Anda di halaman 1dari 9

1. Sejarah perkembangan ekonomi lingkungan 1.

Pendahuluan Tekanan dan ketegangan lingkungan sekarang menjadi fenomena yang sering terjadi di dalam sistem ekonomi, tanpa memandang ideologi politik dari yang sangat miskin sampai yang sangat kaya. Ekonomi di negara-negara timur menghadapi ancaman polusi udara dan air yang gawat, contoh yang nyata adalah banyak terdapat polusi air di sungai di beberapa area industri di Polandia dan kemunduran kualitas udara di daerah industri di Chekoslovakia. Lingkungan di Soviet telah mengalami penderitaan karena catatan polusi yang disalahgunakan selama perioderisasi industri berat. Dari kelompok 36 negara (negara termiskin di Dunia) mereka yang sangat miskin merupakan alasan dan dampak utama masalah lingkungan. Kemiskinan, yang menyangkal orang miskin bermaksud untuk menyatakan kepentingan mereka untuk jangka panjang, menciptakan tekanan lingkungan (seperti berkurangnya lahan untuk penggembala, erosi tanah dan padaakhirnya terjadi desertifikasi) menjadikan degradasi sumber daya dan tumbuhnya tekanan pada populasi. Ketidakpastian tetap berada di alam ini dan menyebar yang menjadi ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi dan yang mendukung sistem lingkungan. Kita tetap tidak dapat menjumlah secara keseluruhan resiko bagi manusia di masa yang akan datang yang dikarenakan hujan asam, penipisan ozon, dan efek rumah kaca yang pasti akan terjadi. Dengan demikian, separuh dari jaringan alami yang diproduksi oleh sistem lingkungan sekarang mulai digunakan oleh manusia. Kebutuhan pertumbuhan ekonomi global di masa yang akan datang akan semakin mengurangi sektor alami yang mana sistem alami tersebut dapat melestarikan alam dan bebas dari campur tangan manusia. Batas kesalahan pada rencana ekonomi yang memiliki kapasitas untuk membebankan perubahan yang tidak dapat sangkal pada sumber daya alam selama ini. Issu lingkungan pada batas-batas sistem ekonomi dan alam, merupakan kompleksitas yang tidak dapat diragukan dan banyak kasus yang menghasilkan output yang tidak pasti di masa yang akan datang. Ketidakdisiplinan ekonomi lingkungan yang meminta untuk menganalisis issu tersebut yang pada akhirnya terletak pada batas-batas antara disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu alam. Khususnya pada tahun 1960an, ekonomi lingkungan mencakup doktrin perbedaan ekonomi. Kontribusi pandangan pluralisme (seperti seseorang yang mengakui pemikiran ekonomi lebih dari perkembangan sisi tradisi) bahwa dapat membuat penjagaan terhadap penyempitan di bidang ekonomi, sebaik-baiknya dalam membantu jaringan analitik antar disiplin ilmu. 1. 1. Paradigma Ekonomi dan Lingkungannya Saat Ini Teori ekonomi seharusnya dihargai dengan konteks kerangka yang lebih luas (paradigma). Terdapat interaksi yang kompleks dalam menjalankan kedua teori ilmiah (Ilmu alam, ilmu fisika, dan ilmu sosial) dan beriringan dengan perkembangan sosial. Paradigma Ekonomi Klasik

