Anda di halaman 1dari 12

WATERPASS

Nama : Tegar Setiawan Harmaji


Nim : 511420054
Mk : Geomatika-A
A. DASAR TEORI

 Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk


menentukan ketinggian atau beda tinggi antara dua titik.
Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk
mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan,
perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.
 Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya
digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api,
saluran, penentuan letak bangunan gedung yang
didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan
urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-
saluran yang sudah ada, dan lain-lain.
 Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering
digunakan, yaitu :
 Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum
dianggap sama dengan garis unting-unting.
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal
pada setiap titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti
permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi
untuk ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap
bidang datum.
 Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui
elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman
pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
 Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo,
yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :
 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
 Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

 Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus
betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping
itu cara memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu
ukur berdiri dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu
ini tidak tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara
perlahan-lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat
hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu
ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa :
2BT = BA + BB
Adapun : BT = Bacaan benang tengah waterpass
BA = Bacaan benang atas waterpass
BB= Bacaan benang bawah waterpass
Bila hal diatas tidak terpenuhi, maka kemungkinan salah pembacaan atau pembagian skala pada rambu ukur
tersebut tidak benar.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ada dua macam pengukuran waterpass yang dilaksanakan, yaitu :
1. Pengukuran Waterpass Memanjang
2. Pengukuran Waterpass Melintang
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran waterpass adalah
a. Pengukuran Waterpas Memanjang
Beda tinggi antara titik A dan B adalah :
ΔhP1P2 = BTP1 – BTP2
Adapun : ΔhP1P2 = beda tinggi antara titik P1 dan P2
BTP1 = bacaan benang tengah di titik P1
BTP2 = bacaan benang tengah di titik P2

Jarak antara A dengan P1 adalah :


do = 100 × (BAP1 – BBP1)
 Dalam pengukuran waterpass memanjang, pesawat diletakkan di tengah-tengah titik yang akan
diukur. Hal ini untuk meniadakan kesalahan akibat tidak sejajarnya kedudukan sumbu teropong
dengan garis arah nivo.
 b. Pengukuran Waterpass Melintang
Beda tinggi antara titik 1 dan 2 adalah :
Δh12 = BT1 – BT2
Adapun : Δh12 = beda tinggi antara titik 1 dan titik 2
BT1 = bacaan benang tengah di titik 1
BT2 = bacaan benang tengah di titik 2
Beda tinggi antara titik 1 dan titik P adalah :
Δh1P = BT1 – TP
Adapun : Δh1P = beda tinggi antara titik 1 dan titik P
BT1 = bacaan benang tengah di titik 1
TP = tinggi pesawat

Berikut adalah kesalahan–kesalahan yang biasa dilakukan di lapangan :


1. Pembacaan yang salah terhadap rambu ukur. Hal ini dapat di sebabkan karena mata si pengamat
kabur, angka rambu ukur yang hilang akibat sering tergores, rambu ukur kurang tegak dan
sebagainya.
2. Penempatan pesawat atau rambu ukur yang salah.
B. MAKSUD

 Pengukuran ini mempunyai maksud untuk :


