Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA

“TEORI BELAJAR BRUNER”

OLEH

NAMA : SHELLY MAULISE

NIM : 0905114004

JURUSAN : PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010

SIKAP ILMIAH

Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimilikioleh seorang
peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik pula, peneliti
harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
1) Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dandapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalahpendapat pribadi dari
seseorang yang tidak dapat dibuktikankebenarannya sehingga di dalam melakukan studi
kepustakaan, seorangpeneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini
agarhasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.
2) Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil
penelitiannya akansenantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari
perdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankankebenaran
yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta yang jelas
sumbernya.
3) Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusahamemperluas pengetahuan
dan wawasannya, tidak ingin ketinggalaninformasi di segala bidang, dan selalu berusaha
mengikuti perkembanganilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
4) Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap lingkungannya dan
selalu berusaha agar penelitian yangdilakukannya membawa dampak yang positif bagi
lingkungan dan bukansebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. Semua usaha
dilakukanuntuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
5) Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis
Pendapat seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidakmengada-ada tanpa bukti
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus kritis
terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di sekitarnya.
6) Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi dan Bertanggung Jawab
terhadap Usulannya
Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawabterhadap konsekuensi yang
harus dihadapinya jika sudah mengusulkansesuatu. Usulan tersebut selalu diembannya
dengan baik dandilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannya
dalambentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
7) Bekerja Sama
Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerjasama dengan orang lain dan tidak
individualis atau mementingkan dirisendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa
bantuanorang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain.
8) Jujur terhadap Fakta
Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak bolehmemanipulasi fakta demi
kepentingan penelitiannya karena penelitianyang baik harus berlandaskan pada studi
kepustakaan yang benar agarkelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama,
didapatkan hasilyang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin
bahwaitulah yang sebenarnya.
9) Tekun
Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendekuntuk menghasilkan sebuah
teori, tetapi kadang kala memerlukan waktuyang sangat lama, bahkan bertahun-tahun.
Seorang peneliti yang baikharus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh
malas,mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidakmudah putus asa.
Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan. (Ari Sulistyorini)

Pendapat Para Ahli Tentang Sikap Ilmiah


A. Pengertian
• Menurut Reid (Gokhale dkk: 2009) sikap adalah “a positive or negative
sentiment or mental state, that is learned and organized through experience on
the affective and conative responses of an individual toward some other
individual, object, or event”. Menurut pandangan ini, sikap adalah keadaan
mental positif atau negatif yang dipelajari dan disusun melalui tanggapan
afektif dari seseorang terhadap orang lain, atau terhadap benda, atau terhadap
kejadian.
• Menurut Carin dan Sund (1980: 3) sikap ilmiah mencakup sikap :
1) ingin tahu
2) kerendahan hati
3) ragu terhadap sesuatu
4) tekad untuk maju, dan
5) berpikir terbuka.
• Menurut Kobala & Crawley (Morrell dan Lederman: 76) bahwa
“students’ attitudes toward science may have an effect on students’ motivation,
interest, and achievement in the sciences”. Selanjutnya, Glick (Morrell dan
Lederman: 76) mengatakan “students’ attitudes toward science appear to be
shape by same factor: teachers, learning environment, self-concept, peers, and
parental influence”. Dari pandangan-pandangan di atas, maka sikap peserta
didik terhadap sains dapat berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan
peserta didik itu sendiri. Sikap terhadap sains adalah kcenderungan pada rasa
senang dan tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar
dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sikap peserta didik
terhadap sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pendidik
b. lingkungan belajar
c. konsep diri
d. teman, dan
e. orang tua.
• Menurut Martin, dkk (2005: 17) sikap-sikap ilmiah mencakup :
1) keinginan untuk mengetahui dan memahami
2) bertanya segala sesuatu
3) mengumpulkan data dan memberi arti berdasarkan data tersebut
4) menuntut verifikasi
5) berpikir logis, dan
6) mempertimbangkan gagasan-gagasan
Afektif yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim disebut
scientific attitude. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.
• Menurut White (1998), wilayah sikap mencakup juga wilayah
kognitif. Sikap dapat membatasi atau mempermudah peserta didik untuk
menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Peserta didik
tidak akan berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak memiliki
kemauan untuk itu. Karena itu, sikap seseorang terhadap mata pelajaran sangat
berpengaruh pada keberhasilan kegiatan pembelajarannya.

