Anda di halaman 1dari 8

A.

Kisah Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi berarti penghuni gua.


Ashabul Kahfi men-ceritakan tentang
pengalaman tujuh orang pemuda dan
seekor anjing yang melarikan diri dari
kejaran penguasa mereka yang
kejam. Mereka bersembunyi di dalam
gua dan tertidur selama 309 tahun.
Kisah itu diabadikan dalam Al-Qur’an,
yakni Surah al-Kahf Ayat 9–26.

Kisah ini terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota yang


bernama Aphesus atau disebut juga Tharsus. Wilayah itu
sekarang berada di negara Turki. Peristiwa tersebut terjadi
ratusan tahun sebelum diutusnya Nabi Isa a.s. Pada masa
itu, raja yang berkuasa namanya Dikyanus atau Decius yang
berkuasa pada 249–251, seorang raja/penguasa yang
sombong dan zalim serta haus kekuasaan. Dikyanus seperti
Fir’aun pada masa Nabi Musa a.s.
Kesombongan Dikyanus adalah mengangap dirinya sebagai Tuhan yang
harus disembah rakyatnya. Ia merasa dirinya hebat, kekuasaannya besar,
dan tidak tertandingi. Bagi rakyat yang tidak tunduk pada kehendaknya
akan dibunuh dengan kejam. Itulah bentuk kezaliman Dikyanus yang
membuat rakyatnya takut. Dalam memerintah, ia memaksa rakyatnya agar
meninggalkan agama mereka dan beralih menyembah berhala.

Di tengah-tengah ketakutan penduduk tersebut, terdapat tujuh pemuda


yang tidak mau mengikuti perintah Raja Dikyanus. Mereka adalah
pemuda yang beriman kepada Allah Swt. dan beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang mereka anut, serta kebenaran yang mereka yakini.
Mereka meyakini bahwa yang berkuasa di alam semesta ini adalah Allah
Swt., bukan raja. Mereka hanya mengakui bahwa Allahlah yang pantas
disembah. Hanya Allahlah yang menjadi tempat memohon per-tolongan.
Raja kemudian memerintahkan para pengawalnya untuk menghadirkan
ketujuh pemuda itu ke istana. Sesampai di istana, raja membujuk mereka
untuk meninggalkan keiman-annya kepada Allah. Raja berjanji akan
memberikan harta kekayaan dan jabatan yang tinggi jika mereka mau
me-nyembah raja. Dengan keteguhan dan ketegasannya, para pemuda
ini menolak kehendak raja. Mereka lebih memilih untuk tetap
menyembah Allah, Tuhan yang sesungguhnya.
Mendengar jawaban para pemuda tersebut, Sang Raja marah besar.
Raja mengancam akan menghukum mati jika mereka tidak mau
mengikuti kemauannya. Mereka diberi kesempatan beberapa hari untuk
memikirkannya kembali. Jika mereka tetap membangkang, raja akan
menghukum mati mereka.

Para pemuda ini tidak takut dengan ancaman raja. Mereka tetap
bertekad untuk mempertahankan keimanannya kepada Allah. Untuk
menghindari hukuman mati Sang Raja, mereka kemudian melarikan diri
dari desanya. Ditemani anjing sebagai penunjuk jalan, mereka berjalan
meninggalkan Kota Tharsus.
Setelah menempuh perjalanan yang jauh, mereka mencari tempat
berlindung ke dalam sebuah gua yang terletak di Gunung Naikhayus,
tidak jauh dari Kota Upsus. Mereka pun masuk ke dalam gua untuk
beristirahat dan bersembunyi dari para pengawal raja. Kemudian, mereka
berdoa, ”Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (Q.S.
al-Kahf/18: 10)

Para pengawal raja pun kemudian mengejarnya. Raja juga


memerintahkan seluruh rakyatnya untuk mencari dan mene-mukan para
pemuda itu. Bagi yang berhasil menemukannya, raja akan diberi hadiah
yang besar.

Sebenarnya para pengawal raja sudah menemukan gua tempat


bersembunyi para pemuda tersebut. Namun, mereka melihat gua
tersebut seakan tidak berpenghuni. Mulut gua penuh dengan semak
belukar sehingga tidak mungkin ada orang yang masuk ke dalamnya.
Akhirnya, mereka pulang dengan tangan hampa.
Para pemuda yang bersembunyi di dalam gua kelelahan hingga akhir
nya tertidur. Dengan kekuasaannya, Allah meni-durkan mereka untuk
waktu yang lama. Dalam tidur panjang mereka, Allah memerintahkan
malaikat untuk menjaga ketujuh pemuda tersebut selama tidurnya.