 Menentukan beda tinggi dari setiap titik pada jalan
yang lurus serta menentukan elevasi setiap titik
tersebut dari titik tetap (Bench Mark) yang telah
ditetapkan.
 Menentukan kedalaman dasar saluran, tinggi
tanggul kiri dan kanan serta tinggi as jalan di
setiap titik yang berbeda agar dapat
menggambarkan profil melintang.
C. PERALATAN
 Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran
waterpass ini adalah sebagai berikut:
· Waterpass
· Statip.
· Unting-unting.
· Payung.
· Dua buah rambu ukur.
· Meteran.
· Kompas
· Pylox
· Rompi dan Helm
D. CARA PELAKSANAAN
Urut-urutan pelaksanaan dari pengukuran waterpass adalah sebagai berikut:
Pengukuran Waterpass Memanjang :
1. Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap (Banch Mark) yang digunakan.
2. Memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku dan cat sebagai titik P1.
3. Menentukan titik A yang berjarak 25 meter didepan titik P1, dan titik P2 yang berjarak 25 meter didepan
titik A dan seterusnya dengan memberi tanda dengan cat hingga titik terakhir, yaitu titik P11 sejauh 500 m
dari titik awal.
4. Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur waterpass diatas tripod tersebut dengan
menyekrup bagian bawahnya.
5. Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting tersebut tepat menunjuk ke titik P1.
6. Mengatur sekrup pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah tabung.
7. Setelah nivo dalam keadaan seimbang, bak diletakkan di titik BM kemudian ditembak dari titik P1 tersebut
(usahakan letak bak vertikal)
8. Kemudian benang horisontal dibaca oleh pengamat dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar
memenuhi dua rumus waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil
pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang kembali.
9. Setelah titik BM diukur, waterpas dipindahkan ke titik A kemudian titik P1 dan P2 ditembak/diukur.
Setelah itu alat dipindahkan ke titik B untuk penembakan/pengukuran ke titik P2 dan P3,dan seterusnya
hingga titik terakhir yaitu titik J dan melakukan penembakan kembali ketitik awal untuk bacaan pulang
hingga titik A.
10. Melakukan penghitungan dan kesalahan yang diperbolehkan. Jika selisih beda tinggi antara pengukuran
Pengukuran Waterpass Melintang :
1. Pesawat didirikan tepat diatas dititik P1 yang telah ditandai dengan cat.
2. Setelah unting-unting menunjuk tepat ke titik P1, sekrup pengukit diatur
sedemikian rupa hingga gelembung nivo tepat ditengah-tengah.
3. Menentukan titik-titik yang akan ditentukan ketinggiannya, lalu mengukur
jarak titik-titik tesebut dari pesawat. Titik-titik tersebut adalah titik 1, 2, 3, dst.
4. Menyipat titik-titik yang telah ditentukan tersebut serta titik BM, sementara
pemegang rambu membetulkan posisi rambu ukur (baak) spaya tegak betul.
5. Setelah letak rambu ukur vertikal, benang horisontal dibaca oleh pengamat
dan hasilnya dicatat oleh pencatat secara teliti agar memenuhi dua rumus
waterpass, yaitu : d = 100 x (BA-BB) dan 2 x BT = BA + BB. Jika hasil
pembacaan tidak memenuhi rumus diatas, pembacaan rambu ukur diulang
kembali.
6. Setelah titik-titik tersebut disipat, maka pesawat dipindahkan ke titik P2 yang
telah diberi tanda cat, kemudian mengulang langkah-langkah no.2 s/d no.5.
prosedur ini diulang untuk posisi pesawat di P3, P4, dan seterusnya hingga
titik terakhir, yaitu titik P11.
7. Melakukan penghitungan beda tinggi terhadap titik-titik tersebut.
E. DATA DAN PERHITUNGAN
 Pengukuran Waterpass memanjang
a. Elevasi titik awal, yaitu titik A adalah :
Elevasi A = Elevasi BM + (bacaan Benang Tengah BM – tinggi pesawat di P1)
= 82,5500 + (1,119 – 1,490)
= 82,1790 m
b. Elevasi B = Elevasi A + ΔhAB
= 82,1790 + (- 0,071)
= 82,1080 m
Dan seterusnya
Pengukuran Waterpass Melintang
a. Tempat Pesawat di titik A
Elevasi 82,1790 m, dan tinggi pesawat 124 cm
Elevasi 1 = Elevasi A + (tinggi pesawat di A – BT 1)
= 82,1790 + (1,240 – 1,115)
= 82,3040 m
Elevasi 2 = Elevasi A + (tinggi pesawat di A – BT 2)
= 82,1790 + (1,240 –1,063)
= 82,3560 m
Dan seterusnya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai