Anda di halaman 1dari 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menggigil paska anestesi regional sekitar 40-60% .

Ciri khas menggigil berupa tremor ritmik dan merupakan respon termoregulator yang normal terhadap hipotermia selama anestesi regional dan pembedahan. Gerakan mirip menggigil yang berasal dari non termoregulator dan bersifat involunter juga bisa muncul pada periode pasca pembedahan. Menggigil non termoregulator dapat berhubungan dengan pengendalian nyeri yang tidak adekuat pada saat pulih sadar atau berhubungan dengan etiologi lain. Kontraksi otot tonik pada waktu pulih sadar dari agen halogen dapat terlihat seperti mengigil demikian juga gerakan klonik spontan yang menyerupai menggigil juga dapat terlihat.6

2.1.FISIOLOGI Temperatur inti manusia normal dipertahankan antara 36,537,5 0C pada suhu lingkungan dan dipengaruhi respon fisiologis tubuh. Pada keadaan homeotermik, sistem termoregulasi diatur untuk mempertahankan temperatur tubuh internal dalam batas fisiologis dan metabolisme normal. Tindakan anestesi dapat menghilangkan mekanisme adaptasidanberpotensimengganggumekanismefisiologisfungsitermoregulasi.8 Kombinasi antara gangguan termoregulasi yang disebabkan oleh tindakan anestesi

daneksposursuhulingkunganyangrendah,akanmengakibatkanterjadinyahipotermiapada pasien yang mengalami pembedahan. Menggigil merupakan salah satu konsekuensi terjadinya hipotermia perioperatif yang dapat berpotensi untuk terjadi sejumlah sekuele, yaitu peningkatan konsumsi oksigen dan potensi produksi karbon dioksida, pelepasan katekolamin, peningkatan cardiac output, takikardia, hipertensi, dan peningkatan tekanan intraokuler. Definisi hipotermia adalah temperatur inti 10C lebih rendah di bawah standar deviasirataratatemperaturintimanusiapadakeadaaanistirahatdengansuhulingkungan yang normal (28350C). Kerugian paska operasi yang disebabkan oleh gangguan fungsi termoregulasi adalah infeksi pada luka operasi, perdarahan, dan gangguan fungsi jantung yangjugaberhubungandenganterjadinyahipotermiaperioperatif.8 Fungsi termoregulasi diatur oleh sistem kontrol fisiologis yang terdiri dari termoreseptor sentral dan perifer yang terintegrasi pada pengendali dan sistem respon 5
Universitas Sumatera Utara

eferen.Inputtemalaferendatangdarireseptorpanasdandinginbaikitudisentralataudi perifer. Hipotalamus juga mengatur tonus otot pembuluh darah kutaneus, menggigil, dan termogenesistanpamenggigilyangterjadibilaadapeningkatanproduksipanas.8 Secarahistoris,traktusspinotalamikuslateralisdiketahuisebagaisatusatunyajalur

termoaferen menuju pusat termoregulasi di hipotalamus. Seluruh jalur serabut saraf asendens ini terpusat pada formatio retikularis dan neuron termosensitif berada pada daerahdiluarpreoptikanteriorhipotalamus,termasukventromedialhipotalamusmidbrain, medula oblongata, dan korda spinalis. Input multiple yang berasal dari berbagai termosensitif, diintegrasikan pada beberapa tingkat di korda spinalis dan otak untuk koordinasibentukresponpertahanantubuh.8 Sistemtermoregulasimanusiadibagidalamtigakomponen:termosensordanjalur

sarafaferen,integrasiinputtermal,danjalursarafefektorpadasistemsarafotonom.8 2.1.1.TermosensordanJalurSarafAferen Banyak pengetahuan mengenai struktur sistem termoregulasi yang diperoleh dari penelitianpadahewan.Inputtermalaferendapatberasaldarisentraldanperifer.Reseptor termalterdapatpadakulitdanmembranmukosayangsensitifterhadapsensasitermaldan memberikan kontribusi terhadap refleks termoregulasi. Reseptor spesifik dingin mengeluarkan impuls pada suhu 25300C. Impuls ini berjalan pada serabut saraf tipe A. Reseptor panas mengeluarkan impuls pada suhu 45500C dan berjalan pada serabut saraf tipeC.8 Reseptor dingin berespon terhadap perubahan sementara temperatur lingkungan

