Anda di halaman 1dari 129

MENGUATNYA PANDANGAN BERBASIS KEDAULATAN DIDALAM KRISIS EKONOMI UNI EROPA Tesis

Disusun oleh: INDRA KUSUMAWARDHANA 071045010

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

SEMESTER GENAP 2012/2013

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan di dalam krisis ekonomi Uni Eropa TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi StrataDua/S-2 pada Peminatan Globalisasi dan Strategi Program Magister Hubungan Internasional Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

OLEH INDRA KUSUMAWARDHANA NIM. 071045010 Pembimbing Drs. Vinsensio Dugis, MA, Ph.D MOH. YUNUS S.IP, MA

PROGRAM MAGISTER HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPARTEMEN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA GENAP 2013

HALAMAN PERSETUJUAN

Tesis berjudul

Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan di dalam krisis ekonomi Uni Eropa


telah disetujui untuk diujikan di depan Komisi Penguji

Surabaya, 23 Januari 2013

Pembimbing

Konsultan

Drs. Vinsensio Dugis, MA, Ph.D NIP 19650113 199101 1 001

Moh. Yunus S.IP, MA NIP197310252005 011002

Mengetahui, Ketua Program Magister Hubungan Internasional Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

BLS Wahyu Wardhani, MA, Ph.D. NIP 19640331 198810 2 001

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Komisi Penguji pada hari Rabu, 21 Januari 2013 pukul 13.00 WIB di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Komisi Penguji Ketua,

M. MUTTAQIEN, MA, Ph.D NIP 197301301999 031001

Anggota,

Anggota,

I GEDE WAHYU WICAKSANA, Ph.D NIP 197906022007101001

BLS Wahyu Wardhani, Ph.D. NIP 19640331 198810 2 001

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Bagian atas keseluruhan isi tesis ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik pada bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan atau ditulis oleh individu selain penulis kecuali bila dituliskan dengan format kutipan dalam isi tesis.

Surabaya, Januari 2013

Indra Kusumawardhana

iv

Untuk ISMI cahaya hidupku..

I firmly believe that any man's finest hour, the greatest fulfillment of all that he holds dear, is the moment when he has worked his heart out in a good cause and lies exhausted on the field of battle - victorious.! - Vince Lombardi -

vi

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis Panjatkan Kehadapan Tuhan yang Maha Esa, karena atas ijin Beliau penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tertarik dengan fenomena perkembangan sistem ekonomi global membuat penulis memilih penelitian mengenai krisis ekonomi yang terjadi di dalam sebuah integrasi ekonomi dan politik yang dianggap ideal oleh banyak kalangan yakni Uni Eropa Sebagian kalangan menganggap bahwa perkembangan regionalisme di Uni Eropa yang berawal dari sebuah integrasi ekonomi membawa dampak positif terhadap tahapan tahapan globalisasi yang kini tengah di capai dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Summers (1991) bahwa regionalisme menjadi penopang dasar bagi kerja sama multilateral dalam sistem perdagangan dunia yang lebih besar dan hal ini meningkatkan proses liberalisasi yang kini menjadi dasar bagi tahapan mapan globalisasi. Namun Krisis utang (debt crisis) yang melanda zona Eropa dan dalam prosesnya mengakibatkan krisis ekonomi yang lebih luas di kawasan tersebut menjadi babak baru ekonomi negara negara Eropa menuju resesi yang pada perkembangannya melanda hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis yang berawal dari Yunani karena macetnya kredit dari masyarakatnya berdampak luas bagi negara-negara Eropa lain. Negara negara penyokong ekonomi Eropa seperti Jerman, Perancis dan Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut. Penurunan angka pertumbuhan ekonomi negara negara Eropa dikarenakan tekanan kuat terhadap Euro yang mana menjadi mata uang tunggal bagi sebagian negara-negara di Eropa.

vii

Secara umum terdapat sejumlah pandangan yang telah berusaha menangkap signifikansi fenomena yang terjadi di Eropa dan memberikan sebuah pendekatan serta kritik yang dapat menjelaskan kekurangan dari integrasi ekonomi Eropa sehingga krisis belum dapat diselesaikan. Pandangan pertama bertumpu pada pendekatan yang melihat bahwa krisis finansial yang belum terselesaikan hingga saat ini disebabkan oleh keterlambatan penanganannya. Mathew Lynn (2011) dalam buku BUST Greece, the Euro, and the Sovereign Debt Crisis. Pandangan kedua tentang penyebab terus memburuknya perekonomian negara-negara Eropa diberikan oleh Paul Krugmann (2011) yakni hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam masa krisis sehingga negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam krisis ekonomi. Negara-negara yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk menghadapi keadaan di luar perkiraan mereka. Semestinya sebuah negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul. Hal inilah yang kurang dari sebuah integrasi di zona Eropa (Krugmann, 2011). Pandangan ketiga, berpendapat bahwa krisis ini sulit untuk diselesaikan dikarenakan integrasi ekonomi dan politik di Uni Eropa sangat tergantung dari kerja sama antara Jerman dan Perancis sebagai dua negara kuat di Uni Eropa. Seperti yang di tulis oleh Glomb (2011) dalam bukunya berjudul "The Franco-German tandem confront the Euro Crisis. (Wolfgang Glomb, 2011) Penelitian ini melihat adanya celah yang dapat dijadikan pintu masuk dalam melihat fenomena krisis Eropa ditengah integrasinya yang mapan. Yakni, Krisis ekonomi

viii

di zona Eropa sulit untuk diselesaikan karena pada dasarnya Uni Eropa merupakan sebuah integrasi regional yang berangkat dari integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi hanya bisa terjadi jika didasarkan pada kondisi kondisi saling menguntungkan. Sedangkan krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat justru disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negara-negara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris yang mendorong pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya sentimen nasional dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga makin sulit menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional. Setelah perang dingin berakhir banyak kalangan yang telah berbicara mengenai kemenangan kapitalisme di dunia, sebagian bahkan telah mengatakan bahwa negara bangsa telah menjadi usang di era globalisasi. Namun terdapat situasi tidak pas yang serius dalam politik dunia sekarang. Manifestasi ekonomi global dan regional tetap tidak dapat menisbatkan bahwa tatanan politik masih kokoh berpijak pada kedaulatan negara. Krisis ekonomi di negara negara Uni Eropa memberikan bukti dan penegasan mengenai realitas tersebut. Penelitian ini merupakan sebuah karya sederhana sebagai bukti berakhirnya masa studi penulis di Magister Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Pengembangan tulisan dari sebuah gagasan yang sangat abstrak hingga akhirnya dapat menjadi sebuah tesis tentu bukanlah upaya penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari campur tangan orang lain yang berjasa. Melalui pengantar ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada mereka semua.

ix

Pertama-tama dan yang paling utama setelahNya, penulis persembahkan ucapan terima kasih dan rasa sayang tiada terkira kepada Ir. Helmi Andri A.A dan Rahayu Ningsih yang tidak henti-hentinya mencurahkan cinta, perhatian dan memberi kobaran semangat hingga penulis mampu menyelesaikan studi tanpa jeda sejak masa prasekolah hingga S2. Terima kasih untuk adikku tersayang Nindia Rahening beserta suami Harry Perdana terima kasih atas doa dan dukungan dalam segala bentuk yang tiada henti. Penulis juga ingin menghaturkan rasa terima kasih kepada Yulkarnaini Siregar SH, M.Hum dan Engelbertus Kriswanto atas seluruh dukungan, perhatian dan kasih sayang bagi penulis dalam menjalani masa studi hingga saat ini. Kemudian Penulis juga ingin mengucapkan terima yang sangat khusus untuk Ismi Nurjayanti yang tidak pernah kehabisan semangat-semangkuk-semangka bagi penulis. Pendidikan adalah mimpi bagi penulis yang disematkan setinggi langit, dengan dukungan dari keluarga yang begitu besar sungguh kuat keyakinan penulis untuk dapat selalu melangkah maju dalam hidup ini. Yang terhormat Bapak Vinsensio Dugis, terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama studi dan juga terima kasih yang sebesar besarnya kepada Mas Yunus selaku konsultan dalam tesis ini. Dosen-dosen pengajar Magister Hubungan Internasional Unair, Pak Basis Susilo, Ibu Ani, Mas Joko Susanto, Ibu Sartika, Ibu Dini Rahim, Mbak Citra, Pak Wahyu, Pak Muttaqin, Mas Radit, Mas Syafril terima kasih atas curahan ilmunya yang begitu berharga.

Terima kasih kepada teman-teman Magister HI angkatan kedua yang senasib seperjuangan dalam mengejar mimpi, yang telah banyak membantu dan memberikan saran serta kritiknya dalam mengembangkan gagasan tulisan ini. Aswin Wiyatmoko, Rahma Eliyah Faida, Putu Ratih Kumala Dewi, Agus Hendra Rangi, Mas Eko Bimo Koesbiantoro, Mas Edi Jayakarya, Dian Pratiwi, Marlien Estefin, dan sangat terutama teman berbagi kegalauan dan kegamangan serta semangat dalam penyelesaian Tesis Rusthon Arif S. Sos, M.Hub.Int (Super Sekali.!). Kemudian teman-teman Magister angkatan ketiga khususnya Khusnul Agung, Ahmad Muhammad, Hirshi dan Abid Umar. Momen momen dimana kita berdiskusi dalam pusaran diskursus Ilmu Hubungan Internasional serta filsafat sungguh memperkaya pengetahuan penulis sebagai seorang manusia. Ucapan terima kasih juga di haturkan kepada semua warga FISIP Unair, almamater kebanggaanku. Penghargaan tertinggi dan rasa terima kasih terkhusus akhirnya penulis haturkan kepada pihak-pihak yang karena keterbatasan tempat tidak tersebut di sini. Semoga Allah swt. menganugerahkan balasan yang lebih kepada jasa-jasa yang belum terbalas. Wassalam Surabaya, Januari 2013 Indra Kusumawardhana

My final prayer, Recite, and your Lord is the most Generous - Who taught by the pen Taught man that which he knew not. (QS. Al-`Alaq)

xi

ABSTRACT The sovereign debt crisis that swept the Euro zone and in the process lead to a broader economic crisis in the region has became a new round for all the country that using Euro as their currency. The crisis that began from Greece because of the bad debts from Greeces society has brought almost all the member of European Union into crisis and recession. Moreover, European economic backbone such as Germany, France and Italy were also hampered by this crisis. In the midst of growing regional economic integration of the European Union, the regional institution has not been able to resolve the crisis. The core argument of this study is the economic crisis in the countries of the European Union has not resolved yet despite the increasing conditions of economic

integration of the European Union was due to the clash of national interests among the major member states such as Germany, France and Britain. This clash of sovereignty-based boost the outlook sparked by rising national sentiment and brought the economic crisis into a political crisis in a number of EU member states. Keywords: Sovereignty, national interest, economic crisis, regional integration, politic crisis

xii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii HALAMAN ............................................................................ iii PENGESAHAN ............................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi HALAMAN MOTTO ............................................................................ vii HALAMAN PENGANTAR ............................................................................ viii ABSTRAK ............................................................................ ix DAFTAR ISI ............................................................................ x DAFTAR TABEL, GAMBAR, GRAFIK, DIAGRAM ........................................ xi BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian ................................................... 8 1.4. Tinjauan Pustaka ................................................... 9 1.5. Kerangka Pemikiran ................................................... 14 1.6. Pernyataan Tesis ...........................................26 1.7. Metodologi Penelitian ...29 1.7.1. Konseptualisasi ................................................... 29 1.7.1.1 Integrasi Ekonomi Regional ................................................... 29 1.7.1.2 Kedaulatan (Sovereignty) ................................................... 29 1.7.1.3 Kepentingan Nasional ................................................... 30 1.7.2 Jenis Penelitian ................................................... 31 1.7.3 Sumber Data .31 1.7.4 Teknik Pengumpulan Data .32 1.7.5 Sistematika Penulisan .32 BAB II REAKSI EROPA TERHADAP KRISIS .................................................34 2.1. Cerita Sukses Eropa : First as a role model, then as a tragedy ................34. 2.2. Langkah-Langkah Darurat yang Diambil Uni Eropa .............................................. 43 2.2.1 Pembentukan Institusi Keuangan Uni Eropa ............................. 43 2.2.2 Fiscal Compact ..... 46 BAB III DARI KRISIS EKONOMI MENUJU KRISIS POLITIK 52 3.1. Dari krisis ekonomi menuju krisis Politik ................................. 52 3.2. Krisis Politik: Jatuhnya George Papanderou dan Silvio Berlusconi............................57 3.3. Benturan Kepentingan Nasional ................................................ 75 3.3.1. Jerman Prancis Pasca MERKOZY .................................................. 75 3.3.2 Perbedaan pandangan 3 negara utama (Jerman, Inggris dan Prancis).................79

xiii

BAB IV MENGUATNYA SENTIMEN NASIONAL AKIBAT KRISIS EKONOMI DAN POLITIK 4.1. Pengaruh Pemilu Nasional di EROPA ............................................... 94 4.2 Menguatnya sentimen rakyat negara negara anggota ..............................................101 BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. 105 REFERENSI................................................................................................................ 109

xiv

DAFTAR TABEL, GAMBAR, GRAFIK, DIAGRAM DAFTAR TABEL TABEL 2.1 Komposisi Finansial............................. 44 TABEL 2.2 Ratifikasi fiscal compact .............................................................................. 49 TABEL 2.3 Kriteria fiscal compact............... 50 TABEL 3.1 Pertumbuhan ekonomi Yunani (2006-2012)................................................. 59 TABEL 3.2 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt.2009-Mar.2010)..62 TABEL 3.3 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (April 2010-Okt.2010)... 65 TABEL 3.4 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Feb.2011-Juni 2011). 66 TABEL 3.5 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt. 2011-Nov. 2011) 69 TABEL 3.6 Kronologi Perjalanan Perekonomian Italia (Juli 2010 Des.2011)74 TABEL 3.7 GDP to market prices 77 TABEL 3.8 Kelompok deficit.88 TABEL 3.9 Kelompok Surplus...89 GAMBAR GAMBAR 1.1 GDP negara-negara anggota Uni Eropa ...................................................... 3 GAMBAR 1.2 Timeline krisis ekonomi Uni Eropa.................................... 4 GAMBAR 2.1 Tahapan tahapan integrasi ekonomi......................................... .35 GAMBAR 2.2 Ratio utang pada PDB 2012..........................................................45 GAMBAR 3.1 Jajak pendapat rakyat Inggris ................................................................................ 87 GAMBAR 4.1 Hasil pemilu North-Rhine Westphalia..........96 GAMBAR 4.2 Hasil pemilu Prancis................................................................................................97 GAMBAR 4.3 Hasil pemilu Belanda...............................................................97 GAMBAR 4.4 Hasil pemilu Yunani.............................97 GAMBAR 4.5 Komposisi kontribusi dana talangan ................99 GAMBAR 4.6 Jajak pendapat trust terhadap Uni Eropa, pemerintah nasional dan parlemen .......102 GAMBAR 4.7 Jajak pendapat trust terhadap Institusi Uni Eropa ..............................................103 GRAFIK GRAFIK 3.1 Rasio utang Yunani terhadap PDB.. 58 GRAFIK 3.2 Tingkat pengangguran Yunani..60 GRAFIK 3.3 Rasio utang terhadap PDB Italia73 GRAFIK 3.4 Pengeluaran pemerintah Italia73 GRAFIK 4.6 Rasio utang terhadap PDB Spanyol ..101

xv

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang masalah Krisis utang (debt crisis) yang melanda zona Eropa dan dalam prosesnya

mengakibatkan krisis ekonomi yang lebih luas di kawasan tersebut menjadi babak baru ekonomi negara negara Eropa menuju resesi yang pada perkembangannya melanda hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis yang berawal dari Yunani karena macetnya kredit dari masyarakatnya berdampak luas bagi negara-negara Eropa lain. Negara negara penyokong ekonomi Eropa seperti Jerman, Perancis dan Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut. Penurunan angka pertumbuhan ekonomi negara negara Eropa dikarenakan tekanan kuat terhadap Euro yang mana menjadi mata uang tunggal bagi sebagian negara-negara di Eropa. Sebelum krisis ekonomi ini terjadi perjalanan sejarah Uni Eropa sebenarnya nyaris penuh dengan keberhasilan. Tahun 1995 hampir seluruh negara Eropa Barat bergabung. Tahun 1998 sistem keuangan Eropa terintegrasi dalam mata uang tunggal: Euro. Tahun 2004 bertambah lagi 10 negara Uni Eropa baru dari mantan negara komunis Eropa Timur. Ini menjadikan Uni Eropa sebagai kekuatan ekonomi besar di dunia sekaligus menjadi contoh organisasi regional terbaik dunia. Wajar saja kalau keberadaannya dikagumi oleh organisasi regional manapun di dunia. Bahkan pada tahun 2012 Uni Eropa mendapatkan hadiah nobel

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 untuk perannya menyatukan benua biru tersebut (Reuters, Desember 2012). "Ini adalah pesan bagi Eropa untuk melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk mengamankan apa yang telah mereka capai dan terus maju," kata ketua komite Jagland, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/10/2012). Namun, optimisme terhadap Uni Eropa berbalik dan membuat harapan itu goyah dengan adanya krisis ekonomi yang mulai melanda Uni Eropa pada tahun 2008 dan dampaknya masih dirasakan hingga saat ini. Krisis ekonomi tersebut telah membuat Uni Eropa mulai memasuki fase-fase sulit. Badai krisis yang dialami negara-negara Eropa memiliki efek domino terhadap negara-negara Eropa lain. Negara-negara seperti Irlandia, Portugal, Hungaria dan Spanyol terseret dalam badai krisis ekonomi domestik bahkan Irlandia hingga harus mendapat suntikan dana dari otoritas moneter Eropa dan International Monetary Fund (IMF) sebagai langkah penyelamatan Irlandia kedalam krisis yang lebih jauh. Sebagai contoh, Menteri keuangan Uni Eropa sampai sempat mendesak Irlandia mengambil opsi pinjaman dan langsung menyetujui permintaan tersebut (pinjaman dari IMF). Dengan alasan, bail out dibutuhkan untuk stabilitas finansial di Eropa, terutama menjaga nilai mata uang euro (Tempointeraktif, November 2010). Dalam pemberitaan media bahwa ekonomi Eropa akan terus memburuk seiring memburuknya beberapa ekonomi negara seperti Irlandia, Portugal dan Spanyol. Dikhawatirkan perekonomian negara-negara tersebut akan menyusul seperti Yunani. Belum sembuhnya perekonomian negara tersebut dari badai resesi menjadi indikasi bahwa belum selesainya badai resesi yang dialami negara-negara
2

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Eropa. Dikutip dari pemberitaan Tempo Mata uang euro kemarin mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir. Pasar saham di Eropa, Senin 7 juni 2010, juga bertumbangan. Investor khawatir krisis utang yang dimulai dari Yunani, merembet ke Hungaria (Tempointeraktif, Juni 2010). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Eurostat, rasio hutang pemerintah terhadap GDP dari negaranegara Eropa meningkat dari 74,4% di tahun 2009 menjadi 80.0% di tahun 2010. Seperti yang diperkirakan sebagai negara pemicu terjadinya krisis Eropa, Yunani adalah negara dengan rasio hutang tertinggi yakni dengan rasio sebesar 142,8% dari hutang pemerintah terhadap GDP (Kompasiana, Januari 2012). Gambar 1.1

Sumber: http://www.washingtonpost.com/wp-srv/special/world/euro-zonetreaty/images/finalcharts.jpg diakses pada tanggal 27 Desember 2012

Seiring kejatuhan yang menimpa Eropa, krisis utang menyerang lebih luas. Setelah Italia dan Spanyol, Prancis turut masuk dalam pusaran krisis. Agen
3

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 pemeringkat Amerika Moody's mewanti-wanti kemungkinan Prancis, negara kedua terkuat di zona euro, terancam kehilangan peringkat AAA1. Prancis harus menata ulang sistem keuangannya. Sebagai konsekuensinya, bunga surat utang pinjaman 10 tahun yang harus dibayarkan Belgia dan Prancis melambung tinggi. Sementara Spanyol juga harus membayar utang dengan bunga tertinggi selama 14 tahun (Suhartono, 2012). Gambar 1.2

Sumber: http://www.brimg.net/images/economics/euro-crisis-timeline-1999.jpg diakses pada tanggal 27 Desember 2012

Tahun telah berganti, tapi krisis utang Eropa masih saja berlanjut. Politikus zona Eropa mencoba mencari solusi dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya, namun
1

Peringkat obligasi jangka panjang merupakan opini atas risiko kredit yang relatif dari obligasi penghasilan tetap dengan masa jatuh tempo satu tahun atau diatas satu tahun. Moody's sebagai salah satu perusahaan yang memberikan jasa analisa keuangan akan melihat kemungkinan nya dari risiko gagal bayar obligasi ini pada saat jatuh tempo. Peringkat tersebut menggambarkan baik kemungkinan gagal bayar maupun kemungkinan dari kerugian finansial yang akan diderita apabila terjadi gagal bayar. Sedangkan peringkat AAA adalah peringkat obligasi yang paling baik dengan resiko paling kecil. Untuk penjelasan lebih jauh dapat dilihat di situs resmi Moodys http://www.moodys.com/Pages/amr002002.aspx diakses pada tanggal 27 Januari 2013.

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 tetap saja krisis ekonomi tersebut tidak kunjung teratasi. Hingga akhir tahun 2011, krisis utang Eropa masih sangat jauh dari kata usai. Akhirnya krisis ini menimbulkan krisis sosial dan memakan korban politik di beberapa negara negara zona Eropa. Zona Eropa sekarang sedang melalui krisis yang paling serius di dalam sejarahnya, yang mempertanyakan eksistensinya di masa depan. Semua kontradiksi nasional mencuat, seperti yang sekarang terlihat dengan hubungan yang retak antara Yunani, Prancis, Jerman, dan Italia. Uni Eropa sedang menghadapi hari yang sulit. Seharusnya hal ini tidak terjadi. Klausa-klausa dari Perjanjian Maastricht melarang utang-utang besar dan defisit anggaran. Tetapi sekarang Perjanjian Maastricht hanyalah satu memori yang redup. Integrasi ekonomi yang digadang mampu meningkatkan ekonomi di zona Eropa justru menenggelamkan negara-negara ke jurang resesi dan krisis utang. Harapan tentang keuntungan keuntungan yang disebabkan oleh adanya proses integrasi kawasan yang seharusnya akan berkontribusi terhadap kepentingan nasional negara negara anggota tidak terjadi ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi. Jika dilihat kembali dari tahapan tahapan integrasi menurut Bella Ballasa (1963) Uni Eropa telah melewati berbagai tahapan hingga terciptanya EMU dan mata uang tunggal. Hal ini menandakan bahwa Eropa berada pada proses integrasi ekonomi yang terus meningkat, bahkan dengan dikeluarkannya perjanjian Stability Growth Pact (SGP)2 pada 2003 dan ditanda-tanganinya Fiscal Compact

Amy Verdun (2012) memberikan penjelasan mengenai SGP dalam bukunya Ruling Europe The Politics of the Stability and Growth pact yakni perjanjian yang terdiri dari peraturan peraturan dengan tujuaan membentuk sebuah rezim yang menjaga defisit anggaran tetap berada di tataran rendah (low budgetary deficit).

