Anda di halaman 1dari 33

Rizky Auliah Juniarti.,S.ST.,M.

Kes
A. PENYAKIT
HEMATOLOGIK
 Anemia dalam kehamilan

Anemia : kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah


batas “normal”.

Pada kehamilan kebutuhan oksigen meningkat memicu


pembentukan eritropoetin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan erotrpsit meningkat, namun peningkatan
volume plasma lebih besar dari peningkatan eritrosit
sehingga penurunan konsentrasi Hb akibat hemodilusi.
 Defisiensi Besi
Paling sering ditemukan.

Ditandai dengan penurunan cadangan besi, konsentrasi besi


serum dan saturasi transferin yang rendah dan konsentrasi
Hb atau Ht yang menurun.

Terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk


eritropoesis, dan kehilangan darah saat persalinan.

Pencegahan dengan suplemen besi dan asam folat. WHO


menganjurkan 60mg besi selama 6 bulan.
 Defisiensi Asam Folat
Kebutuhan folat meningkat 5-10x karena transfer folat dari ibu
ke janin

Anemia megaloblastik merupakan penyebab ke2 terbanyak.

Gejala sama seperti anemia pada umumnya ditambah kulit


yang kasar dan glositis.

Penatalaksaan defisiensi asam folat dengan memberikan folat


secara oral sebanyak 1-5mg/hari
B. PENYAKIT
HEMORAGIK
 Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan hemofilia B (defisiensi
faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive

 Penyakit von Willebrand


Kelainan pendarahan bawaan yang paling serung ditemui
dengan prevalensi antara 1-3% dengan manifestasi
pendarahan mukokutan.
C. PENYAKIT SALURAN
PERNAPASAN
 Infeksi saluran atas

Rinitis, sinusitis, faringitis, da trakhea laringitis.


Organisme tersering adalah virus rinovirus, influenza dan
bakteri streptokokus, pneumonia.
Gejala tersering kongesti nasal, lendir, nyeri tenggorokan, batuk
kering atau produktif.
Terapinya biasanya bersifat simptomatik dengan antibiotika.
 Infeksi saluran bawah
Bronkitis Akut

Infeksi virus atau bakteri pada percabangan trakheobronkial


tanpa melibatkan alveoli.
Biasanya oleh virus.
Diagnosis ditegakkan adanya batuk produktif tanpa demam,
dapat ditemukan gejala infeksi saluran pernapasan atas.
Penderita harus istirahat, minum banyak dan diberi obat
bronkodilator, bila bakteri pilihannya amoksilin dan
eritromisin.
 Pneumonia

Infeksi atau inflamasi saluran pernapasan bawah yang


melibatkan alveolus dan bronkiolus.
Ada 2 penyebab utama :
1. Pneumonia Bakterial
2. Pneumonia Influenza
Gejala klinik batuk(90%), dispnea(65%), sputum (65%), dan
nyeri dada pleuritik (50%).
Pencegahan dengan imunisasi pneumonia dan influenza.
 Asma
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari
sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan
kekurangan oksigen (02) atau hipoksia.
Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan
berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran,
persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan
usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi,
infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan faktor psikis.
Penanganan
1. Mencegah timbulnya stress
2. Menghindari faktor resiko (pencetus) yang sudah
diketahui, secara intensif.
3. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan
semacam yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
4. Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat lokal
yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol.
5. Obat-obatan yang umumnya aman dan efektif
mengobati asma selama kehamilan antara lain: bronkodilator
hirup, Obat oral yang biasa digunakan adalah teofillin.
C. PENYAKIT JANTUNG KATUP

 Penyakit jantung merupakan penyebab kematian meternal


ke3 dan penyebab utama kematian dalam penyebab
kematian maternal nonobstretik.

 Klasifikasi fungsional dari New York Heart Association


(NYHA) sering digunakan sebagai prediksi untuk
keberhasilan kehamilan.

 Pada umumnya pasien sebelum hamil dengan NYHA klas I


dan II dapat melalui kehamilan dengan aman.
MITRAL STENOSIS

Paling sering ditemukan.


Diagnosis mitral stenosis mungkin baru ditegakkan pertama kali
ketika timbul keluhan dan gejala sewaktu hamil pada pasien-
pasien tanpa keluhan sebelumnya.
Perubahan fisiologik terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan
peningkatan tekanan serambi kiri jantung yang mengakibatkan
edema paru.
Prinsip tatalaksana dengan pemberian digitalis dan penyekat
beta.
AORTA STENOSIS

Aorta stenosis ringan dan moderat dengan fungsi ventrikel kiri


yang masih baik biasanya dapat menoleransi kehamilan
dengan baik. Sebaliknya, pasien dengan aorta stenosis berat
dan dengan gejala merupakan resiko tinggi bagi perempuan
hami dan janinnya.

