Penyakit Batu Empedu
Penyakit Batu Empedu
BAB I PENDAHULUAN Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di Negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relative kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Batu empedu umumnya ditemukan didalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut batu saluran empedu sekunder. Di Negara barat 10-15% pasien dengan batu kandung empedu juga disertai saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer didalam saluran empedu intra- atau ekstrahepatik tanpa melibatkan kandung empedu. Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah asia dibandingkan dengan pasien di Negara barat. Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas benar, tetapi komplikasi akan lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimptoatik.
2011
2011
A. ANATOMI FISIOLOGIS SEKRESI EMPEDU ANATOMI Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati. Pembuluh arteri kandung empedu adalah a. cystica, cabang a. hepatica kanan. V. cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu. Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi
2011
2011
2011
Sekresi Empedu Oleh Hati dan Fungsi Dari Sistem Empedu. Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara 600 dan 1000 ml/hari. Empedu melakukan dua fungsi penting yaitu : 1. Pertama, empedu memainkan peranan penting dalam
pencernaan dan absorpsi lemak, bukan karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu di dalam empedu melakukan dua hal : Asam empedu membantu mengemulsikan partikelpartikel lemak yang besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil, permukaan partikel tersebut dapat diserang oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pancreas Asam empedu membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui membran mukosa intestinal 2. Kedua, empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang penting dari darah. Hal ini meliputi bilirubin , suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol.
2011
kedalam duktus biliaris terminal dan kemudian secara progresif kedalam duktus yang lebih besar, akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus hepatikus komunis. Dari sini empedu langsung dikeluarkan kedalam duodenum atau dialihkan dalam hitungan menit sampai beberapa jam melalui duktus sistikus kedalam kandung empedu. Dalam perjalanannya melalui duktus-duktus billiaris, bagian kedua dari sekresi hati ditambahkan kedalam sekresi empedu yang pertama. Sekresi tambahan ini berupa larutan ion-ion natrium dan bikarbonat encer yang disekresikan oleh sel-sel epitel sekretoris yang mengelilingi duktus-duktus. Sekresi kedua ini kadang meningkatkan jumlah empedu total sampai 100 persen . sekresi kedua ini dirangsang terutama oleh sekretin, yang melepaskan sejumlah ion bikarbonat tambahan sehingga menambah jumlah ion bikarbonat dalam sekresi pancreas (untuk menetralkan asam yang dikeluarkan dari lambung ke duodenum).
6
2011
Penyimpanan dan Pemekatan Empedu di Dalam Kandung Empedu. Empedu disekresikan secara terus-menerus oleh sel-sel hati namun sebagian besar normalnya disimpan di dalam kandung empedu sampai diperlukan di dalam duodenum. Volume maksimal yang dapat ditampung kandung empedu hanya 30 sampai 60 mililiter. Meskipun demikian, sekresi empedu selama 12 jam (biasanya sekitar 450 mililiter) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air, natrium, klorida, dan kebanyakan elektrolit lainnya secara terus menerus diabsorbsi melalui mukosa kandung empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu yang mengandung garam empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin.
2011
Komposisi Empedu.
