
akibat jatuh
SKP 6.1

36
• Semua pasien rawat inap dan
rawat jalan dinilai risiko
jatuhnya dan dilakukan
penilaian diulang jika
diindikasikan terjadi
perubahan kondisi pasien
atau pengobatan.

• Penilaian Resiko Jatuh


dilakukan kepada pasien
rawat jalan dan rawat inap
SKRINING RESIKO JATUH DI RAWAT
JALAN

1. Kondisi pasien
2. Diagnosis pasien
3. Situasi pasien
4. Lokasi

Skrining dilakukan dengan metode sederhana, dapat dilakukan oleh petugas


registrasi dan maupun mandiri
RS dapat menetapkan pasien rawat jalan mana yang akan dilakukan skrining
resiko jatuh : geriatric, poli rehabmedis, pasien tirah baring lama, gangguan
kesetimbangan/gangguan penglihatan, pasien anak.
Asesmen Resiko Jatuh

Form Penilaian risiko jatuh:


1. Humpty Dumpty: anak
2. Morse Falls Scale: pasien dewasa > 18 dan < 60 tahun.
3. Ontario Sydney Scoring untuk pasien usia lanjut: usia 60
tahun ke atas.
4. Modifikasi Get Up & Go Test: Pasien Poliklinik dan IGD.
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR

Usia  < 3 tahun 4


 3 – 7 tahun 3
 7 – 13 tahun 2
 ≥ 13 tahun 1

Jenis kelamin  Laki-laki 2


 Perempuan 1
Diagnosis  Diagnosis neurologi 4
 Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, 3
sinkop, pusing, dsb.)
 Gangguan perilaku / psikiatri 2
 Diagnosis lainnya 1

Gangguan kognitif  Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3


 Lupa akan adanya keterbatasan 2
 Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor lingkungan  Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
 Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi 3
/ perabot rumah
 Pasien diletakkan di tempat tidur 2
 Area di luar rumah sakit 1

Respons terhadap:  Dalam 24 jam 3


1. Pembedahan/ sedasi /  Dalam 48 jam 2
 > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi 1
anestesi
 Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, 3
2. Penggunaan antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
medikamentosa  Penggunaan salah satu obat di atas 2
 Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1
40
SKALA RESIKO JAT UH ONTARIO MODIFIED STRAT IFY - SYDNEY
SCORING ( GERIAT RI )
No Para meter Skrining Jawa b an Ketera ng an Nilai
1. Riwayat Jatuh Ap akah p asien datang keRS Ya / tid ak Salah satu
karen a jatuh? jawa b an ya = 6
Jika tidak, ap akah p asien Ya / Tid ak
meng ala mi jatuhd alam 2
b ulan terakh ir ini ?
2. Status Mental Ap akah p asien delirium ? Ya / Tid ak Salah satu
(Tid ak d apat memb uat jawa b an ya = 14
kep utusan, p ola p ikir tid ak
tero rg anisir, g ang uan d aya
ing at ) Ya / Tid ak
Ap akah p asien
d iso rientasi ? (salah
menyeb utkan waktu, temp at Ya / Tid ak
atau oran g )
Ap akah p asien meng alam i
ag itasi ? (ketakutan , g elisah,
d an cemas)
3. Peng lihata n Ap akah p asien memakai Ya / Tid ak Salah satu
kacamata ? jawa b an ya = 1
Ap akah p asien meng eluh Ya / Tid ak
ad anya p eng lihatan b uram ?
Ap akah p asien memp unyai Ya / Tid ak
g lauko ma ?Katarak /
d eg enera si makula ?
4. Keb iasaan Berkemih Ap akah terd apat p erub aha n Ya / Tid ak Salah satu
p erilaku b erkemih? jawa b an ya = 2
( frekue nsi, urg ensi,
inko ntinensia, no kturia)
5. Tra nsfer ( d ari Mand iri ( b oleh memakai 0 Jumlah nilai
temp at tidur ke kursi alat b antu jalan ) transf er d an
d an kemb ali lag i Memerlukan sed ikit b antuan 1 mo bilitas jika nilai
ketemp at tidur ) ( 1 o rang ) / dalam total 0 – 3 maka
p eng awa san 2 scor = 0
Memerlukan b antuan yang Jika nilai total 4 –
nyata ( 2 o rang ) 3 6, maka skor = 7
Tid ak d ap at d ud uk d eng an
seimb ang , perlu b antuan
to tal
6. Mo bilitas Mand iri ( b oleh memakai 0
alat b antu jalan ) 1
Berja lan deng an b antuan 1 2
o rang ( verb al / fisik ) 3
Meng g unaka n kursi ro d a

Imo b ilisasi

Keterangan skor :
0-5 = resiko rend ah
6-16 = resiko sedang
17-30 = resiko tinggi
Penilaian Risiko Jatuh Rawat Jalan dan IGD
Modifikasi Get Up and Go Test

KOMPONEN PENILAIAN Ya Tidak


a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien    
tampak tidak seimbang (sempoyongan / limbung)?

b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai    
penopang saat akan duduk?

• Tidak berisiko (tidak ditemukan a dan b)


• Berisiko rendah (ditemukan a atau b)
• Berisiko tinggi (ditemukan a dan b)
Assesmen Ulang Risiko Jatuh

• Saat terdapat perubahan kondisi pasien


• Pemberian obat yang meningkatkan risiko jatuh
• Saat transfer ke unit lain
• Adanya kejadian jatuh
Tindakan pencegahan jatuh secara umum

• Orientasi kamar inap kepada Pasien.


• Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di kedua sisi tempat tidur terpasang baik.
• Ruangan rapi
• Barang pribadi dalam jangkauan ( telepon, lampu panggilan, air minum, kacamata dll).
• Pencahayaan adekuat.
• Alat bantu dalam jangkauan (walker, crane, crutch).
• Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar.
• Pantau efek obat-obatan.
• Sediakan dukungan emosional dan psikologis.
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
Tindakan pencegahan jatuh risiko tinggi
Tindakan Pencegahan umum, ditambah dengan :
• Beri tulisan di depan kamar pasien “pencegahan jatuh”.
• Penanda berupa gelang/kancing kuning.
• Alas kaki anti licin.
• Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot.
• Kunjungi dan amati pasien secara teratur (misalkan tiap 2 jam).
• Nilai kebutuhan pasien akan :
o Fisioterapi dan terapi okupasi.
o Alarm tempat tidur.
o Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan nurse station

Anda mungkin juga menyukai