Anda di halaman 1dari 28

Tugas

EKONOMI POLITIK DAN REGULASI

OLEH :

1. RISAL DIANTO (B1A117149)


2. SHELY PUSPITA SARI (B1A117155)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
A. Ekonomi Politik Mazhab Neo Klasik
Periode waktu yang diawali sejak diterbitkannya Inquiry into the Nature
and Causes of the Wealth of Nations atau yang sering disebut “Wealth of Nation”
pada 1776 sampai masa sekarang telah berjalan selama lebih dari 200 tahun.
Sekalipun ada banyak unsur dari pemikiran awal Smith yang tetap dianut sampai
sekarang (terutama aliran Neoklasik), namun ilmu ekonomi klasik bukanlah
sekedar versi modern dari ekonomi politik klasik. Bahkan pendekatan neoklasik
dianggap lahir pada dekade 1870 yaitu bertepatan dengan bangkitnya aliran
marginalis dalam ilmu ekonomi. Sebelum 1870 ilmu ekonomi sebagai sebuah
sistem pemikiran dominasi oleh agenda klasik, seperti pertumbuhan, distribusi
dan teori nilai tenaga kerja, dan setelah decade 1870-an, agenda ini mengalami
banyak perubahan.
Aliran marginalis berhasil membawa dua prubahan besar dalam ilmu
ekonomi waktu itu. Yang pertama, aliran marginalis mengajukan teori nilai yang
didasrkan pada intensitas dari perasaan subjektif, dan yang kedua aliran
marginalis mengembangkan kalkulus marginal sebagai sarana konseptual dan
metodologis. Sebagai akibat dari dua perkembangan ini, selama 3 sampai 4
dekade setelahnya, muncul sebuah aliran baru yang disebut sebagai aliran
neoklasik yang berhasil menggeser teori nilai tenaga kerja. Dan menggantinya
dengan teori nilai yang berbasis kegunaan subjektif dan membuat ide “produk
marginal” dan “permintaan akhir” menjadi dua ide utama sementara konsep
produk total dan permintaan total menjadi tergeser perannya. Ketika ide-ide ini
makin tersebar luas selama seperempat adab terakhir di abad XIX, perekonomian
tidak lagi dipandang semata sebagai produksi dan reproduksi materi melainkan
sebagai logika dari tindakan manusia.
Semenjak didengungkan, pemikiran Marx dan Engels memang tidak bebas
dari penolakan para pemikir. Bahkan, teori yang dikembangkan oleh Marx dan
Engels ini juga mendapatkan penolakan dari kaum sosialis sendiri, dan ditambah
dengan penolakan dari kaum liberal-kapitalis. Adapun para pemikir ekonomi dari
kaum liberal lalu dimasukkan dalam suatu kelompok pemikir ekonomi yang
disebut teori Neo-Klasik. Disebut sebagai neo klasik atau teori klasik baru, karena

1
pemikiran-pemikiran kaum neo-klasik ini juga sekaligus merupakan pembaruan
dan pembelaan terhadap pemikiran kaum klasik dalam menanggapi kritikan kaum
marxis.
Para pakar neo klasik kala itu berusaha mengkaji ulang tentang pokok
pikiran teori Klasik yang dikritik oleh Marx, yakni dalam hal nilai kerja dan
tingkat upah. Tingkat upah dan nilai kerja dianggap oleh Marx sebagai penyebab
utama yang akan meruntuhkan kejayaan kaum kapitalis. Beberapa pakar yang
berusaha melakukan penelitian yakni W. Stanley Jevons, Leon Walras, Karl
Menger dan Alfred Marshall. Keempat pakar ini melakukan penelitian mengenai
hal yang sama, yakni teori nilai lebih dari Marx.
Dalam teori nilai lebih Marx (surplus value), diasumsikan bahwa usaha
para kapitalis untuk mendapatkan laba setinggi mungkin akan menekan para
buruh. Tekanan yang besar terhadap buruh akan membuat buruk memberontak
dan menggulingkan para kapitalis. Pada akhirnya, kekuasaan pemerintahan akan
dipegang oleh para buruh. Proses ini diyakini Marx akan terjadi secara otomatis
dan akan menjadi tanda keruntuhan bagi kaum kapitalis. Berdasarkan asumsi di
atas, keempat pakar tersebut membuat penelitian secara terpisah dengan landasan
teori-teori ekonomi. Lalu, kesimpulan yang mereka dapatkan rupanya sama.
Dalam penelitian mereka, didapatkan bahwa teori surplus value Marx tidak
mampu menjelaskan tentang nilai komoditas (modal) ini secara tepat.
Alhasil, kesimpulan ini meruntuhkan seluruh bangunan teori sosialis yang
dikembangkan Marx dan Engels, serta mengembalikan kekokohan sistem
kapitalis. Hal ini sekaligus menyelamatkan para kapitalis dari kemungkinan krisis.
Selain itu, para pakar ekonomi Neoklasik juga menolak kritikan Marx mengenai
asumsi mekanisme pasar. Marx mengklaim bahwa pemikiran kaum klasik
mengenai mekanisme pasar yang bisa berjalan dengan sendirinya, yang pada
akhirnya akan mengarah pada keseimbangan tanpa harus ada campur tangan
pemerintah, adalah keliru.
Pemikir Neoklasik memang mengakui bahwa ekonomi memang tidak
selalu bisa berjalan mulus secara alami, dan tidak bisa selalu menuju
keseimbangan secara otomatis. Akan tetapi, kaum Neoklasik lebih tidak setuju

2
jika harus mengabaikan keberadaan mekanisme pasar serta menyerahkan
segalanya kepada pemerintah. Bagi Neoklasik, kelemahan pasar dan
ketidaksempurnaan pasar dapat diatasi oleh pemerintah, dan memang pemerintah
seharusnya campur tangan dalam hal ini. Akan tetapi, batasan campur tangan
pemerintah dalam hal ekonomi ini hanya sebatas memperbaiki distorsi yang
berlangsung dipasar, dan bukannya malah menggantikan fungsi mekanisme pasar
itu sendiri

1. Struktur dari Teori Neoklasik


Ide utama dalam pemikiran neoklasik adaalah konsep “pilihan yang
dibatasi”. Konsep ini memandang individu sebagai pelaku yang membuat pilihan,
atau orang yang hrus memilih dari beberapa alternative tindakan berdasarkan
pandangan atau imajinasinya sendiri tentang apa dampak dari tiap-tiap alternative
itu bagi dirinya. Para ekonomi yang di didik dalam tradisi neoklasik
mengasumsikan bahwa semua orang akan selalu berusaha untuk mencapai level
kepuasan yang tertinggi di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, sehingga
tingkat kebahagiaan yang tertinggi dapat dicapai sesuai dengan sumber daya yang
tersedia bagi kita.
Ide tentang motivasi manusia ini dibentuk menjadi teori tindakan manusia,
yaitu dengan menyatakan bahwa individu akan menentukan apa yanga akan kita
lakukan berdasarkana bagaimana tindakan-tindakannya itu bisa mempengaruhi
level kepuasannya. Dari berbagai alternative akan menghasilkan sebuah daftar
peringkat dari berbagai pilihan yang ada dimana peringkat dari berbagai pilihan
yang ada dimana peringkat ini ditentukan oleh level kepuasan atyau kebahagiaan
yang bisa didapatkan dari tiap-tiap tindakan/keputusan itu.
Kelangkaan bisa terjadi karena kondisi subjektif dan juga bisa disebabkan
karena kondisi objektif karena minimnya ketersediaan barang atau sumber daya.
Kelangkaan adalah syarat agar orang melakukan pilihan, tapi itu bukan satu-
satunya syarat. Kelangkaan adalah situasi dimana orang sudah mengonsumsi
semua yang bisa ia dapatkan tapi tetap merasa tidak puas. Cara pandang seperti ini
dapat digunakan untuk menafsirkan hamper semua penerapan kalkuasi ekonomi