B. Aspek-aspek Sikap Ilmiah


Sikap ilmiah mengandung dua makna (Harlen, 1989), yaitu attitude toward
science dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap
sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah
mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung
berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan.
Dari pandangan Harlen di atas, sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua
yaitu;
1) seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains
sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi
pengembangan karir di masa datang
2) seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan
masalah.
Gega (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah
mencakup:
1) sikap ingin tahu
2) sikap penemuan
3) sikap berpikir kritis, dan
4) sikap teguh pendirian.
Harlen (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah
mencakup:
1) sikap ingin tahu
2) sikap respek terhadap data
3) sikap refleksi kritis
4) sikap ketekunan
5) sikap kreatif dan penemuan
6) sikap berpikiran terbuka
7) sikap bekerja sama dengan orang lain
8) sikap keinginan untuk menerima ketidak pastian
9) sikap sensitif terhadap lingkungan.
American Association for Advancement of Science (Patta Bundu, 2006: 140)
memberikan penekanan pada empat sikap ilmiah yaitu:
1) sikap jujur
2) sikap ingin tahu
3) berpikir terbuka, dan
4) sikap keragu-raguan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah
sikap yang melekat dalam diri seseorang setelah mempelajari sains yang mencakup:
1) sikap ingin tahu
2) sikap respek terhadap data/fakta
3) sikap berpikir kritis
4) sikap penemuan dan kreativitas
5) sikap berpikiran terbuka dan kerjasama
6) sikap ketekunan, dan
7) sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
Sikap ingin tahu mendorong akan penemuan sesuatu yang baru yang dengan
berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk berbeda pendapat.
Aspek-aspek sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran sains di
sekolah adalah:
a) Sikap ingin tahu
Aspek sikap ingin tahu meliputi antusias mencari jawaban, perhatian pada objek
yang diamati, antusias pada proses sains, dan menanyakan setiap langkah
kegiatan.
b) Sikap respek terhadap data/fakta
Aspek sikap respek terhadap data/fakta meliputi objektif/jujur, tidak purbasangka,
mengambil keputusan sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan pendapat.
c) Sikap berpikir kritis
Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakan
setiap perubahan atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak
mengabaikan data meskipun kecil.
d) Sikap penemuan dan kreativitas
Aspek sikap penemuan dan kreativitas meliputi menggunakan fakta-fakta untuk
dasar kesimpulan, menunjukkan laporan berbeda dengan orang lain, merubah
pendapat dalam merespon terhadap fakta, menyarankan percobaan-percobaan
baru, dan menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan.
e) Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama
Aspek sikap berpikiran terbuka dan kerjasama meliputi menghargai pendapat
temuan orang lain, mau merubah pendapat jika data kurang, menerima saran dari
orang lain, tidak merasa selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalah
tentatif, dan berpartisipasi aktif dalam kelompok.
f) Sikap ketekunan
Aspek sikap ketekunan meliputi melanjutkan kebiasaan meneliti, mengulangi
percobaan meskipun berakibat kegagalan, dan melanjutkan satu kegiatan
meskipun orang lain selesai lebih awal.
g) Sikap peka terhadap lingkungan sekitar
Aspek sikap peka terhadap lingkungan sekitar meliputi perhatian terhadap
peristiwa sekitar, partisipasi pada kegiatan sosial, menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan.
Adrianus Nasar. http://wwwblogfisika.blogspot.com/2010/01/sikap-
ilmiah.html

Biologi 1. Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X.Ari Sulistyorini.


Pusat Perbukuan Dapertemen Pendidikan Nasional. 2009.Penerbit: PT. balai pustaka.
jakarta

Anda mungkin juga menyukai