dalmwaktulama,gradual,ataucepat.Responyangcepatterhadapperubahantemperatur lingkungandalamwaktulama,gradual,ataucepat.Responyangcepatterhadapperubahan temperatur lingkungan biasanya diikuti respon temperatur kulit. Hal ini dibuktikan pada penelitian terhadap sistem termoregulasi manusia secara kimia. Pada penelitian tersebut, disebutkan bahwa produksi panas tubuh selalu diukur melalui kebutuhan oksigen tubuh. Termoregulasi terhadap dingin dipengaruhi oleh reseptor dingin pada kulit dan dihambat oleh pusat reseptor panas. Reseptor dingin kulit merupakan sistem pertahanan tubuh terhadap temperatur dingin dan input aferen yang berasal dari reseptor dingin ditransmisikanlangsungkehipotalamus.8

6
Universitas Sumatera Utara

Berbeda dengan reseptor dingin perifer, lokasi reseptor dingin sentral tidak begitu

jelas secara anatomis. Produksi panas pada temperatur kulit yang hangat meningkat bila temperaturintitubuhmenurunkurangdari360C.Pusattermoreseptordinginkurangbegitu penting bila dibandingkan input sensoris dingin perifer, akan tetapi suatu penelitian terhadaptranseksikordaspinalis,menyimpulkanbahwaprosesdipusattermoregulasiakan aktif bila temperatur inti tubuh di bawah titik ambang batas setpoint dan kurang sensitif terhadaptermoreseptorperifer.8

Gambar2.1.AlurKontrolTermoregulasi6 2.1.2.HipotalamusPusatIntegrasi Mekanismeinformasitermalaferenakandiolaholehpusatregulasitemperaturyang berada di hipotalamus. Hipotalamus anterior menerima informasi termal aferen secara integral dan hipotalamus posterior mengontrol jalur desendens ke efektor. Area preoptik hipotalamus berisi saraf sensitif dan insensitif terhadap temperatur temperatur. Beberapa ahli membaginya dalam saraf yang sensitif terhadap panas meningkatkan respon 7
Universitas Sumatera Utara

peningkatan produksi panas lokal yang diaktivasi oleh mekanisme pelepasan panas tubuh. Saraf yang sensitif terhadap panas meningkatkan respon peningkatan produksi panas lokal yangdiaktivasiolehmekanismepelepasanpanastubuh.Sarafyangsensitifterhadapdingin sebaliknya, meningkatkan respon terhadap dingin tubuh pada area preoptik hipotalamus. Saraf yang sensitif tehadap stimulasi termal lokal dikontrol oleh hipotalamus posterior, formatioretikularis,danmedulaspinalis.8 Hipotalamus posterior menerima rangsang aferen dingin yang berasal dari perifer

dengan stimulasi panas yang bersumber dari area preoptik hipotalamus dan mengaktifkan respon efektor. Deteksi dingin dibedakan dengan panas berdasarkan impuls aferen yang berasal dari reseptor dingin. Bila temperatur inti tubuh turun 0,50C dibawah nilai normal, neuron preoptik akan menjadi tidak aktif. Kulit mengandung reseptor dingin dan panas, dimanareseptordingin10kalilebihbanyakbiladibandingkandenganreseptorpanas.8 Suatu penelitian terhadap manusia menyimpulkan bahwa termoregulasi otonom

bekerjamelaluiempatmekanismesarafyaitu:deteksipanassentral,deteksidinginperifer, pusat inhibisi panas sebagai respon metabolik terhadap dingin, dan inhibisi termoregulasi keringatterhadapkulityangdingin.8 Temperatur setpoint didefinisikan sebagai batas ambang temperatur sekitar 36,7

37,10C. Setpoint ini dapat disebut juga thermoneutral zone atau interthreshold range dan pada manusia sangat unik. Pada manusia setpoint ini bervariasi, selama tidur suhu tubuh sekitar 36,20C sampai menjelang pagi, meningkat lebih dari 10C menjelang malam. Wanita memilikinilaisetpointyanglebihtinggi10Cselamasiklusmenstruasipadafaseluteal.Pada tumor intrakranial seperti spaceoccupying lesion dan keadaan dehidrasi dapat menyebabkanpeningkatantemperatursetpointdenganmekanismeyangbelumjelas.8