3
sebagai pelaku penghematan. Kesejahteraan dari sebuah kelompok harus
didefinisikan secara berbeda dari kesejahteraan individu. Kesejahteraan baru dapat
dipenuhi apabila memenuhi dua syarat. Yang pertama, tindakan-tindakan
konsumsi yang dilakukan individu yang satu dalam kelompok itu bisa berdampak
terhadap individu lain dalam kelompok itu yang tidak melakukan tindakan yang
sama. Yang kedua, individu menyediakan peluang bagi individu-individu yang
lain untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok/bersama lewat pertukaran.
Teori neoklasik menyebutkan dampak positif atau negatif terhadap orang lain ini
sebagai eksternalitas.
Pendefinisian kesejahteraan kelompok harus memperhitungkan
kemungkinan bahwa para anggota kelompok itu bisa melakukan pertukaran.
Implikasi dari konsep kesejahteraan kelompok memiliki makna yang sama dengan
konsep transaksi suka rela berdasarkan pilihan rasional individual. Konsep ini
menentukan bagaimana seharusnya sebuah pertukaran dilakukan antarpara
pemilik property, dan mereka harus menentukan harga. Jika harga bersifat
fleksibel dalam artian bahwa semua pihak bebas untuk melakukan transaksi
dengan level harga berapa pun yang di anggap bisa sama-sama menguntungkan,
maka proses pasar bebas akan menghasilkan kesejahteraan sosial yang optimal.
Optimalitas Pareto, konsep yang merujuk pada pilihan individu yang
dibuat dan dilakukan oleh individu-individu itu sendiri. Yang menarik adalah
bahwa konsekuensi sosial dapat ditentukan berdasarkan pilihan subjektif yang
dibuat para individu. Asumsi-asumsi yang berperan penting bagi optimalitas
Pareto: (1) bahwa pasar bisa atau benar-benar memiliki persaingan sempurna, (2)
bahwa kesejahteraan sosial memang harus didefinisikan berdasarkan pilihan
individu dan (3) bahwa ide tentang pembagin sumber daya pada awalnya (initial
endowment) adalah landasan yang memadai untuk membuat penilaian tentang
kesejahteraan.
Pendekatan neoklasik menghubungkan antara kesejahteraan dengan
pilihan. Semakin besar kisaran pilihan yang tersedia, maka semakin besar level
kesejahteraan yang bisa dicapai, jika keadaan lain tidak berubah. Dalam penalaran
neoklasik cara yang bisa digunakan yaitu dengan menentukan harga tenaga kerja

4
(upah) sedemikian rupa agar penentuan pendapatan oleh pasar dapat
menghasilkan pilihan maksimal dan kesejahteraan yang optimal. Kesimpulan
pasar adalah hubungan dan pilihan tidak boleh dikenai intervensi oleh pemerintah.
Sebagai institusi yang memungkinkan terbentuknya peluang yang
semaksiamal mungkin bagi pertukaran secara bebas sehingga memungkinkan
terwujudnya efisiensi yang seluas-luasnya. Ada dua sudut pandang yang dapat
dilihat yaitu sudut pandang konsumen dan sudut pandang produsen.

2. Ekonomi Politik Dalam Pendekatan Neoklasik


Aliran neoklasik muncul karena tidak tercapainya pasar yang efektif dalam
aliran klasik dan merupakan sebuah respon dari kritikan aliran Marxisme. Dimana
aliran Marxisme melihat bahwa perekonomian tidak berjalan dengan mulus
seperti yang diperkirakan oleh kaum klasik. Dalam hal ini pakar ekonomi
neoklasik menyetujui hal yang dikritik oleh kaum Marxism, dimana pasar tidak
dapat lepas dari peran negara atau pemerintah. Tetapi kaum neoklasik lebih tidak
setuju lagi jika mekanisme pasar diabaikan dan segala sesuatu serba diatur oleh
pemerintah.
Menurut pakar neoklasik dalam Deliarnov (2006:54), untuk mengatasi
kelemahan dan ketidaksempurnaan pasar, seharusnya memang ada campur tangan
negara atau pemerintah, tetapi pemerintah hanya untuk memperbaiki distorsi yang
terjadi di pasar, bukan untuk menggantikan fungsi mekanisme pasar. Menurut
Caporaso & Levine (2015:200) ekonomi dipandang sebagai proses dimana orang
berusaha memaksimalkan pemenuhan terhadap kebutuhan berdasarkan sumber
daya yang ada. Proses ini dianggap terjadi di dalam institusi-institusi politik.
Orang yang membuat kontrak dalam kapasistas pribadi dan orang yang terlibat
dalam tindakan politik, keduanya berusaha memuaskan kebutuhan mereka
semaksimal mungkin. Maka tujuan dari tindakan ekonomi maupun tindakan
politik, yaitu sama sama untuk mencapai penghematan (economizing), dalam hal
ini melakukan penekanan biaya dengan mencapai pemaksimalan sumber daya.
Tentunya dalam pasar, transaksi dilakukan secara sukarela. Kesukarelaan
tersebut dapat tercapai ketika adanya kepentingan yang sama antara kedua belah

5
pihak atau lebih. Menurut Caporaso (2015:201), ketika perjanjian dibuat secara
sukarela dan tidak ada faktor yang dapat menghambat peningkatan kesejahteraan
dalam transaksi, dan konsekuensi yang ada hanya berdampak pada pihak yang
terlibat dalam perjanjian, sehingga interaksi pasar memungkinkan individu untuk
memanfaatkan sepenuhnya peluang yang tersedia untuk meningkatkan level
kepuasan mereka.
Menurut Caporaso & Levine (2015:201), melihat dari cara pandang diatas,
terdapat dua jenis agenda politik. Pertama, agenda politik yang berusaha untuk
mengamankan atau mempertahankan sistem hak kepemilikan agar transaksi bias
terjadi secara sukarela. Kedua, agenda politik yang terkait dengan pihak yang
tidak ikut dalam perjanjian tetapi terpengaruh oleh perjanjian tersebut, dimana
dengan adanya pihak lain tersebut, potensi untuk meningkatkan kesejahteraan
dapat terganggu atau mungkin tidak dapat dicapai.
Ilmu ekonomi politik dengan pendekatan neoklasik ialah
mempertimbangkan masalah kegagalan pasar, dimana dalam aliran neoklasik
lebih menekankan pada aspek ekonomi ketimbang aspek politik, jadi dengan kata
lain bahwa aspek politik diperlukan jika pasar mengalami kegagalan. Ekonomi
politik neoklasik menelaah situasi dimana pasar tidak berhasil memberikan
peluang kepada individu untuk mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan semaksimal
mungkin.

