Tipologi Sistem Hukum Di Indonesia.
Tipologi Sistem Hukum Di Indonesia.
Indonesia
Disusun Oleh :
1. Afninda Pratiwi (231010200534)
2. Aldiyan Mohamad Reza (231010200490)
3. Dimas Yudawiratama (231010200491)
4. Sabrina Julia Zuhrufah Lubis (231010200486)
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
DAFTAR ISI
BAB II Pembahasan
2.1 Sistem Hukum Positif di Indonesia
2.2 Hukum Adat Indonesia
2.3 Adaptasi Sistem Hukum di Indonesia
2.4 Perbandingan Sistem Hukum Islam dengan
Daerah Yang Tidak Menerapkannya
1.2.1 Bagaimana sistem hukum positif di Indonesia mencakup hukum pidana dan hukum perdata?
1.2.2 Bagaimana masyarakat adat di Indonesia menggunakan sistem hukum adat mereka dalam
mengatur masalah pertanahan dan sengketa adat?
1.2.3 Bagaimana sistem hukum di Indonesia beradaptasi dengan perubahan sosial, politik, dan budaya
yang terjadi di negara ini?
1.2.4 Bagaimana perbandingan antara sistem hukum di provinsi yang menerapkan hukum Islam
dengan provinsi yang tidak menerapkannya dalam konteks hukum keluarga dan pernikahan?
SISTEM HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Sistem hukum positif di Indonesia mencakup hukum pidana dan hukum perdata.
Sistem hukum positif Indonesia terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi, yaitu peraturan perundang-undangan, lembaga-lembaga
yang dibentuk dengan undang-undang atau oleh pemerintah, dan pengadilan.
Sejarah hukum tanah di Indonesia sebelum berlakunya UUPA selain hukum agraria
barat yaitu hukum adat. Yang didalamnya mengenal seperti hak ulayat, hak milik
dan hak pakai. Hukum tanah adat sendiri tiap daerahnya memiliki perbedaan
dikarenakan di tiap daerah memiliki sumber adat yang berbeda. Hukum tanah adat
adalah hukum yang mengatur tentang hak atas tanah yang berlaku di tiap daerah.
Seperti yang kita ketahui hukum tanah adat ini masih sering digunakan dalam
transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia.
• Di Indonesia, sistem hukum provinsi yang menerapkan hukum a. Menganut Hukum Islam
Islam, seperti di Aceh, memiliki perbedaan signifikan dalam
konteks hukum keluarga dan pernikahan dibandingkan dengan b. Menerapkan Sistem Peradilan Syariah
provinsi-provinsi yang tidak menerapkan hukum Islam.
c. Pengaturan Poligami yang di izinkan dengan syarat
tertentu