Gejala yang timbul dapat sesak napas, sinkop, yang timbul


pada trimester ke2 akhir atau ke3 akhir.

Prinsip tatalaksanaan :
Koreksi katup yaitu valvuloplasti.
MITRAL REGURGITASI

Pada umumnya regurgitasi katub dapat menoleransi kehamilan


dengan baik.
Disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung kiri jarang terjadi pada
mitral regurgitasi. Presentasi derajat beratnya sulit dinilai karena
adanya peningkatan curah jantung selama kehamilan normal
tanpa penyakit jantung.

Prinsip tatalaksanaan :
Pemberian antibiotik profilaksis perlu diberikan untuk mencegah
bakteremia.
Bila terdapat gejala yang berat dan gagal jantung kongestif,
maka pemberian obat diuretik dan vasodilator dapat
memperbaiki toleransi klinis.
AORTA REGURGITASI

Gejala yang berat jarang dijumpai.


Interpretasi klinik derajat aorta regurgitasi sulit ditentukan
karena pada kehamilan terjadinya peningkatan isi sekuncup
jantung yang menyebabkan nadi yang besat, walaupun tidak
ada penyakit jantung.

Prinsip tatalaksanaan :
Obat ACE inhibitor harus diberhentikan selama kehamilan dan
dapat diberikan nitrat dan penghambat kalsium.
Bila terdapat komplikasi gangguan fungsi ventrikel kiri dilakukan
terminasi dini
AORTA REGURGITASI

Gejala yang berat jarang dijumpai.


Interpretasi klinik derajat aorta regurgitasi sulit ditentukan
karena pada kehamilan terjadinya peningkatan isi sekuncup
jantung yang menyebabkan nadi yang besat, walaupun tidak
ada penyakit jantung.

Prinsip tatalaksanaan :
Obat ACE inhibitor harus diberhentikan selama kehamilan dan
dapat diberikan nitrat dan penghambat kalsium.
Bila terdapat komplikasi gangguan fungsi ventrikel kiri dilakukan
terminasi dini
D. PENYAKIT GASTROINTESTINAL

Hiperemesis Gravidarum
Muntah dan terjadinya pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu,
Klasifikasi :
RESIKO :
MANAJEMEN :
ULKUS PEPTIKUM

Suatu keadaan adanya borok pada esofagus, lambung atau


duodenum. Disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi asam
lambung dan pepsin dan dijumpai adanya bakteri Helikobakter
pilori.
DIAGNOSIS :
ULKUS PEPTIKUM

PENANGANAN
HEMOROID

Bantalan jarungan dari varikosis vena yang merupakan


insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus.
HEMOROID

Gejala
HEMOROID

PENANGANAN
E. PENYAKIT ENDOKRIN

Diabetes mellitus
Pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau
diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini
mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum
terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang
benar-benar menderita DM akibat hamil.
DIABETES MELLITUS

 Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM
dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu
dengan faktor resiko berupa beberapa kali keguguran,
riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat
melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi
lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion. Juga
terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM
dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya,
obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih
berulang selama hamil.
DIABETES MELLITUS

Klasifikasi

Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent


diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan
insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus
yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan
kadar gula darah.
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS

Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia,
yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah
makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%.
Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode
hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus
normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu
dan kadar Hb glikosila.
Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil
dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan
melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar
1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB
sekitar 10-12 kg.
F. PENYAKIT GINJAL

Efek kehamilan terhadap fungsi ginjal


 Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa
tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi,
serta adanya kelainan penyerta, seperti tekanan darah tinggi
dan proteinuria.
 Adanya hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi
ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa memperburuk fungsi
ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa
mempengaruhi fungsi ginjal.
GAGAL GINJAL MENDADAK DALAM KEHAMILAN

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan


komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas,
karena dapat menimbulkan kematian, atau kerusakan fungsi
ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-
1500 kehamilan.

Kelainan ini didasari oleh dua jenis patologi.


Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami
kerusakan.
Nekrisis kortikal biletral apabila smpai kedua ginjal yang
menderita.
GLOMERULONEFRITIS AKUTA

Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita


hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan,
dan penderita nefritis dapat menjadi hamil.

Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-


haemolyticus jenis A.

Sering ditemukan bahwa penderita pada saat yang


sama atau beberapa minggu sebelumnya menderita infeksi
jalan pernapasan, tonsillitis, atau infeksi lain-lain sterptokokkus
GLOMERULONEFRITIS AKUTA

Gambaran klinik

Anda mungkin juga menyukai