3. Kepemilikan
Ilmu ekonomi neoklasik cenderung untuk mengabaikan pembahasan
tentang hak dalam analisisnya. Aturan yang mengatur hak kepemilikan adalah
sangat penting tapi tidak termasuk dalam wilayah pembahasan dari model
ekonomi. Sistem hokum ini sendiri di bentuk lewat proses ekonomi, yaitu lewat
perilaku maksimalisasi kepuasan yang rasional. Hak kepemilikan (property rights)
adalah hak untuk memiliki, menggunakan, menjual dan mengakses kekayaan.
Untuk properti yang berbentuk tenaga kerja. Adanya dimensi politik yang kuat
dalam masalah hak kepemilikan tidaklah berarti bahwa hak kepemilikan lalu
memiliki sifat politik. Bagi aliran positivis, hak kepemilikan dapat dianggap

6
bersifat politik karena hak adalah hasil dari proses politik, sehingga hak
kepemilikan boleh diganggu-gugat sama hal-nya seperti semula hasil politik
lainnya bisa digugat.

4. Eksternalitas
Status tinggi yang didapatkan oleh transaksi secara sukarela berasal dari
ide bahwa kehidupan manusia adalahmaksimalisasi terhadap kebutuhan pribadi
dalma konteks keterbatasan sumber daya. Transaksi yang dilakukan secara
sukarela, serta asumsi bahwa tiap-tiap orang selalu tahu apa yang inginkan, secara
logis akan membawa kita pada kesimpulan optimalitas pasar.
Aksternalitas adalah “dampak terhadap pihak ketiga yang tidak melewati
sistem harga dan muncul sebagai efek samping yang tidak disengaja dari kegiatan
orang lain atau kegiatan perusahaan lain.” (Rhoads 1985:113) dalam pasar yang
berfungsi secara ideal, semua transaksi bersifat pribadi, dan jika ada pihak ketiga
yang dilibatkan di dalamnya, maka pihak ketiga ini biasanya diberi imbalan atau
dikenakan biaya. Dalam kondisi seperti ini, biaya yang ditanggung semua
produsen adalah sama dengan biaya yang ditanggugung masyarakat dan
keuntungan yang didapatkan masyarakat akan sama dengan keuntungan yang
didapatkan semua produsen. Dalam perspektif keadilan sosial, yaitu bahwa jika
eksternalitas terjadi, maka aka nada orang lain yang menerima keuntungan atau
harus mengeluarkan biaya untuk urusan-urusan yang terjadi bukan atas kehendak
mereka sendiri. Dengan kata lain, orang-orang diluar transaksi ini bisa
mendaptkan keuntungan atau kerugian karena alasan-alasan yang tidak ada
hubungannnya dengan pilihan yang mereka buat. Menurut ekonomi neoklasik
bahwa eksternalitas dapat mengganggu efisiensi dari operasi dalam
perekonomian.
Mari kita mengaambil contoh dari eksternalitas negatif yang ditimbulkan
oleh perusahaan, seperti misalnya polusi yang menimbulkan biaya atau kerugian
bagi pihak-pihak di luar perusahaan dalam bentuk gangguan kesehatan dan biaya
pengobatan. Biaya atau kerugaian ini diderita oleh orang-orang diluar perusahaan
itu biarkan mereka tidak ikut ambil bagian dalam penciptaan polusi. Dengan

7
asumsi bahwa perusahaan berusaha untuk memaksimalkan laba teori neoklasik
mengatakan bahwa perusahaan akan menaikkan level produksi sampai biaya dari
penambahan output, atau biaya marginal, menjadi sama dengan harga yang
digunakan untuk menjual output itu. Jika biaya marginal ini lebih tinggi daripada
harga, maka menjual lebih banyak output justru akan menelan biaya yang lebih
tinggi daripada pendapatan yang diterima dari harga jual, sehingga produsen
justru merugi.

Tapi, selama iaya marginal masih lebih rendah daripada harga jual
perusahaan bisa menaikkan laba dengan memproduksi lebih banyak. Setelah biaya
dari penambahan produksi ini setara dengan penambahan pada pendapatan, maka
perusahaan tidak lagi memiliki insentif untuk mengubah level produksinya.
Dalam pemikiran neoklasik, ide tentang himpunann kegiatan yang dilakukan
pelaku-pelaku ekonomi dengan menimbulkan dampak bagi pihak laij adalah bagi
pihak lain adlah sebuah ide yang membuka kemungkinan bagi masuknya peranan
politik, dimana politik disini dipahami sebagai tindakan dari Negara.

5. Barang Publik
Tema ekonomi politik yang ketiga dalam paradigm neoklasik adalah tema
yang terkait dengan barang public atau barang-barang public ini, misalnya seperti
pendidikan, jalan raya, penelitian, dan pengembangunan.sama seperti pada tema
eksternalitas, para teoritis neoklasik juga memandang kehadiran barang public
sebagai contoh dari terjadinya kegagalan pasar.dalam eksternalitas tadi, terdapat
sebuah kegiatan yang menimbulkan dampak yang menimbulkan biaya atau
keuntungan terhadap pihak lain yang tidak ikut atau terkait dengan kegiatan itu.
Sekarang dalam barang public, yang menjadi masalah adalah bahwa barang-
barang publik yang dibutuhkan banyak orang ini sering kali tidak berhasil
diciptakan atau diadakan oleh pasar dalam jumlah yang memadai.
Alasan mengapa barang publik diproduksi dalam level yang terlalu rendah
ini adalah karena pasar hanya mau memproduksi barang-barang yang
memungkinkan produsennya ini adalah barang-barang dapat dimiliki, boleh
ditukarkan dengan dengan barang lain yang sama nialinya dan bisa ditranfer

8
kepada pihak lain. Sifat umum dari barang public adalah sifat non-ekslusif dan
non-rival. Barang dikatakan memiliki sifat non-ekslusif kalau tidak ada cara untuk
menyalurkan keuntungan dari barang itu hanya kepada mereka yang sudah
membayar saja, atau dengan kata lain mereka tidak membeli barang itu tetap bisa
“membonceng” untuk ikut menikmati barang publik itu tanpa harus menanggung
biaya apapun. Sifat non-rival berarti bahwa ketika orang yang satu mengonsumsi
barang publik itu, orang yang lain tetap bisa mengonsumsi barang yang sama
juga. Seperti yang ditunjukkan oleh Sitglitz, kekurangan pada barang public ini
adalah sebuha bentuk inefisiensi yang dapat menjadi alasan bagi pemerintah untuk
melakukan investasi. Tentu saja, fakta bahwa pasar tidak dapat menghasilkan
barang public tidaklah lalu berarti pemerintah pasti menyediakannya. Ada
beberapa barang publik yang dianggap sangat penting sehingga hamper semua
negara menyediakannya, dengan berbagai tingkat yang berbeda.