Para ahli ekonomi klasik meninggalkan berbagai ide yang relevan dan dapat diperkenalkan pada pembahasan lingkungan untuk jaman sekarang. Ekonomi politik klasik menekankan pada kekuatan pasar untuk merangsang pertumbuhan dan inovasi, tetapi menyisakan rasa pesimistis mengenai prospek pertumbuhan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya selama phase tertentu diantara dua posisi keseimbangan yang stabil, dengan posisi akhir merepresentasikan tingkatan eksistensi subtansi yang tidak berarti, the stationary state. Adam Smith (1723-1790), melalui doktrin yang dikenal dengan istilah invisible hand, menyatakan bahwa terdapat perputaran dalam perilaku rasio kepentingan sendiri oleh individu yang dapat memuaskan keinginan individu tersebut tetapi juga melayani kepentingan social secara keseluruhan. Pemerintah merupakan pihak yang penting dalam arti untuk menyediakan pelayanan nightmanwatch (hokum dan tata tertib, pertahanan nasional, pendidikan). Hal yang vital dalam kemajuan ekonomi dan social merupakan transaksi ekonomi yang seharusnya diperbolehkan untuk menjalankannya pada basis pasar yang bebeas berkompetisi. Seperti pendapat Smith, Thomas Matius (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823) pesimis mengenai prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Mereka menyatakan pemikiran mereka yang terbatas dalam istilah keterbatasan dalam penyediaan kualitas barang-barang lahan pertanian dan oleh karena itu dilakukan pengurangan keuntungan dalamn produksi pertanian. Menurut Malthus, jumlah pasti dari lahan yang tersedia (yang terbatas) berarti bahwa seiring dengan pertumbuhan populasi, pengurangan keuntungan akan mengurangi penyediaan pangan perkapita. Standar hidup akan ditekan oleh pertumbuhan tingkat penghidupan dan pertumbuhan populasi akan berhenti. Menurut Ricardo dengan model ekonomi yang lebih kompleks, pertumbuhan ekonomi perlahanlahan mereda selama waktu berjalan karena kekurangan sumber daya alam. Pengurangan keuntungan tidak dikarenakan oleh kekurangan pangan tetapi karena persediaan lahan dalam hal kualitas di masyarakat yang melawan untuk mengurangi lahan yang tidak produktif. John Stuart Mill (1806-1873) menyusun kemajuan ekonomi dalam istilah perlombaan antara perubahan teknis dan pengurangan keuntungan dalam pertanian. Tetapi tidak sama dengan ekonom klasik lainnya, dia berpandangan prospek panjang harus dihadapi dengan optimis. Dengan demikian, dia beralasan, kemajuan teknis akan menyediakan banyak materi manusia yang diinginkan dan masyarakat akan menjadi bebas untuk mengejar pendidikan, estetika dan tujuan social lainnya. Paradigma Marxism Karl Marx (1818-1883), mengadopsi nilai teori buruh dari para ahli ekonomi klasik (pekerja merupakan sumber utama produksi jaringan ekonomi) dan sama dengan aliran pesimistis mengenai satandar masa depan mengenai kehidupan untuk kebanyakan orang (kelas kerja) dalam masyarakat kapitalis. Menurut Marx, para ahli ekonomi klasik telah gagal menempatkan organisasi ekonomi kapitalis dalam konteks sejarah. Dia mencari rumus model produksi yang disamaratakan dengan ciri-ciri komoditas produksi sebagai hubungan sosial.

Marx percaya bahwa kemajuan merupakan proses yang dapat didefinisikan dan istilah materi dan teknologi yang maju yang membiuat kemungkinan oleh eksploitasi alam. Dia melihat pembagian politik sebagai bentuk alami, diciptakan sebagai lingkungan alami alternatif. Alam tersedia untuk umat manusia secara pengetahuan sehingga nilai yang melekat dapat dialihkan ke nilai guna. Tetapi beberapa penganut alitan Marxisme modern menekankan bahwa Marx telah menekankan proses produksi dan faktanya bahwa basis yang dapat hidup terus untuk masyarakat yang hanya dapat disediakan jika sistem produksi dapat mereproduksi. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa Marx mengatakan apa yang kita sebut pendekatan keseimbangan materi untuk proses produksi. Menurut analisis marxisme, sistem ekonomi kapital modern gagal dalam uji reproduksi, sebagai contoh sistem kapital tidak dapat mendukung, dan satu sumber tidak dapat mendukung pekerjaan lingkungan. Paradigma Neoklasik dan Humanisme Bermula sekitar tahun 1870, ekonomi neoklasik mulai dikembangkan oleh para ahli analis dengan bentuk ekonomi profesi. Teori nilai tenaga kerja ditinggalkan dan harga komoditas dilihat sebagai perhitungan harga tenaga kerja dan pasar dianalisis secara bersama-sama. Analis membandingkan jumlah komoditas yang tersedia dengan jumlah yang dibutuhkan. Interaksi persediaan dan kebutuhan kemudian menentukan keseimbangan harga pasar untuk komoditas. Aktivitas pasar diteliti dan dilihat sebagai hasil interaksi antara aktivitas produksi (ditentukan oleh kemajuan teknologi) dan preferensi pembeli individual dengan jarak yang mungkin terhadap pilihan dan pemasukan. Para ahli ekonomi aliran neoklasik juga memperkenalkan metodologi baru, analisis marginal, sebagai contoh studi mengenai hubungan antara perubahan kecil dan penambahan. Tipe pendekatan ini disesuaikan dengan baik untuk meneliti ketetapan harga dan struktur pasar. Sebagai hasilnya, aliran neoklasik berfokus dengan pola pertumbuhan jangka panjang yang berkembang selama periode 1870-1950. Teori neoklasik terhadap pasar diperkirakan netral dan dan bebas nilai. Tujuan dasar telah ditentukan untuk mengatur hukum ekonomi berdasarkan aktivitas ekonomi (seperti dalam hal psikis yang diungkapkan Newton). Rasio individu dilihat sebagai istilah untuk memuaskan keinginan dan pencarian kepentingan individu itu sendiri yang juga dipercaya dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. 1. 1. EKONOMI PASCA PERANG DAN MUNCULNYA ALIRAN LINGKUNGAN Prinsip ekonomi neoklasik mengandung dasar-dasar asumsi bahwa ekonomi memiliki tendensi untuk mengoperasikan sebuah tingkatan aktivitas dengan tenaga kerja penuh. Selama tahun 1960an polusi lingkungan menjadi menyebar. Kesadaran lingkungan menjadi lebih besar di beberapa bidang dari industri masyarakat, menimbulkan ideologi lingkungan baru.

Jumlah ideologi yang berdasarkan pertumbuhan anti-ekonomi. Kejadian ini menyebabkan para ekonom mencari ide ekonomi baru: kekurangan sumber dalam hubungan kemungkinan penggunnaan. Antara tahun 1870-1970, para ahli ekonomi (tanpa terkecuali para ahli-ahli terkemuka) memunculkan kepercayaan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menopang namun tidak pasti. Pengaruh kehabisan sumber daya minyak akan ditambah dengan perubahan teknis (termasuk daur ulang) dan pergantian yang akan memperbesar kualitas tenaga kerja dan modal, dan memperbolehkan untuk melanjutkan ekstraksi kualitas kekuatan dari sumber yang tidak dapat diperbaharui. 1. 1. PARADIGMA EKONOMI INSTITUSIONAL Doktrin ekonomi minoritas mulai muncul sekitar awal abad dua puluh, meskipun menyisakan beberapa koleksi pandangan. Penjelasan paradigma ini merupakan perubahan dari konsep sosio ekonomi yang berdasarkan penentuan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kumpulan ide, tingkah laku, dan kepercayaan yang diserap oleh individu (kebudayaan seseorang bukan ekonomi rasional seseorang) dalam cara yang biasa dilakukan seseorang melalui rencana institusional. Institusionalis telah lama menerima pendekatan yang meliputi dugaan biaya sosial terhadap polusi dan menekankan pentingnya dasar ekologi dari sistem ekonomi. Beberapa penganut neo-Malthusian percaya bahwa hanya dengan sistem authorisasi yang akan dapat membawa perubahan kebutuhan untuk melindungi lingkungan, sementara itu yang lainnya meletakkan kepercayaan pada sistem desentralisasi sosialis. 1. 1. MODEL PASAR DENGAN MANAJEMEN LINGKUNGAN: PARADIGMA HAK MILIK MELAWAN ANALISIS KESEIMBANGAN MATERI Pendekatan konvensional telah menghasilkan dua varian model manajemen sumber lingkungan, yang merupakan modifikasi dari aliran neoklasik. Pendekatan ini merupakan pendekatan hak milik dan pendekatan keseimbangan materi. Pendekatan Hak Milik Beberapa analis beranggapan bahwa biaya untuk masalah polusi merupakan biaya yang tidak dapat merembes dan dapat di kurangi dengan proses penegasan struktur yang ada mengenai hak milik. Dinyatakan bahwa dalam ekonomi yang ditetapkan dan dapat mentransfer hak milik, individu atau firma memiliki setiap dorongan untuk menggunakan sumber daya alam seefisien mungkin. Pasar dan harga dari perilaku ekonomi kolektif menyediakan pengeluaran. Polusi lingkungan merupakan bentuk kegagalan pasar, biasanya karena eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya. Berdasarkan pendekatan hak milik, peningkatan intervensi seharuisnya ditentang karena kepemilikan publik terhadap sumber daya alam karena akan terjadi konflik pengaturan sumber daya alam: ini merupakan kegagalan pemerintah. Pendekatan Keseimbangan Materi

Revisionis mencari model gabungan keseimbangan materi dan keterbatasan tersebut ke dalam analisis ekonomi. saat polusi dilihat sebagai gejala kegagalan pasar, hal ini juga diakui bahwa fenomena ini dapat menyebar (karena hukum termodinamis) yang menghendaki intervensi pemerintah melalui paket instrumen kebijakan dan dorongan. 1. 1. ANALISIS KEBIJAKAN: STANDAR TETAP DAN KERANGKA KEUNTUNGAN BIAYA Dalam menghadapi kompleksitas keterikatan ekologi dan manajemen sumber daya yang tidak pasti, dua alternatif pendekatan dapat digunakan. Beberapa analis menyatakan untuk mengadopsi kerangka cost-benefit (kerangka keuntungan biaya), menggunakan penilaian keuangan tetapi juga tidak pasti dan tidak dapat diubah. Yang lainnya mengadopsi pendekatan standar tetapdalam kasus tertentu atau sebagai cara penerapan kebijakan makro-lingkungan yang umum. Standar makro-lingkungan dapat meliputi kebijakan penggunaan lahan, standar kualitas udara dan air, dll, meskipun mungkin dapat diterapkan sepanjang waktu, akan terbatas cakupannya mengenai analisis biaya-keuntungan terhadap analisis keefektifan. 1. 1. NILAI EKONOMI DAN LINGKUNGAN Terdapat banyak interpretasi mengenai istilah nilai, tetapi para ahli ekonom pada nilai keuangan mengekspresikan melalui preferensi konsumen. Pada dasarnya, nilai hanya terjadi karena interaksi antara subjek dengan objek serta dalam istilah penjelasan ini, bukan merupakan kualitas intrinsik terhadap sesuatu, object yang diberikan dapat berupa jumlah nilai yang diberikan karena perbedaan dalam persepsi orang dan perbedaan konteks penilaian. Nilai ekonomi yang diberikan diekspresikan dalam istilah keinginan individu untuk membayar dan keinginan untuk menerima kompensasi. 1. 1. PARADIGMA EKONOMI EKOLOGIS DAN KO-EVOLUSIONER Perkembangan ekonomi dapat dilihat sebagai proses adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Dari pandangan tersebut terdapat tiga perbedaan sumber perubahan rusaknya keseimbangan ekologi, permintaan konsistensi teknis, dan perkembangan bentuk baru kebutuhan sebagai biaya nyata kehidupan yang berubah tidak satu pun penjelasan tersebut berubah. Perkembangan merupakan proses elanjutnya mengenai perubahan melalui rangkaian tempat ekologi. Kepemilikan tempat merupakan variabel, dan tempat dapat dihancurkan untuk proses perkembangan. Perpspektif ko-evolusioner telah dirancang untuk menyediakan jaringan antara ekologi dngan analisis ekonomi, ko-evolusioner mengacu pada proses timbal balik antara dua sistem perkembangan.