8
Universitas Sumatera Utara

Gambar2.2.Hubunganhipotermiadanhipotalamus.6 2.1.3.ResponEfektor Respon termoregulasi ditandai dengan : pertama, perubahan tingkah laku yang

secara kuantitatif mekanisme ini lebih efektif, kedua, respon vasomotor yang ditandai denganvasokonstriksipembuluhdarahdanpiloereksisebagairesponterhadapdingin,dan vasodilatasi dan berkeringat sebagai respon terhadap panas, ketiga, menggigil dan peningkatanrataratametabolisme.8 Pada keadaan sadar, perubahan tingkah laku lebih jelas terlihat bila dibandingkan

dengan mekanisme otonom regulasi temperatur tubuh. Bila hipotalamic termostat mengindikasikan adanya temperatur tubuh terlalu dingin, impuls dapat sampai ke korteks serebri tanpa melalui hipotalamus untuk menghasilkan sensasi rasa dingin. Keadaan ini menimbulkan perubahan tingkah laku seperti peningkatan aktivitas motorik, berusaha mencari penghangat atau memakai penghangat tambahan . Kontrol respon tingkah laku terhadapdingindidasariolehbesarnyasignalpanasyangditerimakulit.8 Dapat diambil kesimpulan bahwa pengaturan suhu tubuh bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh inti pada batas normal dengan mekanisme seperti gambar dibawahini.8

9
Universitas Sumatera Utara

Gambar2.3.Mekanismekontroltermoregulasi.6 2.2.PATOFISIOLOGI Fungsitermoregulasimengalamiperubahanselamadilakukantindakananestesidan

mekanisme kontrol terhadap temperatur setelah dilakukan tindakan anestesi baik umum maupun regional akan hilang. Seorang anestesiologist harus mengetahui management kontrol termoregulasi pasien. Tindakan anestesi menyebabkan gangguan fungsi termoregulator yang ditandai dengan peningkatan ambang respon terhadap panas dan penurunanambangresponterhadapdingin.6 Hampir semua obatobat anestesi mengganggu respon termoregulasi. Temperatur

inti pada anestesi umum akan mengalami penurunan antara 1,01,50C selama satu jam pertamaanestesiyangdiukurpadamembrantimpani.Sedangkanpadaanestesispinaldan epidural menurunkan ambang vasokonstriksi dan menggigil pada tingkatan yang berbeda, akantetapiukurannyakurangdari0,60Cdibandingkananestesiumumdimanapengukuran dilakukandiatasketinggianblok.6

10
Universitas Sumatera Utara

Gambar2.4.Hubungananestesidenganpenurunancoretemperatur.6 Pemberian obat lokal anestesi untuk sentral neuraxis tidak langsung berinteraksi

denganpusatkontrolyangadadihipotalamusdanpemberianlokalanestesiintravenapada dosis ekuivalen plasma level setelah anestesi regional tidak berpengaruh terhadap termoregulasi. Mekanisme gangguan pada termoregulasi selama anestesi regional tidak diketahui dengan jelas, tapi diduga perubahan sistem termoregulasi ini disebabkan pengaruhblokaderegionalpadajalurinformasitermalaferen.6

Gambar2.5.Ambangtermoregulatorpadamanusianormal(tidakteranestesi).6

11
Universitas Sumatera Utara

Gambar2.6.Ambangtermoregulatorpadamanusiayangteranestesi.6 Pada anestesi spinal akan menurunkan ambang menggigil sampai dan pada inti hipotermipadajampertamaatausetelahdilakukananestesispinalakanmenurunsekitar1 20C,haliniberhubungandenganredistribusipanastubuhdarikompartermenintikeperifer dimanaspinalmenyebabkanvasodilatasi.6 Padaanestesispinalterjadimenggigildiatasblokadedarilokalanestesidisebabkan

karena ketidakmampuan kompensasi otot di bawah ketinggian blokade untuk terjadinya menggigil.Samasepertipadaanestesiumum,hipotermiaterjadipadajampertamaanestesi, atau setelah dilakukan tindakan anestesi spinal. Hal ini terjadi karena proses redistribusi panasintitubuhkeperiferolehvasodilatasiyangdisebabkanblokadeanestesispinal.6 Terjadinyahipotermiatidakhanyamurnikarenafaktorblokadespinalitusendiritapi