6. Monopoli dan Oligopoli


Tema dalam ilmu ekonomi neo-klasik adalah bahwa ada hubungan antara
pasar yang persaingannnya sempurna dengan effisiensi, yang mana effisiensi ini
didefinisikan sebagai maksimalisasi terhadap pemenuhan kebutuhan pribadi.
Dalam hal ini kegagalan pasar persaingan sempurna bisa saja terjadi,
perbedaannya tampak jelas terlihat antara pasar persaingan sempurna dengan
oligopoli dan monopoli.
Oligopoli terjadi saat beberapa perusahaan mengendalikan sebagian besar
dari pasar atau asset dalam pasar untuk sektor tertentu. Perusahaan oligopoli dapat
menetapkan level harga lebih tinggi daripada level yang telah ditetapkan di pasar
persaingan sempurna. Selain itu, perusahaan dapat membatasi output. Di dalam
oligopoli, kegagalan ditengan kesempurnaan ini masih disebabkan oleh
terkikisnya tingkat persaingan dalam pasar itu sendiri. Namun yang sama antara
kondisi eksternalitas dan barang publik dengan kondisi oligopoli bahwa ada sama-
sama ada alasan kuat bagi pemerintah untuk melakukan intervensi. Intervensi
dilakukan untuk memecah perusahaan-perusahaan besar menjadi perusahaan kecil
agar mencegah terjadinya kolusi antara perusahaan besar untuk menetapkan harga

9
seenaknya sendiri dan untuk menghalangi terjadinya merger-merger yang bisa
menghambat persaingan.
Ilmu ekonomi neo-klasik adalah sebuah teori tentang pertukaran sukarela
dan alokasi sumber daya secara effisien. Titik awal analisisnya adalah individu
yang mementingkan dirinya sendiri dan bertindak sesuai keinginannya dan
memuaskan kebutuhannya dengan tujuan “memaksimalkan kegunaan/kepuasan
lewat persaingan. Dalam hal ini individu akan melakukan kontrak satu sama lain
secara sukarela agar bisa mendapatkan pemenuhan semaksimal mungkin sesuai
dengan sumber daya, tekhnologi, dan aturan yang ada.
Konsep dalam ilmu ekonomi neo-klasik inin adalah pertukaran pasar dan
effisiensi alokasi, semakin diterima konsep ini maka muncul perspektif yang
menekankan pada kontrak-kontrak yang dibuat untuk memenuhi tujuan mereka.
dari dua perspektif ini muncul dua pandangan yaitu dari konsumen dan produsen.
Pandangan konsumen lebih memfokuskan pada cara yang dilakukan untuk
memaksimalkan kegunaan sumber daya bagi diri konsumen sendiri. Sedangkan
bagi produsen adalah agar dapat digunakan untuk memaksimalkan output dan laba
dengan menggunakan sumber daya. Maka ilmi ekonomi neo-klasik menjadi
sebuah ilmu tentang kegiatan-kegiatan yang lebih effisien , atau pendekatan lebih
“yang lebih baik” (Schelling 1984: 15). Jika kesejahteraan individu memang
dijadikan sebagai fokus perhatian dan kesejahteraan ini dianggap sama dengan
pemenuhan terhadapa pilihan yang dibuat individu maka dengan sendirinya
politik jadi instrument alternatif untuk mencapai apa yang tidak dapat dicapai
secara effisien di pasar. Ini menyebabkan kegagalan pasarmenjadi tempat utama
dalam ekonomi neo-klasik.
Aspek lain dari pemikiran neo-klasik adalah “sukarela”, aspek ini tidak
kalah pentingnya berhubungan dengan ekonomi politik dan kegagalan pasar.
Sukarela artinya tidak ada paksaan dari pihak manapun. Sukarela menyediakan
pilihan-pilhan bagi individu yang sudah pasti untuk dipilih. Semakin kecil jumlah
kekayaan atau sumber daya yang kita miliki pada awalnya, semakin sedikit
pilihan yang bisa diberikan oleh pasar yang terbentuk, dan semakin kecil
kemungkinan orang lebih sejahtera lewat pertukaran.

10
Teori ekonomi neo-klasik menyatakan bahwa perbedaan antara bidang
ekonomi dan bidang politik itu dapat dilakukan lewat konsep kegagalan pasar,
yaitu dengan merujuk pada konsep kompetensi pasar, yaitu apa yang bisa
dilakukan pasar kalau pasar melakukan fungsinya dengan baik, dan sebaliknya
dalam situasi apa kompetensi itu tidak lagi berlaku. Ketika pasar mengalami
kegagalan, maka fungsi dari proses politik adalah meneruskan tujuan yang tidak
berhasil dicapai oleh pasar itu dengan menggunakan sarana-sarana lain.
Konsep optimalitas Pareto merupakan gambaran yang paling tepat dari
pandangan neoklasik tentang apa yang merupakan kompetensi pasar dan apa
tujuan dari pasar. Maka kegagalan atau kesuksesan pasar dapat diukur dapat
dapat diukur lewat optimalisasi dari dampak-dampak yang dihasilkan pasar.
Dampak-dampak ini tidak diukur semat-semata secara empiris saja, melainkan
harus diukur berdasarkan berdasarkan sebuah criteria teoritis, yaitu berdasrkan
teori yang menyatakn bahwa pasar yang sukses atau pasar yang mempunyai
persaingan sempurna adalah pasaar yang memiliki optimalitas Pareto dan bahwa
pembatsan terhadap persaingan akan menghasilkan dampak-dampak yang tidak
optimal. Keterbatasan kedua dari neoklasik adalah neoklasik memandang Negara
semata sebagai instrument untuk mengoreksi kegagalan pasar. Jika pasar gagal
memberikan respon yang efisian, maka Negara dapat dinilai dengan menggunakan
kriteria yang sama seperti yang digunakan untuk menilai kesuksesan dan
kegagalan pasar. Keadilan dan hukum masuk dalam bidang tata Negara bukan
karena Negara mampu malaksanakan keadilan dan hukum secar lebih efisien
dari pada pihak lain melainkan karena hanya Negara yang dapat menegakkan
perlindungan secara merata dan perlakuan yang adil bagi semua warga Negara
sementara pasar tidak menegakkannya. Aspek keadilan dapat menunjukan bahwa
Negara memiliki aspek normative (yang tidak dapat ditangani oleh pasar), dan
masih ada satu aspek lain lagi yang dapat menunjukkan peranan Negara yang
tidak dapat dipahami dengan menggunakan konsep kegagalan pasar, yaitu aspek
kekuasaan yang didapatkan dari kemenangan dan kekalahan politik. Sebagian
dari kegiatan dalam proses politik dan bidang kenegaraan dilakukan dengan
tujuan untuk memaksa keinginan dari kelompok yang satu terhadap kelompok

11
yang lain. Negara dalam pandangan neoklasik akan bertindak untuk
menghasilkan barang-barang yang tidakn dapat diproduksi dengan cara lain. Tapi
sisi lain, Negara sebenarnya juga tetap bisa bertindak untuk menghasilkan
keuntungan bagi kelompok tertentu dengan mengorbankan kelompok lain.

 Pemerataan Kebutuhan Pokok Baik Sandang, Pangan dan Papan.