BAB 7

STANDAR, PAJAK DAN SUBSIDI LINGKUNGAN


7.1. KETIDAKEFISIENAN (INEFISIENSI) PENETAPAN STANDAR Penetapan standar lingkungan. Penetapan standar cenderung dipakai untuk menetapkan tingkattingkat tertentu konsentrasi polutan di lingkungan, misalnya X mikrogram per meter kubik, atau persentasi oksigen yang terlarut dalam air atau suatu tingkat desibel yang tidak berlebihan. Standar ini ditetapkan berdasarkan kriteria yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya suatu tingkat kontaminan yang tidak boleh melebihi batas tertentu dalam air agar air tersebut aman diminum, konsentrasi sulfur dioksida dan zat-zat tertentu yang selalu duhindari pada penyakit pernafasan dan sebagainya. Masalah yang berhubungan dengan penetapan standar ialah bahwa penetapan dasar akan menghasilkan suatu keputusan yang efisien secara ekonomis saja; jadi sepertinya tidak menjamin tingkat optimal eksternalitas. Untuk melihatnya, Gambar 7.1 menggambarkan diagram polusi yang kita kenal. Suatu standar S ditetapkan dan berhubungan dengan tingkat polusi W dan tingkat aktivitas ekonomis Q. Penetapan standar juga disertai beberapa lembaga/agensi pemantau yang memperhatikan kegiatan pelaku pencemaran dan mempunyai kekuatan untuk menjatuhkan hukuman. Jika tidak mempunyai kekuatan hukum, maka kemampuannya hanya sebatas mengawasi pelaku pencemaran berdasarkan tanggung jawab moral masyarakat, agar tetap berada dalam standar yang berlaku. Secara khusus, standar ini berhubungan dengan hukuman pelaku pencemaran dapat dihukum atau diancam hukuman. Pada banyak negara, kasus hukum melawan pelaku pencemaran jarang terjadi, karena badan pengawas pencemaran di sana menggunakan kekuatannya untuk merubah perilaku pelaku pencemaran sebelum kasusnya masuk pengadilan. Besarnya hukuman digambarkan sebagai P pada Gambar 7.1.
Biaya manfaat

Sebagai standar kerja, pelaku pencemaran hanya boleh melakukan pencemaran sampai tingkat maksimum yang diperbolehkan yaitu QS. QS tidak optimal karena kurang dari Q*. Sebenarnya jika standar tidak ditetapkan pada Q*, maka standar tersebut tidak optimal. Standar yang ditetapkan yang sama dengan keadaan optimum dapat diidentifikasi, misalnya salah satu masalah yang sering terjadi pada penetapan pajak Pigovia. Oleh karena itu tidak ada yang lebih baik antara standar dan pajak keduanya memerlukan informasi terperinci mengenai fungsi MNPB dan MEC untuk keadaa optimum sebelum dikemukakan. Hukuman P juga menjadi tidak efisien dalam kasus ini. Pelaku pencemaran mempunyai insentif untuk melakukan pencemaran sampai batas QB. Mengapa? Pelaku pencemaran melakukan pencemaran sampai QB karena hukuman pada tingkat pencemaran tersebut masih lebih sedikit dibandingkan keuntungan bersih pribadi yang diperoleh dari pencemaran yang dilakukannya. Pelaku pencemaran ini tidak akan melebihi QB karena pencemaran yang lebih besar akan memberinya hukuman yang melebihi keuntungan marginal bersihnya. Perhitungan yang dilakukan oleh pelaku pencemaran ialah membandingkan hukuman yang dikalikan kemungkinan

