Staphylococcus aureus
Mako Kawai, Sakuo Yamada, Ai IshidoshiroYoshihiro Oyamada, Hideaki Ito, and Jun-ichi Yamagishi
No
JUDUL PRESENTASI
TANGGAL PRESENTASI
KET
17 April 2012
Pendahuluan
perubahan
efflux
S.aureus qacA, qacB, smr, norA dan mdeA, gen resisten terhadap antiseptik
gen norA dan mdeA pada kromosom gen qacA, qacB,smr : pada plasmid.
Tujuan penelitian
Salah satu mekanisme resistensi Acriflavine adalah overexpresi gen efflux pump. Studi ini, memeriksa distribusi gen multidrug efflux pump dan menyelidiki mekanisme resistensi Acriflavine pada MRSA isolat KT24, yang tidak memiliki gen efflux pump .
METODE
38 isolat MRSA dikumpulkan pada Kitazato University Hospital, Jepang, 1999 - 2000 S. aureus209P, ATCC 12600, ATCC 29210, RN4220, RN2677 digunakan sebagai strain referensi Strain S. aureus dikultur aerobik pada soybean casein digest broth (SCDB).
MIC ditentukan dengan metode pengenceran agar ganda serial menggunakan Mueller-Hinton agaragar
aktivitas norA efflux pump , MIC ditentukan dengan reserpin (konsentrasi akhir 20 g/ml).
PCR amplifikasi. gen: qacA/B, smr, qacE, qacG, qacH dan qacJ, diamplifikasi dengan PCR dengan primer set (tabel.1). PCR menggunakan polimerase Taq Ex (Takara) selama 30 siklus 15 detik ,94C, 30 detik 60C dan 1 menit 72C. Produk PCR dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa.
electron microscope 15 kV
diperiksa dg
Pada studi ini, diuji kerentanan terhadap Acriflavine dan distribusi antiseptik-resistensi gen pada clinically isolated MRSA. S. aureus 209P (S. 209P) digunakan sebagai strain rentan representatif. MIC Acriflavine pada S. 209P : 1 g/ml, semua isolat klinis MRSA : 4 - >128 g/ml.
Berdasarkan MIC Acriflavine untuk S.209P, isolat MRSA dikelompokkan menjadi tiga : resisten tingkat tinggi (MIC>64 g/ml) resisten tingkat menengah (MIC 16-32 g/ml) resisten tingkat rendah (MIC 4-8 g/ml). deteksi PCR terhadap gen qacA/B dan smr, yang merupakan plasmid-mediated resistance gene pada Tabel 2.
S. 209P tidak memiliki gen qacA/B atau smr Qac A/B = 55% (21/38) dan smr = 21% (8/38) gen qacA / B dan smr : 13% (5/38) dan tidak memiliki qacA / B atau smr : 11% (4/38) 80% isolat MRSA memiliki plasmid gen resistensi. Gen qacA/B lebih tinggi pada kel.resisten tinggi MIC Acriflavine pembawa gen qacA /B dan gen smr tidak lbh tinggi dari pembawa gen qacA /B atau smr. Temuan ini, menunjukkan :gen qacA / B tersebar luas di MRSA
penelitian sebelumnya menunjukkan reserpin mampu menghambat pompa norA . Ekspresi norA menjelaskan pengurangan 4x lipat MIC Acriflavine dengan adanya reserpin. Setelah penambahan reserpin, MIC Acriflavine mengalami penurunan : 42% (16/38) multidrug efflux system tidak meningkatkan kerentanan terhadap Acriflavine di MRSA.
MRSA KT24 menunjukkan resistensi tinggi terhadap Acriflavine (MIC 128 g/ml) tanpa memiliki gen qacA/B dan smr. Penentuan kerentanan dengan reserpin : tidak ada ekspresi norA di MRSA KT24. MIC antiseptik untuk MRSA KT24 dan strain rentan S. 209P ditunjukkan pada Tabel 3.
MIC Acriflavine, acrinol dan et. bromida, untuk MRSA KT24 signifikan lebih tinggi daripada terhadap S. 209P. MRSA KT24 ,tingkat resistensi tinggi terhadap Acriflavine (MIC 128 g /ml) tapi rendah terhadap benzalkonium klorida (MIC 4 g /ml).