KOMPOSISI EMPEDU
EMPEDU HATI
EMPEDU
PADA
KANDUNG EMPEDU Air Garam empedu Bilirubin Kolesterol Asam lemak Lesitin Na+ K+ Ca++ ClHCO397,5 g/dl 1,1 g/dl 0,04 g/dl 0,1 g/dl 0,12 g/dl 0,04 g/dl 145,04 mEq/L 5 mEq/L 5 mEq/L 100 mEq/L 28 mEq/L 92 g/dl 6 g/dl 0,3 g/dl 0,3 sampai 0,9 g/dl 0,3 sampai 1,2 g/dl 0,3 g/dl 130 mEq/L 12 mEq/L 23 mEq/L 25 mEq/L 10 mEq/L
Tabel diatas menunjukkan komposisi empedu pada saat pertama kali disekresikan oleh hati dan kemudian setelah empedu dipekatkan
2011
Pengosongan Kandung Empedu. ketika makanan mulai dicerna di dalam traktus gastrointestinal di dalam traktus gastrointestinal bagian atas, kandung empedu mulai dikosongkan, terutama sewaktu makanan berlemak mencapai
duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Mekanisme pengosongan kandung empedu adalah kontraksi ritmis dinding kandung empedu, tetapi pengosongan yang efektif juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi, yang menjaga pintu keluar duktus billiaris komunis kedalam duodenum. Sejauh ini rangsangan yang paling poten menyebabkan kontraksi kandung empedu dalah kolesistokinin. Hormone ini menyebabkan peningkatan sekresi enzim pencernaan oleh sel-sel asinar pancreas. Rangsangan untuk memasukan kolesistokinin ke dalam darah dari
2011
10
2011
menjadi bentuk yang kecil. Proses ini disebut emulsifikasi atau fungsi deterjen dari garam-garam empedu. Kedua, dan yang jauh lebih penting daripada fungsi emulsifikasi, garam-garam empedu membantu absorbsi dari asam lemak, monogliserida, kolesterol dan lemak lain dalam traktus intestinal. Garam empedu melakukan fungsi ini dengan cara membentuk kompleks-kompleks fisik yang sangat kecil dengan lemak ini, kompleks ini disebut dengan micel, dan bersifat semi-larut didalam kimus akibat muatan listrik dari garam-garam empedu. Lemak usus diangkut dalam bentuk ini kemukosa usus, tempat lemak kemudian diabsorbsi kedalam darah. Tanpa adanya garam-garam empedu di dalam traktus
11
2011
Sirkulasi Enterohepatik Garam-Garam Empedu. Sekitar`94 % garam empedu direabsorbsi kedalam darah dari usus halus, sekitar setengahnya dengan cara difusi melalui mukosa pada bagian awal usus halus dan sisanya melalui proses transport aktif melewati mukosa usus pada bagian distal ileum. Garam empedu, lalu memasuki darah portal dan diteruskan kembali kehati. Pada saat mencapai hati,pada saat pertama lewat melalui sinusoid vena, garamgaram empedu diabsorbsi kembali hampir seluruhnya pada aliran pertama melalui sinusoid vena. Kembali kedalam sel-sel hati kemudian disekresikan kembali kedalam kandung empedu. Dengan cara ini,sekitar 94% dari semua garam empedu disirkulasikan kembali kedalam empedu, sehingga rata-rata garam ini akan mengalami sirkulasi sebanyak 17 kali sebelum dikeluarkan bersama tinja. Sejumlah kecil garam empedu yang dikeluarkan kadalam tinja akan diganti dengan jumlah garam yang baru yang dibentuk secara terus menerus oleh sel hati. Sirkulasi ulang garam empedu ini disebut sirkulasi enterohepatik garam-garam empedu. Jumlah empedu yang disekresi oleh hati setiap harinya sangat bergantung pada tersedianya garam-garam empedu, makin banyak jumlah garam empedu pada sirkulasi enterohepatik (biasanya sekitar 2,5 gr), makin besar kecepatan sekresi empedu. Tentu saja,
12
2011
Peranan Sekretin Dalam Membantu Pengaturan Sekresi Empedu. Selain efek perangsangan yang kuat dari asam empedu untuk menyebabkan terjadinya sekresi empedu, hormone sekretin yang juga merangsang sekresi pancreas meningkatkan sekresi empedu, kadangkadang lebih dari dua kali lipat selama beberapa jam sesudah makan. Peningkatan sekresi ini hampir semuanya adalah sekresi larutan encer yang kaya akan natrium bikarbonat oleh sel epitel duktulus dan duktus empedu, dan bukan peningkatan sekresi oleh sel-sel parenkim hati itu sendiri. Bikarbonat kemudian akan diteruskan kedalam usus halus dan bergabung dengan bikarbonat dari pancreas untuk enetralkan asam klorida dari lambung. Jadi, mekanisme umpan balik sekretin untuk menetralkan asam duodenum bekerja tidak hanya melalui efeknya terhadap sekresi pancreas tetapi juga, dalam jumlah yang lebih sedikit, melalui efeknya terhadap sekresi oleh duktulus dan duktus hati.