juga karena faktor lain seperti cairan infus atau cairan irigasi yang dingin, temperatur ruanganoperasidantindakanpembedahan.Pasienakanmengalamipenurunantemperatur tubuholehkarenaterjadiredistribusipanasdibawahketinggianblokditambahpemberian cairan dengan suhu yang rendah akan memberikan implikasi yang tidak baik pada pasien yang menjalani pembedahan terutama pasien dengan usia tua karena kemampuan untuk mempertahankantemperaturtubuhpadakeadaanstresssudahmenurun.6 Pemberian obat lokal anestesi yang dingin seperti es, akan meningkatkan kejadian

menggigil dibandingkan bila obat dihangatkan sebelumnya pada suhu 300C, tetapi penghangatan ini tidak berlaku pada pasien yang tidak hamil karena tidak ada perbedaan jika diberikan dalam keadaan dingin atau hangat. Menggigil selama anestesi regional anestesi dapat dicegah dengan mempertahankan suhu ruangan yang optimal, pemberian selimutdanlampupenghangatataudenganpemberianobatyangefektifitasnyasamauntuk mengatasimenggigilpaskaanestesiumum.6 12
Universitas Sumatera Utara

Terjadinya hipotermia selama regional anestesi tidak dipicu oleh sensasi terhadap

dingin. Hal ini menggambarkan suatu kenyataan bahwa persepsi dingin secara subjektif tergantungpadainputaferensuhupadakulitdanvasodilatasiperiferyangdisebabkanoleh regional anestesi. Setelah terjadi redistribusi panas tubuh ke perifer pada induksi anestesi umum dan regional, hipotermia selanjutnya tergantung pada keseimbangan antara pelepasanpanaspadakulitdanmetabolismepanasyangakanmelepaspanastubuh.Selama anestesispinalterdapatduafaktoryangakanmempercepatpelepasanpanasdanmencegah timbulnya perubahan temperatur inti yang terlihat setelah anestesi : pertama, dengan menurunkan ambang vasokonstriksi yang digabungkan dengan vasodilatasi pada tungkai bawah selama blok terjadi. Oleh karena itu kehilangan panas terus berlangsung selama anestesi spinal meskipun mekanisme aktivitas efektor berlangsung di atas ketinggian blok. Hal ini terlihat khususnya pada kombinasi antara anestesi umum dan epidural. Kedua, anestesi spinal menurunkan ambang vasokonstriksi selama tindakan anestesi dan meningkatkanrataratasensasidinginbiladibandingkanhanyadengananestesiumumsaja karenavasokonstriksiyangsecarakuantitatifterpentingpadaekstremitasbawahdihambat olehblokadeitusendiri.6 Menggigilmerupakanmekanismepertahananterakhiryangtimbulbilamekanisme kompensasi yang lain tidak mampu mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal. Rangsangan dingin akan diterima afektor diteruskan ke hipothalamus anterior dan memerintahkan bagian efektor untuk merespon berupa kontraksi otot tonik dan klonik secarateraturdanbersifatinvoluntersertadapatmenghasilkanpanassampaidengan600% diatas basal. Mekanisme ini akan dihambat oleh tindakan anestesia dan pemaparan pada lingkunganyangdingindandapatmeningkatpadasaatpenghentiananestesia.6 Penurunan laju metabolisme yang disebabkan oleh hipotermia dapat memperpanjangefekanestesisedangkanmenggigilyangmenyertainyaakanmeningkatkan konsumsioksigen100%600%2,4,danmeningkatkanresikoanginadanaritmiapadapasien dengan penyakit kardiovaskuler.2 Morbiditas yang mungkin terjadi dan telah dilaporkan cukup bermakna adalah peningkatan kebutuhan metabolik (hal ini dapat membahayakan pada pasien dengan cadangan hidup yang terbatas dan yang berada pada resiko kejadian koroner), menimbulkan nyeri pada luka, meningkatkan produksi CO2, denyut jantung, memicu vasokonstriksi dan dengan demikian meningkatkan resistensi vaskular, tekanan darah,danvolumejantungsekuncupsehinggaterjadipeningkatantekananintraokulerdan intrakranial. Sebagai tambahan, resiko perdarahan dan infeksi luka bedah akan meningkat