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 pada awal 2012 tahapan integrasi ekonomi ini sudah sepenuhnya terjadi (Untuk tahapan tahapan integrasi menurut Bella Ballasa dapat dilihat di Bab II). Namun demikian, integrasi ekonomi yang dianggap sudah melewati berbagai tahapan tahapan yang dinyatakan oleh Bella Ballasa dan bahkan pada dekade sebelumnya menjadi tolak ukur tentang sebuah model integrasi regional yang sukses secara mengejutkan menunjukan kekurangannya ketika terkena krisis ekonomi yang bermula di Yunani dan akhirnya menenggelamkan negara negara yang menjadi anggota ke-resesi ekonomi. Secara umum, nampak terjadi perbedaan pandangan dalam melihat langkah langkah yang harus diambil berkaitan dengan penanganan krisis. Perbedaan pandangan ini terlihat dari kebijakan kebijakan dua negara kuat yang menjadi pondasi bagi ekonomi Uni Eropa yakni Prancis dan Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel memegang teguh pandangannnya bahwa penghematan (austerity) dan pemotongan anggaran belanja untuk menahan laju inflasi dan mengurangi defisit anggaran negara negara anggota Uni Eropa adalah satu satunya cara untuk mengatasi krisis. Sedangkan Presiden Prancis yang baru saja terpilih pada 6 Mei 2012 yakni Francois Hollande memiliki pandangan yang berbeda tentang program penghematan (austerity) yang diusung oleh Angela Merkel. Seperti yang di tulis oleh Carnegy (2012) dalam artikelnya berjudul Germany must accept growth pact says Hollande, Hollande menyatakan bahwa dia adalah sosok yang akan mengakhiri kebijakan penghematan diseluruh Eropa dan menggantinya dengan kebijakan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 (growth). If we say Germany will pay to cover the debts and deficits, I understand their reticence. Everybody must make their efforts [on public finances], but Germany must realise that it is growth that will allow us to solve a big part of our problems. (Hollande, 2012) Mengacu pada dua pandangan yang berbeda mengenai langkah langkah yang tepat dalam mengatasi krisis ekonomi di Eropa ini, terlihat bahwa krisis ekonomi yang terjadi ini telah menimbulkan sebuah benturan kepentingan nasional. Tarik menarik antara kedaulatan Jerman dan Prancis sebagai unit negara bangsa mempengaruhi kebijakan kebijakan yang diambil Uni Eropa sebagai unit institusi regional menjadi petunjuk adanya krisis politik di Eropa yang terjadi diakibatkan oleh krisis ekonomi. Krisis di Eropa ini diibaratkan pertarungan yang rumit antara politik dan ekonomi, dimana kepentingan nasional dan kepentingan regional saling tarik menarik di dalamnya. Uni Eropa yang sebelumnya selalu di nilai sebagai suatu kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling ideal dan paling sukses di dunia ini mulai tergoyahkan dan bahkan mulai memperlihatkan kelemahan - kelemahannya. Uni Eropa mewakili sebagai tingkat integrasi yang ideal hal ini terlihat dengan adanya penyatuan politik dan ekonomi kawasan. Asumsinya di dalam integrasi ini negara - bangsa menjadi sebuah entitas yang melebur di dalam sebuah institusi yang membuat negara bangsa semakin mengalami pergeseran loyalitas dari negara bangsa menuju ke sebuah entitas yang lebih tinggi yaitu institusi regional. Tetapi ketika terjadi krisis di kawasan negara negara anggota

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Uni Eropa malah kembali berkaca terhadap kondisi negara masing masing dan membuat penanganan krisis menjadi berlarut larut. Krisis zona euro yang

sedang terjadi saat ini menentukan keutuhan dan integritas euro sebagai cita-cita peradaban Eropa. Kalau Jerman melalui penandatanganan Perjanjian Maastricht yang menjadikannya kekaisaran ekonomi Eropa tidak bertindak akan

menyebabkan krisis ini semakin parah dan meruntuhkan optimisme mereka yang percaya bahwa regionalisme adalah sebuah strategi yang akan membantu globalisasi menuju tahapan yang lebih tinggi dan terintegrasi.

1.2 Rumusan Permasalahan Atas dasar uraian sebelumnya, maka permasalahan yang menjadi fokus tesis ini ialah; Mengapa krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian untuk: a. Menjelaskan perbedaan-perbedaan kebijakan yang muncul dalam

hubungan antar negara di Eropa untuk menyelesaikan krisis finansial sejak 2008 hingga saat ini didalam lingkup integrasi Uni Eropa.

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 b. Menggambarkan proses tawar menawar yang terjadi dalam negosiasi antar

negara-negara di Uni Eropa terutama negara-negara utama seperti: Jerman, Inggris dan Prancis dalam upaya mereka menyelesaikan krisis finansial. c. Menggambarkan proses dinamika kedaulatan negara-negara di Eropa

dalam integrasi Uni Eropa di tengah krisis finansial yang sedang mereka hadapi.

1.4 Tinjauan Pustaka Secara umum terdapat sejumlah pandangan yang telah berusaha menangkap signifikansi fenomena yang terjadi di Eropa dan memberikan sebuah pendekatan serta kritik yang dapat menjelaskan kekurangan dari integrasi ekonomi Eropa sehingga krisis belum dapat diselesaikan. Pandangan pertama bertumpu pada pendekatan yang melihat bahwa krisis finansial yang belum terselesaikan hingga saat ini disebabkan oleh keterlambatan penanganannya. Mathew Lynn (2011) dalam buku BUST Greece, the Euro, and the Sovereign Debt Crisis menuliskan bahwa belum terselesaikannya krisis di zona Eropa adalah dikarenakan terlambatnya para petinggi petinggi di zona Eropa dalam menyadari kondisi keuangan Yunani yang sudah tidak mampu membayar jatuh tempo utangnya, serta keengganan negara negara dengan perekonomian kuat seperti Jerman untuk menolong Yunani pada awal krisis utang ini terjadi. Ketika krisis meletus pada tahun 2008, kondisi Yunani sudah demikian parah sehingga menyebabkan kepanikan terhadap pasar. Hal ini sebagaimana ditulis Lynn (2011):
9

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 The Euro-zones leaders had ignored the crisis brewing in Greece for year after year. When it broke into the open, they tried to pretend it wasnt their problem, then blamed everyone else, and once it threatened to overwhelm them, allowed themselves to be rushed into a solution, while it may fixed the immidiate crisis, was only storing up even worse problems a little further down the road. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Dimitrios Droutsas dalam wawancaranya dengan Marwan Bishara (Aljazeraa, Juni 2012). Bahwa keengganan negara negara Uni Eropa untuk menolong Yunani dari krisis ekonomi berperan besar dalam memperparah krisis ekonomi yang terjadi. Terlalu lama proses pengambilan keputusan dari Uni Eropa3 semakin membuat Yunani terpuruk, dan ketika akhirnya negara negara Uni Eropa tersadar dan berusaha membantu krisis ekonomi sudah terlalu parah. Marwan, let me also clarify one thing, when you are facing bankruptcy as a country, when you are facing those huge problems that you have created yourself, but you are facing bankruptcy and nobody is really willing to help you, it is like you have a knife on your throat.Because, we are waiting too long to take decisions. Proposals, proposals were put, the first reaction, no, then the crisis is developing further, we reconsider and then we do things that we could have done too long time ago. Kelalaian ini menandakan dua hal. Pertama, bahwa peraturan berlandaskan perjanjian Stability and Growth pada 2003 telah gagal mengawasi prilaku negara negara anggota Uni Eropa dan menerapkan sanksi. Menghasilkan tingginya utang Yunani dan Italia pada awal krisis ini terjadi. Kedua, tidak adanya solidaritas negara negara anggota Uni Eropa diawal krisis ini terjadi. Sehingga Uni Eropa dianggap tidak mempunyai legitimasi yang mumpuni untuk mengawasi
3

Di dalam mekanisme penanganan krisis ekonomi yang terjadi, Uni Eropa harus melibatkan negara negara anggota Uni Eropa karena dana talangan yang digunakan untuk menyelamatkan negara yang terkena krisis ekonomi berasal dari negara negara anggota terutama dua negara utama yakni Jerman dan Prancis.

10

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 negara negara anggotanya. Hal ini diperparah dengan pada waktu krisis terjadi tidak adanya mekanisme dalam penanganan krisis ekonomi yang terjadi untuk menyelamatkan negara negara di zona Eropa, sehingga krisis ini menyerang Eropa secara tiba tiba tanpa ada petunjuk bagaimana mengatasinya (Zsolt Darvas, 2012). Pandangan kedua tentang penyebab terus memburuknya perekonomian negara-negara Eropa diberikan oleh Paul Krugmann (2011) yakni hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam masa krisis sehingga negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam krisis ekonomi. Negara-negara yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk menghadapi keadaan di luar perkiraan mereka. Semestinya sebuah negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul. Hal inilah yang kurang dari sebuah integrasi di zona Eropa (Krugmann, 2011). Argumen Krugmann ini didasari oleh kenyataan bahwa jika dilihat secara kesatuan ekonomi, kondisi tingkat utang di zona Eropa baik dari sektor swasta dan publik masih jauh lebih rendah dari tingkat utang di Amerika Serikat. Hal ini menunjukan bahwa seharusnya masih tersisa ruang lebih banyak untuk melakukan manuver manuver kebijakan finansial. Namun Eropa bukan lah sebuah kesatuan ekonomi sepenuhnya, Eropa merupakan kumpulan dari negara negara yang mempunyai anggaran (karena pada waktu itu belum adanya integrasi fiskal) dan pasar tenaga kerja (karena rendahnya tingkat mobilitas pekerja) masing - masing. Hal itulah yang menyebabkan krisis yang terjadi. Seperti yang dikatakan

Krugmann dalam wawancaranya dengan Europepress I think that the euro was a
11

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 romantic idea, and a fine symbol of political unity. But when you give up your national currency, you lose a lot of flexibility, and it is not easy to compensate for the loss of room for manoeuvre (Krugmann, 2012). Dengan indikator indikator ekonomi Krugmann menunjukan bahwa kekurangan dari integrasi Eropa adalah tidak adanya integrasi fiskal dan hilangnya keluwesan negara dalam kebijakan ekonomi dikarenakan adanya sistem mata uang tunggal. Pendapat mengenai kurangnya kompetensi fiskal di zona Eropa sehingga menyebabkan krisis yang terjadi sulit diselesaikan selaras dengan pendapat De Grauwe (2009) bahwa keengganan negara negara anggota menyerahkan kompetensi nasional dalam hal kebijakan fiskal mengimplikasikan bahwa zona Eropa dikonstruksi diatas sebuah kesatuan moneter namun keputusan keputusan ekonomi dan fiskal masi berada ditataran nasional seperti yang ditulis dalam bukunya Economics of Monetary Union bahwa The Euro Area is thus different from other unions, which have a fiscal federal structure, in that fiscal competence remain largely at national level (De Grauwe, 2009). Pernyataan De Grauwe (2009) ini dikutip dari tulisan Moira Catania (2011) berjudul Preventing another Euro Area Crisis: EU Economic Governance Six Pack a case of too little, too late?. Di dalam tulisan ini, Moira menjelaskan lebih dalam mengenai kesalahan Uni Eropa dengan tidak menghiraukan kebijakan fiskal kawasan. Dikarenakan kurangnya keselarasan antara kebijakan ekonomi dan kebijakan fiskal, perekonomian dikawasan itu cenderung mengalami dua konflik yakni keinginan untuk menjaga fleksibilitas kebijakan nasional, sedangkan pada saat

12

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 yang bersamaan kebutuhan untuk menjaga koordinasi dan kedisiplinan fiskal kawasan. Due to the lack of common economic and fiscal policies, since the inception of EMU, there have been two conflicting objectives the desire to retain flexibility in national policies whilst at the same time the need to maintain coordination and fiscal discipline given that, as the current crisis has clearly shown , the economic policies of one member state can have the negative spillover repercussions on the others (Moira, 2011). Pandangan ketiga, berpendapat bahwa krisis ini sulit untuk diselesaikan dikarenakan integrasi ekonomi dan politik di Uni Eropa sangat tergantung dari kerja sama antara Jerman dan Perancis sebagai dua negara kuat di Uni Eropa. Seperti yang di tulis oleh Glomb (2011) dalam bukunya berjudul "The FrancoGerman tandem confront the Euro Crisis. Without an agreement between France and Germany, nothing happens in Europe. At the same time, this Franco German bilateralism invites endless criticism for promoting a Franco-German diktat which is more harmful than beneficial to the European project (Wolfgang Glomb, 2011). Pendapat ini telah terbukti dengan gagalnya perjanjian konstitusi Eropa di Roma pada 29 Oktober 2004 dikarenakan Perancis melakukan referendum berkaitan dalam masalah ini akhirnya konstitusi Eropa pun tidak terwujud (Tempo, 2005). Dari elaborasi pustaka yang telah dilakukan diatas dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi didalam integrasi ekonomi di Uni Eropa adalah mekanisme perjanjian yang tidak berjalan semestinya dikarenakan kurangnya legalitas Uni Eropa sebagai institusi regional, permasalahan fiskal pada integrasi ekonomi di Uni Eropa yang membuat perbedaan kebijakan di level nasional,
13

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 kemudian tidak adanya mekanisme dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi dalam integrasi ekonomi. Kebanyakan para akademisi dan praktisi melihat krisis ini dari sisi ekonomi, sedangkan belum banyak studi mengenai krisis ekonomi kawasan ini yang melihat dari sudut pandang kedaulatan dan kepentingan nasional di dalam integrasi regional yang sedang dihadapkan dengan krisis ekonomi. Pada titik inilah, penelitian ini melihat adanya celah yang dapat dijadikan pintu masuk dalam melihat fenomena krisis Eropa ditengah integrasinya yang mapan. Yakni, Krisis ekonomi di zona Eropa sulit untuk diselesaikan karena pada dasarnya Uni Eropa merupakan sebuah integrasi regional yang berangkat dari integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi hanya bisa terjadi jika didasarkan pada kondisi kondisi saling menguntungkan. Sedangkan krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat justru disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negaranegara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris yang mendorong pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya sentimen nasional dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga makin sulit menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional.

1.5 Kerangka Pemikiran Perkembangan integrasi Uni Eropa melihat pada sejarahnya telah mengalami perkembangan dan stagnasinya. Pada kenyataannya perjalanan dari integrasi ini telah menjadi sebuah diskursus yang menjadi ketertarikan berbagai

14

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 ahli baik dari akademisi maupun praktisi. (Sebagai contoh Corbey, 1993, 1995; Haas, 1976; Hoffman, 1996; Milward, 1992; Moravscik, 1991, 1998; Taylor, 1983). Para Intergorvernmentalist lebih fokus pada peran pemerintah nasional negara - negara anggota dalam melindungi kepentingan nasionalnya masing masing. Mereka kebanyakan mempertahankan posisi mereka bahwa pemerintah nasional tidak kehilangan power dalam proses integrasi ini. Pemerintah nasional berpartisipasi dalam proses integrasi Eropa hanya untuk menjaga kepentingan nasional mereka masing masing. Menurut beberapa yang mendukung aliran ini bahkan ada beberapa negara anggota yang bertindak lebih jauh dengan menggunakan proses integrasi untuk memperkuat pengaruhnya (power) vis--vis dengan aktor aktor politik domestik proses ini dianggap akan saling mempengaruhi dan melibatkan interaksi antara domestik internasional ((Dyson, 1994; Moravcsik, 1993a; Putnam, 1988; Wolf and Zangl, 1996). Penelitian ini lebih condong kepada tujuannya untuk menggambarkan ditengah tahapan integrasi ekonomi di Uni Eropa yang dianggap mapan ketika terkena krisis ekonomi yang dimulai dari Yunani, Uni Eropa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan krisis yang terjadi. Para petinggi Uni Eropa dalam berbagai berita di media menyatakan akan pentingnya Eropa bersatu dan perlunya integrasi yang lebih dalam untuk mengatasi krisis yang terjadi. Namun, berbagai benturan kepentingan baik nasional antar negara negara anggota Uni Eropa maupun dengan regional Uni Eropa sendiri menjadi sebuah permasalahan dalam terwujudnya integrasi yang lebih lanjut dalam upaya untuk menyelesaikan krisis ekonomi kawasan.

15

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Perkembangan yang terjadi di kawasan Eropa ketika terjadi krisis ekonomi seperti semakin menegaskan pendapat kaum intergorvermentalist bahwa sesungguhnya arah kebijakan Uni Eropa merupakan hasil dari proses negosiasi intergovernmental yang dilakukan oleh negara negara anggotanya. Integrasi negara negara Eropa merupakan fenomena perluasan realisme politik beyond the borders of sovereign nation state (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Uni Eropa juga unik karena sistem ini tidak akan menisbatkan dan menggantikan peran nation state. (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Pemikiran Robert Keohane pada tahun 1980-an mengkulminasi apa yang dia sebut sebagai institusionalisme neo-liberal. Asumsi dari Keohane adalah State action depends to a considerable degree on prevailing institutional arrangement (Keohane, 1989: 2). Pada tahun 1990 dan 1991 Keohane dan Hoffmann kembali berkontribusi terhadap perdebatan mengenai integrasi Eropa dengan memaksakan argumen mereka bahwa perubahan institusi di dalam European Community hanya dapat dipahami jika menerima Competing Hypotheses. Mereka menerima mekanisme spill over, namun menyatakan bahwa mekanisme ini akan mengarah pada integrasi yang sukses hanya jika dibawah beberapa kondisi salah satunya adalah jika ada kemungkinan untuk menyatukan kepentingan kepentingan nasional (terutama Jerman, Perancis dan Inggris). Walaupun pendapat mereka tidak memberikan penjelasan mengenai apa yang mereka maksud dengan spill over. Berkaitan dengan integrasi moneter mereka menyatakan: Nothing in the functional logic of spill over requires a European Central Bank or single currency. (Keohane dan Hoffmann, 1991: 26)
16

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Alasan mereka berangkat dari asumsi bahwa tarik menarik antar kepentingan pemerintah negara negara anggota akan mencegah spill over: Ultimately, there is a radical change of policy in London, its partners will have to choose between a compromise or a break with Britain. Compromise would probably mean a European Currencyand no European Central Bank. To create a system with a central bank would require not only overruling British objections but stifling the reservations of other influential parties, including the Bundesbank itself. (Keohane dan Hoffmann,1991: 26)

Pendapat diatas dapat menjadi dasar untuk melihat apa yang terjadi di zona Eropa sekarang merupakan kuatnya eksistensi negara didalam integrasi ekonomi. Pertama, adanya krisis ekonomi kawasan membuat negara negara anggota Uni Eropa merasa terancam sehingga kembali ke kepentingan mereka masing masing. Dan kedua adalah sentimen nasional berkaitan dengan kebijakan kebijakan Uni Eropa yang pada kenyataannya malah membawa zona Eropa kedalam resesi ekonomi. Kedua elemen itu menjadi pintu masuk dalam melihat apa yang terjadi di Uni Eropa saat ini. Ditengah integrasi yang semakin mapan dengan dicetuskannya Maastrict Treaty dan adanya mata uang tunggal di Uni Eropa serta dibentuknya European Central Bank (ECB), ketika terjadi krisis ekonomi yang dimulai dari Yunani. Uni Eropa tidak siap dalam menghadapi krisis yang terjadi, segala upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam menyelamatkan negara negara anggota yang terancam gagal membayar jatuh tempo surat utang seperti tidak kunjung menunjukan hasil yang menggembirakan. Hal ini dikarenakan terbenturnya proses
17

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 proses pengambilan kebijakan dan keputusan dikarenakan proses ini tetap merupakan hasil dari tawar menawar antar negara anggota Uni Eropa yang sedang mengalami krisis. Sehingga benturan antar kepentingan negara negara besar membuat Uni Eropa gagal merumuskan sebuah resolusi krisis yang dapat meyakinkan pasar. Hoffmann (1966) telah menekankan bahwa negara bangsa akan tetap menjadi unit logika yang paling kuat dalam sistem internasional dikarenakan oleh tiga alasan, dia memberikan label tiga alasan ini yakni national consciousness, national situation dan nationalism. Label yang terakhir mengacu pada doktrin nasional atau ideologi (Hoffmann, 1966: 867 8). Dia mengkritik neofungsionalisme dan menekankan bahwa integrasi akan mengalami hambatan ketika itu terjadi di high politics. Pada tahun 1980an pendapat ini telah mendapat dukungan dari Euroscelorosis dan Europessimism4. Para intergorvermentalist menekankan pendapatnya bahwa percaya akan hilangnya negara bangsa dikarenakan bergabung dengan European Community yang sekarang menjadi Uni Eropa yang semakin besar adalah sebuah ilusi (Hoffmann, 1982; Taylor, 1983).

Euroscelorisis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana tingkat pengangguran tinggi dan rendahnya tingkat mobilitas tenaga kerja di Eropa. Sedangkan Europessimism Taggart (1998) memberikan definisi yang jelas mengenai istilah ini yaitu Euro-skepticism/Euro-pessimism expresses the idea of contingent or qualified opposition, as well as incorporating outright and unqualified opposition to the process of European integration" (Taggart, 1998, 366). Lebih lanjut dia memberikan penjelasan alasan mereka yang pesimis terhadap integrasi eropa yaitu: anti integrasi dikarenakan tidak sependapat dengan ide tentang Uni Eropa "those that are not in principle opposed to European integration but are skeptical that the EU is the best form of integration because it is too inclusive" serta mereka yang secara general tidak berlawanan dengan ide tentang Uni Eropa namun but are skeptical that the EU is the best form of integration because it is too exclusive" (Taggart, 1998, 365-366). Posisi ini digawangi oleh orang orang yang secara general melawan Uni Eropa sebagai sebuah bentuk pemerintahan.

18

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Berkaitan dengan tujuan integrasi Eropa dengan ditanda-tanganinya Single European Act dan Maastricht Treaty, Andrew Moravscik memberikan kontribusinya dengan mengeluarkan pendekatan a liberal intergovernmentalist approach yang berangkat dari pemikiran yang telah dibahas diatas (Moravcsik, 1998). Dalam pendekatan ini pemerintahan nasional merupakan aktor yang paling kuat dan dianggap sebagai negosiator yang paling layak untuk mengamankan kepentingan nasional. Oleh karena itu integrasi di Eropa dianggap sebagai sebuah proses tawar-menawar antar negara yang menjadi bagian didalamnya. Negara dianggap sebagai aktor yang rasional5. Pilihan pilihan yang diambil oleh negara ditentukan oleh evaluasi dan analisa dari keuntungan dan kerugian yang diakibatkan dari interdependensi ekonomi (Moravcsik, 1993b: 480; Verdun, 2000: 30). Dengan begitu hasil dari proses tawar menawar ini ditentukan oleh relativitas kekuatan negara bangsa yang terlibat dalam proses ini. Walaupun hasil dari integrasi Eropa ditentukan oleh peran pemerintah - pemerintah nasional, kemungkinan akan pengaruh kekuatan domestik termasuk kekuatan masyarakat memainkan peran yang signifikan yang tidak dapat dilupakan begitu saja (Moravcsik, 1993b: 48795). Pendekatan Intergorvermentalist memberikan sebuah sudut pandang yang bagus bagaimana mekanisme tawar menawar yang terjadi dalam pertemuan pertemuan di tataran Uni Eropa dalam upaya untuk mengatasi krisis ekonomi
5

Asumsi ini berangkat dari pendapat bahwa pilihan pilihan yang diambil oleh negara yang menjadi bagian dari integrasi merupakan sebuah konsekuensi dari tekanan domestik negara tersebut. Moravscik mendasari asumsinya bahwa negara adalah aktor yang rasional dengan menghubungkan dua teori hubungan internasional dalam kerangka pemikirannya yakni: a theory of national preference formation dan a theory of interstate strategic interactions (Moravcsik, 1993b: 482; mengenai EMS lihat Moravcsik, 1998a and 1998b).