13
2011
Sekresi Hati Berupa Kolesterol dan Pembentukan Batu Empedu. Garam-garam empedu dibentuk didalam sel-sel hepatic menggunakan kolesterol yang ada didalam plasma darah. Pada proses sekresi garamgaram empedu sekitar 1 sampai 2 gr kolesterol dipindahkan dari plasma darah dan disekresikan kedalam empedu setiap hari. Kolesterol hampir seluruhnya tidak larut didalam air murni, tetapi garam empedu dan lesitin dalam empedu dapat berkombinasi secara fisik dengan kolesterol, untuk membentuk micel ultramikroskopik dalam bentuk suatu larutan koloid. Jika empedu sudah dipekatkan didalam kandung empedu, garam-garam empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama dengan kolesterol, yang membuat kolesterol tetap dalam bentuk larutan. Pada kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap didalam kandung empedu, menyebabkan pembentukan batu empedu
kolesterol. Jumlah kolesterol pada dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan, karena sel-sel hepatic menyintesis kolesterol sebagai salah satu produk metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alas an inilah, orang-orang yang melakukan diet tinggi lemak selama bertahun-tahun akan medah mengalami batu empedu. Peradangan epitel kandung empedu, yang seringkali berasal dari infeksi kronis derajat rendah, juga dapat mengubah karakteristik absorpsi mukosa kandung empedu , kadang memungkinkan absorpsi berlebihan dari air dan garam-garam empedu tapi meninggalkan kolesterol didalam kandung empedu didalam konsentrasi yang
14
2011
B. PENYAKIT BATU EMPEDU DEFINISI Penyakit batu empedu (kolelitiasis) merupakan pembentukan batu empedu akibat pengendapan satu atau lebih komponen empedu (kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid) pada kandung empedu (kolekistolitiasis) atau dalam saluran empedu (koledokolitiasis). Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.
EPIDEMIOLOGI
15
2011
ETIOLOGI Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang dibentuk pada bagian saluran empedu lainnya. Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya akan tetapi , tampaknya factor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi kandung empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan factor terpenting dalam pembentukan batu empedu. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hati penderita batu empedu kolesterol
16
2011
pembentukan batu. Mucus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul akibat dari terbentuknya batu empedu, dibandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.
FAKTOR RESIKO Usia dan jenis kelamin, prevalensi batu empedu meningkat seumur hidup. Di amerika serikat, kurang dari 5% hingga 6% populasi yang berusia kurang dari 40 tahun yang mengidap batu, berbeda dengan 25% hingga 30% pada mereka yang berusia lebih dari 80 tahun. Prevalensi pada perempuan berkulit putih adalah sekitar dua kali dibandingkan dengan laki-laki. Etnik dan geografik, prevalensi batu empedu kolesterol mendekati 75% pada populasi amerika asli suku pima, hopi,
17
2011
PATOGENESIS Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya batu saluran empedu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori mayor yaitu : Batu kolesterol, dimana komposisi kolesterol melebihi 70%. Batu kolesterol biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur
18
2011
menggumpal menjadi Kristal-kristal kolesterol monohidrat yang padat, oleh karena itu, terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi batu empedu kolesterol : - Empedu harus mengalami supersaturasi oleh kolesterol didalam kandung empedu. - Pembentukan inti batu empedu (nukleasi) dimungkinkan secara kinetis ( terjadi percepatan kristalisasi kolesterol). - Kristal kolesterol yang terbentuk harus berada cukup lama di kandung empedu Nukleasi dipercepat oleh mikropresipitasi garam kalsium inorganic dan organic, yang berfungsi sebagai tempat nukleasi bagi batu kolesterol. Protein didalam empedu juga berperan. Stasis kandung empedu berperan penting dalam
19
2011
lemak rantai panjang. Batu pigmen hitam berkaitan dengan hemolisis kronis. Batu ini kaya akan residu hitam yang tak terekstrasi. Batu ini ditemukan dalam empedu steril dalam kandung empedu. Batu pigmen hitam biasanya kecil, berjumlah banyak, serta mudah remuk. Karena adanya kalsium karbonat dan fosfat, 50% hingga 75% batu pigmen hitam bersifat radioopak. Batu pigmen coklat berkaitan dengan infeksi saluran empedu. Batu coklat ditemukan disaluran intra- atau ekstra hati yang terinfeksi. Batu mengandung garam kalsium dari bilirubin takterkonjugasi dan sedikit garam kalsium lainnya, musin, glikoprotein dan kolesterol. Batu pigmen coklat biasanya tunggal atau sedikit serta lunak dengan konsistensi berminyak seperti sabun karena adanya garam asam lemak yang dibebaskan oleh kerja fosfolipase bakteri pada lesitin empedu. Batu pigmen coklat yang mengandung sabun kalsium bersifat radiolusen. Pathogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis empedu, malnutrisi, dan factor diet. Kelebihan aktifitas enzim -glucuronidase bakteri dan manusia (endogen)
20
2011
pembentukan batu.