13
Universitas Sumatera Utara

pada pasien hipotermik. Karena alasanalasan itulah, mempertahankan pasien pada suhu normalmerupakanbakuperawatan.6 2.3ETIOLOGI Etiologimenggigilmasihbelumjelas,tetapi,diperkirakanbahwahipotermiaselama pembedahan dan gangguan pada pusat termoregulator merupakan faktor penyebab yang utama. Penelitian elektromiografi menunjukkan bahwa menggigil paska tindakan anestesi berbeda dengan menggigil yang disebabkan oleh flu. Faktor lain yang diperkirakan sebagai modulator menggigil meliputi penggunaan obat anestesi, dan respon febril. Menggigil merupakanresponterhadaphipotermiaselamapembedahandengananestesiregionaldan generalyangterjadikarenaperbedaanantarasuhudarahdankulitdengansuhuintitubuh. Setiap pasien yang menjalani pembedahan berada dalam resiko untuk mengalami hipotermia1. Ahli anestesi menempatkan menggigil pada posisi ke8 sebagai yang sering terjadi dan ke21 sebagai komplikasi yang perlu dicegah.9 Pada manusia suhu inti tubuh dipertahankan dalam batas 36.5 37.5C. 10,11 Walaupun literatur yang ada saat ini tidak memberikan definisi yang jelas tentang normotermia ataupun hipotermia tetapi para ahli menyatakan bahwa normotermia berada pada temperatur inti yang berkisar antara 36C 38C (96.8F100.4F). Hipotermia terjadi bila temperatur inti kurang dari 36C (96.8F). Hipotermia dapat terjadi diluar temperatur tersebut jika pasien mengeluh merasa kedinginan atau menampilkan gejala hipotermia seperti menggigil, vasokonstriksi perifer, danpiloereksi.1

Hipotermia sering terjadi sebagai efek samping dari anestesi.2 Yang mana anestesi spinal menyebabkan vasodilatasi dan hambatan pada pusat pengaturan suhu dan transfer panas antar kompartemen. Faktor yang mendukung kejadian hipotermia bervariasi, meliputi berikut ini :1

Usiaekstrim(Anakanakdanorangtua) Kehamilan Suhuruangan Lamadanjenisprosedurbedah Kondisiyangadasebelumnya(kehamilan,lukabakar,lukaterbuka,dll) Statushidrasi Penggunaancairandanirigasiyangdingin 14

Universitas Sumatera Utara

Pemberiananestesiaumum Pemberiananestesiaregional

2.4MekanismePertukaranPanas Pertukaranpanasantaratubuhdanlingkungansekitardicapaidenganberbagaicaraseperti yangdijelaskanberikutini: a. Radiasi Radiasi mengarah kepada hilangnya panas via sinar infrared (sebuah tipe gelombang elektromagnetis) yang keluar dari kulit. Gelombang ini berasal dari semua benda yang ada dengan suhu diatas nol mutlak (absolute zero temperature), dan intensitas radiasi meningkat sebanding dengan peningkatan suhu benda. Dalam kondisi normal, radiasi meliputisekitar60%daripanasyanghilangdaritubuhmanusia. b. Konduksi Konduksiadalahperpindahanpanasdaribendadengansuhuyanglebihtinggikebenda dengan suhu yang lebih rendah. Ini dikarenakan sifat panas yang merupakan energi kinetik. Perpindahan panas dengan cara konduksi menyebabkan hilangnya panas dari tubuhsebesar15%. c. Konveksi Ketika panas hilang dari kulit, ia akan menghangatkan udara tepat di atas permukaan kulit.Peningkatansuhupermukaaninimembatasikehilanganpanastubuhyangberlebih akibat konduksi. Akan tetapi ketika aliran udara dari kipas (atau hembusan angin) melewatikulit,iaakanmenggantikanlapisanhangatdariudaradiataspermukaankulit dan menggantinya dengan udara yang lebih dingin, hal ini menyebabkan hilangnya panas tubuh terus menerus akibat konduksi. Efek yang sama dihasilkan dengan peningkatan aliran darah tepat di bawah permukaan kulit. Aksi dari aliran (darah dan udara)menyebabkanhilangnyapanasyangdikenaldengankonveksi. d. Evaporasi Perubahan air dari fase zat cair mejadi gas memerlukan panas, dan ketika air atau keringat berevaporasi dari permukaan tubuh, panas yang digunakan adalah panas tubuh. Normalnya, evaporasi meliputi 20% dari hilangnya panas tubuh (kebanyakan merupakan akibat dari insensible fluid loss dari paru). Evaporasi memainkan peran pentingdalamadaptasistressthermal. 15
Universitas Sumatera Utara