Yang dimaksud dengan pernyataan di atas adalah bahwa pemerintah akan
menyediakan dan memenuhi kebutuhan pokok penduduk yang berupa sandang,
pangan dan papan. Ini merupakan salah satu dari rencana nasional yang
dicanangkan orde baru untuk pembangunan yang merupakan penjelmaan dari sila
ke lima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Pemerataan Pembagian Pendapatan
Pemerataan bagian pendapatan artinya bahwa setiap orang akan
mendapatkan jumlah pendapatan yang sama sehingga tidak akan timbul
kecemburuan sosial di masyarakat. Setiap orang akan mendapat bagian dari
pembagian pendapatan dengan jumlah yang sama secara adil.
 Pemerataan Kesempatan Kerja
Pemerintah, dalam hal ini berjanji bahwa setiap orang akan mendapat
kesempatan kerja yang sama. Tidak peduli tua atau muda, kaya atau miskin,
maupun laki-laki atau perempuan. Semua bebas untuk mendapat kesempatan kerja
yang dirasa cocok untuknya.
 Pemerataan Kesempatan Berpendapat
Artinya setiap orang tidak peduli dari kalangan apapun bebas untuk
menyatakan dan mengeluarkan pendapatnya di muka umum. Pemerintah
menghormati setiap pendapat yang diajukan oleh rakyatnya, tidak memandang
dari kalangan apa rakyat tersebut berasal.
 Pemerataan Berpartisipasi Dalam Suatu Pembangunan
Setiap orang tentunya ingin turut berpartisipasi dalam suatu pembangunan,
oleh karena itulah dengan memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh
pemerintah maka setiap orang berhak berpartisipasi dalam pembangunan. Hal ini

12
terutama berlaku bagi kaum generasi muda serta perempuan yang pada zaman
dahulu dilarang untuk ikut berpartisipasi karena usia serta jenis kelamin.
 Pemerataan Kesempatan Berusaha
Dalam masa orde baru setiap orang diberi kebebasan yang sama untuk
melaksanakan suatu usaha. Jadi, setiap orang berhak untuk mencoba berbisnis
dalam bidang apapun selama tidak bertentangan dengan kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah. Pemerataan memperoleh pendidikan. Setiap orang berhak
memperoleh pendidikan yang sama terlepas dari status sosial yang dimilikinya.
 Pemerataan Memperoleh Kesehatan
Setiap orang berhak memperoleh layanan kesehatan yang sama dari
pemerintah, terutama untuk orang yang benar-benar membutuhkan perawatan
kesehatan.

B. Politik Sumber Daya Alam di Indonesia

1. Pengertian Sumber Daya Alam Yang Dapat Diperbaharui


Sumber Daya Alam Yang Dapat Diperbaharui adalah kekayaan alam yang
dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. (Yulianti
Permatasari:2011). Sumber Daya Alam Yang Dapat Diperbaharui mempunyai
karakterisik sebagai berikut:
a. Dapat diperbarui berarti dapat digantikan dengan yang baru.
b. Biasanya berupa sumber daya alam biotik (makhluk hidup) sehingga dapat
berkembang biak.
c. Sumber daya alam yang dapat diperbarui dan berasal dari tumbuhan disebut
sumber daya alam nabati, serta
d. Sumber daya alam yang dapat diperbarui dan berasal dari hewan disebut
sumber daya alam hewani. (Tri Haryanto dan Winarti:2009).

Sumber daya alam yang dapat di perbaharui atau dilestarikan adalah sumber
daya alam yang dapat di adakan kembali oleh manusia atau secara alami. Sumber
daya alam tersebut tidak terbatas jumlahnya. Sumber daya alam yang dapat di
perbaharui terdiri atas sumber daya alam tanah, air, tumbuhan, dan hewan.

13
2. Jenis-Jenis Sumber Daya Alam
1. Sumber Daya Alam Menurut Sumbernya
Menurut sumbernya, sumber daya alam dibedakan :
a. Sumber daya alam biotik (organic) yaitu sumber daya alam yang
berasa dari makhluk hidup. Misalnya, kayu, ikan, batubara, minyak
bumi, dan marmer.
b. Sumber daya alam abiotik (anorganik) yaitu sumber daya alam yang
berasal bukan dari makhluk hidup. Misalnya, timah, besi, kuarsa.
2. Sumber Daya Alam Menurut Persebarannya
Menurut persebarannya, sumber daya alam dibedakan menjadi dua jenis
a. Sumber daya alam yang terdapat dimana-mana. Misalnya, sinar
matahari, air, udara, areal pertanian, dan hutan.
b. Sumber daya alam yang hanya dapat ditemukan di daerah tertentu saja.
Misalnya, tambang uranium, tambang batu bara, dan tambang emas.
3. Sumber Daya Alam Menurut Tujuannya
Menurut tujuannya, sumber daya alam dibedakan atas tiga jenis :
a. Sumber daya alam bahan industri adalah sumber daya alam yang
umumnya digunakan sebagai bahan dasar atau bahan baku industri.
Misalnya, tanah liat, kaolin, belerang.
b. Sumber daya alam bahan pangan adalah sumber daya alam yang
digunakan sebagai bahan pangan, baik langsung maupun melalui
pengolahan terlebih dahulu. Misalnya, padi, jagung, dan kedelai.
c. Sumber daya alam bahan sandang adalah sumber daya alam yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sandang. Misalnya sutra, dan
kapas.
4. Sumber Daya Alam Menurut Kemungkinan Pemulihannya
Menurut kemungkinan pemulihannya, sumber daya alam dapat
dikelompokkan ke dalam tiga golongan sebagai berikut:
a. Sumber Daya Alam yang Selalu Tersedia Sumber daya alam yang
selalu tersedia adalah sumber daya alam yang senantiasa ada, dan dapat

14
dimanfaatkan oleh manusia secara terus menerus, seperti sinar matahari
dan udara.
b. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbaharui Sumber daya alam yang
dapat diperbaharui adalah jenis sumber daya alam yang jika
persediaanya telah berkurang atau habis, akan dapat diproduksi
kembali. Pembaharuan tersebut dapat dilakukan secara alamiah atau
bantuan (rekayasa manusia). Contoh sumber daya hutan dan sumber
daya hewan.
c. Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbaharui Sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui adalah jenis sumber daya alam yang jika
habis tidak dapat diperbaharui lagi. Kalaupun dapat diperbaharui, akan
memakan waktu yang cukup lama. Contoh: barang-barang tambang,
seperti emas, perak, intan dan batubara.
5. Sumber Daya Alam Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, sumber daya alam terbagi ke dalam dua kelompok
sebagai berikut:
a. Sumber daya alam fisik (anorganik), yaitu sumber daya alam berupa
benda mati, seperti tanah, batuan, dan udara.
b. Sumber daya alam hayati (organik), yaitu sumber daya alam berupa
benda hidup, yang meliputi kelompok hewan dan tumbuh-tumbuhan
6. Sumber Daya Alam Menurut Lokasinya
Menurut loksinya, sumber daya alam terbagi ke dalam dua kelompok
sebagai berikut:
a. Sumber daya alam terestrial, yaitu kelompok sumber daya alam yang
terdapat di wilayah daratan.
b. Sumber daya alam akuatik, yaitu kelompok sumber daya alam yang
terdapat di wilayah peraiaran, baik danau, sungai, rawa, maupun laut.
7. Sumber Daya Alam Menurut Wujudnya
Menurut wujudnya, sumber daya alam terbagi menjadi dua jenis
sebagai berikut:

15
a. Sumber daya alam konkrit, yang dapat dilihat dan diraba dengan
pancaindra
b. Sumber daya alam abstrak, yang tidak dapat dilihat dan diraba dengan
pancaindra, seperti udara, panas bumi, dan sinar matahari.
8. Sumber Daya Alam Menurut Nilai Kegunaannya
Menurut nlai kegunaannya, seumber daya alam dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut:
a. Sumber daya alam ekonomis, yaitu sumber daya alam yang dapat
diperoleh dengan mengeluarkan biaya, seperti logam mulia, gamping,
kaolin, pasir dan batubara.
b. Sumber daya alam non-ekonomis, yaitu sumber daya alam yang dapat
diperoleh tanpa perlu mengeluarkan biaya, seperti sinar matahari dan
udara.
3. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Dapat
Diperbarui
Pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan kelestarian dan
keseimbangan lingkungan hidup serta menjamin kehidupan dimasa datang.
Adapun pemanfaatan sumber daya alam di indonesia sebagai berikut :

