PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tuberkulosis Paru (TBC Paru)
TBC paru rupanya tidak terpengaruh oleh keadaan hamil, bahkan banyak penderita tidak
mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan
terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang kadang ada batuk
darah, dan sakit di dada. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan ada ronkhi basal, suara
caverne atau pleural effusion. Dulu dilakukan abortus terapeuticus atas indikasi TBC paru,
tetapi ternyata bahwa angka kematian lebih tinggi dibanding dengan terapi konservatif.
Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan
tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purifed protein derivate) 5 UI, bila hasil positif dilanjutkan
dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X,
pada penderita TBC paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum BTA untuk membuat
diagnosa secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan / uji sensitivitas. Pada janin dengan ibu
TBC paru jarang dijumpai TBC kongenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena
dirawat atau disusui ibunya.
Penatalaksanaan
Penyakit ini akan sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh
penderita, berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat
kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk menutup mulut
dan hidungnya bila batuk, bersin dan tertawa.
Sebagian besar obat anti TBC aman untuk wanita hamil, kecuali etambutol, pasien hamil
dengan TBC paru yang tidak aktif tidak perlu mendapat pengobatan. Sedangkan pada yang
aktif dianjurkan untuk menggunakan dua macam obat atau lebih untuk mencegah timbulnya
resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu diikutkan karena paling aman untuk kehamilan,
efektifitasnya tinggi, dan harganya lebih murah.
Penyakit jantung terbanyak disebabkan oleh demam reumatik dan biasanya dalam bentuk
stenose mitralis. Di samping itu, dapat disebabkan oleh kelainan jantung kongenital dan
penyakit otot jantung. Penyakit jantung pada wanita hamil masih merupakan sebab kematian
yang tinggi. Bidan sulit melakukan diagnosa, biasanya baru diketahui bila ada dekompensasi,
seperti:
a. sesak nafas
b. sianosis
c. peningkatan denyut jantung
d. oedem atau acites
e. jantung berdebar-debar.
Pasien dengan penyakit jantung biasanya diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a. Kelas I
pasien tidak ada keluhan saat melakukan aktivitas biasa dan tidak harus membatsi kegiatan
fisik.
b. Kelas II
pasien mengalami bebrapa keluhan saat melakukan aktivitas seperti kelelahan, sesak nafas,
nyeri dada atau angina pectoris. Namun, keluhan-keluhan ini dapat hilang setelah istirahat.
c. Kelas III
pasien harus sangat membatasi aktivitas, apabila melakukan kegiatan yang berlebihan akan
terjadi insufiensi jantung.
d. Kelas IV
pasien dapat merasakan gejala atau keluhan insufisiensi jantung pada saat istirahat sekalipun,
sehingga aktivitas ringan juga sulit dilakukan.
PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah
cairan.
4.
Bila penyakit berat dengan sesak nafas dan sianosis, rawat ibu di rumah sakit untuk
5.
Untuk ibu dengan penyakit jantung kelas I dan II dapat meneruskan kehamilannya dan
Untuk ibu dengan penyakit jantung kelas III sebaiknya jangan hamil, namun bila hamil
sebaiknya ibu dirawat di rumah sakit selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
7.
2.1.3
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam
kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada
setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tidak sama pada
kehamilan pertama dan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai umur kehamilan 2436 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena
ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera
diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus prematurus, dan
gangguan pertumbuhan janin.
PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
Cegah penggunaan obat aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan
4.
Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obatan lokal yang berbentuk inhalasi,
Pada keadaan yang lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan
2.1.4
PENYAKIT GINJAL
Secara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan resiko
yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyebabkan kelainan-kelainan pada ginjal
seperti infeksi saluran kemih, hepertensi, dan sebagainya.
PERUBAHAN FUNGSI
Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal Plasma Flow) dan tingkat
filtrasi glomerolus (Glomerolus Filtration Rate). Sejak kehamilan trimester II GFR akan
meningkat 30-50%, di atas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan
kadar kreatinin serum dan urin nitrogen darah, normal kreatinin serum adalah 0,5-0,7 mg/100
ml dan urea nitrogen darah 8-12 mg/100 ml.
EFEK KEHAMILAN TERHADAP FUNGSI GINJAL
Bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan
gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan-kelainan penyerta, seperti tekanan
darah tinggi dan bocornya protein (proteinuria). Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan
kondisi insufisiensi yang moderat. Insufisiensi ringan jika kadar serum kreatinin <1,5 mg%,
sedang jika kadar serum kreatinin 1,5-2,4 mg% dan berat jika kadar serum kreatinin > 2,5 mg
%.
Penyebab menurunya fungsi ginjal, pada beberapa pasien bhkan tidak diketahui. Adanya
hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa
memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa
mempengaruhi fungsi ginjal.
PENATALAKSANAAN
1.
2.
Anjurkan kontrol tiap 2 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu dan seminggu
sekali sesudahnya.
3.
4.
Lakukan test urin terhadap adanya protein serta lakukan skrining akan adanya infeksi
saluran kencing.
5.
Erythropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia namun harus hati-hati
2.
3.
Gejala yang timbul tergantung kepada beratnya kegagalan ginjal, progresivitas penyakit dan
penyebabnya, antara lain: oligouria, nokturia, oedem, mati rasa pada tangan atau kaki,
perubahan mental atau suasana hati, kejang, tremor, mual, dan muntah.
PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
http://blendedlearningmidwifery.com/moodle/course/info.php?id=7