Kerentanan MRSA KT24 sangat bervariasi, MIC antara 2 g - >128 g /ml. MRSA KT24 resisten terhadap eritromisin, norfloksasin dan tetrasiklin,tapi rentan terhadap vankomisin, kloramfenikol, rifampisin ,Novobiocin. MRSA KT24 resisten terhadap berbagai macam antiseptik dan antimikroba dengan struktur dan mekanisme kerja berbeda. Studi ini mempelajari mekanisme yang mendasari resistensi MRSA KT24 terhadap Acriflavine.
S. 209P, serapan etidium bromida cepat, akumulasi efektif serapan, awal dan akumulasi etidium bromida MRSA KT24 signifikan lebih rendah (Gambar 1a). tingkat efflux etidium bromida MRSA KT24 sama dengan S.209P (Gb.1b).
Active efflux pumps penting dalam resistensi mikro-organisme terhadap antiseptik penyerapan dan akumulasi etidium bromida pada MRSA KT24, mengakibatkan berkurangnya kerentanan terhadap agen antiseptik. Penghalang permeabilitas adalah salah satu mekanisme resistensi MRSA KT24 thd Acriflavine. Diperiksa hidrofobisitas MRSA KT24 dan dibandingkannya dengan S. aureus209P.
MRSA KT24 memiliki permukaan hidrofobik, dan S.aureus. 209P adalah hidrofilik. Dominan hidrofobisitas mungkin karena molekul protein di permukaan organisme dan muncul dari kurangnya teichoic asam, protein A atau produksi koagulase protein permukaan MRSA KT24 mungkin berbeda dengan S. aureus. 209P. Wadstro (1990) melaporkan bahwa selpermukaan hidrofobik dapat mempengaruhi kerentanan bakteri terhadap antimikroba dan antiseptik
fase Stasioner sel MRSA KT24 dibandingkan dengan orang-209P S. aureusberdasarkan analisis mikroskop elektron scanning (Gambar 2a). Tidak perbedaan dalam ukuran sel dan permukaan sel antara S. aureus209P dan MRSA KT24. Pengamatan mikroskop elektron : Sel MRSA KT24 dan 209P pada fase eksponensial awal memiliki permukaan luar kasar dan ketebalan dinding sel meningkat bertahap, pada pertumbuhan ,dinding sel MRSA KT24 lebih tebal di setiap tahap daripada S. 209P (Gambar 2b).
Fig. 2. Morphological analysis of MRSA KT24. Scanning electron microscopy (a) and transmission electron microscopy (b) of S.aureus 209P (i) and MRSA KT24 (ii) and measurements of cellwallthickness (c) at the early exponential (EE), late exponential (LE) and stationary (S) growth phases. (c) Open bars, S. aureus 209P; filled bars, MRSA KT24.
diperiksa perubahan morfologi dalam MRSA KT24 sel terkena sub-MIC konsentrasi Acriflavine. Gambar. 3 menunjukkan mikrograf elektron transmisi sel kultur di SCDB dengan Acriflavine selama 4 jam. Penebalan dinding sel MRSA KT24 secara signifikan lebih tebal setelah paparan 16 g Acriflavine /ml (0,125 MIC) (Gbr. 3b).
mekanisme resistensi Acriflavine MRSA KT24 melibatkan penghalang permeabilitas yang mempengaruhi ketebalan sel-dinding . Nishino (1975) melaporkan pengobatan eritromisin mengakibatkan penebalan dinding sel dan pembengkakan permukaan di S. Staphylococcus. Penelitian terbaru MRSA menunjukkan vankomisin terjebak di dalam lapisan peptidoglikan sebagai penghalang fisik penetrasi vankomisin dan mengakibatkan resistensi .
Penebalan dinding sel bertanggung jawab terhadap vankomisin resistensi pada S. aureus (Cui et al, 2003.) MRSA KT24 memiliki dinding sel menebal, tapi rentan terhadap vankomisin (Hiramatsu et al., 1997). Mekanisme penebalan dinding sel pada MRSA KT24 berbeda dengan resistensi vankomisin. studi korelasi antara ketebalan dinding sel dan ketahanan Acriflavine diperlukan untuk memperjelas peran fisiologis sel-dinding tebal di S. aureus.
Permasalahan
maturnuwun