1) Pemanfaatan Dan Pengelolaan Hutan


a. Adapun manfaat hutan antara lain:
 Hutan lindung berguna untuk melindungi tanah agar tidak tererosi dan
menyerap air.
 Hutan suaka alam berguna untuk melindungi tumbuhan dan hewan langka.
Misalnya cagar alam Reflesia Arnoldi di Bengkulu untuk melindungi
bunga raksasa Reflesia Arnoldi, Taman Nasional Baluran di Banyuwangi
untuk melindungi Banteng Jawa.
 Hutan wisata berguna untuk objek wisata. Misalnya, Taman Safari
Indonesia di Jawa Barat dan Taman Hutan Raya Mohammad Hatta di
Padang, Sumatra Barat

16
 Hutan produksi berguna untuk pengadakan bahan-bahan industri atau
produksi. Misalnya, industri penggergajian kayu, industri pengolahan kayu
untuk kertas, industri pengolahan kayu menjadi tripleks, dan industri
pengelohan getah pohon pinus.
b. Pemanfaatan hutan menggunakan prinsip ekoefisiensi dengan tahapan
sebagai berikut:
 Pembibitan, dilaksanakan sebelum penebangan karena pertumbuhan pohon
yang relatif lama.
 Tebang pilih, menebang pohon-pohon yang telah tua,pohon-pohon yang
masih mudah dibiarkan tumbuh. Dengan demikian, hutan dapat selalu
menyediakan bagi manusia.
 Penanaman kembali atau reboisasi, suatu usaha menanami lahan kritis
(gundul) dikawasan hutan dan sekitarnya.selain roboisasi rehabilitasi juga
diperlukan. Rehabilitasi merupakan segala usaha untuk memulihkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sebagai daya
dukung, produktivitas lahan dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan agar tetap terjaga melalui kegiatan penanaman,
pengayaan tanaman, pemeliharaan dan penerapan tekhnik konservasi baik
secara tehnik maupun secara vegetatif. Tujuan rehabilitasi dan reboisasi
hutan sebagai berikut:
 Untuk meningkatkan kelestarian hutan, tanah dan air.
 Memperluas persediaan sumber bahan baku yang berharga bagi
masyarakat.
 Menyelamakan hasil usaha pembangunan dibidang pengairan.

2) Pemanfaatan Dan Pengelolaan Air


Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting bagi
makhluk hidup. Tanpa air tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tidak dapat
hidup. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikannya dan memanfaatkan dengan
prinsip ekoefisiensi. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

17
a. Mempertahankan keberadaan hutan agar mata air tidak kering, terutama
hutan di daerah hulu sungai.
b. Menjaga air sungai agar tidak tercemar.
c. Mengusahakan air sumur agar tetap bersih
d. Khusus air laut juga harus dijaga jangan sampai tercemar, hal ini dapat
dilakukan dengan mencegah pembuangan limbah nuklir atau limbah cair
industri secara langsung tanpak penetralan terlebih dahulu. Menghindari
kebocoran pada kapal tanker pengangkut minyak agar tidak bocor dan
menghidari kecerobohan laut seperti tabrakan antar kapal tanker .

Adapun bumi sendiri didominasi oleh perairan, sehingga memiliki potensi


pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air yang sangat besar, yaitu:
a. Laut, fakta fisik bahwa dua per tiga wilayah Indonesia berupa laut yang
merupakan tempat hidup berbagai hewan dan tumbuhan laut. Selain
mengandung minyak, gas, mineral, energi laut non-konvensional, serta harta
karun yang sudah mulai digali meskipun masih terbatas, laut juga
menghasilkan ikan yang potensi lestarinya diperkirakan sebesar 6, 4 juta ton
per tahun. Oleh sebab itu, laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber
kebutuhan pangan, sumber bahan industri dan sarana penghubung antara
perhubungan antarpulau maupun antarnegara. Pengembangan sumber daya
kelautan dan perikanan sendiri dikelompokkan dalam lima industri kelautan,
diantaranya:
1) Industri perikanan
2) Industri mineral dan energi laut
3) Industri maritime, termasuk industri galangan kapal
4) Industri pelayaran (transportasi laut)
5) Industri pariwisata
b. Sungai dan danau, manfaat dari air sungai dan danau sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan pangan
2) Mengairi tanah pertanian (irigasi)

18
3) Pembangkit tenaga listrik, teknologi penggunaan air sebagai sumber
listrik pengganti minyak bumi telah dan akan terus berkembang. Karena
selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air cenderung tidak
berpolusi dan mengurangi efek rumah kaca. Gaya gravitasi dari air yang
jatuh adalah titik kunci dalam generasi pembangkit listrik tenaga air. Di
daerah-daerah terpencil, hidro skala kecil dipasang di sungai dan kali
dengan sedikit efek pada ikan atau lingkungan. Proyek hidroelektrik
dibangun untuk menyediakan sejumlah besar tenaga listrik yang
dibutuhkan untuk industri. Di Suriname, Waduk Brokopondo dibangun
untuk menyediakan listrik bagi industri aluminium. Di Alcoa, Selandia
Baru, Manapouri Power Station dibangun untuk memasok listrik ke
smelter aluminium pada Tiwai Point.
4) Rekreasi
5) Sarana penghubung

3) Pemanfaatan dan Pengelolaan Tanah


Salah satu sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah tanah. Tanah
adalah benda alam tiga dimensi (lebar, panjang, dalam) terletak dibagian paling
atas kulit bumi dan mempunyai sifat-sifat yang dan bahan di bawahnya sebagai
hasil kerja interaksi antara iklim, kegiatan organisme, bahan induk dan relief pada
waktu tertentu. Tanah juga merupakan suatu tempat manusia tinggal dan
melakukan segala aktivitas untuk melangsungkan hidupnya. Tanah ber manfaat
untuk tempat pertaniaan dan perkebunan. Oleh sebab itu, kesuburan tanah
hendaknya selalu terjaga. Tanah yang subur sangat baik untuk produktivitas
tanaman. Tanah yang tercemar biasanya kandungan kimianya sangat berlebihan,
biasa sangat asam atau sangat basa bahkan bisa menjadi racun bagi tanaman
sehingga tanaman tidak akan tumbuh. Tanah yang sehat dan subur akan tumbuh
berbagai tanaman apapun. Agar tanah produktif maka kita harus menjaga jangan
sampai tercemar.
Adapun usaha yang dilakukan agar kesuburan tanah tetap terjaga
misalnya dengan penggemburan tanah, pemupukan serta penyiraman tanah.

19
Berdasarkan jenisnya tanah termasuk kedalam sumber daya alam abiotik, upaya
untuk menjaga pencemaran tanah:
a. Tidak membuang sampah atau limbah sembarangan ke tanah
b. Tidak mengubur sampah atau limbah di tanah
c. Menutupi tanah dengan tanaman dan tidak membiarkan tanah terbuka
begitu saja.

Adapun pemanfaatan sumber daya alam tanah antara lain:


a. Lahan pertanian dan perkebunan.
b. Tempat mendirikan bangunan.
c. Lokasi penambangan dan industri.