menghadapi hukuman dengan keuntungan bersih dari pencemaran. Bahkan jika hukumannya pasti pada Gambar 7.1, pelaku pencemaran tetap membayar untuk melakukan pencemaran sampai QB. Pembahasan ini akan mengindikasikan secara cepat apakah kebutuhan luas yang kedua agar standar menjadi optimal. Hukuman harus pasti dan seharusnya sama dengan P*. Untuk standar yang optimal, kita membutuhkan standar yang ditetapkan sesuai tingkat keluaran (output) yang optimal yang berhubungan dengan standar, dan tingkat hukuman harus ditetapkan sama dengan P* dan mempunyai 100% kepastian yang berkebalikan dengan Q*. Kesulitan memastikan kondisi-kondisi tersebut menerangkan mengapa pelaku ekonomi cenderung harus diatur dengan standar tertentu. 7.2. PAJAK MELAWAN STANDAR Ketidakpastian dan fungsi manfaat Gambar 7.2 memperlihatkan diagram dasar tentang polusi, tetapi diduga ada beberapa ketidakpastian mengenai lokasi yang tepat dari fungsi manfaat. Gambar 7.2 Persamaan Standar dan Pajak MNPN(benar) atau MNPB(true) memperlihatkan keadaan yang sebenarnya dan MNPB(salah) atau MNPB(false) adalah keadaan yang bukan sebenarnya/keadaan yang salah. Pengambil keputusan berasumsi bahwa MNPB(salah) adalah kurva yang benar. Apakah biaya kesalahannya lebih besar di bawah standar atau di bawah pajak? Karena MEC dan MNPB mempunyai garis/daerah yang sama (meskipun tandanya berlawanan), biaya yang salah akan sama dan tidak ada alasan untuk lebih memilih pajak atau standar. Oleh karena itu pajak t ditetapkan berdasarkan usaha untuk menjaga tingkat polusi optimal dengan asumsi bahwa MNPB(salah) merupakan kurva yang benar. Tetapi MNPB(benar) adalah kurva yang benar dan oleh karenanya para pelaku pencemaran yang mengetahui hal ini akan menuju ke titik MNPB(benar) yang sama dengan t. Akibatnya terjadi banyak pencemaran/polusi (Q menggantikan Q*). Kerugian yang berhubungan dengan polusi yang berlebihan adalah daerah di bawah MEC di antara Q*Q dikurangi daerah di bawah MNPB(benar) di antara Q*Q. Daerah ini digambarkan sebagai segitiga bde. Gambar 7.3 menyatakan analisa lagi, tetapi kedua kurva mempunyai garis yang berbeda. Gambar 7.3 : Pajak Lawan Standar Pada kasus (a), kurva MEC lebih curam dibandingkan MNPB dan pada kasus (b) lebih landai. Dari pengamatan terlihat bahwa pada kasus (a) pajak menghasilkan kerugian besar sekali, karena lebih memilih standar. Pada kasus (b), standar menghasilkan kerugian besar karena lebih memilih pajak. Perlu dicatat, bahwa semua hasil tersebut dapat dikatakan sama, jika fungsi MEC tidak pasti.