2.5MONITORSUHU

Efek fisiologik dari perubahan suhu tubuh adalah alasan utama untuk memonitor suhu tubuh sewaktu tindakan anestesi. Sebagai proteksi supaya tidak terkadi iskemik jaringan direkomendasikan suhu inti intraoperatif harus dijaga diatas 360C. Pengukuran suhu harus akurat dan konsisten. Merupakan kewajiban dari praktisi untuk menentukan metode terbaik mengawasi suhu inti pasien dan untuk menggunakan perangkat pengawasan suhu secara benar sekaligus memperkirakan bagian mana yang akan diukur, kenyamanan pasien, dan keamanan. Selama periode perioperatif ketika suhu inti berubah dengan cepat, hubungan antara suhu yang terukur pada berbagai bagian tubuh dapat berbeda. Suhu inti diukur pada arteri pulmonal, distal esofagus, nasofaring dan membran timpani. Distal esofagus (25% dari bagian bawah esofagus) memberikan gambaran suhu darah dan serebral. Suhu membran timpani dan aural kanal memberikan estimasi suhu hipotalamus dan berkorelasi dengan suhu esofagus. Suhu inti juga dapat diperkirakan dengan menggunakan bagian oral, aksiler, ataupun kandung kencing. Suhu kulit dan rektal yang disesuaikan dapat menggambarkan suhu inti dengan cukup baik, tetapi menjadi tidak dapat diandalkan ketika terjadi Krisis Hipertermia Maligna. Beberapa penelitian terakhir menyatakan bahwa pengukuran suhu membrana timpani menggunakan infra merah merupakan metode pengukuran suhu selama dan pasca pembedahan yang lebih disukai. Perlu diingat bahwa ketepatan pembacaan suhu bergantung pada operator, anatomi pasien, dan alat ukurnya.7
2.6OBATOBATAN

Hampir semua anestetis akan berusaha mengobati kejadian menggigil pada periode durante dan pasca pembedahan. Mekanisme kerja dan lokasi kerja serta dosis optimal obat-obat yang memiliki kemampuan menghilangkan menggigil masih belum jelas. Sebagian besar diduga dengan cara menurunkan ambang menggigil. Banyak sediaan obat digunakan untuk tujuan ini, walaupun masih dalam tahap uji klinis seperti clonidine, doxapram, ketanserin, alfentanil, dexametason dosis rendah,

16
Universitas Sumatera Utara

magnesium sulfat, ketamin,tramadol dll. Salah satu obat yang paling efektif adalah Pethidin.8 Pethidin efektif sebagai terapi terhadap menggigil. Pethidin menurunkan ambang rangsang menggigil dua kali dibandingkan dengan ambang vasokonstriksi. Mekanisme pethidin sebagai antishivering mungkin bisa dijelaskan oleh kerja pethidin yang menginhibisi re-uptake biogenic monoamine, antagonis reseptor NMDA(N-methyl d-aspartate) atau stimulasi dari reseptor-2.8 Pethidin merupakan sintetis opioid agonist yang bekerja pada reseptor- dan reseptor-k dan merupakan derivate dari phenylepiperidine. Sesuai rumus bangunnya, pethidin hampir sama dengan atropine, dan memiliki kerja mild atropine.16 Petidin intratekal akan berikatan dengan reseptor- dan reseptor-k di mana reseptor-reseptor ini akan menurunkan ambang rangsang menggigil. Petidin intratekal juga akan menstimuli reseptor-2 dimana jika reseptor ini distimuli akan meningkatkan pelepasan norepinefrin. Petidin intratekal juga akan mengantagonis reseptor NMDA (N-methyl d aspatartate).8 Mekanisme menggigil diatur oleh keseimbangan antara serotonin dan norepinefrin pada hypothalamus, dimana peningkatan serotonin akan mennyebabkan terjadinya menggigil dan vasokonstriksi sedangkan norepinefrin akan menurunkan ambang suhu untuk terjadinya menggigil. Pada prinsipnya pemberian petidin intratekal ini untuk meningkatkan jumlah norepinefrin pada medulla spinalis dimana hal ini akan memodulasi ambang suhu yang datang dari perifer menuju hypothalamus.8