4) Pemanfaatan dan Pengelolaan Angin


Energi angin secara historis telah digunakan langsung untuk
menggerakkan kapal layar atau dikonversi menjadi energi mekanik untuk
memompa air atau menggiling gandum, tapi aplikasi utama tenaga angin saat ini
adalah pembangkit listrik. Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan
berbagai jenis bahan bakar hasil tambang mulai digantikan dengan penggunaan
energi yang dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan
menggunakan turbin yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari
30 meter di daerah dataran tinggi, seperti lahan pertanian atau daerah
pengembalaan di Amerika Serikat, China, Belanda, dan Inggris, selain itu
ditemukan pula instalasi turbin angin di atas perairan yang memanfaatkan tenaga
angin lepas pantai, diantaranya Spanyol, Portugal, Jerman, Irlandia, dan Eropa.
Turbin angin digunakan untuk mengubah energi angin menjadi energi listrik atau
mekanik. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi yang
dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan bakar
lain pada umumnya. Di samping itu, manfaat suhu dan angin dalam kehidupan
manusia ialah sebagai pembawa uap air sehingga dapat mendistribusikan hujan ke
setiap wilayah sebagai media pengering dan membantu proses penyerbukan
tanaman.

20
Defenisi politik hukum menurut para ahli dan para pakar secara substantif
pada dasarnya adalah sama. Politik hukum adalah legal policy atau garis
(kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan
hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai
tujuan negara. Dari beberapa pengertian yang ada, inti dari defenisi politik hukum
adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh
pemerintah Indonesia yang meliputi: pertama, pembangunan hukum yang
berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat
sesuai dengan kebutuhan; kedua, pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada
termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan dari para penegak hukum.
Dari pengertian tersebut terlihat politik hukum mencakup proses pembuatan dan
pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan
dibangun dan ditegakkan.
Dalam konteks pengeloalaan sumber daya alam, sumber politik hukumnya
adalah ketentuan Pasal 33 UUD 1945 yang memuat mengenai Perekonomian
Nasional. Dari ketentuan inilah kemudian dibuat undang-undang organik sebagai
aturan pelaksana dari Pasal 33 UUD 1945. Selain ketentuan dalam Pasal 33 UUD
1945, politik hukum pengelolaan sumber daya alam tercermin pula dalam
putusan-putusan MK. Hal ini dikarenakan kelahiran MK bertujuan untuk
mengawal konstitusi terutama untuk menjaga agar tidak ada undang-undang yang
melanggar UUD.11 Selain itu, bentuk pengawalan konstitusi yang dilakukan MK
adalah dengan memberikan penafsiran terhadap konstitusi karena MK selain
memiliki kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 24C UUD 1945, MK juga
memiliki fungsi yang merupakan derivasi dari kewenangannya itu. Salah satu
fungsi MK adalah sebagai penafsir konstitusi (The Final Interpreter of The
Constitution).12 Oleh karena itu, sudah menjadi suatu keniscayaan bahwa
putusan-putusan MK terkait pengelolaan sumber daya alam menjadi politik
hukum yang harus dijadikan pedoman bagi pembentuk undang-undang dalam
proses legislasi nasional.
Putusan Mahkamah Konstitusi yang sifatnya membuat atau meniadakan
keadaan hukum baru (constitutief) perlu diinternalisasikan dalam proses legislasi

21
agar materi substansi produk undang-undang yang dihasilkan sesuai dengan
Putusan Mahkamah dan tidak inkonstitusional serta tidak terjadi kekosongan
hukum. Meskipun demikian, ada pula putusan MK yang bersifat konstitusional
bersyarat (conditionally constitutional) dan tidak konstitusional bersyarat
(conditionally unconstitutional). Dalam kedua jenis putusan ini, Mahkamah
Konstitusi selalu merumuskan norma hukum baru untuk mengantisipasi agar tidak
terjadi kekosongan hukum.
Dalam proses selanjutnya pasca putusan MK, Pasal 10 ayat (1) huruf d UU
12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menegaskan bahwa
tindak lanjut atas Putusan MK harus diatur dalam undang-undang. Selain itu
dalam Pasal 10 ayat (2) nya diatur bahwa tindak lanjut atas Putusan MK
dilakukan oleh DPR atau Presiden. Kedua pasal ini menegaskan bahwa putusan
MK menjadi politik hukum bagi DPR dan Presiden dalam membantuk undang-
undang. Oleh karenanya undang-undang yang dibuat harus selaras dan seirama
dengan putusan MK. Apalagi pasca perubahan, UUD 1945 tidak lagi memiliki
penjelasan, sehingga MK lah yang berfungsi sebagai penafsir akhir konstitusi
yang menentukan arah politik hukum dalam pembentukan hukum nasional.

1. Politik Hukum Pengelolaan Sumber Daya Alam Menurut Pasal 33 UUD


1945
Dalam praktik ketatanegaraan di berbagai negara, permasalahan
pengelolaan sumber daya alam merupakan bagian dari kebijakan perekonomian
suatu negara yang tertuang dalam setiap konstitusi negaranya.13 Akan tetapi pada
umumnya negara-negara yang bercorak liberal-kapitalis dan menganut tradisi
hukum common law seperti Amerika, Inggris, Australia, dan Kanada tidak
memuat ketentuan mengenai dasar-dasar kebijakan ekonomi dalam naskah
undang-undang dasarnya. Karena masalah-masalah perekonomian dianggap
sebagai domain pasar (market) yang tunduk pada mekanisme pasar sehingga tidak
memerlukan peraturan yang ketat oleh negara. Paradigma dan cara pandang
seperti ini tentunya amat memengaruhi penyusunan konstitusinya. Terlebih lagi
negara-negara yang menganut tradisi common law pada dasarnya tidak memiliki

22
konstitusi tertulis bukan dalam arti harfiah, melainkan konstitusi tersebut tidak
dituangkan dalam satu naskah undang-undang dasar.

Sementara itu pada negara-negara yang menganut tradisi hukum civil law
dan bercorak liberalis-kapitalis, dalam perkembangannya dan mengacu pada
kebutuhan, maka kebijakan seputar ekonomi diatur dalam konstitusi maupun
undang-undang dasarnya. Dengan demikian, secara prinsip, baik negara-negara
yang menganut tradisi hukum common law maupun tradisi hukum civil law dan
bercorak liberalis-kapitalis memiliki cara pandang yang sama, yaitu menyerahkan
kebijakan ekonominya pada mekanisme pasar (market oriented).

Berbeda dengan negara yang bercorak liberalis-kapitalis, meskipun


Indonesia merupakan negara yang menganut tradisi hukum civil law, Indonesia
bukanlah negara yang bercorak liberalis-kapitalis. Negara kita adalah negara
kesejahteraan yang relijius (religious welfare state) karena negara ini didirikan
dengan berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana termaktub pada
Pasal 29 Ayat (1) UUD 1945. Konsekuensinya, dalam mengatur kehidupan
rakyatnya, negara perlu berpegang pada kosmologi dan spirit ketuhanan sehingga
kebijakan yang dibuat perlu diletakan dalam kerangka etis dan moral agama.