Efisiensi dinamis Pada contoh yang lain Pajak lebih diperhatikan dibandingkan standar. Pemecahan masalah dengan pajak secara pasti membutuhkan biaya dalam penerapannya. Pemberlakuan pajak juga membuka perdebatan hukum, jika pajak didasarkan pada suati ukuran nilai ekonomis kerusakan yang dilakukan oleh pelaku pencemaran. Karena industri (perusahaan besar) secara khusus membelanjakan sejumlah uang untuk dapat turut serta dalam menetapkan standar dan pengaturan secara umu, maka tidak jelas apakah ini merupakan kritik terhadap pemberlakuan pajak. Biaya-biaya administrasi untuk menetapkan pajak juga sedikit berbeda dari biaya administrasi yang terlibat dalam memastikan diberlakukannya standar. Belum jelah bahwa standar lebih murah dibanding dengan pajak dalam penerapannya hanya penelitian-penelitian perorangan saja yang berkesimpulan demikian. 7.3. SUBSIDI PENGURANGAN PENCEMARAN Seperti standar, subsidi tidak populer di kalangan pelaku ekonomi. Perlu dipahami keadaan suatu subsidi dalam konteks ini. Dasar pemikirannya ialah membayar kepada suatu perusahaan yang menghasilkan pencemaran di bawah tingkat tertentu. Subsidi digambarkan sebagai S per satuan pencemaran, tingkat pencemaran yang ditentukan diwakili oleh W dan tingkat sebanarnya yang dicapai oleh pelaku pencemaran ialah M; M lebih kecih daripada W. Subsidi yang dibayarkan adalah : Subsidi = S(W M) Gambar 7.4 menggambarkan apa yang terjadi. Gambar 7.4 Pajak dan subsidi atas perusahaan perorangan dan industri Diagram pada gambar tersebut menunjukkan posisi setiap perusahaan perorangan (firma/firm) di sisi kiri dan industri di sisi kanan. Perbedaan yang ada menjadi penting. Titik awalnya adalah P,q untuk perusahaan perorangan, dengan harga sama dengan titik terendah pada kurva biaya ratarata AC, dan P,Q untuk industri dengan kurva suplai total S. Perlu dicatat bahwa kondisi P=AC, berarti bahwa kita sedang membicarakan suatu industri yang keluar masuknya bebas. Pertama, membahas tentang pengaruh pajak. Keadaan ini akan mengangkat AC dan MC untuk perusahaan perorangan, menghasilkan suatu kesetimbangan jangka pendek di mana harga yang ditetapkan (ruling price), P, sama dengan biaya marginal baru pada q1 untuk perusahaan perorangan. Tetapi sekarang harga yang ditetapkan berada di bawah biaya rata-rata baru sehingga perusahaan perorangan ini akan keluar dari industri, mengangkat kurva suplai industri ke arah kiri. Suatu kesetimbangan jangka panjang baru ialah P1,Q1 untuk industri dan p1,q untuk perusahaan perorangan. Keadaan ini mengarah lurus ke depan dan seperti yang diharapkan. Pengaruh subsidi sedikit sulit dianalisa. Subsidi meningkatkan kurva MC perusahaan perorangan. Jika subsidi berjumlah sama dengan pajak, maka kurva akan terangkat ke (MC +

subsidi) yang sama dengan (MC + pajak). Hal ini kelihatan janggal/ganjil apakah secara pasti subsidi akan menurunkan kurva MC? Dalam kasus ini tidak terjadi demikian dan rumus subsidi menjelaskan mengapa demikian. Pada waktu perusahaan perorangan memperbanyak keluarannya (output), perusahaan tersebut melampaui suatu subsidi yang dapat diperoleh melalui pengurangan pencemaran. Melampaui subsidi sama dengan membayar pajak terjadi kerugia finansial pada kasus ini. Jadi MC terangkat ke atas. Tetapi biaya rata-rata menurun untuk perusahaan perorangan karena perusahaan ini mendapat bayaran dari penurunan keluaran/outputnya. Kurva MC untuk perusahaan ini menjadi (MC + subsidi) yang sama dengan (MC + pajak), tetapi kurva AC untuk perusahaan ini turun ke (AC subsidi). Keseimbangan jangka pendek adalah keadaan di mana harga sama dengan biaya marginal baru, yaitu q1, hal yang sama dengan pajak.. Respon jangka pendek terhadap subsidi oleh karenanya sama dengan respon serupa pada pajak tidak ada perbedaan di antara keduanya. Respon jangka panjang sangat berbeda. Dalam jangka pendek, harga melebihi biaya rata-rata baru (AC subsidi) sehingga perusahaan perorangan ini sekarang memasuki kelompok industri, mengangkat kurva suplai ke kanan. Suatu kesetimbangan jangka panjang baru terjadi pada P2,Q2 dan P2,q2 untuk perusahaan perorangan. Apa yang terjadi dengan pencemaran? Perbandingan yang relevan adalah yang terjadi pada jangka panjang. Di bawah pajak, output industri berkurang dan pencemarannya juga berkurang. Di bawah subsidi, output industri bertambah dan pencemarannya juga bertambah. Suatu subsidi oleh karenanya membawa resiko berupa peningkatan output dan memasuki kondisi industri yang mencemari lingkungan sehingga bukannya mengurangi pencemaran tetapi malah dapat menambah pencemaran.

Anda mungkin juga menyukai