Gambar 2.7 struktur kimiawi dari pethidin

17
Universitas Sumatera Utara

2.6.1 FARMAKOKINETIK Morfin kurang lebih 10 kali lebih poten dari pethidine. Dimana 80-100mg IM dari pethidin memiliki efek yang sama dengan 10 mg morfin IM. Durasi dari pethidin 2-4 jam, sedikit lebih pendek dibandingkan morfin. Pada rentang dosis analgetik, pethidin menghasilkan efek sedasi, euphoria, mual,muntah dan depresi pernafasan sama seperti morfin. Tidak seperti morfin, pethidin baik diabsorpsi di saluran cerna,tetapi jika dibandingkan dengan IM hanya kali efektiviatasnya.17 Waktu paruh penggunaan pethidin intrathecal pada manusia pendek; 6 jam setelah penyuntikan pethidin intrathecal hanya 0,4 % dari dosis awal yang terdeteksi pada CSF di lumbal. Konsentrasi pethidin pada C7-T1 turun dengan cepat,hal ini meminimalisir kemungkinan terjadinya delayed depresi respirasi. Efek sistemik lama timbul pada pemberian pethidin intrathecal karena sifat pethidin yang lebih cepat larut dalam lemak yang menyebabkan cepatnya efflux pethidin kedalam sistem vena dan limphatik. 20

2.6.2 METABOLISME Metabolism pethidine terjadi di hepar, dimana hampir 90% bentuk asal pethidin mengalami demetilisasi menjadi normeperidine dan dihidrolisis menjadi meperidinic acid. Kemudian diekskresi melalui urin, tetapi tergantung dari nilai pH dari urin. Sebagai contoh pH urin<5 sebanyak 25% dari bentuk asli pethidin dikeluarkan. Jadi penambahan keasaman dari pH urin bisa dipertimbangkan untuk mempercepat eliminasi dari pethidin. Menurunnya fungsi ginjal akan menyebabkan terakumulasi bentuk normeperidine. Normeperidine memiliki waktu paruh 15 jam(<35 jam pada pasien dengan gagal ginjal) dan dapat dideteksi selama 3 hari setelah pemberian. Normeperidine dapat menyebabkan stimulasi dari CNS. Toksisitas dari normeperidine dapat menyebabkan terjadinya myoklonus dan kejang.16

2.6.3 EFEK SAMPING A. Kardiovaskuler Pethidin menyebabkan peningkatan heart rate (struktur kimia pethidin mirip dengan atropine). Dosis tinggi dari morfin, fentanyl, sulfentanil, remifentanyl dan alfentanyl berhubungan dengan bradikardia yang dimediasi oleh nervus vagus. Morfin dan pethidin menyebabkan pelepasan dari histamine pada