Dalam pada itu, kebijakan perekonomian nasional negara kita tertuang


pada Pasal 33 UUD 1945 menyatakan:
(1) Perekonoman disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banya dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

23
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

Pasal 33 UUD 1945 ini menjadi penanda bahwa negara harus aktif
membangun kesejahteraan sosial.14 Terlebih Pasal 33 UUD 1945 adalah salah
satu pasal yang tidak mengalami perubahan pada momentum perubahan konstitusi
yang terjadi pada kurun waktu 1999-2002, meskipun kala itu terdapat beberapa
kali upaya untuk mengubah pasal dimaksud karena dianggap sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan zaman. Namun perubahan urung dilakukan karena
adanya perbedaan pendapat dan perdebatan pemikiran yang cukup panjang dalam
sidang BP MPR. Pada akhirnya forum rapat memutuskan bahwa ketentuan Pasal
33 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak jadi diubah15. Salah satu alasan mengapa
Pasal 33 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak diubah karena pasal ini dianggap
karya yang monumental yang dihasilkan oleh para founding father.16Adalah
Muhammad Hatta, salah seorang founding fathers sekaligus juga penggagas Pasal
33 UUD 1945. Ia menyatakan bahwa kelahiran Pasal 33 UUD 1945
dilatarbelakangi semangat kolektivitas yang didasarkan pada semangat tolong
menolong. Implikasi semangat kolektivitas yang didasari semangat tolong
menolong ini membawa beberapa konsekuensi, yaitu:17 (i) penguasaan sektor-
sektor perekonomian dijalankan dengan bentuk koperasi. (ii) diperlukan
perencanaan pembangunan ekonomi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dasar masyarakat seperti pendidikan, perumahan dan makanan yang dilakukan
oleh badan pemikir siasat ekonomi (Planning Board). (iii) melakukan kerjasama-
kerjasama internasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dunia. Kata
“koperasi”dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 juga perlu dipahami sebagai “kata
kerja”(proses),yakni semangat tolong menolong, semangat kekeluargaan yang
senantiasa mengupayakan keuntungan bersama, solidaritas sosial yang
berorientasi” berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Dalam arti ini,
Muhammad Hatta dan juga Sjahrir, menyebut badan usaha milik negara dan
bahkan perusahaan swasta pun harus berjiwa koperasi. Dengan demikian,
meskipun negara menguasai lapangan perekonomian yang menguasai hajat hidup
orang banyak, sifat kooperasi dalam pengelolaannya harus mempertimbangkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

24
Pada perubahan UUD 1945 yang terjadi pada kurun 1999-2002, Pasal 33
kemudian disempurnakan dengan menambah dua ayat baru, sehingga menjadi
lima ayat. Dan karena Pasal 33 UUD 1945 ini pula lah, UUD 1945 disebut juga
sebagai konstitusi ekonomi. Penyempurnaan ini dilakukan untuk mengurangi
potensi kesalahpahaman. Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang memuat ketentuan
asas kekeluargaan mengandung risiko disalahpahami dan disalahgunakan dalam
praktiknya, sehingga perlu diimbangi dengan prinsip kebersamaan yang dimuat
dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945. Dengan adanya prinsip kebersamaan dalam
Pasal 33 ayat (4), maka asas kekeluargaan dalam Pasal 33 ayat (1) harus dipahami
dalam pengertian yang luas, bukan lagi dalam pengertian organis, dalam wujud
pelaku ekonomi yang harus berbentuk koperasi dalam arti badan usaha yang
sempit. Di samping itu dengan adanya prinsip kebersamaan itu, asas kekeluargaan
tidak disalahgunakan atau pun dijadikan lawakan seolah olah terkait dengan
pengertian family system yang memiliki konotasi negatif.

Dengan demikian jelas bahwa secara konstitusional negara Indonesia


menganut sistem negara hukum yang dinamis atau negara kesejahteraan (welfare
state) yang dalam rangka pencapaian tujuannya menuntut konsekuensi bagi
besarnya peranan negara.21 Pasal 33 UUD 1945 juga memuat sistem ekonomi
kerakyatan. Artinya rakyatlah sebagai pemegang kedaulatan di bidang ekonomi.
Dalam hal ini ekonomi kerakyatan berkait kelindan dengan gagasan tentang
demokrasi ekonomi yang merupakan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Yang
menjadi fokus dalam ekonomi kerakyatan adalah pembebasan rakyat dari
kemiskinan, kebodohan, ketergantungan dan ketidakadilan. Meskipun pada
dasarnya sistem ekonomi kerakyatan ini mirip dengan ciri sistem ekonomi
sosialis, namun yang menjadikannya berbeda adalah adanya Pancasila yang ada
dalam Pembukaan UUD 1945 berfungsi sebagai ruh dan spirit yang menjiwai
demokrasi ekonomi yang termuat dalam Pasal 33 UUD 1945 sehingga tercipta
suatu harmoni dan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan
nasional (masyarakat) dengan memberikan pada negara kemungkinan untuk
melakukan campur tangan sepanjang diperlukan bagi terciptanya tata kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila dan sesuai

25
dengan tujuan negara dalam melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

2. Konsep Hak Menguasai Negara Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam


Ketentuan Pasal 33 ayat (5) yang menyatakan, “Ketentuan lebih lanjut
mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang” telah melahirkan
beberapa undang-undang organik, yakni Undang-Undang di Bidang Sumber Daya
Air, Undang-Undang di Bidang Penanaman Modal, Undang-Undang di Bidang
Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang di Bidang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara, Undang-Undang di Bidang Perkebunan, Undang- Undang Kehutanan
dan lain-lain.
Penguasaan negara terhadap sumber daya alam diatur dalam Pasal 33 ayat
(2) UUD 1945 menyatakan, “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banya dikuasai oleh negara” dan Pasal 33
Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan,”Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat”. Mengenai cabang-cabang produksi sebagaimana
diatur dalam Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, terhadap cabang-cabang ekonomi
strategis, tidak dibolehkan adanya kepemilikan swasta. Misal, di Malaysia,
minyak merupakan cabang produksi yang strategis sehingga tidak diperbolehkan
penguasaan oleh swasta.22 Dalam konteks ini, MK dalam Putusan Nomor 002/PUU-
I/2003 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
Dan Gas Bumi (UU Migas) telah membuat tiga klasifikasi cabang produksi, yaitu (i)
cabang-cabang produksi itu penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak; atau (ii) penting bagi negara tetapi tidak menguasai hajat hidup orang
banyak; atau (iii) tidak penting bagi negara tetapi menguasai hajat hidup orang
banyak.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://portal-ilmu.com/sejarah-neo-klasik/

https://www.academia.edu/15164697/EKONOMI_POLITIK_NEOKLASIK

https://www.google.co.id/url?q=https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2
/RS1_2015_1_1355_Bab2.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwi6x4HC7fDkAhVOX30K
HSUYBgEQFjACegQIBxAB&usg=AOvVaw1v1U7Kiknwu1G3_rfZfmlW

https://media.neliti.com/media/publicatons/112850-ID-politik-hukum-
pengelolaan-sumber-daya-al.pdf

https://www.google.co.id/url?q=https://www.academia.edu/38027117/PENGELO
LAAN_SUMBER_DAYA_ALAM_YANG_DAPAT_DIPERBAHARUI&sa=U&
ved=2ahUKEwj3tLWI4vjkAhVJr48KHSXUDMkQFjAAegQIABAB&usg=AOv
Vaw3cZzqzOtw4mrqYKcq5RYql

27

Anda mungkin juga menyukai