Mereka tertidur hingga suatu ketika mereka kembali terbangun. Mereka


saling bertanya sudah berapa lamakah mereka tertidur. Salah satu dari
mereka mengatakan bahwa mereka tidur sehari atau bahkan setengah
hari. Karena merasa lapar, salah satu dari mereka kemudian pergi ke
pasar untuk membeli makanan. Pemuda ini berjalan dengan penuh
hati-hati karena takut ada pengawal Raja Diqyanus yang
menangkapnya.

Akhirnya, sampailah pemuda itu ke pasar dan membeli makan-an.


Ketika ia membayarnya, si penjual keheranan dengan uang yang
digunakan oleh pemuda ini. Uang itu adalah uang kuno yang sudah
tidak laku pada saat itu. Penjual pun melaporkan kepada pengawas
pasar yang kemudian meng-ajak pemuda ini menghadap raja.
Di hadapan raja, pemuda ini menceritakan kisah hidupnya. Raja
meneteskan air mata mendengar kisah keimanan mereka. Raja
menjelaskan bahwa raja mereka, Diqyanus sudah meninggal 309
tahun yang lalu. Pemuda ini pun keheranan karena ternyata dia dan
teman-temannya telah tertidur selama 309 tahun.

Melihat keteguhan iman pemuda ini, Raja bermaksud mengajaknya


dan teman-temannya tinggal di istana, tetapi mereka menolaknya.
Di hadapan raja dan masyarakat, pemuda ini memberikan nasihat
agar manusia beriman kepada Allah. Allahlah Tuhan yang wajib
disembah, penguasa alam semesta dan tempat semua manusia
meminta pertolongan.

Para pemuda ini pun kembali masuk ke dalam gua. Atas


kekuasaan Allah, malaikat maut mengambil ruh mereka. Allah pun
melenyapkan pintu gua itu tanpa bekas. Tidak ada seorang pun
yang dapat menemukan pintu gua itu kembali. Itulah bukti
kekuasaan Allah, agar manusia ber-iman kepada-Nya.
B. Keteladanan Ashabul Kahfi

1. Memiliki Keteguhan Iman


Iman adalah landasan pokok yang penting dimiliki oleh
manusia. Iman adalah meyakini Allah satu-satunya Tuhan
yang ada di dunia ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia
ini adalah atas kehendak dan kekuasaan Allah. Itulah
keyakinan yang dimiliki oleh para Ashabul Kahfi . Mereka
memiliki keimanan yang kuat sehingga tidak tergoda oleh
bujukan Raja Diqyanus. Meskipun ditawari berbagai
kemewahan, mereka tidak mau menukar ke-imanannya.
Memiliki keteguhan iman adalah keharusan bagi kita. Jangan
sampai tergoda oleh kesenangan sehingga iman kita
menjadi hilang. Misalnya, jangan sampai kita lupa salat
karena keasikan main game atau melihat televisi. Itu
namanya kita menukar iman dengan hiburan.
2. Berani Melawan Kesesatan
Kesesatan adalah sesuatu yang menjauhkan kita dari iman.
Kesesatan bersumber dari setan yang selalu menggoda
manusia agar menuruti hawa nafsunya. Orang yang berbuat
kesesatan berarti berteman dengan setan. Orang yang
berteman dengan setan tidak memiliki iman. Oleh karena itu,
kesesatan harus dilawan. Sikap itulah yang ditunjukkan oleh
para Ashabul Kahfi. Ketika Raja Diqyanus mengaku dirinya
sebagai Tuhan, para Ashabul Kahfi melawan kesesatan raja,
yaitu dengan tidak mau tunduk dan menyembah raja.
Contoh kesesatan adalah melakukan pelanggaran tata tertib,
melakukan kecurangan saat ujian, berbohong kepada orang
tua dan guru. Semua itu adalah perbuatan salah yang harus
kita lawan. Orang yang berani adalah orang yang taat pada
tata tertib, baik di sekolah maupun di rumah. Orang-orang
yang berani melawan kesesatan akan dilindungi oleh Allah,
sedangkan orang yang melakukan kesesatan dilindungi oleh
setan.

Anda mungkin juga menyukai