Anda di halaman 1dari 2

Metode Pewarnaan Mikroorganisme

3 Juli 2011 oleh Ainul Mahbubillah Tinggalkan sebuah Komentar Banyak metode dan teknik pewarnaan bakteri yang dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan. Metode dan teknik tersebut antara lain : A. Pewarnaan sederhana, Pewarnaan sederhana merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990). Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990). B. Pewarnaan bertingkat a. 1. Pewarnaan penggolongan bakteri Pewarnaan Gram

Berikut ini merupakan tahap-tahap pewarnaan pada sel bakteri (gram saining) (Nester, dkk., 2007) : 1. Pewarnaan dengan larutan kristal violet (primary stain), merupakan warna yang ditambahkan pada beberapa proses pewarnaan bertahap dan warna yang umumnya digunakan pada semua sel. 2. Penambahan larutan Iodin (mordant), yaitu substansi peningkatan afinitas pada komponen sel pada pewarnaan. 3. Penambahan larutan alkohol (decololizer) 4. Pewarnaan dengan larutan safranin (counterstain), warna tersebut ditambahkan sebagai pemberi warna kontras. 2. Pewarnaan Tahan Asam

Pemanasan akan membantu penyerapan zat warna utama (karbol fuchsin) melalui pemberian larutan pemucat (asam alkohol) bakteri tahan asam tetap berwarna merah sedangkan pada bakteri tidak tahan asam zat warna utama akan luntur sehingga pada penambahan warna kedua (Methylen blue) bakteri akan menyerap zat warna tersebut (biru). b. Pewarnaan penampakan struktur tubuh sel bakteri

Pewarnaan khusus adalah pewarnaan yang digunakan untuk mengamati salah satu struktur sel. Menurut Waluyo (2005), ada beberapa macam metode pewarnaan antara lain : a. Pewarnaan spora, ada dua tipe spora yaitu endospora dan eksospora. Pada bakteri hanya terdapat satu spora yang tidak berfungsi sebagai pembiakan namun untuk pertahanan diri dari kondisi lingkungan luar yang ekstrem. Lapisan luar spora merupakan lapisan penahan yang baik terhadap bahan kimia sehingga spora sulit diwarnai, tetapi spora dapat diwarnai dengan cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar spora mengembang sehingga zat warna dapat masuk. Bahan pewarna spora dapat memakai larutan malakhit hijau dan larutan safranin. b. Pewarnaan kapsula, kapsula merupakan lapisan yang melekat di luar dinding sel yang terdiri dari polisakarida atau polipeptida dengan ketebalan 1-2 Im. Lapisan kapsula cukup tebal sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, namun demikian sulit diwarnai sehingga perlu diberi pewarnaan khusus. Pada pewarnaan negatif, latar belakangnya diwarnai dengan zat warna negatif sedangkan bakterinya diwarnai dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan tembus terang dengan latar belakang yang bewarna. Salah satu cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger, cara ini dengan menggunakan larutan formol-gentian violet Raebiger. c. Pewarnaan flagela, flagela merupakan salah satu struktur yang digunakan bakteri untuk bergerak. Ketebalan flagela sekitar 0.025 Im sehingga sulit terlihat oleh mikroskop cahaya. Penataan flagela merupakan ciri bakteri yang digunakan dalam identifikasi. Penambahan bahan kimia berupa larutan mordan yang berfungsi untuk membengkakkan flagela sehingga dapat terlihat dengan mikroskop cahaya. d. Pewarnaan bahan inklusi, beberapa bakteri dapat mensintesis bahan inklusi oleh granula yang disimpan dalam sitoplasma. Granula dapat diwarnai dengan larutan biru toluidin 1% dan dicuci dengan larutan H2SO4, larutan lugol diberikan untuk meningkatkan afinitas zat warna, sedangkan zat warna pembeda adalah eosin Y

Anda mungkin juga menyukai