GAMBARAN KLINIS Pasien dengan batu empedu dikelompokkan menjadi tiga kelompok : - Pasien dengan batu asimtomatik. - Pasien dengan batu empedu simtomatik. - Pasien dengan komplikasi batu empedu (kolesistitis akut, ikterus, kolangitis, pankreasitis). Sebagian besar (80%) pasien dengan batu empedu tanpa gejala / asimtomatik, baik waktu diagnosis maupun selama pemantauan. Studi perjalan penyakit dari 1307 pasien dengan batu empedu selama 20 tahun memperlihatkan
21
2011
berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang dari 12 jam. Pada pasien dengan menimbulkan komplikasinya. Pada pasien batu empedu dengan komplikasi gejala komplikasi batu empedu akan yang berbeda tergantung
kolesistitis akut maka pasien akan mengalami gejala nyeri hebat mendadak pada perut kanan atas dengan kombinasi mual, muntah,dan demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada perut kanan atas dan sering teraba kandung empedu yang membesar dan tanda-tanda peritonitis
(penurunan aktivitas peristaltik hingga timbul ileus paralitik ; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, menyebabkan terjadinya dehidrasi, gangguan sirkulasi, oliguria dan mungkin syok)
22
2011
kolangitis akut maka pasien akan mengalami gejala berupa trias charcot meliputi nyeri abdomen kuadran kanan atas, ikterus dan demam. Pada kolangitis akut supurativa trias charcot meliputi hipotensi, oligouri dan gangguan kesadaran. Pada pasien batu empedu dengan pankraesitis komplikasi
yang paling menonjol berupa nyeri perut hebat yang timbul mendadak dan terus menerus. Nyeri biasanya di epigastrium, tetapi dapat terpusat dikanan atau dikiri linea mediana. Nyeri sering menyebar ke punggung, dan penderita mungkin merasa lebih enak bila duduk sambil membungkuk kedepan. Posisi berbaring atau berjalan akan memperberat nyeri. Nyeri tersebut sering disertai mual, muntah,
berkeringat, dan kelemahan. Nyeri biasanya hebat selama sekitar 24 jam kemudian mereda selama beberapa hari. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan berbagai derajat syok, takikardia, leukositosis, dan demam. Ikterus ringan dapat timbul bila telah terjadi obstruksi
23
2011
DIAGNOSIS ANAMNESA Setengah sampai dua pertiga penderita batu empedu adalah
asimptomatik. Keluhan yang mungkin berupa dispepsia, yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan berlemak. Pada yang simptomatik, keluhan utama adalah nyeri di daerah epigastrium , kuadran atas kanan, atau prekordium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin memanjang lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbul awal nyeri kebanyakan perlahan - lahan, tetapi pada sepertiga kasus timbul tiba tiba. Penyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri menghilang setelah makan antasid. Kalau terjadi kolesistitis, keluhan
24
2011
25
2011
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan radiologi Foto Polos Abdomen , Kurang lebih 10 % dari batu kandung empedu bersifat radio opak sehingga terlihat pada foto polos abdomen. Ultasonografi (US), sebelum dikembangkan pencitraan
mutakhir seperti US, sejumlah pasien dengan penyakit batu empedu sering salah diagnosis sebagai gastritis atau hepatitis berulang. Dewasa ini merupakan pencitraan pilihan pertama untuk mendiagnosis batu kandung empedu dengan sensitivitas tinggi melebihi 95% US dapat menunjukkan adanya batu ataupun malfungsi dari kandung empedu sedangkan, untuk deteksi batu saluran empedu sensitivitasnya relative rendah berkisar antara 18-74%.
26
2011
suara ini diarahkan ke tubuh dan pantulan gelombangnya kemudian diolah komputer yang akan menunjukkan ada atau tidaknya batu empedu.
Endoscopic ultrasonografi
pemeriksaan dengan memakai instrument gatroskop dengan echoprob di ujung skop yang dapat terus berputar.