19

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 yang melanda kawasan cenderung mempunyai ketergantungan terhadap perilaku ataupun kondisi negara negara besar yang menjadi anggota Uni Eropa (Jerman, Perancis, Inggris). Negara negara kecil lainnya seperti negara yang berada di Selatan merasa sangat tertekan dengan kecenderungan seperti ini. Serta, betapa hasil pemilihan umum nasional negara negara kunci dalam Uni Eropa mempunyai pengaruh yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari kekhawatiran akan kerja sama antara Jerman dan Perancis setelah Franc Hollande terpilih menjadi presiden Prancis tahun lalu. Mencermati penyelesaian krisis di Uni Eropa, setidaknya terdapat dua macam aktor yang terlibat, yaitu aktor negara anggota Uni Eropa, serta Uni Eropa itu sendiri yang dikategorikan menjadi aktor non-negara atau dalam kasus ini tergolong sebagai aktor regional institution. Aktor negara akan dilihat melalui kaca mata kedaulatan (sovereignty). Terminologi negara biasanya juga dikaitkan dengan terminology negara bangsa, di mana dalam hal ini Couloumbis dan Wolfe (1986) mendefinisikannya sebagai: bangsa merupakan konsep yang merujuk kepada identitas etnik dan kultur yang sama, dimiliki oleh orang-orang tertentu. Sedangkan negara merupakan unit politik yang didefinisikan menurut teritorial, populasi dan otonomi pemerintah, yang secara efektif mengontrol wilayah dan penghuninya tanpa menghiraukan homogenitas etnis. Aktor lainnya adalah Uni Eropa yang akan dilihat melalui teori intergorvermentalist sebagai bagian aliran pemikiran integrasi. Dalam kasus ini Uni Eropa dikategorikan sebagai aktor yang mencoba menyatukan negara bangsa di dalam sebuah kerangka atau sistem dimana kedaulatan kedaulatan saling berinteraksi dan tarik menarik. Bila disejajarkan dengan kategorisasi

20

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 organisasi internasional, maka Uni Eropa ini dapat dikatakan sebagai satu organisasi internasional yang bersifat kompleks.6 Hal ini disebabkan dari sifat sifat yang melekat didalamnya. Seperti yang dinyatakan oleh Eugene R et al ( 1997) Tidak seperti organisasi internasional pada umumnya, Uni Eropa memiliki sifat supranasional yang lebih nyata, di mana didalam UE dapat terbentuk suatu keputusan atau aturan aturan praktis yang mengikat seluruh anggotanya tanpa harus diratifikasi terlebih dahulu oleh seluruh pemerintah negara negara anggota. Disamping itu Uni Eropa juga menjalankan fungsi fungsi yang biasanya terdapat dalam pemerintahan nasional. Uni Eropa sebagai satu institusi memiliki lembaga lembaga yang mempunyai fungsi fungsi yang layaknya terdapat dalam suatu pemerintahan nasional. Fungsi eksekutif UE dijalankan oleh Commision dan European Council of Ministers, fungsi legislatif dijalankan oleh European Parliament, fungsi yudikatif dijalankan oleh European Court of Justice. Dengan kata lain institusi UE ini sudah seperti satu pemerintahan dalam satu negara, dan sudah menjadi satu entitas supranasional. Struktur lembaga tersebut memungkinkan terciptanya kerjasama internasional diantara sesama negara anggota UE. Pada prinsipnya adalah lebih mudah untuk menggambarkan asumsi asumsi dan mekanisme pembuatan kebijakan dalam negeri suatu negara bangsa
6

Maksudnya bersifat kompleks di sini adalah suatu organisasi internasional yang mempunyai sifat baik sebagai organisasi internasional antarpemerintah maupun organisasi internasional non pemerintah. Sehingga hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Uni Eropa tidak dikategorikansebagai organisasi internasional semata, karena yang dapat berperan dalam UE ini tidak hanya dari pihak pemerintah negaranegara anggota.

21

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 yang berdaulat. Pembuatan kebijakan dalam institusi seperti negara federal ataupun organisasi regional semacam Uni Eropa pencapaian kebijakan dalam negeri dan keamanan bersama oleh negara tunggal yang harus membagi aspek kedaulatan domestiknya untuk menyatukan kompetensi dalam menyikapi lingkungan eksternalnya adalah lebih kompleks (Hill, 1996). Bahasan Hurrell (2005) dalam bukunya berjudul The Regional Dimension in International Relations Theory sebenarnya sangat konstruktif dan analitis. Dalam perspektif Hurrell regionalisme terbentuk sebagai respon terhadap tantangan dari luar dan merupakan wadah paling tepat serta paling mungkin untuk menerima perubahan dan mengintensifkan resistensi dari tekanan kompetisi kapitalisme global, namun bagaimana dengan tantangan dari dalam (intraregional). Secara pribadi penulis sepakat dengan segala kebaikan dan manfaat pembentukan regionalisme yang disampaikan oleh Hurrell. Akan tetapi, bukan tidak mungkin jika kemudian dalam organisasi regional tersebut masalah kedaulatan belum tuntas dikarenakan pada dasarnya unit terkecil dari organisasi regional tersebut tetap negara bangsa yang secara sukarela bergabung dalam Uni Eropa dan menyerahkan sebagian kedaulatannya kepada otoritas yang bersifat supranasional. Konsep kedaulatan muncul pada waktu perjanjian Westphalia dicetuskan tahun 1648 untuk mengakhiri perang 30 tahun di Eropa. Perjanjian ini muncul akibat adanya kekuasaaan tunggal di Roma yang membatasi negara negara mengendalikan otoritasnya. Perlunya hak khusus untuk mengatur rakyatnya tanpa ada campur tangan orang lain (Bonggas, 2007). Kedaulatan secara definisi adalah
22

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 kemampuan atau hak sebuah negara untuk melakukan kontrol terhadap apapun yang berada diwilayahnya baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Kemampuan tersebut diikuti dengan perlindungan warga negara dari baik ancaman militer ataupun ekonomi. Dengan kata lain kedaulatan adalah kemampuan negara untuk melindungi wilayah dan penduduknya dari ancaman internal maupun ekternal. Konsep ini menekankan pada kemampuan negara untuk melakukan kontrol efektif terhadap ancaman baik internal dan ekternal. Ancaman secara internal dan ekternal adalah variabel dari konsep ini. Peneliti akan membagi konsep kedaulatan kedalam dua variabel tersebut namun penulis akan lebih memfokuskan ancaman ekternal karena secara pribadi penulis menganggap bahwa faktor terbesar dari krisis ekonomi adalah ancaman eksternal. Abad 20 merupakan abad dimana kedaulatan meluas secara geografis dengan perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta pada waktu yang bersamaan abad ini merupakan periode dimana kedaulatan itu menjadi sangat relatif maknanya. Sekarang ini hampir seluruh dunia ini terhampar negara negara yang berdaulat, kenyataan ini merupakan suatu langkah yang besar jika dibandingkan pada awal awal abad 20 dimana kolonialisasi menjadi sebuah kenyataan yang diterima dan kedaulatan merupakan sebuah hak istimewa yang hanya dimiliki oleh Negara Negara yang menganggap diri mereka civilized. Gerakan gerakan de-kolonialisasi yang muncul secara luas diterima sebagai fakta yang merubah tatanan dunia saat itu. Sekitar 100 negara baru lahir pada

23

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 jangka waktu 1945 1989, dan 20 negara baru muncul kemudian setelah runtuhnya Uni Soviet. Era kontemporer mencatat banyak fenomena di mana kedaulatan negara bangsa mengalami berbagai tantangan di karenakan perubahan perubahan yang terjadi. Hal ini terjadi di seluruh aspek kehidupan bernegara. Di bidang politik, tidak sedikit negara yang terpaksa tunduk pada kehendak negara lain yang lebih besar, kuat dan kaya. Pengakuan kedaulatan hanya menjadi ritual diplomasi yang diwariskan turun-temurun. Di bidang ekonomi, banyak negara yang tidak berdaya mengekang kehendak perusahaan-perusahaan dalam negerinya saat mereka di desak untuk mereorientasi kebijakannya ke arah yang lebih berpihak pada pasar, ketimbang ke arah kesejahteraan sosial. Di bidang sosial-budaya,perpindahan barang dan manusia dari satu negara ke negara lainnya semakin intens dan tak terlacak oleh aparat pemerintah. Integrasi yang terjadi di Uni Eropa juga menjadi salah satu fenomena dimana konsep kedaulatan mendapat tantangannya. Munculnya institusi regional yang bersifat supranasional dengan tahapan tahapan integrasinya dianggap semakin membuat negara bangsa kehilangan kedaulatannya dalam menentukan nasibnya. Benarkah demikian?! Krisis ekonomi Eropa memberikan sebuah contoh empiris yang telah diramalkan banyak pemikir intergorvermentalist bahwa ditengah kondisi integrasi yang mapan seperti Uni Eropa, kedaulatan negara tetap menjadi sebuah konsep yang mempengaruhi penyelesaian krisis Eropa.

24

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Ada hal yang signifikan ketika melihat bagaimana perkembangan kedaulatan negara negara anggota Uni Eropa. Kondisi ini tidak mengijinkan untuk melihat kedaulatan ini akan sama jika tidak ada integrasi yang terjadi di dalam Uni Eropa. Bukti bukti bahwa ada hal signifikan yang terjadi berkaitan dengan kedaulatan di dalam Uni Eropa ketika terbentuknya European Community dan European Union adalah penghapusan garda garda internal, pembentukan sistem legalitas yang bersifat supranasional, dan munculnya konsep European Citizenship. (Adrian Tokar, 2001) Hal hal tersebut adalah kenyataan, bahkan mereka yang percaya bahwa integrasi tidak mempunyai dampak terhadap kedaulatan tidak akan menyangkal bukti bukti nyata tersebut. Namun hal itu tetap tidak mengubah bahwa pada dasarnya arah kebijakan Uni Eropa merupakan hasil dari proses negosiasi intergovernmental yang dilakukan oleh negara negara anggotanya. Integrasi negara negara Eropa merupakan fenomena perluasan realisme politik beyond the borders of sovereign nation state (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Uni Eropa juga unik karena sistem ini tidak akan menisbatkan dan menggantikan peran nation state. (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara negara di Uni Eropa yang berawal dari Yunani ini semakin memperlihatkan bahwa pendapat intergorvermentalist bahwa integrasi yang terjadi dengan adanya Uni Eropa semakin memperkuat eksistensi para pemimpin politik dalam

memperebutkan power dengan tujuan mempertahankan kepentingan nasional negaranya vis--vis aktor aktor politik domestik mereka masing masing. (Dyson, 1994; Moravscik, 1993; Putnam, 1998; Wolf and Zangl, 1996).

25

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Krisis Eropa menjadi pemicu menguatnya eksistensi negara di tataran regional dikarenakan adanya ancaman dari krisis ekonomi yang terjadi (eksternal) dan juga tekanan dari dalam negeri dikarenakan resesi ekonomi yang mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran di sebagian besar negara negara anggota Uni Eropa (internal). Krisis ini juga memunculkan benturan benturan kepentingan nasional dikarenakan kondisi dalam negeri negara negara anggota Uni Eropa. Pendekatan Intergorvermentalist menyatakan bahwa Institusi EC ataupun EU (Uni Eropa) telah memperkuat kekuatan pemerintah dalam dua jalan (Milward, 1992; Moravcsik, 1994). Pertama, dengan meminjam pemahaman fungsional dari teori rezim (Keohane, 1983, 1984) dan Teori Rezim (Rittberger, 1993). Argumen mereka adalah tawar menawar antar negara anggota akan difasilitasi dengan meningkatnya efisiensi dimana hak ini merupakan hasil dari adanya sebuah forum negosiasi bersama. Kedua, intergorvementalist memberikan penekanan bahwa para pemimpin pemimpin politik nasional telah memperkuat posisinya vis--vis grup grup sosial domestik. Seperti yang di katakan oleh Moravscik (1993) yaitu By augmenting the legitimacy and credibility of common policies, and by strengthening domestic agenda-setting power, the EC structures a two-level game place that enhances the autonomy and initiative of national political leaders often a prerequisite for successful market liberalization (Moravcsik, 1993b: 507; berkaitan dengan two-level games lihat Putnam, 1988).

26

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Gambar 1.3 Alur pemikiran penelitian

Resesi Ekonomi di Zona Eropa

Tingkat Analisa Regional

Negara memperkuat eksistensinya ditataran regional demi kepentingan nasional

Integrasi di Zona Eropa

Pendekatan Intergormentalist

Mekanisme Otoritas diatas negara (Supranasionalisme)

Negara Tingkat Analisa

Secara alur pemikiran dari penelitian ini dapat di lihat pada gambar 1.1 dimana resesi ekonomi yang terjadi di dalam integrasi ekonomi Uni Eropa harus di tangani secara kerangka regional. Kemudian muncullah berbagai mekanisme dan
27

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 langkah langkah dalam upaya menyelesaikan krisis yang terjadi, namun secara analisa tingkat negara mekanisme regional ini memfasilitasi tawar-menawar antar negara negara anggota dalam mempengaruhi kebijakan kebijakan yang di ambil oleh Uni Eropa sebagai suatu institusi regional. Akhirnya terjadi sebuah benturan kepentingan nasional yang membuat sulitnya mencapai sebuah kesatuan posisi dalam melihat krisis yang terjadi. Kompleksitas pola hubungan yang memberi penekanan pada keterlibatan negara dalam dinamika institusi regional yang dianggap sangat mapan seperti yang terlihat didalam Uni Eropa ternyata masih melibatkan aktor negara dalam prosesnya. Negara dianggap sebagai pelindung wilayah, masyarakat, serta nilai nilai dan cara hidupnya yang dianggap berharga dan berbeda dari negara lain. Kenyataannya bahwa semua negara harus berusaha untuk mencapai kepentingan nasionalnya berarti bahwa semua negara harus berusaha mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan demikian negara dan pemerintahan lain tidak akan pernah dapat bergantung pada negara lain. Seluruh perjanjian internasional hanya bersifat sementara sejauh negara yang bersangkutan masih ingin untuk mematuhinya. Hal tersebut membuat perjanjian, konvensi, peraturan, hukum antar negara dapat dikesampingkan dikala terjadi konflik kepentingan di antara negara negara.

28

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 1.6. Pernyataan Tesis (Thesis Statement) Krisis ekonomi di negara-negara Uni Eropa tak kunjung terselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonomi Uni Eropa yang terus meningkat disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negara-negara anggota utama seperti Jerman, Prancis dan Inggris. Benturan ini mendorong penguatan pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh meningkatnya sentimen nasional serta meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik di sejumlah negara anggota Uni Eropa.

1.7 Metodologi penelitian 1.7.1 Konseptualisasi 1.7.1.1 Integrasi Ekonomi Regional Konsep ini lebih menekan pada integrasi Ekonomi dimana dalam integrasi ekonomi itu sendiri ada beberapa tahap hingga tahapan ekonomi itu benar-benar sempurna. Salah satu teori yang menjadi dasar integrasi ekonomi dan moneter regional adalah teori teori Optimum Currency Area (OCA) yang digagas oleh Mundell pada tahun 1961 (Mundell, 1961). Didukung oleh Bella Ballasa (1961), Krugmann dan Obstfeld (2000), serta Forbes dan Chinn (2003). Penulis mengunakan konsep Bella Balassa untuk membantu menjelaskan tingkatan integrasi yang ada di zona Eropa pada saat ini. Dimana ketika terjadinya krisis Uni Eropa sudah berada di tahap Economic Union dengan adanya penyatuan

29

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 moneter dan mata uang tunggal. Namun di dalam melihat krisis ekonomi yang terjadi di Uni Eropa penelitian ini menggunakan sudut pandang

intergorvermentalist dalam melihat pengaruh integrasi ekonomi kepada negara negara anggotanya dalam menghadapi krisis yang terjadi. 1.7.1.2 Kedaulatan (Sovereignty) Konsep ini menekan pada kemampuan negara untuk melakukan kontrol efektif terhadap ancaman baik secara internal maupun secara eksternal. Ancaman secara internal dan eksternal adalah variabel dari konsep ini. Peneliti akan membagi konsep kedaulatan kedalam dua variabel tersebut namun penulis akan lebih memfokuskan ancaman dari eksternal karena penulis menganggap faktor terbesar dari resesi adalah dari ancaman eksternal. Gambar 1.2

KONSEP KEDAULATAN

Variabel Internal

Variabel eksternal

Ancaman dari Dalam Negeri

Ancaman dari sistem Internasional/regional (Krisis ekonomi)

30

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 1.7.1.3 Konsep Kepentingan Nasional (National Interest) Kepentingan nasional merupakan salah satu konsep yang paling dikenal luas oleh kalangan penstudi Ilmu Hubungan Internasional. Hal ini dikarenakan, konsep ini menjadi tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri sebuah negara. Selain itu konsep ini juga sering dipakai sebagai pengukur keberhasilan suatu politik luar negeri atau evaluasi. Dalam hubungan internasional, dimensi kepentingan nasional dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama, kepentingan ekonomi, kedua, kepentingan pertahanan/militer dan keamanan, ketiga, kepentingan internasional dan terakhir, kepentingan ideologi (Papp, 1988). Keempat dimensi ini merupakan aspek-aspek utama yang memengaruhi dan memotivasi sebuah negara dalam mengusahakan kepentingan nasional negara masing-masing dalam hubungan internasional. Maka dalam penelitian ini konsep kepentingan nasional dilihat dalam pemahaman di dalam krisis ekonomi yang mengancam Uni Eropa membuat negara negara anggota berjuang demi kepentingan ekonomi masing masing.

31

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 1.7.2 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah Tekhnik penelitian kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif7 yaitu berupaya menggambarkan bagaimana regionalisme telah memunculkan integrasi regional. Dengan adanya fenomena krisis ekonomi di Zona Eropa dengan menggunakan teori intergorvementalist penelitian ini ingin menunjukan bahwa dinamika kepentingan negara negara anggota Uni Eropa menjadi hambatan di dalam sebuah integrasi regional yang mapan untuk mengatasi krisis ekonomi kawasan. 1.7.3 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan berupa dokumen dokumen yang diterbitkan oleh European Union di dalam websitenya dan buku buku referensi hubungan internasional serta tulisan dan artikel dari berbagai jurnal ilmiah, majalah, Koran dan hasil penelitian sebelumnya dan akses internet.

1.7.4 Teknik pengumpulan data Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan yaitu mengumpulkan berbagai dokumen dan literatur yang terkait dengan tema penelitian dari berbagai perpustakaan. Serta mengambil data dari Internet.

Jenis penelitian eksplanatif adalah penelitian yang didesain untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel. Masoed, Mohtar. 1994. Ilmu hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES.

32

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010

1.7.5 Sistematika Penulisan Bab pertama garis besar sistematikan penulisan penelitian seperti latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran yang terdiri dari konsep dan teori, serta metodologi penelitian. Bab kedua berisi tentang pemahaman proses integrasi Uni Eropa sudah dimulai sejak perang dingin berakhir, dan terus berlanjut hingga saat ini. Perkembangan Uni Eropa (UE) yang menunjukan proses integrasi yang terus berjalan tersebut mendapatkan tantangan krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh negara negara Uni Eropa. Jika mengamati krisis ekonomi yang terjadi ada dua hal yang dapat di temukan dalam perjalanan krisis ini yaitu: Pertama, sebagai suatu integrasi regional yang telah melewati berbagai tahapan integrasi ekonomi hingga munculnya Uni Eropa dan Euro sebagai mata uang tunggal. Krisis ekonomi yang menimpa negara negara anggota Uni Eropa ini harus di tangani dalam kerangka regional. Kedua, mekanisme ini memunculkan kebijakan, keputusan dan perjanjian dalam upaya menangani krisis ekonomi yang terjadi. Bab tiga berisi tentang meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik yang akhirnya menjatuhkan beberapa kepala negara anggota Uni Eropa dan juga membahas tentang benturan kepentingan nasional negara negara utama di Uni Eropa.

33

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Bab empat berisi tentang tidak kunjung usainya krisis yang terjadi di Uni Eropa akhirnya mengakibatkan rakyat Uni Eropa mengalami degradasi kepercayaan terhadap Uni Eropa sehingga semakin memperkuat sentimen nasional di antara negara negara anggota. Bab lima berisi tentang tentang kesimpulan dari seluruh bab mulai bab pertama sampai bab ke lima. Serta saran untuk penelitian mengenai krisis ekonomi Uni Eropa dari sudut pandang yang berbeda.

34

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 BAB II REAKSI UNI EROPA TERHADAP KRISIS Proses Integrasi Uni Eropa sudah dimulai sejak perang dingin berakhir, dan terus berlanjut hingga saat ini. Perkembangan Uni Eropa (UE) menunjukan proses integrasi yang terus berjalan tersebut. Melalui integrasinya, UE sudah menjadi salah satu aktor penting dalam hubungan internasional. Namun di tengah cerita sukses Uni Eropa dalam menyatukan kawasan Eropa di dalam satu institusi regional, Uni Eropa mendapatkan tantangan krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh negara negara Uni Eropa. Jika mengamati krisis ekonomi yang terjadi ada dua hal yang dapat di temukan dalam perjalanan krisis ini yaitu: Pertama, sebagai suatu integrasi regional yang telah melewati berbagai tahapan integrasi ekonomi hingga munculnya Uni Eropa dan Euro sebagai mata uang tunggal, krisis ekonomi yang menimpa negara negara anggota Uni Eropa ini harus di tangani dalam kerangka regional. Kedua, Mekanisme ini memunculkan kebijakan, keputusan dan perjanjian dalam upaya menangani krisis ekonomi yang terjadi. Oleh karena itu pada Bab II akan dihadirkan narasi dan data mengenai kedua substansi diatas. 2.1 Cerita Sukses Eropa : First as a role model, then as a tragedy Kecenderungan peningkatan proses integrasi dan keuangan regional yang terjadi di Eropa pada dasarnya dilandasi oleh konsep dasar (premise) bahwa manfaat yang akan diperoleh dengan adanya proses integrasi tersebut lebih besar dengan resiko yang mungkin dihadapi oleh masing masing negara anggota dalam kawasan. Salah satu teori yang menjadi dasar integrasi ekonomi dan moneter regional adalah teori teori Optimum Currency Area (OCA) yang digagas oleh Mundell pada tahun 1961 (Mundell, 1961). Didukung oleh Bella Ballasa (1961),

35

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Krugmann dan Obstfeld (2000), serta Forbes dan Chinn (2003). Menurut teori ini ada beberapa tahapan integrasi yang akan dilalui oleh negara negara yang akan melakukan integrasi yakni: Gambar 2.1

Tahapan pertama dari integrasi ekonomi regional adalah Free trade Area dimana dalam tahap ini tarif dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun masing masing negara tetap menerapkan tarif mereka masing masing terhadap negara bukan anggota. Selanjutnya tahapan kedua adalah Customs Union merupakan Free Trade Area yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar negara anggota tetapi menerapkan tarif yang sama terhadap negara bukan anggota. Tahapan ketiga adalah Common Market yang merupakan customs union yang juga meniadakan hambatan hambatan pada pergerakan faktor faktor

36

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 produksi (barang, jasa, aliran modal). Kesamaan harga dari faktor faktor produktif diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. Kemudian tahapan keempat adalah Economic Union Integration dimana merupakan suatu common market dengan tingkat harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang signifikan (termasuk kebijakan struktural) Tahapan akhir dari integrasi ekonomi regional adalah Total Economic Integration yang merupakan tahapan dimana terjadi penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti dengan lembaga supranasional dengan keputusan keputusan yang mengikat bagi seluruh negara anggota. Penulis mengunakan konsep Bela Balassa untuk membantu menjelaskan tingkatan dan tahapan integrasi yang ada di zona Eropa. Tingkatan integrasi yang ada akan membantu penulis untuk menjawab penyebab fenomena resesi yang

berkepanjangan di Eropa. Konsep ini dianggap membantu untuk menggambarkan tingkatan integrasi Eropa. Ada tiga proses transisi utama yang ditempuh Eropa untuk menuju EMU. Pada tahap pertama, yaitu Juli 1990 Desember 1993, arus transaksi neraca modal (capital account) dan jasa keuangan dibebaskan secara substantial dalam kawasan negara Masyarakat Eropa. Pada tahap kedua, yaitu Januari 1994 Desember 1998), The European Monetary institute (EMI) dibentuk sebagai embrio bagi pembentukan sebuah bank bersama di Eropa. EMI berfungsi untuk memperkuat kerja sama antar negara dan bank sentral, melakukan koordinasi kebijakan moneter dan mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk membentuk suatu European Central Bank System (ECBS). Pada saat yang sama,
37

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 berdasarkan Maastricht Treaty, beberapa indicator divergen konvergensi nominal mulai diberlakukan, yaitu laju inflasi, suku bunga jangka pendek, defisit anggaran, dan pinjaman pemerintah, pada tahap ketiga, (yaitu mulai Januari 1999). sebelas negara anggota masyarakat Eropa bergerak menuju penggunaan mata uang tunggal , Euro dan penggunaan sebuah central bank bersama yaitu European Central Bank (ECB). Uni Eropa sebagai salah satu kawasan yang berhasil membentuk suatu integrasi ekonomi dan moneter, melalui Maastricht Treaty8 sebagai sebuah traktat yang melandasi Monetary Union dikawasan Eropa merupakan sebuah prestasi keberhasilan yang menjadi tolak ukur integrasi ekonomi kawasan. Bahkan beberapa inisiatif integrasi yang mencoba mengikuti EU seperti Latin American Free Trade Area dan East African Common Market justru mengalami kegagalan. Jika diukur dengan tahapan integrasi yang diberikan oleh Mundell dan Ballasa maka Uni Eropa sudah dapat dikatakan hampir mencapai tahapan Total Economic Integration dikarenakan telah adanya penyatuan moneter dan kebijakan sosial yang berimplikasi regional seperti European Citizen namun dengan catatan bahwa Fiscal Union/Fiscal Compact hingga saat ini masih dalam proses ratifikasi dari negara negara anggota Uni Eropa. Neill Nugent melihat bahwa dengan dibentuknya berbagai treaty (pakta atau persetujuan) antara negara negara Eropa, menunjukan adanya proses
8

Kesepakatan ini disepakati di Belanda pada bulan Desember tahun 1991, di suatu kota bernama Maastricht di ujung selatan negara tersebut yang berbatasan dengan Jerman, Belgia dan Perancis. Oleh karena itu kesepakatan tersebut diberi nama kota itu. Kesepakatan tersebut menjadi pengikat setelah diratifikasi oleh negara negara anggota pada tahun 1992.

38

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 integrasi European Union (EU) yang semakin mendalam dan meluas. Single European Act (SEA) menjadi awal terbentuknya berbagai treaty dengan segala reformasinya tersebut, yang dilakukan sebagai proses revisi dalam rangka catching up dengan segala evolusi didalam kehidupan dunia, dan

merealisasikan keinginan negara negara anggota untuk mengembangkan EU. Nugent menitik-beratkan penjelasannya pada dua aspek, yaitu proses

pembentukan dan reformasi treaty itu sendiri, serta karakter dari integrasi Eropa (Neill Nugent, 2010: 87). Dari aspek yang pertama, yakni proses pembentukan treaty itu sendiri, ada dua langkah utama yang mempunyai dampak teknis terhadap reformasi treaty dan integrasi dari EU, yaitu konferensi Antar Pemerintah atau Intergorvemental Conferences, dan proses ratifikasi treaty. Intergorvernmental Conferences (IGCs) menjadi penting dalam proses reformasi treaty karena dilakukan oleh perwakilan pemerintah dari setiap negara anggota dan membutuhkan persetujuan dari semua perwakilan pemerintah tersebut, untuk menghasilkan suatu keputusan yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional EU (Neill Nugent, 2010: 87). Berdasarkan subyek yang menjadi perwakilan untuk melakukan

perundingan dan permasalahan atau isu isu yang menjadi agenda, ada empat macam IGC yang dihadiri oleh national experts, personal representatives of the minister, atau perwakilan dari kementrian. Menteri luar negeri dari negara negara anggota EU, dan kepala pemerintahan setiap negara anggota. Berdasarkan tingkatan tersebut, terlihat bahwa dalam pelaksanaan IGC, pemerintahan memainkan peranan yang cukup dominan jika dibandingkan dengan peran
39

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Commision dan European Parliamentary (EP), yang hanya dapat mempengaruhi hasil dari implementasi kesepakatan, dan mempengaruhi melalui fungsi konsultatif dan tekanan tekanan (Neill Nugent, 2010: 88 - 89). Namun integrasi ekonomi yang digadang mampu meningkatkan ekonomi di Zona Eropa justru menenggelamkan negara negara kejurang resesi dan krisis utang. Salah satu penyebab terus memburuknya perekonomian negara negara Eropa adalah hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam masa krisis sehingga negara negara seperti Yunani terjerembab dalam krisis ekonomi. Negara negara yang bergabung dalam Zona Eropa kehilangan kendali untuk menghadapi keadaan diluar perkiraan mereka. Semestinya sebuah negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul. Hal inilah yang kurang dari sebuah integrasi di Zona Eropa.9 Karena sifatnya yang intergorvermental membuat setiap upaya Uni Eropa dalam menyelesaikan krisis yang terjadi harus melalu proses negosiasi negara negara anggota. Dalam hal ini negara negara besar seperti Jerman, Perancis dan Inggris mempunyai posisinya masing masing. Bahkan Yunani sebagai negara yang dalam kondisi kritis menunjukan sikap tidak patuhnya terhadap otoritas Uni Eropa dengan memunculkan agenda referendum mengenai persetujuan menerima dana talangan dari ESFS (Reuters, 2011).

Pendapat ini dikemukakan oleh oleh Paul Krugman, bergabungnya Yunani, Portugal, dan Spanyol kedalam Zona Eropa justru memusnahkan kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai peristiwa diluar perkiraan. Semestinya disaat krisis ekonomi muncul, negara harus mampu melancarkan reaksi yang diperlukan. Namun masalah ini diabaikan begitu saja oleh perancang Euro. Pernyataan tersebut dikutip dari wawancara Paul Krugman di Cambridge Judge Business Scholl July 2011 mengenai Krisis Zona Eropa. (http://www.youtube.com/watch?v=TulOMsXazyY).

40

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Ketika sebuah negara memutuskan untuk bergabung dalam sebuah institusi regional seperti Uni Eropa, hilangnya sebagian kedaulatan yang dimiliki merupakan sebuah konsekuensi logis yang harus dibayar dikarenakan adanya proses integrasi dan hal itu menuntut sejumlah pergeseran loyalitas dan kepentingan - kepentingan. Namun patut diperhatikan krisis di Zona Eropa membawa preseden baru bahwa konsekuensi ini hanya berjalan pada negara negara yang mempunyai power lemah di dalam integrasi. Negara negara yang mempunyai power kuat seperti Jerman atau Prancis mengalami sebuah kondisi yang berbeda. Hal ini terlihat dari pengaruh mereka dalam mengambil kebijakan kebijakan yang berimplikasi kawasan. Walaupun pada kenyataannya kebijakan ini malah membawa Eropa ke dalam resesi ekonomi dan memicu berbagai kerusuhan sosial di Eropa. Bahkan kebijakan tersebut memantik komentar dari veteran finansial yakni George Soros bahwasanya pemaksaan Jerman tentang masalah fiscal discipline dapat menciptakan sebuah ketegangan yang tinggi diseluruh Eropa dan hal ini menyebabkan adanya kemungkinan hancurnya Uni Eropa. Selain itu Soros juga mengatakan bahwa pilihan yang dimiliki Jerman adalah memimpin atau meninggalkan Uni Eropa, namun jika dibandingkan dengan perilaku kebijakan Jerman saat ini pilihan kedua lebih baik karena kebijakan yang diambil saat ini akan memperpanjang depresi, konflik sosial dan politik dan hancurnya Euro bahkan Uni Eropa. Jika Jerman tidak sadar bahwa hanya kebaikan dan tanggung jawab mereka yang hegemoni dapat menyelesaikan krisis yang terjadi maka lebih

41

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 baik meninggalkan negara negara Uni Eropa. Hal ini seperti yang dia nyatakan dalam tulisannya The tragedy of Europe: "Whether Germany decides to lead or leave, either alternative would be better than to persist on the current course. The difficulty is in convincing Germany that its current policies are leading to a prolonged depression, political and social conflicts, and an eventual breakup not only of the euro but also of the European Union. How to persuade Germany to choose between either accepting the responsibilities and liabilities that a benevolent hegemon should be willing to incur or leaving the euro in the hands of debtor countries that would be much better off on their own? That is the question I shall try to answer (Soros, 2012). Proses integrasi Eropa pada akhirnya menuju pada suatu integrasi politik, yang merupakan konsekuensi logis yang tidak dapat dihindarkan sebagai tujuan akhir dari masyarakat Eropa. Suatu integrasi politik membutuhkan adanya suatu pergeseran loyalitas, harapan dan aktivitas politik dari negara negara yang berintegrasi kepada suatu pusat yang baru (Leon Linberg, 1971: 6). Di dalam proses integrasi UE ini juga terkandung pengertian akomodatif dan adaptif, dimana setiap negara anggota UE pada akhirnya akan melakukan suatu penyesuaian atau suatu adaptasi pada setiap kebijakan kebijakan Eropa, meskipun kebijakan kebijakan yang dikeluarkan UE kadang kadang bertentangan dengan kepentingan nasional yang dipersepsikan suatu negara anggota. Namun dikala krisis ekonomi yang melanda, dimana tekanan tekanan dari dalam negeri dikarenakan kondisi ekonomi yang sulit melanda rakyat negara negara anggota Uni Eropa semua teori teori dan tujuan tujuan mulia dari integrasi Eropa seperti hanya sebuah omong kosong belaka. Sulitnya kebijakan

42

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 kebijakan yang harus diambil dalam upaya mengatasi krisis yang menyerang kawasan Eropa membuat kemapanan struktur Uni Eropa yang sudah melalui berbagai perubahan dan tahapan integrasi menjadi tidak bekerja semestinya. Muncul berbagai kontradiksi kepentingan nasional dalam mencapai keputusan untuk kepentingan kawasan. Cerita sukses Uni Eropa menjadi sebuah kisah sukses di masa lalu, banyak kalangan yang akhirnya meragukan bahwa Uni Eropa dapat mengatasi krisis ini. Bahkan ada beberapa yang mempertanyakan akan kemungkinan Uni Eropa akan bubar. First as a role model, then as a tragedy. Why?!

2.2 Langkah-Langkah Darurat yang Diambil Uni Eropa 2.2.1 Pembentukan Institusi Keuangan Uni Eropa Pada tanggal 9 Mei 2010, 27 anggota Uni Eropa menyetujui untuk membentuk European Financial Stability System, sebuah instrumen legal untuk menjaga stabilitas keuangan Eropa dengan menyediakan asistensi untuk negara negara zona Eropa yang mengalami kesulitan (Euroobserver, 2010). EFSF mampu untuk mengeluarkan surat utang atau instrumen utang dipasar dengan dukungan kantor manajemen utang Jerman untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk memberi pinjaman negara negara Zona Eropa yang sedang mengalami masalah keuangan. Kemudian pada tanggal 5 Januari 2011, Uni Eropa membentuk European Financial Stability Mechanism (EFSM), sebuah program pendanaan darurat yang tergantung terhadap dana yang didapatkan melalui pasar

43

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 finansial dan digaransi oleh European Commision menggunakan anggaran Uni Eropa sebagai jaminan (Xinhuanet, 2010). Tabel dibawah ini menunjukan sebuah ringkasan komposisi finansial yang telah dikeluarkan untuk program dana talangan negara negara anggota Uni Eropa sejak krisis finansial meledak pada September 2008. Tabel. 2.1
EU Member Time Span IMF1011 (Billion) Bilateral
12

Cyprus Greece Ireland Portugal Spain I Spain II

Jan.2013Dec.2015 Jan.2013Dec.2015 Nov.2010Dec.2013 May 2011May 2014 July 2012Dec.2013 Perhaps in 2013

(Negotiates) 48.1 (20.1+ 19.8+8.2) 22.5 26 (negotiates)

(Billion ) 4.8 -

GLF13 (Billion ) 52.9 -

EFSM14 (Billion ) 22.5 26 -

EFSF15 (Billion)

ESM16 (Billion)

Bail out in total (Billion) (Negotiates) 245.6


67.5 78 41.4 out of 100

144.6 17.7 26 -

(Negotiates ) 41.4 out of 100


(Negotiates)

(negotiates)

Program ini berjalan dibawah pengawasan komisi Eropa dan mempunyai tujuan mengembalikan stabilitas finansial Eropa dengan cara memberikan pendampingan
10

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf. EFSF. 3 Agustus 2012. Diakses pada tanggal 19 Desember 2012.


11

http://ec.europa.eu/economy_finance/eu_borrower/balance_of_payments/index_en.htm.D iakses pada tanggal 19 Desember 2012 12 http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses pada tanggal 19 Desember 2012.
13

http://ec.europa.eu/economy_finance/eu_borrower/european_stabilisation_actions/greek _loan_facility/index_en.htm Diakses pada tanggal 19 Desember 2012.


14

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses pada tanggal 19 Desember 2012.


15

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses pada tanggal 19 Desember 2012.


16

http://www.efsf.europa.eu/attachments/faq_en.pdf EFSF. 3 Agustus 2012. DIakses pada tanggal 19 Desember 2012.

44

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 keuangan kepada negara negara anggota yang sedang dalam kesulitan. Pada perkembangannya kedua instrumen Uni Eropa sebagai respon terhadap krisis yang mengancam kawasan ini akhirnya digantikan oleh European Stability Mechanism (ESM)17. Semua Instrumen diatas merupakan hasil dari komitmen Uni Eropa sebagai sebuah Intitusi regional yang telah mengalami berbagai tahapan integrasi. Jika melihat pada tabel 2.1 di atas sebenarnya terdapat tindakan tindakan yang dilakukan dalam upaya menyelamatkan negara negara yang terancam gagal membayar jatuh tempo surat utangnya oleh Uni Eropa sebagai institusi regional. Hal ini dimungkinkan dikarenakan telah terjadinya tahapan tahapan integrasi seperti yang sudah disinggung sebelumnya. Namun semua upaya darurat Uni Eropa ini tetap tidak mampu menyelamatkan dan memulihkan negara negara di Zona Eropa dari ancaman budget deficit dan public debt.

17

Komitmen ini dicetuskan dalam poin ke-13 dari STATEMENT BY THE EURO AREA HEADS OF STATE OR GOVERNMENT pada tanggal 9 December 2011 dalam agenda memperkuat arsitektur keuangan Uni Eropa dikarenakan setelah 18 bulan upaya Uni Eropa dalam mengatasi krisis ekonomi yang terjadi tetap tidak dapat meredakan tekanan dari pasar pada. Untuk lebih lengkap mengenai perjanjian ini dapat dilihat di http://consilium.europa.eu/press/press-releases/latest-pressreleases/newsroomrelated?bid=76&grp=20199&lang=en&cmsId=339 Diakses pada tanggal 8 Januari 2013

45

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Tabel 2.2

2.2.2 Fiscal Compact Beberapa ahli telah menyatakan akan adanya urgensi untuk menerapkan sebuah kesatuan fiskal di negara negara Uni Eropa seperti yang dinyatakan oleh Hammilton dan Munchau Much greater fiscal union, at least in the eurozone, is seen by some as either the natural next step in European integration or as a necessary solution to the 2010 European sovereign debt crisis (Hammilton, 2010; Munchau, 2010). Karena jika dikombinasikan dengan EMU maka penyatuan fiskal akan membawa Uni Eropa menyempurnakan tahapan integrasi Eropa yakni integrasi ekonomi total (total economic integration). Secara fundamental, negara-negara pengguna mata uang euro memang mengikuti kebijakan yang dibuat oleh Uni Eropa. Namun mengenai pengeluaran dan dana belanja, setiap negara mempunyai kebijakan yang berbeda-beda.
46

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Perbedaan inilah yang membuat beberapa negara gagal menjaga keseimbangan neraca hingga bangkrut, seperti apa yang dialami Yunani. Oleh karena itu, delegasi Eropa harus mampu membentuk aturan fiskal yang bersifat baku dan mengikat semua negara. Di dalamnya termasuk penetapan batas atas dan bawah dari level hutang pemerintah, berikut sanksi bagi mereka yang melanggarnya. Jerman dan Perancis berusaha keras mencari solusi menangani krisis Euro. Kanselir Jerman Angela Merkel menyerukan pembentukan kesatuan fiskal Eropa, dan mengatakan tidak ada cara lain untuk menyelesaikan krisis utang Zona Euro selain segera membentuk Fiscal Union (Guardian, 2011). Merkel telah mencoba membujuk Uni Eropa dan mitra Zona Euro untuk menegosiasikan perubahan perjanjian Uni Eropa guna menegakkan disiplin anggaran dan kontrol utang di Zona Euro. "Now, this is exactly what's on the agenda. We're almost there. Of course, there are difficulties to be overcome. But the necessity of such action is widely recognised. We're not just talking about a fiscal union but starting to create one. I believe you can't overestimate the importance of this step." (Merkel, 2011) Akhirnya pada bulan Maret 2011 sebuah resolusi untuk memperkuat Stability growth pact (SGP)18 dikeluarkan, dengan tujuan memperkuat peraturan dengan membentuk sebuah prosedur otomatis untuk memberikan hukuman kepada negara negara anggota yang melanggar peraturan mengenai batasan defisit 3% dan 60% utang terhadap GDP. Selanjutnya pada akhir tahun 2011 Jerman, Perancis dan
18

SGP merupakan perjanjian yang di cetuskan pada tahun 1997 mengenai pengawasan kondisi anggaran negara negara anggota Uni Eropa dan pengawasan implementasi kebijakan ekonomi dengan tujuan menjaga stabilitas keuangan kawasan. Pernyataan resmi tentang persetujuan perjanjian SGP dapat dilihat di http://eurlex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=CONSLEG:1997R1466:20111213:EN:PD F diakses tanggal 9 Januari 2013

47

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 beberapa negara negara anggota Uni Eropa lainnya bergerak lebih jauh dan menyerukan pembentukan sebuah Fiscal Union diseluruh zona Eropa dengan peraturan fiscal yang ketat dengan hukuman yang secara yang bersifat otomatis dan tercantum dalam perjanjian Uni Eropa (Guardian, 2011). Pada tanggal 9 Desember 2011 pada pertemuan European Council, 17 anggota zona Eropa dan 6 negara yang tertarik untuk bergabung menyetujui sebuah perjanjian

intergorvemental untuk menetapkan batasan yang ketat berkaitan dengan pengeluaran dan utang piutang pemerintah, dengan hukuman untuk negara yang melanggarnya (Europeancouncil, 2011). Poin ini dinilai sangat membantu kondisi fiskal negara-negara Uni Eropa dalam jangka panjang, sesuai dengan logika Kanselir Jerman Angela Merkel yang sebelum pertemuan berlangsung berkali-kali menekankan bahwa diperlukan pengendalian anggaran masing-masing pemerintah secara lebih ketat dengan pemberlakuan sanksi otomatis apabila terjadi pelanggaran batas defisit yang saat ini berada di 3% dari GDP. Disini pemberlakuan sanksi otomatis akan terjadi terhadap negara pelanggar dengan syarat bahwa pemberlakuan sanksi ini disepakati oleh mayoritas anggota lainnya. (Kompas, 2011) Sebenarnya para pemimpin Uni Eropa merencanakan perubahan dalam perjanjian Uni Eropa yang sudah ada, namun rencana ini ditentang oleh Perdana Menteri Inggris David Cameroon yang meminta Inggris tidak disertakan dalam regulasi keuangan masa depan yang akan ditetapkan oleh Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris David Cameron beralasan masih meragukan status hukum penggunaan institusi Uni Eropa untuk menegakan perjanjian fiskal tersebut.
48

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Sementara Ceko, menurut Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, menolak karena alasan konstitusi. (Kontan, 2012) Seperti diketahui, Jerman menggagas ide pengetatan anggaran belanja negara-negara Uni Eropa untuk mengurangi defisit. Ide ini dituangkan dengan membuat pakta fiskal yang harus diratifikasi oleh negara-negara Eropa. Keinginan Jerman ini lantaran negara tersebut sebagai kreditur terbesar bagi anggota Eropa yang sedang terpuruk dalam krisis utang. Selama ini, Jerman menilai, negaranegara tersebut tidak disiplin dalam membelanjakan anggaran. Dalam pakta fiskal ini, Mahkamah Eropa bisa mengawasi dan menghukum negara yang tidak disiplin dalam belanja anggaran. Rencananya, perjanjian ini akan diteken pada Maret mendatang. Tabel dibawah ini menunjukan hasil ratifikasi mengenai Fiscal Compact di negara negara anggota Uni Eropa (hanya dipilih beberapa negara hanya untuk menunjukan bahwa proses kebijakan ini melibatkan persetujuan dari pemerintah nasional negara negara anggota Uni Eropa).

49

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Tabel. 2.2
Signatory Austria Majority needed1920 50% 145 73 Granted Belgium Bulgaria France T.B.D T.B.D 50% 784 102 Granted Germany Greece Ireland 66,7% 50% 50% 556 194 60,3 % 111 10 Granted 59 0 14 Desember 2012 27 September 2012 Constitutional No Ordinary 29 26 November 2012 No No Ordinary AB 0 Deposited21 30 Juli 2012 Ordinary Implementation of law22

39, N/A 7 % Granted 23 Granted 2

Spain

50%

549

27 September 2012

Constitutional

No Netherlands Italy 50% 50% 584 14 September 2012 Constitutional

89 86 Granted

Sumber : Di olah dari berbagai sumber.

19

"Ratification requirements and present situation in the member states: Article 136 TFEU, ESM, Fiscal Stability Treaty (Nov.2012)" (PDF). Parlemen Eropa (Policy Department). 22 November 2012. Diakses pada tanggal 27 Desember 2012. 20 "Table on the ratification process of amendment of art. 136 TFEU, ESM Treaty and Fiscal Compact" (PDF). Parlemen Eropa. 7 December 2012. Diakses pada tanggal 27 Desember 2012. 21 "Treaty on Stability, Coordination and Governance in the Economic and Monetary Union".consilium.europa.eu. Council of the European Union. Di akses 14 Agustus 2012. 22 OECD (2012), Restoring Public Finances, 2012 Update, OECD Publishing. doi: 10.1787/9789264179455-en. Di akses pada tanggal 27 Desember 2012

50

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Pada tabel dibawah ini menyediakan sebuah ringkasan kondisi negara negara di zona Eropa, kolom yang diwarnai merah menandakan bahwa negara tersebut tidak memenuhi kriteria perjanjian Fiscal Compact yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Tabel. 2.2

Jika melihat dari data yang disediakan di tabel diatas, hampir seluruh negara negara di Zona Eropa tidak memenuhi persyaratan dari perjanjian Fiskal yang hingga kini sedang dalam proses ratifikasi oleh negara negara anggota Uni Eropa. Bahkan Jerman dan Perancis pun tidak memenuhi persyaratan. Melihat kondisi seperti ini perbedaan pendapat dalam merespon kebijakan Uni Eropa tentunya tidak dapat dihindari, karena proses pembentukan perjanjian itu sendiri merupakan hasil dari persetujuan seluruh negara negara anggota dan Uni Eropa harus mencapai sebuah consensus agar perjanjian ini dapat dilaksanakan.

51

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 BAB III DARI KRISIS EKONOMI MENUJU KRISIS POLITIK Sejauh ini kebijakan kebijakan yang di ambil oleh Uni Eropa dalam mengatasi krisis tidak memperlihatkan hasil yang signifikan dan tidak ada rencana yang jelas untuk mengatasi krisis tersebut, satu demi satu negara terpuruk ke dalam resesi atau bahkan depresi. Seperti yang telah dinyatakan oleh peneliti diawal penelitian ini bahwa Krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negara-negara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris yang mendorong pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya sentimen nasional dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga makin sulit menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional. Pada Bab III ini pembahasan akan berfokus pada meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik dan benturan kepentingan nasional negara negara utama di Uni Eropa. 3.1 Dari krisis ekonomi menuju krisis Politik Sejak pertama kali munculnya gagasan mata uang bersama a common currency, para ahli ekonomi terkenal seperti Milton Friedman (2001) dan Martin Feldstein (2011) telah menyerukan akan berakhirnya Euro sebagai mata uang tunggal, peringatan ini berdasarkan pendapat bahwa Euro bukan merupakan optimal currency area. Mata uang tunggal ini akan jatuh pada waktunya. Beberapa faktor dihadirkan sebagai dasar termasuk pasar tenaga kerja yang terlalu kaku, kurangnya mekanisme redistribusi dan kuatnya identitas nasional dari negara negara anggota pengguna mata uang Euro. Pada sisi lainnya, para penggagas teori teori integrasi ekonomi kawasan, seperti Robert Mundell

52

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 (1961)23 sebagai pioneer dari gagasan mata uang tunggal ini, sangat percaya akan masa depan pembentukan mata uang Euro. Mundell berargumen bahwa dengan adanya pergerakan barang dan modal secara bebas suatu saat akan menyatukan politik Eropa dan zona Eropa akan berevolusi menjadi sebuah kawasan dengan mata uang tunggal yang natural. Jika melihat fenomena kekinian dimana Uni Eropa sekarang menghadapi krisis terparahnya didalam sejarah, para penggagas teori teori integrasi Eropa harus menganggap diri mereka seorang utopis melihat hasil dari buah pikirannya telah secara brutal menghancurkan ekonomi negara negara pengguna mata uang Euro dan mengakui bahwa krisis yang terjadi merupakan sebuah penegasan akan superioritas politik diatas ekonomi. Mereka telah meremehkan political will yang sejak awal menjadi pendorong terbentuknya mata uang tunggal dengan logika bahwa Integrasi ekonomi akan merembet pada sebuah integrasi politik. Integrasi ekonomi hanya akan berkontribusi pada integrasi politik jika integrasi ekonomi tersebut sukses dan memberikan keuntungan keseluruh anggota anggota integrasi. Namun jika yang terjadi sebaliknya maka integrasi tersebut hanya menimbulkan krisis politik yang menurut Milton Friedman (2011) di karenakan berbagai pemerintahan nasional yang berbeda menjadi subjek dari tekanan politik yang berbeda beda dan akhirnya menciptakan sebuah konflik politik. Sekarang, Integrasi ekonomi yang mereka serukan itu di ibaratkan sebuah kendaraan penghancur yang menggilas negara negara anggotanya. Kenyataan
23

Dinyatakan oleh ahli ekonomi Mundell pada tahun 1961, dalam teori optimal currency area yang melihat kemungkinan suatu kawasan dapat memaksimalkan efisiensi ekonomi dengan menggunakan mata uang yang sama.

53

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 ini menegaskan pandangan para ahli ekonomi yang sejak awal telah skeptis mengenai Integrasi Eropa. The euro should now be recognized as an experiment that failed. This failure, which has come after just over a dozen years since the euro was introduced, in 1999, was not an accident or the result of bureaucratic mismanagement but rather the inevitable consequence of imposing a single currency on a very heterogeneous group of countries. The adverse economic consequences of the euro include the sovereign debt crises in several European countries, the fragile condition of major European banks, high levels of unemployment across the eurozone, and the large trade deficits that now plague most eurozone countries. The political goal of creating a harmonious Europe has also failed. France and Germany have dictated painful austerity measures in Greece and Italy as a condition of their financial help, and Paris and Berlin have clashed over the role of the European Central Bank and over how the burden of financial assistance will be shared (Feldstein, 2011).

Sejauh ini telah banyak sekali mekanisme solutif berhasil dilakukan, namun gagal mencapai sasaran penyelesaian dan justru menyisakan banyak tugas rumah bagi Uni Eropa (Dapat dilihat di Bab sebelumnya). Dampak pertama krisis Eropa langsung dirasakan oleh negara zona euro, karena bagi mereka krisis ini memunculkan instabilitas sistem moneter negara, mengingat kebijakan kawasan zona euro berdampak langsung pada landscape domestik negara anggota (Budi Winarno, 2011: 98). Karena keputusan dan ketentuan yang diambil ditataran regional harus diimplementasikan oleh pemerintah pemerintah nasional anggota Uni Eropa, terutama negara negara yang berada dalam posisi terlilit utang dan mengharapkan dana talangan dari Uni Eropa (Yunani, Italia, Spanyol, Irlandia dan Portugal).

54

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Kedua, melemahnya angka pendapatan negara, kembali, dikarenakan berkurangnya intensitas aktivitas ekonomi antar negara dan instabilitas moneter, dan dampak ini akan lebih dirasakan oleh para negara zona euro yang merupakan anggota Uni Eropa. Ketiga, adalah munculnya kewajiban penghematan besar, seperti pemotongan berbagai macam tunjangan kesejahteraan. Sebagai catatan perlu diketahui bahwa konsep Welfare State yang yang dipopulerkan negara Eropa menjanjikan begitu melimpahnya jaminan sosial yang mahal, akhirnya justru memanjakan banyak masyarakat Eropa dengan segala kemudahan, sehingga ketika ada satu ide penghematan (austerity) ditawarkan, masyarakat menjadi reaktif untuk menolak. Reaksi masyarakat ini menunjukan menguatnya sentimen nasional terhadap kebijakan kebijakan Uni Eropa, hal ini terlihat dari banyak demo yang terjadi akibat cetusan gagasan penghematan. Bahkan tidak sedikit para analis yang konsen terhadap isu ini menyatakan bahwa konsep welfare state ini turut ambil bagian dalam munculnya krisis yang meluas24, Tekanan dari dalam negeri dan Uni Eropa membuat para pemimpin negara di zona Eropa mengalami pilihan pilihan politis yang sulit untuk menyelamatkan negara mereka masing masing dari himpitan krisis ekonomi yang mengancam. Sehingga akhirnya memakan korban politik dengan mundurnya Perdana Menteri Yunani George Papanderou dan perdana menteri Italia Silvio Berlusconi. This is clearly the return of politics, said Jean Pisani-Ferry, director of Bruegel, an economic research institution in Brussels.
24

Opini ini disampaikan salah satunya oleh Bpk. Wijayanto, Managing Director Paramadina Public Policy Institute

55

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 The management of all this by the Europeans has been fairly technocratic. But now we see the gamble of a politician, which creates uncertainty again, but in a different form. But it was bound to come at some point. (nytimes, 2011) Kejadian ini seperti memberi pesan keseluruh negara negara zona Eropa dan bahkan dunia bahwa krisis ekonomi ini telah memunculkan krisis politik, ketika krisis politik terjadi permasalahan sudah melampui dimensi ekonomi semata namun sudah merembet ke dimensi politik dan hal ini berkaitan dengan masalah kedaulatan dan kepentingan nasional.! Faktor mayor dan minor, semuanya berkolaborasi menciptakan suatu krisis yang seakan mustahil diselesaikan dalam waktu yang singkat. Seperti yang dinyatakan oleh Joschkha Fischer (2012) bahwa Indeed, Europes crisis only seems to be economic or financial in nature; in reality, it is political to the core, for it has revealed that Europe lacks two things: a political framework that is, more statehood for its monetary union, and the vision and leadership to create it25. Lebih lanjut Fischer menyatakan bahwa krisis politik ini akan memberikan sebuah momentum terhadap menguatnya sentimen nasional yang sempit. Maka di dalam Bab III ini akan membahas mengenai krisis politik yang terjadi di negara negara anggota zona Eropa kemudian menunjukan perbedaan pandangan mengenai penyelesaian krisis ekonomi yang terjadi.

Didalam artikel berjudul Europes new year irresolution Fischer (2012) menyatakan bahwa meskipun aktor aktor penting Uni Eropa telah menyatakan bahwa mereka telah bersatu dalam mengatasi krisis ini namun pada kenyataannya pandangan sempit berbasis nasional telah mendapatkan momentumnya untuk bangkit kembali. Untuk lebih jauh mengenai pembahasan ini dapat di baca di http://www.projectsyndicate.org/commentary/europe-s-worsening-crisis-in-2013by-joschka-fischer diakses pada tanggal 6 Januari 2013.
25

56

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 3.2 Krisis Politik : Jatuhnya George Papanderou dan Silvio Berlosconi Seperti yang telah dibahas pada pembukaan bab ini, krisis ekonomi di Uni Eropa ini telah merembet menjadi krisis yang berdimensi politik. Tekanan dari dalam negeri dan regional akhirnya memakan korban politik dengan mundurnya perdana menteri Yunani George Papanderou dan perdana menteri Italia Silvio Berlusconi. Oleh karena itu maka di sub-bab berikut ini peneliti akan coba menyajikan sebuah fakta dan data bagaimana kronologi hingga jatuhnya kedua pemimpin negara zona Eropa tersebut, dengan tujuan menunjukan bahwa krisis ekonomi yang terjadi bukanlah ancaman satu satunya yang menghantui Eropa. Krisis politik menambah rumit dimensi krisis yang terjadi karena semakin memperuncing perbedaan kepentingan didalam penyelesaian krisis. Di mulai dari kisah tragis George Papanderou. Perdana Menteri Yunani, George Papandreou dituntut untuk mundur dari jabatannya oleh kelompok oposisi. Permintaan kelompok oposisi dari barisan kanan tengah ini muncul setelah sebelumnya Papandreou membatalkan rencana kontroversialnya melakukan referendum soal apakah negara itu ingin ikut terus bergabung dengan Zona Ekonomi Eropa (Liputan6, 2011). Namun sikapnya itu ternyata belum mengakhiri krisis politik dan ekonomi di Yunani, kelompok oposisi menyambut niatnya itu dengan permintaan kepada Papandreou untuk mundur dari jabatannya. Permasalahan yang dihadapi Papanderou adalah persyaratan yang dituntut oleh Uni Eropa kepada Yunani agar dapat menerima bail out tersebut mengharuskan Yunani menjalankan program penghematan yang merupakan bagian dari program Austerity yang didukung oleh Angela Merkel.
57

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Berikut ini kronologi krisis Yunani dan indikator-indikator perekonomian Yunani sebelum dan saat sedang terkena krisis ekonomi; Rasio utang terhadap PDB Yunani terakhir dilaporkan berada pada level 142,80%. Dari tahun 1980-2010, rata-rata rasio utang Yunani terhadap PDB adalah 81,62%. Rekor tertinggi dalam sejarah Yunani mencapai 142,80% pada bulan Desember 2010 dan rekor terendah 22,60% pada bulan Desember 1980 dan pada 2012 rasio utang menjadi 170,6% (Tradingeconomics, 2012). Umumnya, rasio utang terhadap PDB digunakan oleh investor sebagai persentase untuk mengukur kemampuan Yunani melakukan pembayaran utangnya di masa yang akan datang, sehingga mempengaruhi besarnya pinjaman Yunani dan hasil obligasi pemerintah. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan rasio utang Yunani terhadap PDB-nya dari tahun 2006-2012 dalam persen (%) : Grafik 3.1 Grafik Rasio Utang Yunani Terhadap PDB (20062012)

Sumber: www.tradingeconomics.com/eurostat di akses pada tanggal 7 Januari 2013

Selain utang negaranya yang tinggi, pertumbuhan ekonomi Yunani juga relatif rendah dimana pada tahun 2006 sebelum krisis hanya sekitar 5,2%, walaupun

58

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 angka tersebut merupakan angka tertinggi di zona euro sebagai hasil dari membanjirnya modal asing ke negara tersebut. Kemudia menurun pada tahun 2007 menjadi 4,3 %, apalagi setelah diterpa krisis ekonomi yang berkepanjangan bisa dipastikan pertumbuhan ekonominya kurang dari angka tersebut dan akhirnya pada 2011 mencapai -5% (Lihat tabel). Sebagai akibatnya, pemerintah Yunani akan memecat 15 ribu pegawai negerinya dan memotong upah minimum hingga 20% dari 751 euro menjadi 600 euro yang tentunya akan semakin berakibat buruk pada tingkat pengangguran di Yunani yang telah mencapai 21%. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi Yunani dari tahun 2006-2012 ; Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Yunani (2006-2012) No 1 2 3 4 5 6 7 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Persentase 5,2% 4,3% 1,0% -2,0% -4,5% -5,0% -2,0%*

59

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010

Sumber: Diolah sendiri berdasarkan keperluan dari KRISIS KEUANGAN EROPA : Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia. http://www.bappenas.go.id/getfile-server/node/11702/, diakses tanggal 5 November 2012

Sedangkan Pada Januari 2012, tingkat pengangguran di Yunani terakhir dilaporkan berada di angka 21,8%. Dari tahun 1983-2010, tingkat rata-rata pengangguran Yunani sebanyak 9,43%. Dalam sejarah Yunani, angka tertinggi mencapai angka 21,8% pada Januari 2012 dan rekor terrendah 6,30 % pada bulan April 1990. Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan tingkat pengangguran di Yunani dari tahun 2006-awal 2012 dalam persen (%); Grafik 3.2 Grafik Tingkat Pengangguran Yunani (Jan.2006-Jan.2012)

Sumber: www.tradingeconomics.com/hellenic-statistical-authority diakses pada 15


November 2012

Melihat kondisi Yunani yang betul-betul di ambang kehancuran, Uni Eropa menegaskan jika Yunani tidak meloloskan penghematan baru, maka negara itu

60

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 akan bangkrut. Yunani harus berhasil menghemat hingga $ 432 juta pada akhir bulan jika ingin mendapatkan bantuan dana dari Uni Eropa sebesar 130 miliar (Fajar, 2012). Pada tanggal 2 Mei 2010, Uni Eropa dan IMF akhirnya menyetujui paket pinjaman sebesar 110 miliar untuk Yunani (Seputarforex, 2012). Ketika memberikan pinjaman, Uni Eropa dan IMF mengajukan beberapa syarat penghematan anggaran (austerity) kepada pemerintah Yunani. Di

antaranya pemotongan tunjangan bagi PNS dan pensiunan, peningkatan pajak PPn hingga 23%, peningkatan cukai pada barang-barang mewah, bensin, rokok, dan minuman beralkohol, hingga perusahaan BUMN harus dikurangi dari 6.000 menjadi 2.000 perusahaan. Tentu saja kebijakan ini sangat sulit untuk diterapkan. Ketika pemerintah Yunani mengumumkan kebijakan penghematan anggaran, rakyat Yunani langsung menggelar unjuk rasa besar-besaran di Athena untuk menolak kebijakan tersebut. Itulah sebabnya lembaga pemeringkat utang terkemuka, Moodys, masih menetapkan rating utang Yunani pada salah satu level terendah (Theofilus, 2011). Berikut ini adalah kronologi perjalanan perekonomian Yunani sejak bergabung ke dalam Uni Eropa sampai terkena krisis ekonomi seperti saat ini; Tabel 3.2 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt.2009-Mar.2010) Waktu Oktober 2009 Perihal Partai PASOK memenangkan pemilu sehingga George Papendrou berhak menjabat sebagai

61

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 perdana menteri. Pada tahun ini, ekonomi sudah berkontraksi 0,3% dan beban utang nasional melambung sampai 262 miliar euro (dari 168 miliar euro pada tahun 2004). Pemerintah memperkirakan defisit sangat tinggi, di atas 6% Desember 2009 Rating kredit Yunani dipangkas oleh lembaga pemeringkat Fitch akibat beban utang yang membengkak dan dikhawatirkan mengalami default dari A- ke BBB+. Hal serupa dilakukan oleh S&P beberapa pekan berselang. Inilah untuk kali pertama Yunani kehilangan status A- dan memicu kegundahan di pasar saham dunia. PM George Papendrou langsung mengumumkan program

pemotongan belanja publik. Bentrokan pecah di Athena memperingati satu tahun tewasnya seorang remaja yang ditembak oleh polisi. Januari Februari 2010 Pemerintah mengumumkan putaran kedua langkahlangkah penghematan yang lebih sulit yaitu pemotongan gaji sektor publik dan peningkatan harga bahan bakar. Aksi mogok umum dan protes terus terjadi sebagai aksi protes terhadap kebijakan pemerintah

62

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Maret 2010 PM George Papendrou mengumumkan kali ketiga kenaikan pajak dan pemotongan belanja senilai $ 6,5 miliar untuk mengikis defisit dan melunasi utang dan mengibaratkan krisis anggaran seperti situasi perang

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 10 November 2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 11 November 2012

Di bawah kepemimpinannya sebagai perdana menteri yang baru, George Papendrou langsung memotong dana dan gaji publik, menaikkan pajak sebagai langkah penghematan atas tingginya beban utang, kontraksi ekonomi, dan besarnya defisit. Tidak cukup satu tahun setelah terpilih, Papendrou telah melakukan tiga kali langkah penghematan. Ironisnya, setiap langkah penghematan ini selalu direspon oleh warganya dengan aksi protes besar-besaran. Tingginya tingkat pengangguran dan pemotongan gaji publik dan naeknya pajak membuat rakyat Yunani sangat reaktif terhadap kebijakan kebijakan pemerintahannya yang merupakan implementasi dari kebijakan Uni Eropa.

63

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Tabel 3.3 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (April 2010-Okt.2010) Waktu April - Mei 2010 Perihal Papendrou berpaling ke Uni Eropa dan IMF untuk mendapatkan dana segar. Ketakutan kemungkinan default, dengan cepat Yunani menyetujui syarat paket penyelamatan (bailout) senilai 110 miliar euro bagi negaranya untuk menutupi kewajiban pinjaman sampai tahun 2013. Sebagai prasyarat dari bailout, PM Papendrou mengumumkan langkah-langkah penghematan yang lebih ketat lagi. Serikat buruh melakukan aksi mogok umum sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah menyetujui bailout. Aksi demonstrasi 48 jam mewarnai jalan-jalan Yunani. Beberapa bank dibakar yang mengakibatkan tiga orang tewas 29 September 2010 Ribuan orang turun ke jalan Athena, menentang pemangkasan anggaran. Aksi serupa juga terjadi di Portugal dan Irlandia.

64

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Oktober 2010 Pemerintah mengumumkan langkah-langkah penghematan anggaran baru di tahun 2011 yang lebih keras lagi seperti membuat pajak baru yang lebih tinggi dari PPn. Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 10 Oktober 2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/marketoutlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 11 November 2012

Ancaman default (gagal bayar utang) atas tingginya utang negara membuat pemerintah Yunani lewat perdana menterinya meminta bantuan kepada Uni Eropa dan IMF. Kedua badan ini bersedia memberikan bantuan dana talangan (bailout) kepada Yunani sebanyak 110 miliar euro dengan jangka waktu 3 tahun. Sebagai timbal baliknya, Yunani diwajibkan untuk melakukan penghematan yang lebih ketat lagi sebagai prasyarat mendapatkan bailout. Prasyarat ini direspon Papendrou dengan mengumumkan penghematan anggaran baru yang lebih keras lagi di tahun 2011 dengan jalan membuat pajak baru yang lebih tinggi dari PPn. Hal ini tentu tidak diterima rakyatnya. Untuk itu, rencana tersebut langsung ditentang oleh rakyatnya lewat demonstrasi selama 48 jam yang sampai menimbulkan 3 korban jiwa.

65

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Tabel 3.4 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Feb.2011-Juni 2011) Waktu Februari 2011 Perihal Uni Eropa dan IMF mengatakan tindakan yang dilakukan Yunani sejauh ini belum cukup sehingga harus mempercepat reformasi supaya keuangan negaranya kembali pulih 17 April 2011 Bunga obligasi Yunani melonjak lagi di tengah kecemasan bahwa program efisiensi tidak akan berhasil. Negara ini sekarang berada dalam titik resesi sehingga warga kembali turun ke jalan 15 Juni 2011 Aksi kekerasan kembali terjadi di Athena saat Papendrou berupaya mengkampanyekan pemangkasan baru 28 miliar euro selama 4 tahun 19 Juni 2011 Yunani membutuhkan bailout baru 110 miliar untuk menghindari default. Permintaan itu tidak dikabulkan pihak Jerman, yang justru meminta kreditur menerima kerugian dari aset obligasi Yunani. Sikap pemimpin euro masih terpecah soal gagasan Jerman

66

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 10 Oktober 2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/marketoutlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 11 November 2012

Meskipun langkah penghematan yang telah dilakukan oleh Yunani selama ini dirasakan sudah sangat ketat, namun menurut Uni Eropa dan IMF hal itu belum cukup. Yunani harus menambah program-program penghematannya. Di tengah kekacauan ekonomi dan potensi default, Yunani kembali meminta bailout kepada Uni Eropa namun kali ini pemberiannya tidak semulus sebelumnya karena pihak Jerman menolak pencairan itu. Tabel 3.4 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Juni 2011-Sept.2011) Waktu 21 Juni 2011 Perihal IMF menyerukan agar pemimpin Eropa bekerjasama dalam bertindak supaya bencana utang bisa ditangkal. Negara lain bisa tertular krisis jika tidak aktif berpartisipasi dalam program pemulihan. 22 Juni 2011 George Papendrou selamat dari mosi tidak percaya parlemen. Ia meraih 155 dukungan berbanding 143 penolakan. Hal ini disambut baik oleh Komisi Eropa. 29 Juni 2011 Parlemen merestui niat pemerintah memangkas pajak baru dan anggaran belanja senilai 28 miliar euro.

67

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Aksi demonstrasi kembali merebak. 22 Juli 2011 Uni Eropa menyatakan kesiapannya memberikan bailout 109 miliar euro, dengan ketentuan bahwa investor swasta harus menerima pemangkasan nilai obligasi sampai 20% September 2011 Yunani mengumumkan pungutan pajak baru sebagai syarat untuk mendapatkan bailout selanjutnya. Baik pihak pemerintah maupun parlemen juga harus menerima pemangkasan nilai gaji sebagai bagian dari rencana efisiensi. Lembaga pemeringkat utang, Moody memangkas peringkat delapan bank Yunani karena kekhawatiran atas kemampuan Yunani untuk membayar kembali utangnya Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 15 November 2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 19 November 2012

Di tengah situasi yang semakin mengkhawatirkan, pemerintah Yunani masih tetap mengharapkan bantuan dari Uni Eropa dan IMF. Dan kali ini, Uni Eropa kembali menyatakan kesiapannya dalam memberikan bailout kepada Yunani sebanyak 109 miliar euro dengan syarat investor swasta harus menerima pemangkasan nilai

68

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 obligasi sampai 20%. Langkah tersebut disambut oleh Yunani dengan melakukan pungutan pajak baru sebagai syarat untuk mendapatkan bailout. Pihak pemerintah maupun parlemen juga harus menerima pemangkasan nilai gaji sebagai bagian dari rencana efisiensi. Melihat besarnya risiko yang akan ditimbulkan oleh krisis ekonomi Yunani terhadap negara lain, IMF menyerukan agar pemimpin Eropa, dalam hal ini pemimpin setiap negara di Benua Eropa khususnya negara zona euro turut berperan aktif bekerjasama dalam bertindak supaya bencana utang bisa diminimalisir. Tabel 3.5 Kronologi Perjalanan Perekonomian Yunani (Okt. 2011-Nov. 2011) Waktu 27 Oktober 2011 Perihal Pemerintah Eropa menambah kapasitas dana bailout menjadi sekitar 1 triliun euro dengan syarat penghematan yang lebih ketat lagi. Athena bisa meraih bailout 100 miliar euro di awal tahun berikutnya. Setelah melalui pembahasan alot

berjam-jam, pihak investor menerima nilai aset Yunani dipotong 50% untuk mengurangi beban utang negara itu 31 Oktober 2011 PM George Papendrou mengumumkan sebuah referendum menerima demi bailout paket atau penyelamatan tidak. yaitu

Papendrou

69

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 mendapatkan banyak kritik yang serius atas rencana referendum. Nasibnya sebagai kepala pemerintahan dipertaruhkan sebagai risiko atas sikapnya itu 3 November 2011 Sang perdana menteri membatalkan Menteri rencana

menggelar

referendum.

Keuangan,

Evangelos Vanizelos meredam kecemasan dengan pernyataannya bahwa keanggotaan Yunani terlalu berharga untuk ditaruh di meja voting. Untuk pertama kali dalam sejarah, petinggi G-20 bertemu di Cannes, Prancis. Mayoritas delegasi sepakat bahwa Yunani harus keluar dari zona euro jika gagal mengatasi krisisnya. 6 November 2011 11 November 2011 George Papendrou resign dari kursi perdana menteri Lucas Papademos mengambil alih kepemimpinan kabinet sebagai utusan dari partai koalisi Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari BBC News-Greece Timeline. http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/1014812.stm, diakses tanggal 19 November 2012 dan Inilah Kronologis Kisis Yunani dari http://www.monexnews.com/market-outlook/inilah-kronologi-krisis yunani.htm, diakses tanggal 19 November 2012

Melihat besarnya jumlah utang yang dimiliki Yunani, pihak investor setuju untuk memutihkan 50% utang Yunani dengan syarat penghematan yang lebih ketat lagi. Meskipun utangnya sudah dikurangi, perekonomian Yunani masih
70

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 mendapatkan perhatian serius dari para pemimpin G-20 dengan menggelar sebuah pertemuan untuk membahas solusi bagi Yunani. Dan mayoritas delegasi sepakat bahwa Yunani harus keluar dari zona euro jika gagal mengatasi krisisnya. Kekacauan perekonomian Yunani juga semakin diperparah oleh rivalitas partaipartai yang berkuasa di negara ini karena kelihatannya partai hanya fokus pada masalah bailout antara diterima atau ditolak. Ada tiga partai besar yang memegang peranan dalam pemerintahan Yunani yaitu Partai Demokrasi Baru, Partai Sosialis PASOK, dan Partai Syriza. Partai-partai kecil lainnya beserta perolehan suaranya dalam pemilu 17 Juni lalu adalah Independent Greeks mendapatkan 20 kursi (7,5% dukungan), Golden Dawn mendapatkan 18 kursi, Democratic Left 17 kursi, dan Partai Komunis mendapatkan 12 kursi. Untuk itu, Papendrou memutuskan akan menggelar referendum terkait bailout dari Uni Eropa sekaligus menentukan apakah Yunani masih akan bergabung dalam zona euro atau keluar dari zona euro. Keputusan Papanderou ini dianggap sebuah maneuver yang sangat fatal karena dapat membuat Yunani keluar dari Uni Eropa dan akhirnya mengancam menghancurkan Uni Eropa itu sendiri, maneuver Papanderou ini akhirnya dihujat oleh banyak pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan hal ini ditentang habis-habisan oleh rakyatnya yang membuat Papendrou mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Lucas Papademos. Referendum pun batal dilaksanakan. Dan akhirnya Papademous menjadi korban politik pertama dari kemelut krisis ekonomi yang sedang melanda Eropa.

71

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Kemudian, setelah George Papanderou menjadi korban politik pertama yang disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi. Krisis politik ini merembet ke negara negara Uni Eropa lainnya yang juga terkena krisis ekonomi yaitu Italia. Silvio Berlusconi perdana menteri Italia menjadi korban berikutnya yang harus mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri. Silvio Berlusconi akhirnya mundur dari jabatannya setelah mendominasi panggung politik Italia selama 17 tahun. Pengunduran diri Berlusconi disambut meriah ribuan pemrotes di kota Roma. Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa telah berkumpul di kediaman presiden di Quidrinale Palace, tempat diumumkannya pengunduran tersebut. Kegembiraan massa pecah ketika mereka mendengar Berlusconi telah meletakkan jabatan dan lapangan tersebut menjadi tempat pesta (Kompas, 2011). Mundurnya Silvio Berlusconi ini dikarenakan kehilangan dukungan dari parlemen akibat krisis utang yang menjerat Italia. Utang Pemerintah Italia terakhir dilaporkan menembus angka 119% dari PDB negara itu. Dari tahun 1988-2010, rata-rata utang pemerintah Italia terhadap PDB adalah 108,59% (Reuters, 2012). Berikut ini grafik utang pemerintah Italia terhadap PDB:

72

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Grafik 3.3

Sumber: http://www.tradingeconomics.com/italy/government-debt-to-gdp diakses pada tanggal 6 Januari 2013

Sedangkan grafik pengeluaran pemerintah Italia menunjukan penurunan drastis sejak tahun 2010 2012 akibat program Austerity yang diterapkan oleh Uni Eropa untuk negara negara yang mendapatkan dana talangan dalam menjaga likuiditas perekonomiannya. Grafik 3.3

Sumber: http://www.tradingeconomics.com/italy/government-spending diakses pada tanggal 6 Januari 2013

73

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010

Kondisi ekonomi dalam negeri yang begitu buruk akhirnya mengakibatkan resistensi dari rakyat Italia, berbagai demo dan kericuhan terjadi. Rakyat menyoroti Silvio Berlusconi yang dianggap sebagai Badut. Akhirnya setelah parlemen Italia menyetujui program Austerity Berlusconi pun akhirnya mundur dari posisi perdana mentri Italia dan digantikan oleh Mario Monti (BBC, 2011). Silvio Berlusconi pun menjadi korban politik kedua di akibatkan oleh krisis ekonomi yang terjadi. Tabel 3.6 Kronologi Perjalanan Perekonomian Italia (Juli 2010 Des.2011) Waktu Perihal Pemerintah Italia percaya pada paket penghematan untuk memperkuat keuangan negaranya. Berlusconi mengalami perpecahan Juli 2010 dengan mantan sekutu politiknya, Ketua Parlemen, Gianfranco Fini, yang mendirikan partai oposisi Italia (FLI). Utang pemerintah mencapai 1,75 triliun euro Desember 2010 dan merupakan utang terbesar di Eropa. Uni Eropa dan IMF meminta Italia untuk berbuat lebih banyak mengurangi utang Juli 2011 negaranya karena terbesar di zona euro dan mendorongnya untuk melakukan pemotongan belanja. Parlemen memberikan persetujuan akhir atas paket penghematan senilai 54 miliar euro September 2011 dengan syarat anggaran Italia harus seimbang pada tahun 2013. Perdana Menteri Berlusconi memenangkan suara sebagai kepercayaan dalam menangani perekonomian. Namun, pada saat itu juga lebih dari 130 anggota masyarakat dan lebih dari 100 polisi terluka dalam protes massa di Roma terhadap penghematan dan praktek perbankan. Di tengah keraguan yang berkembang tentang beban utang Italia, Berlusconi mengundurkan

Oktober 2011

November 2011

74

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 diri setelah pemerintahnya gagal untuk mendapatkan suara mayoritas penuh dalam pemungutan suara anggaran. Presiden Giorgio Napolitano mencalonkan mantan komisaris Uni Eropa, Mario Monti, untuk mengambilalih pemerintahan. Monti menerapkan langkah-langkah penghematan sebesar 33 miliar euro dengan mengurangi pengeluaran atas persetujuan parlemen dan meningkatkan pajak

Desember 2011

Sumber: Diolah berdasarkan keperluan dari Italy Profile. http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-17435616, dan A Timeline of the Italians. http://www.scaruffi.com/politics/italians.html, diakses tanggal 6 Januari 2013

3.3

Benturan Kepentingan Nasional

3.3.1 Jerman Perancis pasca Merkozy26 Munculnya pemimpin sosialis Francois Hollande sebagai presiden Perancis memberikan dampak terhadap politik Uni Eropa dan memunculkan

tanda tanya mengenai kemitraan paling penting di Uni Eropa yaitu Jerman dan Prancis. Baik bukti sejarah dan apa yang sudah terjadi pada era MERKOZY, hubungan antara kedua pemimpin ini menjadi sebuah konstelasi politik yang terbaik bagi Zona Eropa. Namun, dengan terpilihnya Hollande sebagai presiden Perancis memunculkan sebuah perdebatan mengenai kelangsungan kerja sama Jerman dan Perancis dalam menyelesaikan Krisis yang melanda kawasan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kedua pemimpin negara tersebut datang dari dua posisi ideologi dan partai yang berbeda.

26

Merkozy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dekatnya hubungan Perancis dan Jerman ketika Nicolas Sarkozy masih menjabat sebagai presiden Perancis.

75

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Sejauh pengamatan penulis dari berbagai sumber berita, terjadi perbedaan pandangan dalam melihat langkah langkah yang harus diambil berkaitan dengan penanganan krisis setelah terpilihnya Francois Hollande sebagai presiden Perancis. Perbedaan pandangan ini terlihat dari solusi yang diusung oleh dua negara kuat yang menjadi pondasi bagi ekonomi Uni Eropa yakni Prancis dan Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel memegang teguh pandangannnya bahwa penghematan (Austerity) dan pemotongan anggaran belanja untuk menahan laju inflasi dan mengurangi defisit anggaran negara negara anggota Uni Eropa adalah satu satunya cara untuk mengatasi krisis. Jerman yang sekarang menjadi andalan dan kunci penting penyelesaian krisis zona euro bersikeras pada pendapat, negara-negara yang terkena krisis harus mampu memulihkan diri sendiri. Langkah yang harus dilakukan, antara lain, perbaikan administrasi keuangan publik, memberantas penghindaran pajak maupun pengeluaran yang boros, serta menyingkirkan peraturan pasar produk dan buruh yang mengacaukan daya saing. (Kompas, 2012) Meskipun kebijakan penghematan ini ditentang bahkan oleh partai Angela Merkel sendiri tidak menggoyahkan pandangannya. The chancellor said on Monday that the North Rhine-Westphalia election had been a "bitter, painful defeat" for her party, but she signalled she would stand firm on austerity, saying: "It does not affect the work we have to do in Europe." Nobody in her government opposed growth, she said, but she added that growth measures mustn't bloat budget deficits (Spiegel, 2012).

76

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Sedangkan Presiden Prancis yang baru saja terpilih pada 6 Mei 2012 Francois Hollande memiliki pandangan yang berbeda tentang program penghematan (Austerity) yang diusung oleh Angela Merkel. Dia menyatakan bahwa dia adalah sosok yang akan mengakhiri kebijakan penghematan diseluruh Eropa dan menggantinya dengan kebijakan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Growth). If we say Germany will pay to cover the debts and deficits, I understand their reticence. Everybody must make their efforts [on public finances], but Germany must realise that it is growth that will allow us to solve a big part of our problems. (Hollande, 2012) Tabel 3.7
GDP at market prices for the euro zone and the UK Annual figures - percentage change from previous period GEO/TIME Belgium Germany Estonia Ireland Greece Spain France Italy Cyprus Luxembourg Malta Netherlands Austria Portugal Slovenia Slovakia Finland United Kingdom 1999 2000 3.5 3.7 1.9 3.1 -0.3 9.7 9.9 9.3 3.4 3.5 4.7 5.0 3.3 3.7 1.5 3.7 4.8 5.0 8.4 8.4 : : 4.7 3.9 3.5 3.7 4.1 3.9 5.3 4.3 0.0 1.4 3.9 5.3 3.7 4.5 Source:Eurostat 2001 0.8 1.5 6.3 4.8 4.2 3.7 1.8 1.9 4.0 2.5 -1.5 1.9 0.9 2.0 2.9 3.5 2.3 3.2 2002 1.4 0.0 6.6 5.9 3.4 2.7 0.9 0.5 2.1 4.1 2.8 0.1 1.7 0.8 3.8 4.6 1.8 2.7 2003 0.8 -0.4 7.8 4.2 5.9 3.1 0.9 0.0 1.9 1.5 0.1 0.3 0.9 -0.9 2.9 4.8 2.0 3.5 2004 3.3 1.2 6.3 4.5 4.4 3.3 2.5 1.7 4.2 4.4 -0.5 2.2 2.6 1.6 4.4 5.1 4.1 3.0 2005 1.7 0.7 8.9 5.3 2.3 3.6 1.8 0.9 3.9 5.4 3.7 2.0 2.4 0.8 4.0 6.7 2.9 2.1 2006 2.7 3.7 10.1 5.3 5.5 4.1 2.5 2.2 4.1 5.0 2.9 3.4 3.7 1.4 5.8 8.3 4.4 2.6 2007 2.9 3.3 7.5 5.2 3.0 3.5 2.3 1.7 5.1 6.6 4.3 3.9 3.7 2.4 6.9 10.5 5.3 3.5 2008 1.0 1.1 -3.7 -3.0 -0.2 0.9 -0.1 -1.2 3.6 0.8 4.1 1.8 1.4 0.0 3.6 5.8 0.3 -1.1 2009 -2.8 -5.1 -14.3 -7.0 -3.3 -3.7 -2.7 -5.5 -1.9 -5.3 -2.7 -3.5 -3.8 -2.9 -8.0 -4.9 -8.4 -4.4 2010 2.3 3.7 2.3 -0.4 -3.5 -0.1 1.5 1.8 1.1 2.7 2.3 1.7 2.3 1.4 1.4 4.2 3.7 2.1 2011 1.9 3.0 7.6 0.7 -6.9 0.7 1.7 0.4 0.5 1.6 2.1 1.2 3.1 -1.6 -0.2 3.3 2.9 0.7

Resesi berat pada tahun 2008 2009, menekan negara terlemah dalam kelompok negara defisit mengalami gabungan antara krisis fiskal dan krisis utang

77

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 luar negeri. Krisis ekonomi Eropa juga menyebabkan ketegangan politik antara Perancis (Defisit) dan Jerman (Surplus). Perbedaan pendapat dan tujuan antara kedua pemimpin negara yang mempunyai kekuatan didalam penentuan kebijakan di Uni Eropa ini berjalan alot hingga menyebabkan penanganan krisis terkesan berjalan sangat lambat dan terlambat. Karena pengaruh perilaku kedua negara tersebut sangat kuat dalam penanganan krisis yang melanda Zona Eropa, hal ini dikarenakan Jerman dan Perancis mempunyai porsi yang paling besar dalam keseluruhan GDP Eropa. Pendapat tentang lambatnya langkah langkah yang diambil untuk menangani krisis karena negara negara yang menopang ekonomi Eropa mementingkan kepentingan mereka sendiri sendiri ini sejalan dengan pernyataan Dimitrios Droutsas dalam wawancaranya dengan Marwan Bishara. (Aljazeraa, Juni 2012) Marwan, let me also clarify one thing, when you are facing bankruptcy as a country, when you are facing those huge problems that you have created yourself, but you are facing bankruptcy and nobody is really willing to help you, it is like you have a knife on your throat. You know what people in the corridors always say about Angela Merkel? Shes always coming a quarter of an hour too late. Because, we are waiting too long to take decisions. Proposals, proposals were put, the first reaction, no, then the crisis is developing further, we reconsider and then we do things that we could have done too long time ago. Mengacu pada dua pandangan yang berbeda mengenai langkah langkah yang tepat dalam mengatasi krisis ekonomi di Eropa ini, dapat dilihat bahwa dua negara tersebut membawa kepentingan kepentingan Nasional masing masing. Tarik menarik antara kedaulatan Jerman dan Prancis sebagai unit negara bangsa mempengaruhi kebijakan kebijakan yang diambil Uni Eropa sebagai unit institusi regional.
78

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Pada bulan Juli 2012, Fasilitas Stabilisasi Keuangan Eropa (EFSF) yang terdiri atas negara-negara Uni Eropa bertemu. Mereka membicarakan proposal Yunani untuk menambah dana talangan. Disepakati akan ada penambahan 157 miliar dollar AS sebagai dana talangan. Sentimen pasar permodalan membaik dan kebijakan ini melegakan negara-negara yang terjangkit krisis utang. Namun patut disayangkan pelaksanaannya tidak mudah bagi negara-negara yang berkontribusi besar dalam perekonomian zona euro. Beberapa negara dengan porsi kuota terbesar di Bank Sentral Eropa enggan merealisasikan dana talangan jilid II untuk Yunani. Ada resistensi politik dalam negeri yang lebih mengutamakan perbaikan ekonomi nasional. Tentu saja dana talangan akan melibatkan cadangan finansial di Bank Sentral Eropa (ECB). Penolakan yang saat ini tampak tecermin dari negara dengan kontribusi terbesar, yaitu Deutsche Bundesbank (Jerman) sebesar 18,9 persen dan Banque de France (Perancis) sebesar 14,3 persen, keduanya mengedepankan prinsip nasion-sentrisme. Namun, Inggris sebagai kontributor terbesar kedua justru beranggapan krisis utang Eropa akan melemahkan ekspor Inggris ke kawasan itu. 3.3.2 Perbedaan pandangan 3 negara utama (Jerman, Inggris dan Prancis) Krisis ekonomi Yunani menjadi awal terjadinya perbedaan pandangan terhadap krisis ekonomi yang terjadi dan akhirnya menyeret hampir seluruh negara yang menggunakan mata uang Euro kedalam kondisi krisis. Di dalam penanganannya Uni Eropa mengambil berbagai kebijakan untuk menyelamatkan Yunani. Sepanjang perjalanan krisis di Zona Eropa, Yunani adalah negara yang paling banyak mendapatkan bail out. Dalam proses pengambilan tindakan
79

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 penyelamatan itu terlihat munculnya perbedaan pandangan dan benturan kepentingan mengenai Yunani baik berkaitan dengan bail out maupun austerity, Ekonomi Yunani tidaklah semapan ekonomi negara Uni Eropa lainnya seperti Jerman, Prancis, dan Inggris. Inilah salah satu faktor yang membuat Yunani mudah dilanda krisis ekonomi dan sekaligus sebagai negara Uni Eropa yang pertama kali terkena krisis ekonomi. Krisis tersebut kemudian

mempengaruhi Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia. Tujuan penulis membahas mengenai Yunani selain karena faktor Yunani adalah negara pertama yang terkena krisis dan juga negara yang paling parah terkena krisis utang di Zona Eropa. Persyaratan yang dituntut oleh Uni Eropa kepada Yunani agar dapat menerima bail out tersebut mengharuskan Yunani menjalankan program penghematan yang merupakan bagian dari program Austerity yang didukung oleh Angela Merkel Kanselir Jerman. Ribuan orang terlibat baku hantam dengan aparat di ibukota Yunani, Athena, saat berdemo menentang langkah penghematan. Di beberapa titik, massa dengan aparat berjibaku. Dilaporkan dua orang polisi dan empat demonstran terluka, sementara itu 12 orang demonstran lainnya ditahan (viva news, 2011). Massa menolak rencana pemerintah Yunani untuk menerapkan program Austerity jilid II. Kondisi Yunani yang sudah sangat parah dengan tingkat pengangguran 40% ini memantik sejumlah komentar dari para ekonom dunia bahwa tindakan Jerman memaksakan Austerity sebagai langkah penanganan krisis merupakan tindakan yang salah (Krugmann, 2012; Stiglitz, 2012; Soros, 2012).

80

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Seperti yang John Mauldin katakan, Austerity without default (or monetization, defaults cousin) produces misery. Rakyat di negara negara anggota Uni Eropa sudah semakin tidak sabar dan sangat mudah untuk turun ke jalan melakukan aksi aksi demonstrasi terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan kebijakan pengetatan anggaran dan tingginya tingkat pengangguran di seentero Eropa. Weiss memberi penjelasan mengenai hal ini seperti yang ia kutip dari Rodrik (1996), yaitu if governments wish to avoid social instability while preserving the benefits of open markets, they must provide the social protection to reduce those pressures. In this view, globalization has gone too far and accordingly increased rather than diminished the need for public intervention. Apa yang terjadi di Uni Eropa seperti menjadi sebuah penegasan apa yang dikatakan oleh Weiss, dengan adanya kebijakan penghematan atau Austerity Policy di kawasan Eropa secara logis menghilangkan jaminan jaminan sosial yang pada nyatanya masyarakat Uni Eropa terbiasa menikmati jaminan jaminan tersebut. Jerman memaksakan kebijakan ini dengan resiko membawa Eropa ke jurang resesi ekonomi untuk waktu yang sangat panjang. Ada dua hal yang menjadi dasar Jerman terhadap program ini yang peneliti temukan melalui berbagai sumber yaitu Pertama, Jerman percaya pada program austerity karena Jerman telah mengalaminya pada era setelah jatuhnya tembok Berlin. Program

81

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 penghematan ini telah berhasil membawa Jerman menjadi perekonomian yang kuat di zona Eropa27.
The two biggest economies in the euro zone, France and Germany, could be on a collision course over the choice of strategy to pull Europe out of the debt crisis. The new French president has said austerity is not working and it is time to focus on growth, but Germany has experience of austerity leading to a strong economy. When the Berlin Wall came down, the former West Germany poured billions into helping the East grow and it paid for the expansion by freezing wages for more than a decade (Satchell, 2012).

Kedua, karena adanya tekanan dari dalam negeri mengenai dana talangan yang diberikan kepada Yunani dan Spanyol. Jerman merupakan pihak yang paling banyak berkontribusi dalam dana talangan yang digunakan ECB dan ESM dalam menyelamatkan negara negara zona Eropa yang terkena krisis utang. Rakyat Jerman tidak rela jika uang hasil kerja keras mereka digunakan untuk negara negara yang krisis dikarenakan tidak disiplin dengan kebijakan fiskalnya. Germany will not accept either a fiscal union or a banking union that would use its taxpayers' money to subsidise others in the eurozone. These debates have merely distracted attention from Germany's determination to impose rigid fiscal discipline on "delinquents" and to monitor only the biggest banks in the eurozone, leaving smaller German banks out of the net (Guardian, 2012). Namun tetap Jerman harus menyelamatkan Yunani, tidak ada pilihan karena jika Yunani keluar

27

Mengenai hal ini diambil dari berita BBC German faith in austerity explained, dalam berita tersebut terdapat penjelasan mengapa Jerman mengambil jalan penghematan sebagai solusi dalam mengatasi krisis zona Eropa.

82

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 dari Uni Eropa maka itu akan membawa keperpecahan Uni Eropa dan akan menyebabkan kerugian lebih besar untuk Jerman. Akan tetapi, Jerman tidak akan bisa membayar kebangkrutan Spanyol dan Italia, dan mem-bail-out mereka. Kenyataan ini semakin menjadi nyata di Berlin, sehingga menyebarnya krisis ekonomi ini mengancam menyeret Jerman. Mereka telah gagal menyelesaikan krisis Yunani dengan injeksi uang yang besar. Dan tidak ada cukup uang di Bundesbank untuk menghapus utang-utang Spanyol dan Italia, Inilah mengapa gagasan Surat Obligasi Euro ditentang oleh Jerman, yang harus menanggung biaya ini. Ini akan memerlukan negosiasi perjanjian Uni Eropa yang baru. Ini akan menjadi pengalaman yang paling menyakitkan, yang jauh dari menyatukan Eropa, tetapi justru akan mengekspos semua kontradiksikontradiksi dan friksi-friksi antara negara-negara Eropa. Alih-alih menciptakan Eropa yang tersatukan, ini akan mempercepat perpecahan Uni Eropa. Itulah yang membuat Jerman sebagai negara yang paling kuat ekonominya di Eropa untuk memperkuat kedaulatannya demi kepentingan nasional Jerman sendiri. Hal ini juga yang membuat Jerman menolak rencana Banking Union dan Fiscal union28 jika tidak ada perjanjian penghematan anggaran dan pemotongan belanja pengeluaran negara negara serta pengawasan yang ketat diseluruh negara negara zona Eropa. Prilaku meminta kompensasi atau timbal balik ini sudah disinggung oleh Moravscik yakni When Member State governments support each others objectives that are not immediately in their own interest, they will demand
28

Perbedaan pandangan antara pemimpin Jerman dan Perancis diberitakan di kompas pada tanggal 22 September 2012 Pertemuan dua pimpinan dua negara di Uni Eropa, yakni Jerman dan Perancis, Sabtu (22/9/2012) pekan lalu, belum mencapai titik temu mengenai pembentukan penyatuan sistem perbankan atau banking union.

83

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 trade-offs or package deals so that they receive some form of compensation in return (Moravcsik, 1993). Namun kanselir Jerman Angela Merkel merasa reaksi negara negara lain yang pro-growth melawan pemaksaaan dia terhadap program austerity merupakan sesuatu yang mengejutkan, seperti yang dia nyatakan dalam pidatonya di Berlin Its just about not spending more than you collect. Its astonishing that this simple fact leads to such debates, (Merkel, 2012). Jerman telah berkali kali memaksa bahwa seluruh negara zona Eropa yang dalam krisis utang termasuk Yunani dan Spanyol harus menerapkan program austerity untuk mengkontrol keuangan mereka. Sementara itu Perancis, Italia, IMF sekarang menekankan akan perlunya tindakan yang pro-growth (Telegraph, 2012). Kemudian, disisi sebaliknya negara negara yang menganggap Austerity sudah terbukti tidak bekerja dan menimbulkan ketegangan sosial diseluruh zona Eropa. Upaya untuk menentang program ini mendapatkan momentumnya ketika terjadi kehebohan politik dengan terpilihnya Hollande sebagai presiden Perancis pada tahun 2012 dan berakhirnya pemilihan umum disejumlah negara negara Eropa yang menunjukan beberapa perpecahan pendapat mengenai Eropa (Lihat Bab 3 mengenai hasil pemilu nasional 4 negara Eropa). Sebagai seorang sosialis Hollande menyatakan bahwa Austerity bukanlah satu satunya jalan untuk kekacauan finansial di Eropa. Dalam pidato kemenangannya dia menyatakan bahwa kemenangan dia melawan Sarkozy dalam pemilihan memberikan sebuah pesan yang jelas bahwa Perancis dan rakyatnya tidak menginginkan terkungkung oleh belenggu program austerity, dan dia juga menyatakan bahwa pesan ini juga datang dari seluruh rakyat Eropa "In all the
84

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 capitals, beyond government leaders and state leaders, there are people who, thanks to us, are hoping, are looking to us, and want to put an end to austerity," (Hollande, 2012). Kemudian disusul dengan berbagai demonstrasi yang terjadi disebagian besar negara negara zona Eropa yang menjadi korban program yang diusung oleh Jerman tersebut. Sedangkan Inggris sebagai negara yang berada di zona Eropa namun sejak awal terbentuknya Uni Eropa lebih memilih menggunakan mata uangnya sendiri, sepanjang krisis yang terjadi menunjukan sikap yang cenderung tidak mau ikut di setiap kesepakatan zona Eropa. Sikap Inggris ini memantik berbagai kemarahan negara negara anggota Uni Eropa dikarenakan setiap manuver - manuver Inggris di pertemuan pertemuan zona Eropa tidak membantu penyelesaian krisis utang di zona Eropa. Inggris bahkan dengan jelas menyatakan bahwa segala agenda perjanjian dan kebijakan Uni Eropa tidak sejalan dengan kepentingan nasional mereka, oleh karena itu mereka memveto masalah kebijakan fiscal compact. But after 11 hours of bad-tempered talks, Mr Cameron said that he had blocked the changes because France and Germany had refused to agree to a protocol giving the City of London protection from a wave of EU financial service regulations related to the eurozone crisis. I came here with one of two outcomes in mind: safeguards that made a treaty within a treaty, a complex legal structure, or if we could not have that, allowing others to go off in a treaty on their own and ensuring that the EU is maintained as a single market, he said. I had to pursue very doggedly what was in British national interest. It is not easy when you are in a room where people are pressing you to sign up to things because they say it is in all our interests. So It is sometimes the right thing to say, I cannot do that, it is not in our national interest, I don't want to put that in front of my parliament because I don't think I can recommend it with a clear conscience, so I am going to say no and exercise my veto, (Telegraph, 2011)

85

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Dalam rangka menentang akan perlunya sebuah integrasi yang lebih jauh dari Zona Eropa telah membuat Inggris semakin terpisah dan berada dipinggiran perkembangan Eropa. Posisi Inggris ini sangat konsisten dengan tujuan Inggris sejak awal terbentuknya Uni Eropa dan menolak menggunakan mata uang tunggal yaitu mendapatkan keuntungan dari adanya sebuah pasar tunggal sementara itu menghindari kewajiban yang harus dilakukan karena sistem tersebut (kontribusi anggaran, regulasi dan lain lain) dari anggota penuh Uni Eropa. Inggris bisa sampai pada posisi seperti ini dikarenakan peran dari sayap kanan yang skeptic pada Uni Eropa. The question arises as to how the UK has got itself into this position. Evidently, a right wing Euroscepticism has construed an alignment between UK national interests and anti-Europeanism by presenting the EU as a chronic constraint on business. With varying degrees of extremism, the position that the UK economy is restricted by Brussels regulation and must be freed from its regulatory barriers to growth has been repeated ad nauseum across key sections of the political class. This is part of a national defence of the Anglo model in the face of a European crisis. (Gifford, 2012) Inggris memang dalam sejarahnya selalu bersikap menentang terhadap proyek integrasi Eropa. Tidak seperti negara negara yang menjadi pencetus gagasan terbentuknya Uni Eropa yakni Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Luxembourg dan Belanda. Ke enam negara tersebut merupakan pihak yang kalah ataupun terinvasi pada era perang dunia. Inggris merupakan pihak pemenang perang dunia II dan secara luas kemenangan itu merupakan momen terbaik Inggris. Sehingga ide ide mengenai rekonsiliasi melalu integrasi tidak pernah ada dalam bayangan inggris seperti layaknya dalam bayangan negara negara di kawasan Eropa tersebut. Manuver maneuver Inggris di era krisis ekonomi kawasan ini akhirnya
86

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 memantik amarah dari negara negara anggota Uni Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (BBC, 2011). "And this dirty game that the British are playing - wanting to stay with one foot in and one foot out of Europe - risks collapsing the entire system. London must be either in, or out. But they simply cannot sabotage everything." Dorongan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa sangat lah kuat dari dalam negeri, hal ini membuat Inggris sangat berhati hati dalam perannya di dalam Uni Eropa. Bahkan suatu jajak pendapat yang dilakukan youGov pada tahun 2011 menunjukan bahwa 52% rakyat Inggris mendukung jika ada kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa. Gambar 3.1

Sumber: http://www.noiseofthecrowd.com/wp-content/uploads/2012/05/EU-vote2012.png diakses pada 13 Januari 2013.

87

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Jika dilihat dari keadaan ekonomi ketiga negara tersebut sebenarnya dapat dimaklumi mengapa begitu dalam perbedaan mereka. Secara indikator ekonomi seperti GDP, Public Debt dan budget deficit. Jerman sebagai perekonomian kawasan tersebut berada di kondisi perekonomian yang surplus sedangkan Perancis dan Inggris berada di kondisi ekonomi yang defisit. Sehingga didalam krisis ekonomi yang terjadi ini ketiga negara tersebut berangkat dari kepentingan yang berbeda. Bahkan menurut Krugmann (2011) sebenarnya Perancis tidak membutuhkan program Austerity dikarenakan kondisi ekonomi Perancis masih berada di tataran yang aman. Namun hal itu tidak dimungkinkan untuk dilakukan karena kedua negara dan seluruh negara negara anggota di Uni Eropa merupakan sebuah kesatuan dalam mata uang tunggal dan institusi regional. Satu kebijakan yang diambil oleh Uni Eropa harus diterapkan keseluruh negara anggota tanpa menghiraukan bagaimana kondisi negara tersebut. Tabel 3.8 Kelompok Defisit Current Public Deficit Account Balance (d (Dalam % dari alam % dari GDP, GDP, 2010) 2010) Yunani Irlandia Italia Portugal Spanyol Slovakia Slovenia Perancis Rata Rata -10,6 -1,1 -3,2 -10,7 -4,8 -2,9 -0,7 -3,3 -4,7 -9,6 -32,3 -5,0 -7,3 -9,3 -8,2 -5,8 -7,7 -10,7

Pertumb uhan GDP (%)

-4,2 -0,2 1,1 1,3 -0,2 4,1 1,1 1,6 0,6

Pertumb uhan GDP 20012010(%) 2,3 2,6 0,2 0,6 2,1 4,8 2,7 1,2 2,7

Share of EuroZone GDP (% ) 2,5 1,7 16,8 1,9 11,5 0,7 0,4 21,2 Jumlah: 56,8

88

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010
Sumber: European Comission, sebagaimana terdapat dalam Schmidt, Ingo. European Monetary Union: Muddling Through, Falling Apart, Going Where? Global Research. 13 Desember 2012.

Tabel 3.8 Kelompok Surplus Current Account Balance (d alam % dari GDP, 2010) Austria Belgia Denmark Finlandia Jerman Luxembur g Belanda Rata Rata 3,0 1,7 4,5 1,3 4,8 8,4 5,2 4,1 Public Deficit (Dalam % dari GDP, 2010) Pertumbu han GDP (%) Pertumb uhan GDP 20012010(%) 1,5 1,4 0,7 1,8 0,9 3,0 1,3 1,5 Share of EuroZone GDP (% ) 3,1 3,7 2,5 1,9 27,1 0,4 6,4 Jumlah: 45,1

-4,3 -4,8 -5,1 -3,1 -3,7 -1,8 -5,8 -4,1

2,0 2,0 2,3 2,9 3,7 3,2 1,7 2,5

Sumber: European Comission, sebagaimana terdapat dalam Schmidt, Ingo. European Monetary Union: Muddling Through, Falling Apart, Going Where? Global Research. 13 Desember 2012.

Dari pembahasan dalam narasi diatas mengenai posisi negara negara besar di Uni Eropa dapat terlihat bahwa berbagai kepentingan, pandangan dan posisi berbeda mencuat didalam krisis yang terjadi di zona Eropa. Saling berbenturan di karenakan setiap negara negara tersebut merasa sebagai negara bangsa mempunyai kedaulatan yang harus dijaga. Jika didalam kondisi yang normal masalah integrasi ekonomi perbedaan perbedaan di kawasan Eropa baik Sosial maupun Kultural mungkin bisa dikesampingkan dikarenakan keuntungan keuntungan yang di dengung dengungkan para pengusung teori teori integrasi

89

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 ekonomi. Namun dikala ekonomi sebagai pintu masuk yang sejak pertama teori teori fungsionalisme dan neo-fungsionalisme (Mitrany, Ernt haas, Muandell, Ballasa) terkena krisis semua perbedaan ini menjadi permasalahan dalam mengatasi krisis. Akhirnya Integrasi ekonomi itu sendiri menjadi sebuah penjara bagi negara negara di dalamnya. Seperti yang dikatakan Krugmann (2011) di dalam integrasi seperti di Eropa akan menyebabkan hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi yang tepat dalam masa krisis sehingga negara-negara seperti Yunani terjerembak dalam krisis ekonomi. Negara-negara yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk menghadapi keadaan diluar perkiraan mereka. Semestinya sebuah negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul. Semua itu dikarenakan segala upaya yang dilakukan untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi harus dilakukan dan diputuskan ditataran regional, dalam proses ini kekuatan dari negara negara besar menjadi penentu arah kebijakan regional. Sedangkan segala perbedaan dan kondisi yang terjadi di negara negara anggota disimplifikasi dalam satu ketentuan yang terbentuk hanya karena persepsi satu negara kuat didalam integrasi (Dalam kasus krisis di zona Eropa ini adalah Jerman). Namun, dalam upaya untuk membentuk sebuah ketentuan ini diharuskan melewati sebuah proses benturan antara dua kekuatan atau lebih yang mempunyai pengaruh didalam integrasi. Sebagai suatu model integrasi ekonomi regional yang terpandang di dunia, konflik diantara sesama anggota Uni Eropa bukanlah perkara baru dipicu oleh perbedaan mendasar dalam hal budaya, bahasa, ekonomi dan politik. Pada waktu
90

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Eropa gagal mencetuskan konstitusi Eropa pada tahun 2005 dikarenakan Perancis dan Belanda melakukan referendum dan akhirnya gagal, gejala akan perbedaan ini sudah terlihat. Melihat potensi yang dimiliki Eropa tersebut, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menyatakan what we need now is an intelligent synthesis between the market and the state which can help Europe win an not lose in the face of Globalization (Barroso, 2005). Jadi ada keterkaitan erat antara faktor ekonomi dan politik di Eropa sejak dahulu. Sejarah menunjukan bahwa sistem moneter tunggal latin (The Latin Monetary Union) yang beranggotakan Italia, Prancis, Belgia, Swiss dan Yunani hanya bertahan pada 1861 1920 karena tidak mampu mempertahankan disiplin kebijakan fiskal negara anggotanya (Einaudi, 2001). Sayangnya sebelum usaha yang diungkapkan oleh Barroso tercapai krisis utang di zona Eropa terjadi dan sejarah kembali terulang. Alasan yang banyak dinyatakan para ahli mengenai krisis ekonomi ini adalah perbedaan anggaran dan fiskal setiap negara negara anggota sedangkan kebijakan moneter berada di sebuah entitas yang lebih besar yakni Uni Eropa. Sebuah pelajaran yang harusnya para penggagas integrasi ekonomi seperti Bella Ballasa dan Mundell ketahui sebelumnya. Menyatukan politik bukanlah perkara mudah karena ini berkaitan dengan kedaulatan dan otonomi negara. Integrasi yang hanya berlandaskan keuntungan semata akhirnya menjadi jurang kehancuran negara negara anggota didalamnya. Krisis di Eropa ini diibaratkan pertarungan yang rumit antara politik dan ekonomi, dimana kepentingan nasional dan kepentingan regional saling tarik
91

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 menarik di dalamnya. Uni Eropa yang sebelumnya selalu di nilai sebagai suatu kerja sama ekonomi berbasis kawasan yang paling ideal dan paling sukses di dunia ini mulai tergoyahkan dan bahkan kehilangan pesonanya. Uni Eropa mewakili sebagai tingkat integrasi yang ideal hal ini terlihat dengan adanya penyatuan politik dan ekonomi kawasan. Asumsinya di dalam integrasi ini negara - bangsa menjadi sebuah entitas yang melebur di dalam sebuah institusi yang membuat negara bangsa semakin berada di pojok ruangan. Tetapi ketika terjadi krisis di kawasan negara negara anggota Uni Eropa malah kembali berkaca terhadap kondisi negara masing masing dan membuat penanganan krisis menjadi berlarut larut. Solidaritas yang seharusnya terjadi didalam Uni Eropa yang berusaha dibangun sejak perjanjian Maastrict nyatanya tidak terjadi ketika dihadapkan pada krisis yang berimplikasi regional bahkan global. Sejak jatuhnya Lehman Brothers di AS pada tahun 2008 yang memicu keseluruhan krisis keuangan dan resesi global, jelas tidak ada solidaritas negara maju. Apalagi solidaritas global mencegah memburuknya situasi perekonomian dan perdagangan dunia untuk tidak terjebak dalam Depresi Besar 1933, yang mengarah pada konflik terbuka Perang Dunia II. Dari berbagai buku sejarah dan ekonomi, kita memahami bahwa dua tahun sebelum 1933 krisis perbankan Eropa berdampak langsung terhadap ambruknya demokrasi di Jerman yang terus menyebar ke seluruh Eropa. Sekarang, setelah dua tahun, tiga kali penyelamatan kedaulatan, lebih dari satu triliun euro pinjaman

92

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 murah, maupun lusinan KTT, belum ada hasil konkret yang bisa disepakati guna mengakhiri krisis zona euro. Solidaritas dan kepemimpinan menjadi inti penting dalam krisis keuangan Asia 1997. Charles P Kindleberger dalam bukunya The World in Depression: 1929-1939 (University of California Press, 1968) menjelaskan, Depresi Besar dekade ketiga abad ke-20 yang meluas, mendalam, dan berlangsung sangat lama karena sistem ekonomi internasional menjadi tidak stabil karena ketidakmampuan Inggris dan ketidakinginan AS melakukan tanggung jawab melakukan stabilisasi. Krisis zona euro yang sedang terjadi saat ini menentukan keutuhan dan integritas euro sebagai cita-cita peradaban Eropa. Kalau Jerman melalui penandatanganan Perjanjian Maastricht yang menjadikannya kekaisaran ekonomi Eropa tidak bertindak akan menyebabkan krisis ini semakin parah dan meruntuhkan optimisme mereka yang percaya bahwa regionalisme adalah sebuah strategi yang akan membantu Globalisasi menuju tahapan yang lebih tinggi dan terintegrasi. Sebagai konstruksi regionalisme, Uni Eropa kerap dinilai sebagai suatu rezim yang sangat paripurna. Bangunan Uni Eropa diawali dengan kuatnya jalinan ekonomi masyarakat negara-negara di Eropa. Integrasi ekonomi di Eropa mendahului sinkronisasi pada aspek politik. Keinginan besar negara-negara Eropa untuk lebih menstabilkan nilai tukar regional kemudian diwujudkan dengan menyatukan mata uang common monetary policy.

93

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 BAB IV MENGUATNYA SENTIMEN NASIONAL AKIBAT KRISIS EKONOMI DAN POLITIK Dalam tulisan ini telah ditelusuri lebih dalam mengenai krisis ekonomi di Uni Eropa, ada dua hal mengenai krisis di Uni Eropa yang mempengaruhi jalannya krisis ekonomi tersebut yakni adanya pergulatan di dalam negara negara anggota Uni Eropa dalam menyikapi kebijakan kebijakan yang diambil baik oleh negara maupun Uni Eropa sebagai organisasi regional dan munculnya berbagai perbedaan pendapat negara negara utama Uni Eropa sehingga menyebabkan benturan kepentingan di dalam penyelesaian krisis ekonomi yang terjadi. Selama beberapa bulan dan pekan terakhir ini ada satu hal yang sangat jelas yakni situasi di kawasan Eropa semakin bermasalah jika dilihat dari tak membaiknya ekonomi negara negara Zona Eropa. Di bab IV ini akan menunjukan bahwa tidak kunjung usainya krisis yang terjadi di Uni Eropa ini akhirnya mengakibatkan rakyat Uni Eropa mengalami degradasi kepercayaan terhadap Uni Eropa sehingga semakin memperkuat sentimen nasional di antara negara negara anggota. 4.1 Pengaruh pemilu Nasional di EROPA Krisis ekonomi yang terjadi di zona Eropa merupakan sebuah krisis yang unik, dikarenakan integrasi ekonomi regional yang diterapkan di zona Eropa mengharuskan krisis ekonomi ini ditangani di dalam kerangka penyelesaian regional (Seperti yang sudah di tunjukan pada Bab II) sehingga pada perjalanannya meningkatkan intensitas keterlibatan aktor negara di dalam proses pengambilan keputusan. Pada dasarnya, arah kebijakan Uni Eropa merupakan hasil dari proses negosiasi intergovernmental yang dilakukan oleh negara negara anggotanya. Integrasi negara negara Eropa merupakan fenomena perluasan realisme politik beyond the borders of sovereign nation state (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Uni Eropa juga unik karena sistem ini tidak akan menisbatkan dan menggantikan peran Nation State. (Eising & Kohler Koch, hal. 18). Inilah mengapa, negara anggota ditempatkan sebagai aktor yang memainkan peran

94

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 penting dalam regionalisme ini. Melihat perkembangan dari krisis yang terjadi di Uni Eropa, terlihat dinamika nasional di negara negara anggota Uni Eropa berperan penting terhadap proses yang terjadi dalam regionalisme di kawasan tersebut. Sedangkan menurut Huelshoff (1994) untuk memahami pilihan pilihan dari sebuah negara diharuskan melewati upaya melihat dan memahami dinamika internal dari negara tersebut dan memperhatikan signifikasi dari konteks politik domestik.
In order to understand state preferences, one would want to analyse internal dynamics of the state and appreciate the importance of the domestic political context National elections, domestic structures, constituencies and sensitivities, later also called national identities, were seen to have a crucial impact on the way the EU is perceived by the national government as being an instrument to obtain domestically important objectives (Huelshoff 1994).

Maka berdasarkan pendekatan tersebut dalam melihat krisis ekonomi Uni Eropa yang dalam perjalanannya melibatkan aktor negara dalam pengambilan kebijakan kebijakan yang berimplikasi kawasan, dinamika nasional dan pendapat rakyat negara negara anggota mengenai Uni Eropa perlu diketahui. Hingga September 2012, empat negara Eropa telah memilih pemimpin baru dan partai pemenang di negara mereka. Secara logis hal ini akan berpengaruh pada Austerity Policy sebagai kebijakan penyelamatan ekonomi Eropa yang diusung oleh Jerman sebagai pendukungnya. Empat Negara Eropa yang telah menyelesaikan pesta demokrasinya hingga Bulan September 2012 adalah Prancis, Jerman, Yunani dan Belanda. Hasilnya adalah rakyat Prancis memilih Francois Hollande yang datang dari partai sosialis. Hollande mengalahkan incumbent Nicolas Sarkozy dari partai Union for Popular Movement yang beraliran tengah

95

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 kanan. Di Jerman, pemilihan umum di wilayah North Rhine Westphalia (NRW), wilayah terbesar di Jerman menunjukan kekalahan Partai Kristen Demokrat, partai tengah kanan yang mengusung Kanselir Jerman, Angela Merkel. Pemilu tidak langsung yang memang dilaksanakan 18 bulan sebelum pemilu nasional tersebut, menjadi sangat penting karena hasil pemilu di wilayah ini dapat mempengaruhi politik Nasional. Gambar 4.1

Sumber: http://suffragio.org/2012/05/14/election-results-northrhine-westphalia/, diakses pada tanggal 17 Desember 2012

96

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Gambar 4.2

Sumber:http://www.dailymail.co.uk/news/article-2140427/Germany-collision-courseanti-austerity-president-sour-faced-Sarko-breaks-cover-official-duties.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2012

Gambar 4.329

Gambar 4.430

29

Sumber: http://research.nordeamarkets.com/en/2012/09/13/dutch-voters-give-firmsupport-to-the-euro/, diakses pada tanggal 17 Desember 2012. 30 Sumber:http://blog.thomsonreuters.com/wpcontent/uploads/2012/06/RTR33T3C_Comp.jpg,diakses pada tanggal 17 Desember 2012

97

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Hasil yang berbeda ditunjukan oleh pemilu yang diselenggarakan di Belanda dan Yunani, pemilih di Belanda memilih partai VVD berhalauan tengah-kanan sebagai pemenang, sementara Freedom Party (radikal kanan) yang digawangi oleh Geert Wilders dengan kampanye anti-imigran dan anti Islam mengalami kekalahan. Sementara di Yunani partai yang mendukung kebijakan bail out memenangkan pemilu negara ini. Kemenangan dan kekalahan partai berhalauan tengah-kanan di empat negara anggota Uni Eropa mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebijakan Austerity policy. Kebijakan pemulihan ekonomi ini dilakukan dengan mengurangi deficit budget melalui upaya pemotongan budget kesejahteraan sosial yang dianggap tidak produktif. Beberapa kebijakan kesejahteraan sosial yang dikorbankan misalnya pengurangan pengeluaran pada pelayanan public hingga kebijakan pengurangan jaminan sosial bagi kelompok tak mampu yang selama ini bergantung pada uang jaminan ini. Austerity Policy dipercaya oleh Jerman dan Prancis (pada kepemimpinan Sarzkozy) mampu mengatasi krisis ekonomi Eropa. Namun, kekalahan keduanya menunjukan akan adanya penolakan rakyat terhadap kebijakan ini. Di sisi lain, kemenangan di Belanda dan Yunani mengindikasikan kebijakan pengurangan defisit ini masi didukung. Kedepannya, perdebatan antara upaya penyelesaian krisis ala Paris yg menolak kebijakan ini atau ala Berlin yang mendukung Austerity Policy akan mewarnai upaya negara negara anggota Uni Eropa dalam menentukan paket perbaikan ekonomi di negaranya.

98

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Tentu saja Jerman sebagai kontributor terbesar dana talangan untuk menyelamatkan negara negara anggota yang sedang mengalami krisis mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam arah kebijakan yang diambil Uni Eropa. Jerman sendiri sedang menghadapi sebuah kemungkinan akan munculnya masalah besar terhadap kondisi politik dalam negeri jika mengucurkan dana talangan sebelum pemilu di Jerman yang akan dilaksanakan pada tanggal September 2013. Hal ini dikarenakan mayoritas rakyat Jerman telah marah mengetahui Jerman sebagai pihak yang membayar hampir seluruh dana talangan. Bahkan, rencana pemerintah Jerman untuk memberikan dana talangan ini ditentang oleh lebih dari 37 ribu warga dan politikus Jerman. Mereka menandatangani petisi menolak rencana itu dan mengajukan ke Mahkamah

kontitusi (Tempo, September 2012). Gambar 4.5

99

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Kekuatan Jerman hanya tampak di permukaan. Nasib ekonomi Jerman tergantung pada apa yang terjadi di seluruh Eropa. Bila euro menurun Jerman ikut terpengaruh. Jerman diharapkan untuk memanggul seluruh Eropa di

punggungnya, tetapi pundaknya terlalu sempit untuk memanggul beban sebesar itu. Jerman mencoba mencegah bangkrutnya Yunani, tetapi bukan karena kebaikan hati mereka, tetapi guna menyelamatkan bank-bank Jerman. Mereka tidak ingin ini menyebar ke negara-negara lain. Bank-bank Jerman memegang 17 milyar euro utang Yunani, tetapi mereka memegang 116 milyar euro utang Italia. Jerman harus mendukung Yunani. Mereka tidak punya pilihan lain. Akan tetapi, Jerman tidak akan bisa membayar kebangkrutan Spanyol dan Italia, dan membail-out mereka. Kenyataan ini semakin menjadi nyata di Berlin, sehingga menyebarnya krisis ekonomi ini mengancam menyeret Jerman. Mereka telah gagal menyelesaikan krisis Yunani dengan injeksi uang yang besar. Dan tidak ada cukup uang di Bundesbank untuk menghapus utang-utang Spanyol dan Italia, Inilah mengapa gagasan Surat Obligasi Euro ditentang oleh Jerman, yang harus menanggung biaya ini. Ini akan memerlukan negosiasi perjanjian EU yang baru. Ini akan menjadi pengalaman yang paling menyakitkan, yang jauh dari menyatukan Eropa, tetapi justru mengekspos semua kontradiksi-kontradiksi dan friksi-friksi antara negara-negara Eropa. Alih-alih menciptakan Eropa yang tersatukan, ini menjadi permasalahan yang mempercepat perpecahan Uni Eropa.

100

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Grafik 4.6 Rasio Utang Terhadap PDB Spanyol (2006-2011)

Sumber: www.tradingeconomics.com di akses pada tanggal 15 Desember 2012

4.2 Menguatnya sentimen rakyat negara negara anggota Ketika European Coal and Steel Community dibentuk pada tahun 1951 hanya beranggotakan enam negara sedangkan saat ini Uni Eropa mempunyai 27 negara yang berpartisipasi dalam Integrasi regional. Meningkat pesatnya jumlah anggota sejalan dengan semakin besarnya institusi institusi Eropa dan perangkat perangkat regulatornya akhirnya membuat kondisi integrasi kawasan ini semakin kompleks dan sulit untuk menjaga legitimasi dari Uni Eropa. Menurut Klauss Schwab (2012) kegagalan institusi Uni Eropa dikarenakan oleh Europe is perceived as a faceless entity. The crisis has shown that the governance of the EUs political economy is too weak. The executive authority is dispersed among too many different and fairly obscure institutions and players, and democratic accountability is thin. Terjadinya krisis ekonomi ini akhirnya semakin membuat

101

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 rakyat negara negara anggota Uni Eropa kehilangan kepercayaan terhadap institusi ini. Gambar 4.6

Sumber: European Commission, Euro Barometer 73 public opinion in the European Union , 2012. http://ec.europa.eu/public_opinion/archives/eb/eb73/eb73_first_en.pdf diakes pada tanggal 10 Januari 2013

Dari data jajak pendapat diatas yang dilakukan oleh European Commision dapat dilihat bahwa meskipun secara general publik masih cenderung percaya terhadap Uni Eropa maupun pemerintahan nasional mereka. Tetapi jika diamati lebih cermat dapat dilihat bahwa ditahun 2006 2012 kepercayaan publik terhadap Uni Eropa terus mengalami penurunan dari 57% menjadi berada di titik terendahnya 31%. Sedangkan kepercayaan publik terhadap pemerintah nasional meskipun fluktuatif dengan angkat tertinggi berada di 43% dan terendah 24% namun diakhir tahun mengalami kenaikan menjadi 28%. Jarak antara

kepercayaan publik terhadap nasional dan Uni Eropa semakin sempit. Hal ini

102

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 sudah tentu dikarenakan krisis ekonomi yang terjadi, dan rakyat negara negara anggota semakin tidak percaya dan merasa tidak terwadahi kepentingannya di Uni Eropa. Gambar 4.7

Sumber: European Commission, Euro Barometer 73 public opinion in the European Union, 2012 http://iuwest.wordpress.com/2012/04/17/the-european-commission-andeuroscepticism-2/ diakes pada tanggal 10 Januari 2013

Menurut data yang menyorot pendapat masyarakat Uni Eropa terhadap institusi institusi Uni Eropa yaitu European Central Bank, Council of the European Union, European Parlement dan European Commision. Keempat institusi tersebet mengalami penurunan kepercayaan yang signifikan antara tahun 2008 2011. Komisi Eropa menjadi institusi yang mengalami penurunan paling tajam dari 52% di 2007 menjadi 36% di 2011 (-16%), hal ini dikarenakan komisi Eropa adalah dikarenakan komisi Eropa adalah institusi yang mengawasi

103

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 implementasi regulasi regulasi Uni Eropa, hal ini berarti komisi Eropa adalah wajah dari supranasional Uni Eropa dan yang menjadi manifestasi Uni Eropa dalam mengintervensi kedaulatan negara negara anggotnya. Sedangkan komisi Eropa bukanlah institusi yang anggotanya dipilih secara langsung seperti parlemen Eropa atau layaknya dewan Eropa yang anggotanya adalah menteri menteri perwakilan dari negara negara anggota yang jabatannya dipilih langsung melalui pemilihan nasional. Anggota anggota komisi Eropa dipilih langsung oleh pemerintahan nasional sehingga tidak ada partisipasi dari rakyat dalam pemilihannya (Wilken, 2012). Sedangkan ECB sebagai institusi yang pada masa krisis ekonomi ini menjadi institusi yang paling disorot mengenai perannya di dalam krisis menjadi institusi yang paling fluktuatif dalam hal kepercayaan masyarakat. Dari berbagai pembahasan diatas dapat dilihat bahwa sentimen rakyat negara negara anggota Uni Eropa semakin meningkat sejak terjadinya krisis ekonomi yang terjadi. Tekanan tekanan dari dalam negeri ini semakin membuat negara negara utama Uni Eropa sebagai negara yang mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi arah kebijakan Uni Eropa memperkuat eksistensinya demi kepentingan nasionalnya masing masing.

104

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah yang dihadirkan maka pernyataan tesis pada penelitian ini terbukti dengan menarik kesimpulan bahwa krisis ekonomi negara-negara di Uni Eropa tidak dapat diselesaikan ditengah kondisi integrasi ekonominya yang terus meningkat disebabkan oleh benturan kepentingan nasional diantara negara-negara utama di Uni Eropa seperti Jerman, Prancis dan Inggris yang mendorong pandangan berbasis sovereignty yang dipicu oleh menguatnya sentimen nasional dan meluasnya krisis ekonomi menjadi krisis politik sehingga makin sulit menyatukan posisi dalam menghadapi krisis secara regional. Benturan kepentingan ini terjadi dikarenakan oleh sebagai suatu integrasi regional yang telah melewati berbagai tahapan integrasi ekonomi hingga munculnya Uni Eropa dan Euro sebagai mata uang tunggal. Krisis ekonomi yang menimpa negara negara anggota Uni Eropa ini harus di tangani dalam kerangka regional. Mekanisme ini memunculkan kebijakan, keputusan dan perjanjian dalam upaya menangani krisis ekonomi yang terjadi. Ketika negara negara besar terlibat dalam proses pengambilan kebijakan regional maka kondisi ekonomi dan politik Nasional sangat berpengaruh dalam pilihan pilihan yang dilakukan oleh negara negara tersebut. Melihat perkembangan dari krisis yang terjadi di Uni Eropa, dapat disimpulkan bahwa dinamika nasional di negara negara anggota Uni Eropa berperan penting terhadap proses yang terjadi dalam regionalisme di kawasan tersebut. Pada dasarnya, arah kebijakan Uni Eropa merupakan hasil dari

105

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 proses negosiasi intergovernmental yang dilakukan oleh negara negara anggotanya. Sedangkan kebijakan kebijakan Uni Eropa telah memantik sebuah kondisi yang tidak menguntungkan bagi negara negara Uni Eropa serta reaksi dari rakyat negara negara anggota Uni Eropa. Seperti kerusuhan yang akhirnya mengakibatkan ribuan orang terlibat baku hantam dengan aparat di ibukota Yunani, Athena, saat berdemo menentang langkah penghematan. Di beberapa titik, massa dengan aparat berjibaku. Dilaporkan dua orang polisi dan empat demonstran terluka, sementara itu 12 orang demonstran lainnya ditahan (viva news, 2011). Massa menolak rencana pemerintah Yunani untuk menerapkan program Austerity jilid II. Akhirnya terjadi krisis politik di Negara - negara Uni Eropa di dalam ini telah dibuktikan dengan memberikan data dan fakta yaitu dengan jatuhnya beberapa pemimpin negara- negara Uni Eropa seperti Yunani dan Italia. Tekanan dari dalam negeri dan regional akhirnya memakan korban politik dengan mundurnya perdana menteri Yunani George Papanderou dan perdana menteri Italia Silvio Berlusconi. Kemudian, krisis politik yang terlihat adalah dengan adanya perbedaan pandangan dan posisi antara tiga negara utama di Uni Eropa yaitu Jerman, Perancis dan Inggris mengenai program Austerity. Benturan antara kepentingan nasional dan regional ini akhirnya mengakibatkan pergulatan di dalam negara negara anggota Uni Eropa dalam menyikapi kebijakan kebijakan yang diambil baik oleh negara maupun Uni

106

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Eropa sebagai organisasi regional. Selama beberapa bulan dan pekan terakhir ini ada satu hal yang sangat jelas yakni situasi di kawasan Eropa semakin bermasalah jika dilihat dari tak membaiknya ekonomi negara negara Zona Eropa. Sejauh ini tidak ada rencana yang jelas untuk mengatasi krisis tersebut, dan satu demi satu negara terpuruk ke dalam resesi atau bahkan depresi besar. Hal ini mengakibatkan menguatnya sentimen nasional terhadap Uni Eropa dan kebijakan kebijakannya. Rakyat negara negara anggota Uni Eropa semakin reaktif dan pesimis terhadap kebijakan kebijakan yang di tetapkan oleh Uni Eropa. Kemenangan dan kekalahan partai berhalauan tengah-kanan di empat negara anggota Uni Eropa mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebijakan Austerity policy. Kebijakan pemulihan ekonomi ini dilakukan dengan mengurangi deficit budget melalui upaya pemotongan budget kesejahteraan sosial yang dianggap tidak produktif. Beberapa kebijakan kesejahteraan sosial yang dikorbankan misalnya pengurangan pengeluaran pada pelayanan public hingga kebijakan pengurangan jaminan sosial bagi kelompok tak mampu yang selama ini bergantung pada uang jaminan ini. Austerity Policy dipercaya oleh Jerman dan Prancis (pada kepemimpinan Sarzkozy) mampu mengatasi krisis ekonomi Eropa. Namun, kekalahan keduanya menunjukan akan adanya penolakan rakyat terhadap kebijakan ini. Terjadinya krisis ekonomi ini akhirnya semakin membuat rakyat negara negara anggota Uni Eropa kehilangan kepercayaan terhadap institusi ini. Pemerintah nasional negara negara anggota Uni Eropa pun semakin kesulitan dalam mengambil posisi di dalam krisis yang terjadi. Dan akhirnya negara
107

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 negara besar di Uni Eropa (Jerman, Inggris dan Prancis) memperkuat eksistensinya di tataran regional demi kepentingan nasionalnya masing masing. Sehingga Integrasi ekonomi yang terus meningkat akhirnya menjadi sebuah ajang memperkuat eksistensi masing masing negara. Saran untuk penelitian selanjutnya Di dalam penelitian ini penulis mengambil sudut pandang

intergorvermentalist dalam melihat kelemahan yang terjadi dengan adanya integrasi ekonomi ketika terjadi krisis ekonomi. Di dalam perjalanannya mengamati krisis ekonomi yang terjadi dan pengaruhnya terhadap integrasi ekonomi Eropa, peneliti melihat kerapuhan kerangka sebuah integrasi ekonomi kawasan seperti Uni Eropa rawan merembet kepada dimensi politik ketika terjadi krisis ekonomi. Namun, penelitian ini masi mempunyai celah dimana permasalahan democracy deficit merupakan faktor utama mengapa Uni Eropa menjadi sebuah integrasi kawasan yang tidak sempurna. Sehingga jika ada penelitian selanjutnya sudut pandang demokrasi di dalam integrasi dapat dijadikan pintu masuk untuk melihat faktor tersebut mempengaruhi penyelesain krisis yang terjadi.

108

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Referensi Andrew Hurrell, The Regional Dimension of International Relations Theory, in Mary Farrell, Bjrn Hettne and Luk Van Langenhove (eds), The Global Politics of Regionalism. Theory and Practice. (London: Pluto Press, 2005), pp.38-53. A Timeline of the Italians. http://www.scaruffi.com/politics/italians.html, diakses tanggal 6 Januari 2013. Bowyer, Jerry. (2012) Happy Birthday, Milton Friedman, the European crisis is your latest vindication, Forbes, 1 Juli 2012. (Online). Di ambil dari: http://www.forbes.com/sites/jerrybowyer/2012/08/01/happy-birthday-miltonfriedman-the-european-crisis-is-your-latest-vindication/ diakses pada tanggal 8 Januari 2013. Bonggas Adhi Chandra, Kedaulatan dalam Tekanan Globalisasi dalam Hermawan Yulius P, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu 2007, hal 130 Brimg,2012.(Online)http://www.brimg.net/images/economics/euro-crisistimeline-1999.jpg diakses pada tanggal 20 Desember 2012
BBC, 2012. (Online) http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-18068187. Di akses

5 Januari 2013 BBC, 2012. (Online) http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-17435616, , diakses tanggal 6 Januari 2013 Charles W. Kegley Jr., Eugene R. Wittkopf, World Politics: Trends and Transformation , 6thed., St. Martin Press, New York, 1997, hlm. 163. Christopher Hill (ed.), The Actors in Europes Foreign Policy, Routledge, London, 1996, hlm. 1. Chaudhary, Ganga Dhar. 2005, Politics, Ethics, and Social Responsibility of Business, Paragon Books. Culpeper, Roy. 2005, Approaches to Globalization and Inequality within the International System, United Nations Research Institute for Social Development. Carnegy, Hugh. 2012, Germany must accept growth pact says Hollande, Financial Times (Online),http://www.ft.com/cms/s/0/b7df3226-8edf-11e1-aa1200144feab49a.html#axzz2IABGyfyX di akses pada tanggal 7 Januari 2013

109

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Cinditya,Anggita.http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/01/03/menelusur i-krisis-eropa/diakses 3 Januari 2013 De Grauwe. P, 2009, Economics of Monetary Union. 8thed. Oxford: Oxford University Press. Euobserver, 2012. (Online) http://euobserver.com/economic/30293 diakses pada tanggal 8 Januari 2013 Europa, 2012. (Online) http://europa.eu/rapid/press-release_DOC-11-8_en.htm diakses pada tanggal 9 Januari 2013 Fajar, 2011. Berhemat, Yunani Pecat 15 Ribu Pegawai Negeri. Gksel, Nilfer Karacasulu. 2004, Globalisation and the State, Dokuz Eylul University, Izmir. Gereffi, Gary. Castillo, Mario. & Fernandez-Stark, Karina. 2009, The offshore services industry: a new opportunity for latin america, Policy Brief IDB-PB-101, Desember, Inter-American Development Bank. Guardian,2011. (Online) http://www.guardian.co.uk/business/2011/dec/02/angelamerkel-eurozone-fiscal-union diakses pada tanggal 9 Januari 2013 Guardian,2011.(Online)http://www.guardian.co.uk/business/2011/dec/02/europea n-fiscal-union-experts diakses pada tanggal 9 Januari 2013 Greece Government Debt. http://www.tradingeconomics.com/greece/governmentdebt-to-gdp, diakses tanggal 27 November 2012 Held, David. & McGrew A. 1998, The end of the old order?, Review of International Studies, vol. 24. Held, David. 1989, Political Theory and the Modern State, Stanford University Press, California. Hirst, Paul Q. & Thompson, Grahame. 1996, Globalisation in Question: the Interna-tional Economy and the Possibilities of Governance, Blackwell, Cambridge. Ivan Theofilus. Penyebab Krisis Ekonomi Eropa. http://mss-feui.com/?p=605, diakses tanggal 28 Desember 2012 Ibister, John. 2003, Promise Not Kept, Kumarian Press, Bloomfield, USA.

110

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 http://iuwest.wordpress.com/2012/04/17/the-europeancommission-and-euroscepticism-2/ diakses pada tanggal 13 Januari 2013
Iuwets, 2012. (Online)

Jackson, Robert. & Sorensen, Georg. 1999, Introduction to International Relations, Oxford University Press, New York. Krazner. Stephen D, 1999, Sovereignty: organized hypocrisy. Princeton University Press, Kirshner, Jonathan (ed). 2006, Globalization and National Security, Routledge, New York. Kahler, Miles. 2005, Territoriality and conflict in an era of globalization, School of International Relations and Pasific Studies, University of California, San Diego. Khondker, Habibul Haque. 2004, Glocalization as globalization: evolution of a sociological concept, Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 1, No. 2, July, [19]. Krasner, Stephen D. 1993, Westphalia and all that, dalam Ideas and Foreign Policy: Beliefs, Institutions, and Political Change, J. Goldstein & Robert O. Keohane (eds), Cornell University Press, Ithaca. Kompas,2011.(Online)http://nasional.kompas.com/read/2011/11/13/08421716/Be rlusconi.Mundur.Roma.Gegap.Gempita. Diakses pada tanggal 9 Januari 2013 Lindert, Peter H. & Williamson, Jeffrey G. 2001, Globalization and inequality: a long history, Annual Bank Conference on Development Economics - Europe, June 25-27, Barcelona. Levvit, Theodore. 1983, The globalization of markets, Harvard Business Review, May-June, [1-20]. Leon Linberg, Stuart Scheigold, Europes World Policy, Prentice Hall, New Jersey, 1971
Lapavitsas,Costas.2012,Guardian(online)http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2 012/dec/26/germany-austerity-beggar-europe-eurozone diakses tanggal 8 Januari 2013. Liputan6, 2012. (Online) http://news.liputan6.com/read/361339/referendum-batal-

papandreou-dituntut-mundur diakses 13 Januari 2013

111

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010
Monaghan,Angela.2012,Telegraph(Online)http://www.telegraph.co.uk/finance/financ

ialcrisis/9283191/Angela-Merkel-astonished-by-austerity-debate-as-Germanyleft-increasingly-isolated-on-eurobonds.html diakses 5 Januari 2013 Martin Feldstein, The Failure of the Euro, Foreign Affairs, 13 December 2011. Web. 31 October 2012. http://www.foreignaffairs.com/articles/136752/martinfeldstein/the-failure-of-the-euro diakses pada tanggal 12 Januari 2013. Neill Nugent, The Government and Politics of the European Union 7th Edition , (London: Palgrave Macmillan,2010)
NewYorkTimes,2011.(Online)http://www.nytimes.com/2011/11/02/world/europe/au

sterity-faces-political-test-in-greek-turmoil.html?_r=2&ref=global-home& diakses 12 Januari 2013 Ohmae, Kenichi. 1996, The End of the Nation State: the Rise of Regional Economics, Harper Collins, London. Quiggin, John. 2005, Interpreting Globalization: Neoliberal and Internationalist Views of Changing Patterns of the Global Trade and Financial System, United Nations Research Institute for Social Development, United Nation. Rai, Vinay. & Simon, William L. 2007, Think India, Dutton, New York. Reich, Robert. 2004, Higher Education Market Warning, Annual Higher Education Policy Institute Lecture, Britain. Reuters, 2011. (Online) http://www.reuters.com/article/2011/10/31/us-greecereferendum-idUSTRE79U5PQ20111031 Diakses pada tanggal 14 September 2012 Reuters, 2012. (Online)http://uk.reuters.com/article/2012/12/14/uk-italy-debtrecord-idUKBRE8BD0H620121214 Diakses pada tanggal 27 Desember 2012 Sorensen, George. 1998, IR theory after the cold war, Review of International Studies, vol. 24. Stiglitz, Joseph E. 2005, The overselling of globalization, dalam Globalization: Whats New, Michael M Weinstein (ed.), Columbia University Press, New York. Stiglitz, Joseph E. 2002, Globalization and Its Discontents, W.W. Norton, New York. Strange, Susan. 1997, The erosion of the state, Current History, 96 (613).

112

Tesis Magister (S2) Menguatnya pandangan berbasis kedaulatan ketika Uni Eropa terkena krisis ekonomi Indra Kusumawardhana 071045010 Soros, George, The tragedy of Europe New York books, 27 September 2012,
http://www.nybooks.com/articles/archives/2012/sep/27/tragedy-european-union-andhow-resolve-it/ di akses pada tanggal 5 Januari 2013 Social Europe, 2012. (Online) http://www.social-europe.eu/2012/06/heading-for-the-

margins-the-uk-and-the-eu/ diakses 5 Januari 2013 SeputarForex,2012.(online)http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id =93176&title=menunggu_bubarnya_uni_eropa_3_uni_sovyet_pun_akhirnya_haru s_bubar diakses 13 Januari 2012
Spiegel, 2012. (Online) http://www.spiegel.de/international/germany/analysis-of-

impact-of-elections-on-angela-merkel-s-european-policy-a-833151.html diakses pada tanggal 14 September 2012 Spiegel, 2012. (Online) http://www.spiegel.de/international/germany/analysis-ofimpact-of-elections-on-angela-merkel-s-european-policy-a-833151.html. Di akses pada tanggal 8 Januari 2013. Theodore A. Couloumbis, James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power , terj. Marcedes Marbun, , edisi ketiga, Abardin, Bandung, 1986, hlm. 66.
Verdun. Amy, 2000, European Responses to Globalization and Financial Market Integration. Macmillan press Ltd. Verdun, Amy. & Jones. Erik, 2005. The Political Economy of European Integration, first edition, routledge. Washingtonpost,2012.(Online)http://www.washingtonpost.com/wp-

srv/special/world/euro-zone-treaty/images/finalcharts.jpg diakses pada tanggal 20 Desember 2012. Weiss, Linda. 2000, Globalization and state power, Development and Society, Vol. 29, No. 1, June, [1-15] Xinhuanet, 2010. (Online) http://news.xinhuanet.com/english2010/world/201101/06/c_13678088.htm diakses pada tanggal 8 Januari 2013

113

Anda mungkin juga menyukai