18
Universitas Sumatera Utara

beberapa individu dan dapat menyebabkan menurunnya tahanan perifer sistemik arterial blood pressure.18 B. Respirasi Opioid dapat mendepressi ventilasi. Hal ini disebabkan ambang rangsang apneu ditingkatkannya dimana PaCO2 meningkat selama periode apneu dan menurunnya hypoxic drive. Morfin dan pethidin juga dapat menginduced bronchospasme.18 C. Cerebral Opioid dapat mereduksi cerebral oxygen consumption, cerebral blood flow dan tekanan intracranial, tetapi efek ini masih lebih rendah dibandingkan barbiturate atau benzodiazepine. Pethidin merupakan opioid yang unik, dimana bila diberikan secara intrathecal memiliki struktur yang sama dengan sameridin yang memiliki efek local anestetik.18 D. Gastrointestinal Opioid dapat memperlambat waktu pengosongan lambung dengan menurunkan peristaltik. Nyeri bilier disebabkan karena kontraksi dari spincter Oddi. Pasien yang mendapat opioid dalam waktu lama seperti pada pasien kanker menjadi toleran terhadap efek samping kecuali efek konstipasi yang disebabkan menurunnya motilitas gastrointestinal.18 E. Endokrin Stress respon terhadap tindakan pembedahan seperti sekresi hormone katekolamin, antidiuretik hormone dan kortisol. Opioid memblok pelepasan hormone-hormon ini. 18 Secara umum efek samping dari penggunaan opioid tergantung pada besarnya dosis yang digunakan. Ada empat efek samping yang sering timbul pada penggunaan neuraxial opioid,seperti pruritus, mual dan muntah, retensi urin dan depresi pernafasan.17 a. Pruritus Pruritus adalah efek samping yang paling sering timbul pada penggunaan neuraxial opioids. Sering timbul didaerah wajah,leher dan thorak atas. Pruritus sering timbul pada pasien obstetri,mungkin disebabkan interaksi antara estrogen dengan reseptor opioid. Pruritus yang disebabkan pada penggunaan neuraksial
19
Universitas Sumatera Utara

opioid disebabkan oleh migrasi opioid ke cephalad pada CSF dan berinteraksi dengan reseptor opioid di nucleus trigeminal. Antagonist dari opioid seperti naloxone efektive untuk mengurangi pruritus yang terjadi. Antihistamine juga efektive untuk mengatasi pruritus yang disebabkan oleh opioid.17 b. Retensi Urine Retensi urin sering terjadi pada laki-laki dewasa muda. Retensi urin pada penggunaan neuraxial opioid sering terjadi dibandingkan pada penggunaan secara IV dan IM. Terjadinya retensi urin tidak tergantung pada besarnya dosis yang digunakan atau besarnya absorbsi sistemik dari opioid. Retensi urin disebabkan karena interaksi antara opioid dengan reseptor opioid yang berlokasi pada spinal cord di sacral. Interaksi ini menyebabkan inhibisi dari nervus parasimpatik di sacral yang menyebabkan relaksasi otot detrusor dan meningkatkan maksimum dari volume kandung kemih.17 c. Depresi pernafasan Efek samping yang paling serius dari penggunaan opioid adalah depresi pernafasan,yang bisa timbul beberapa menit atau beberapa jam setelah pemakaian opioid. Insiden terjadinya depresi pernafasan setelah pemakaian neuraxial opioid pada dosis konvensional sekitar 1%, sama dengan pemakaian opioid IV dan IM dengan dosis konvensional. Depresi pernafasan yang cepat terjadi dalam waktu 2 jam setelah injeksi opioid pada neuraxial,dan yang lambat terjadi lebih dari 2 jam setelah penyuntikan. Depresi pernafasan terjadi karena absorbsi kesistemik dari opioid yang lipid soluble,walaupun perpindahan opioid di CSF ke cephalad dan berinteraksi dengan reseptor opioid di daerah ventral medulla. Pasien obstetric sedikit d. Sedasi Sedasi setelah pemberian neuraxial opioid berhubungan dengan dosis dan bisa timbul pada semua opioid, tapi paling sering pada penggunaan sulfentanyl. Pada waktu timbul sedasi pada penggunaan neuraxial opioid,pertimbangkan akan timbulnya depresi pernafasan pada pasien tersebut. Pengguanaan naloxone 0,25g/kgBB/jam pruritus,depresi opioid.17
20
Universitas Sumatera Utara

yang

mengalami

depresi

pernafasan,mungkin

disebabkan

oleh

meningkatnya stimulasi dari pernafasan oleh progesterone.17

IV nafas

efektive dan

untuk

penanganan status

mual

dan

muntah, paranoid-

perubahan

mental

seperti

psychosis,catatonia dan halusinasi yang disebabkan oleh pemakaian neuraxial

2.7KERANGKAKONSEP efek sampingg Keterangan: X menghambat


inhibisi terhadap re-uptake biogenic monoamine,antagonis reseptor NMDA dan stimulasi dari reseptor-2. Petidin 0,1mg/kgBB Petidin 0,2mg/kgBB Redistribusi panas tubuh dari inti ke perifer

ANESTESI

Menggigil

Hipotalamus dan medulla spinalis

Vasodilatasi

Tekanan darah

21
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai