DI ERA INFORMASI
Tatang A Taufik
1. PENDAHULUAN
139
menyikapi, dan bertindak atas peluang dan tantangan dari kemajuan
telematika dan dinamika perubahan penting lainnya.
Upaya untuk mengkaji kesiapan masyarakat dalam konteks ini
(sering disebut e-readiness) telah dilakukan oleh beberapa pihak.
Tulisan ini membahas secara singkat beberapa analisis tentang
bagaimana kesiapan Indonesia dalam konteks perkembangan
telematika tersebut.
2. “KESIAPAN”
1
Lihat misalnya Bridges.org (how ready a society or economy is to benefit from
information technology and electronic commerce);
2
Readiness is the degree to which a community is prepared to participate in the
Networked World. It is gauged by assessing a community's relative advancement
in the areas that are most critical for ICT adoption and the most important
applications of ICTs (lihat http://www.readinessguide.org/readiness.html).
Pemberdayaan
(Empowerment)
dari waktu ke waktu
Pengetahuan
Content
Aplikasi
Aspek Regulasi
Infrastruktur
Waktu
Sumber: Diadopsi dari Lanvin (2002).
P2KT PUDPKM
DB PKT
141
3. TINJAUAN METODOLOGI
3
GeoSINC International (2002a): each country needs to tailor the e-Readiness
targets and the National Strategy to address most effectively its specific needs,
opportunities, goals and resources.
Menentukan mekanisme
Mengidentifikasi tingkat dari dan mengidentifikasi
Menunjukkan peluang
aktivitas yang terkait proyek-proyek
dan aktivitas
dengan ICT sehubungan yang paling mungkin
berprioritas tinggi
dengan teknologi dan untuk membangun
untuk
dalam beragam bidang dengan cepat
pembangunan atau
masyarakat. di atas kekuatan dan
perkuatan sosial
Hal ini mengidentifikasi memungkinkan perbaikan
berkaitan dengan teknologi
peluang. yang besar dan
berkelanjutan
P2KT PUDPKM
DB PKT
143
Konsep E- Readiness
yang sejalan dengan
strategi pertumbuhan
nasional
Tingkat
Nilai-nilai dan Pembangunan,
budaya setempat Sumber daya,
Kapasitas
Pendekatan
Strategik
Kecenderungan
Global dan Pelibatan
Situasi Regional Stakeholders
Pilihan-pilihan
Strategik
Strategic
Choices
Strategi e-Readiness
Nasional
4
Pradhan dan Metcalfe (2001).
5
Mungai (2002).
6
Digital Opportunity Initiative, 2001. www.opt-init.org/framework.html
P2KT PUDPKM
DB PKT
145
pada e-society, walaupun kedua pendekatan tersebut sebenarnya
bukan merupakan dua pendekatan yang bersifat mutually exclusive.
Beberapa studi internasional tentang kesiapan masyarakat
telah dilakukan. Untuk Indonesia, studi yang disusun oleh EIU, IDC,
KAM, MI, M-N, ITU (P), dan USAID, merupakan di antara prakarsa
penting membahas isu ini. Gambaran singkat studi tersebut adalah
seprti ditunjukkan pada Tabel 5 berikut. Hasil studi tersebut dibahas
secara singkat.
Pendekatan Strategik
Pilihan Strategi
yang bersifat
Non mutually exclusive
Kapasitas
Fokus
Fokus Pasar Nasional dan Fokus Tujuan
Positioning
Ekspor Fokus Pasar Pembangunan
Global
Domestik
P2KT PUDPKM
DB PKT
147
Tabel 5 Beberapa Kajian Kesiapan Masyarakat (E-Readiness)
(lanjutan).
Sumber: http://www.bridges.org/ereadiness/tables.html#about;
http://www.ebusinessforum.com/i dan beberapa sumber lain.
4. KESIAPAN MASYARAKAT
P2KT PUDPKM
DB PKT
149
E-business contenders
Adalah negara-negara yang mempunyai infrastruktur memadai
dan lingkungan bisnis yang baik. Akan tetapi, beberapa bagian
dari e-business masih belum/kurang berkembang.
E-business followers
Negara-negara ini (bagian terbesar dalam rangking yang
dilakukan) mulai menciptakan lingkungan yang kondusif bagi e-
business, namun masih harus bekerja lebih keras lagi.
E-business laggards
Negara-negara ini mempunyai resiko karena terbelakang, dan
menghadapi hambatan bagi pertumbuhan e-business, terutama
menyangkut konektivitas.
P2KT PUDPKM
DB PKT
151
Knowledge Economy Tools yang membantu negara-
negara melakukan benchmark masing-masing negaranya
terhadap negara tetangga, pesaing, ataupun negara
lainnya yang diharapkan dapat dicontoh. Salah satu
alatnya adalah yang disebut Knowledge Assessment
Methodology (KAM).
Sumber http://www1.worldbank.org/
D. Hasil Kajian MI
McConnel International (MI) bekerja sama dengan the World
Information Technology and Services Alliance/WITSA (MI, 2001)
mengukur status dan kemajuan dalam lima bidang, yaitu
1. Connectivity
2. E-Leadership
3. Information Security
4. Human Capital
5. E-Business Climate.
P2KT PUDPKM
DB PKT
153
E. Hasil Kajian M-N
MetricNet.Com menelaah e-readiness bagi 47 negara (tahun
2000), 53 negara (2001) dan 49 negara (2002) dan menyusun 2000
Global New E-Economy Index/GNEI (tahun 2000) serta Global
Technology Index/GTI (tahun 2002) yang mencakup (lihat Rubin,
2002; Rubin, et al., 2000):
Knowledge Jobs,
Globalization,
Economic Dynamism and Competition,
Transformation to a Digital Economy, dan
Technological Innovation Capacity.
Pervasiveness
4
3
Sofistikasi Penggunaan 2 Sebaran Geografis
1
0
Infrastruktur
Absorpsi Sektoral
Organisasional
Infrastruktur Konektivitas
P2KT PUDPKM
DB PKT
155
2. Pipes – Mendemonstrasikan keefektifan perangkat keras dan
lunak yang sesuai dengan menggunakan teknologi terbaru
seperti wireless, high speed data transfer, kapabilitas secure
transaction, memperluas Internet ke daerah yang kurang
terlayani, dan bekerja dengan para Penyedia Jasa Internet
(Internet Service Provider) swasta untuk menawarkan beragam
layanan kepada klien.
3. Private Sector – Memastikan sektor swasta (private sector)
“dapat meakukan apa yang harus dilakukan untuk berhasil (can
do what it needs to do to be successful).” Hal ini mencakup
kombinasi preformasi kebijakan (“Policy”) dan perbaikan saluran
(“Pipes”) dengan memastikan kememadaian teknisi yang terlatih
untuk mendukung industri ICT yang berkembang.
4. People – Mengimplementasikan pendekatan baru dalam
pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan melalui
alat (tool) Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hal ini sangat
penting bagi keberhasilan program yang digunakan oleh mitra
USAID dalam penggunaan Internet dan ICT lainnya sebagai alat
pembangunan.
7
Lihat misalnya Readiness for the Networked World: A Guide for Developing
Countries dan The Global Information Technology Report 2001-2002: Readiness
for the Networked World.
P2KT PUDPKM
DB PKT
157
“Panduan” yang disusun menggunakan kajian secara sistematis
beragam faktor yang menentukan “Kesiapan Berjaringan”
(Networked Readiness) dari negara berkembang.
Dari analisis yang diperoleh (lihat Kirkman, G., et al. (ed),
2002; dan Chowdhury, Mridul dan Hermanto Murniadi, 2002. id.
Dalam Kirkman, et al. (ed), 2002) 8 gambaran tentang kelima kategori
(access, learning, society, economy, and policy) kesiapan Indonesia
adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 7 dan Tabel 7. 9
Akses: Infrastruktur
Kebijakan: Perdagangan 4 Akses: Ketersediaan Internet
Kebijakan: Telekomunikasi Akses: Keterjangkauan Biaya Internet
3
Ekonomi: E-Gov Akses: Kecepatan & Kualitas
2
Ekonomi: B2B 1 Akses: hardware & Software
0
Ekonomi: B2C Akses: Jasa & Dukungan
Masyarakat: Info & Kom dlm Kehidupan Pembelajaran: Pengembangan SDM ICT
Masyarakat: Muatan Lokal Masyarakat: Orang & Orgn. Online
8
Lihat misalnya melalui http://www.cid.harvard.edu/cr/gitr2002_press.html.
9
Penjelasan detail tentang setiap kategori dapat dilihat pada dokumen Readiness
for the Networked World: A Guide for Developing Countries.
Kategori Rangking
Global Competitiveness Index Ranking, 2001–2002 64
Networked Readiness Index 59
Networked Use Component Index 61
Enabling Factors Component Index 57
Network Access 55
Information Infrastructure 42
Hardware, Software, and Support 68
Network Policy 59
Business and Economic Environment 62
ICT Policy 55
Networked Society 47
Networked Learning 49
ICT Opportunities 29
Social Capital 64
Networked Economy 53
e-Commerce 39
e-Government 62
General Infrastructure 59
Sumber: Chowdhury dan Murniadi (2002).
5. WACANA KEBIJAKAN
P2KT PUDPKM
DB PKT
159
Ada beberapa isu yang menurut hemat penulis perlu
mendapat perhatian dalam wacana kebijakan yang terkait dengan
perkembangan ICT secara umum dan “kesiapan masyarakat”
Indonesia ini, yaitu:
a. “Kekurangsiapan masyarakat” untuk dapat mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari perkembangan kemajuan ICT dan
perubahan global.
Dengan “status” seperti hingga saat ini, nampaknya upaya-
upaya peningkatan awareness, perbaikan akses, pendidikan,
dan sejenisnya, tetap merupakan prioritas penting khususnya
bagi kelompok masyarakat/daerah yang relatif tertinggal.
Dalam konteks “peran ICT” untuk Indonesia, setidaknya hingga
sejauh ini, tekanan pengembangan ICT masih pada ICT sebagai
enabler dalam pembangunan. Sementara potensi besar sebagai
sektor ekonomi nampaknya pada software dan produk jasa yang
terkait dengan ICT (atau kelompok produk jasa dan paket,
dalam terminologi dalam dokumen KTIN). Kini, dengan adanya
dokumen kebijakan (dan strategi) nasional, bagaimana
instrumen kebijakan dan implementasi operasionalnya
membutuhkan kesungguhan semua pihak yang terkait untuk
“membumikannya.”
b. “Kelambanan” dalam merespon dan/atau mengantisipasi
perubahan/perkembangan.
Di tengah perubahan/perkembangan yang cepat, lambatnya
respon dan/atau antisipasi atas isu krusial berpotensi membuat
posisi relatif Indonesia semakin tertinggal. Masalah
perundangan (tentang Pemanfaatan TI, dan Informasi Elektronik
dan Transaksi Elektronik) misalnya, merupakan salah satu
contoh.
c. “Kelemahan gerak yang menyatukan” melalui mekanisme
pragmatis koordinasi, komplementasi dan sinergi
kebijakan/program.
Beberapa program yang sebenarnya berkonsep baik, misalnya
seperti TATP dan BHTV yang “bermuatan utama TI” di satu sisi,
dan program pembangunan lain yang sangat terkait erat baik
10
Berkembangnya forum diskusi elektronik merupakan salah satu contoh yang
sangat positif.
P2KT PUDPKM
DB PKT
161
digantikan oleh atau muncul program/kegiatan “baru” yang tidak
mengambil manfaat dari pelaksanaan program/kegiatan terkait
sebelumnya. Seolah tidak terjadi “proses pembelajaran” dari
kebijakan atau program/kegiatan sebagai bagian dari siklus
iteratif pembangunan. Hanya karena kebijakan atau
program/kegiatan sebelumnya digagas/dilaksanakan oleh
instansi pemerintah atau pihak lain (walaupun hal ini tentu tidak
pernah eksplisit), sering menjadi “alasan” di balik ini.
11
http://www.bridges.org/spanning/annex5.html
12
Sebagai contoh lihat misalnya the Global Internet Policy Initiative (GIPI) untuk hal
yang menyangkut hukum dan regulasi http://www.internetpolicy.net/about/ ;
OECD, 2002. http://www.oecd.org/pdf/M00030000/M00030907.pdf ; IDRC,
2001. An Information Policy Handbook for Southern Africa - A Knowledge Base
for Decision-Makers Editor: Tina James. http://www.apc.org/books/ictpolsa/
tentang proses perubahan hukum dan regulasi.
P2KT PUDPKM
DB PKT
163
1. Pengembangan potensi pasar domestik bagi industri TI dalam
negeri melalui
“penetapan” platform e-gov;
skema insentif kolaborasi swasta dengan perguruan
tinggi/lembaga litbangyasa nasional dalam pengembangan
produk e-gov (termasuk barang dan/atau jasa, atau paket);
mandatory pemanfaatan TI untuk beberapa layana;
pemerintah tertentu (Pusat dan Daerah).
Apresiasi atas aplikasi e-gov yang baik.
2. Skema insentif bagi pengembangan shareware/freeware paket
aplikasi bisnis berbahasa Indonesia (dan/atau bilingual) untuk
UKM dan modul edukasi di sekolah, dan apresiasi atas paket
aplikasi yang baik.
3. Penyederhanaan prosedur perijinan perusahaan TI di daerah.
4. Tax holiday bagi perusahaan TI baru (termasuk lembaga
pendidikan formal ataupun vocational-nya).
5. Apresiasi (nasional dan di setiap daerah) atas perusahaan-
perusahaan TI yang berprestasi.
6. CATATAN PENUTUP
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. APEC. 2000. E-Commerce Readiness Guide. Electronic
Commerce Steering Group, Asian Pacific Economic Cooperation
(APEC). 2000.
2. Boulton, William R. 1999. Information Technologies in the
Development Strategies of Asia. International Technology
Research Institute.
3. BPS. 2000. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
4. Bridges.org. 2002. E-readiness Assessment: Who is Doing What
and Where. Version 3.6 -- Updated 23 March 2002. An Open
Content Report by bridges. Org. 2002.
5. Bureau of the Census. 1999. Current Population Surveys (CPS)
conducted in 1984, 1989, 1994, 1997, and 1998 (Partial
Results).U.S. Department of Commerce. Dari
http://www.ntia.doc.gov
6. Bridges.org. 2001. Comparison of E-Readiness Assessment
Models. Final draft, v. 2.13, 14 March 2001. Prepared by
bridges.org as an ‘open content’ document for further distribution
and use. 2001.
7. Cattagni, Anne, dan Elizabeth Farris Westat. 2001. Internet
Access in U.S. Public Schools and Classrooms: 1994 – 2000.
Office of Educational Research and Improvement. U.S.
Department of Education. May 2001.
8. Church, Claudia. 2001. Cisco on Literacy in the 21st Century.
March 28, 2001. Dari http://www.cisco.com.
9. Chowdhury, Mridul dan Hermanto Murniadi, 2002. id. Dalam
Kirkman, G. et al. (editors). 2002. “The Global Information
Technology Report 2001-2002: Readiness for the Networked
World.” the Center for International Development - Harvard
University.
10. CIC. 2000. Study on Internet Portal Business in Indonesia.
11. Digital Opportunity Initiative. 2001. Creating a Development
Dynamic: Final Report of the Digital Opportunity Initiative.
www.opt-init.org/framework.html
P2KT PUDPKM
DB PKT
165
12. Duncombe, Richard, dan Richard Heeks. 2001. Information and
Communication Technology: A Handbook for Entrepreneurs in
Developing Countries. Version 1 – 2001. IDPM - University of
Manchester dan UK Department for International Development.
UK.
13. Elkin, Noah. 2001. How to Beat the High Cost of Internet Access.
EMarketer. Dec., 2001. Dari http://www.emarketer.com/analysis/
world_regions/20011219_wr.html.
14. GeoSINC International. 2002a. e-Readiness Guide for
Developing Countries: How to Develop and Implement a
National e-Readiness Action Plan. Release Date: July 2002.
15. GeoSINC International. 2002b. E-Readiness Guide: How to
Develop and Implement a National e-Readiness Action Plan in
Developing Countries. Release Date: April 2002.
16. Gray, Vanessa, Tim Kelly, dan Micahel Minges. 2001. The
Internet in South East Asia: ITU Case Studies. Presented at
The internet in South East Asia Workshop. Bangkok, Thailand,
21 – 23 November, 2001.
17. Howkins, John, dan Robert Valantin. 1997. Development and the
Information Age: Four Global Scenarios for the Future of
Information and Communication Technology. International
Development Research Centre / United Nations Commission on
Science and Technology for Development. Ottawa. Canada.
18. HPG. (Seri 1 s/d 5). 2000 Eight Imperatives for Leaders in a
Networked World: A Series of Guidelines for the 2000 Election
and Beyond. The Harvard Policy Group. On Network-Enabled
Services and Government. John F. Kennedy School Of
Government. Cambridge, Massachusetts. March 2000.
19. Hurley, Deborah, dan Viktor Mayer-Schönberger. 2000.
Information Policy and Governance dalam Governance In A
Globalizing World. Part III: The Governance of Globalism.
January 2000.
20. Hwang, Gyu-heui. 1998. Diffusion of Information and
Communication Technologies and Changes in Skills. Electronic
Working Papers Series. Paper No. 48. Science and Technology
P2KT PUDPKM
DB PKT
167
29. Neice, David C. 1998. Measures of Participation in the Digital
Technostructure: Internet Access. Information, Networks &
Knowledge (INK). Electronic Working Paper Series. Paper No.
21. Science Policy Research Unit (SPRU). University of Sussex.
Falmer, Brighton. UK.
30. NTIA. 2000, 1999, 1998 . Seri Falling Through the Net 1999.
Dari http://www.ntia.doc.gov/
31. OECD. 2001a. ICT Database. OECD. July 2001.
32. OECD. 2001b. Measuring the ICT Sector. OECD.
33. OECD. 2001c. Understanding the Digital Divide. OECD.
34. Owen, Darrell E., et al. 2001. Indonesia—Information and
Communications Technologies (ICT) Assessment. Technical
Report. Prepared for The Government of Indonesia. Submitted
by Nathan/Checchi Joint Venture. Partnership for Economic
Growth (PEG) Project1. Under USAID Contract #497-C-00-98-
00045-00. January 16–February 5, 2001
35. Pigato, Miria. 2001. Information and Communication Technology,
Poverty, and Development in sub-Saharan Africa and South
Asia. Africa Region Working Paper Series. Number 20. The
World Bank. August 2001.
36. Pradhan, Junelee dan Mike Metcalfe. 2001. Information
Technology in Nepal: What Role for the Government? Presented
at the International Conference on Information,
Technology,Communications and Development (ITCD) 29-30
November, Kathmandu, Nepal. http://www.itcd.net/itcd-2001/
papers/doc_pdf/doc_32.PDF
37. P2KTPUDPKM-BPPT. 2001. Survei Literasi Komputer. (Laporan
Teknis Intern, Tidak Diterbitkan).
38. P2KTPUDPKM-BPPT. 2001. Studi Kebijakan Peningkatan
Literasi Komputer dan pemanfaatan Internet. (Laporan Teknis
Intern, Tidak Diterbitkan).
39. PSRA. 2001. Education, Innovation and the Internet: Nobel
Laureates Look To The Future. Final Report. Prepared by
Princeton Survey Research Associates for Cisco Systems, Inc.
November 2001.
P2KT PUDPKM
DB PKT
169