Dibandingkan dengan ultrasound transabdominal, EUS akan memberikan gambaran yang lebih jelas sebab echoprobenya ditaruh didekat organ yang diperiksa. Pada satu studi, sensitivitas EUS dalam mendeteksi batu saluran empedu adalah sebesar 97% sedangkan dengan ultrasound hanya sebesar 25% ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography), dapat digunakan untuk mendeteksi adanya batu di dalam
27
2011
28
2011
pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan umumnya ringan sehingga penanganan dapat efektif. Hanya sebagian kecil yang akan mengalami simtom akut (kolesistitis akut, kolangitis, pancreatitis) Untuk batu kandung empedu simtomatik, teknik kolesistektomi laparoskopik yang diperkenalkan pada akhir decade 1980 telah menggantikan teknik operasi kolesistektomi terbuka pada sebagian kasus. Kolesistektomi laparoskopik gagal atau tidak memungkinkan. Kolesistektomi invasive laparoskopik di dalam adalah rongga teknik pembedahan dengan
minimal
abdomen
menggunakan pneumoperitoneum, sistem endokamera dan instrument khusus melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh langsung kandung empedunya. Sejak pertama kali diperkenalkan, teknik bedah laparoskopik ini telah
29
2011
kolesistektomi laparoskopik telah dimulai tahun 1991 dan kemudian diikuti oleh senter-senter lain. Selama kurun waktu empat tahun (1991-1994) bedah laparoskopik telah dikerjakan pada 2687 pasien di empat senter di Indonesia dan kolesistektomi laparoskopik merupakan indikasi tersering dengan total sebanyak 2201 kasus. Konversi ke koleksistektomi konvensional dibutuhkan pada 2,7-6,2% pasien hal ini disebabkan anatomi. Indikasi kolesistektomi sebagai berikut : - Adanya keluhan bilier apabila mengganggu atau semakin sering atau berat. - Adanya komplikasi atau pernah ada komplikasi batu kandung empedu Adanya penyakit lain yang mempermudah timbulnya oleh kesulitan dalam mengenali
komplikasi misalnya Diabetes Mellitus, kandung empedu yang tidak tampak pada foto kontras dan sebagainya.
30
2011
dianggap sebagai bedah yang lebih bersahabat kepada pasien. Komplikasi cedera saluran empedu pada teknik ini yang umumnya terjadi pada tahap belajar dapat diatasi pada sebagian besar kasus dengan peasangan stent atau kateter nasobilier dengan ERCP. Penatalaksanaaan batu saluran empedu, ERCP terapeutik dengan melakukan sfingterotomi endoskopik untuk
mengeluarkan batu saluran empedu tanpa operasi pertama kali dilakukan tahun 1974. Sejak itu teknik ini telah berkembang pesat dan menjadi standar baku terapi non operatif untuk batu saluran empedu. selanjutnya batu didalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon ekstraksi melaui muara yang sudah besar tersebut menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja atau dikeluarkan melalui mulut bersama skopnya. Pada awalnya sfingterotomi endoskopik hanya diperuntukkan pada pasien lanjut usia yang mempunyai batu saluran empedu residif atau tertinggal pasca kolesistektomi atau mereka yang
31
2011
perkembangannya belum merata ke semua senter karena ERCP terapeutik ini membutuhkan keterampilan khusus dan jumlah pasien yang adekuat serta alat fluoroskopi yang memadai untuk mendapatkan hasil foto yang baik. Batu saluran empedu sulit, yang dimaksud dengan batu saluran empedu sulit adalah batu besar, batu yang terjepit disaluran empedu, atau batu yang terlatak diatas saluran empedu yang sempit. Untuk mengeluarkan batu tersebut sulit, diperlukan beberapa prosedur endoskopik tambahan sesudah sfingterotomi mekanik, seperti pemecahan laser, batu dengan litotripsi wave
litotripsi
electro-hydraulic
shock
litrotripsi. Bila usaha pemecahan batu empedu dengan berbagai cara diatas gagal sedangkan pasien mempunyai resiko operasi
32
2011
membahyakan jiwa dimana dibutuhkan drainase darurat. Penatalaksanaan kolangitis ditujukan untuk : 1. Memperbaiki keadaan umum pasien dengan pemberian cairan dan elektrolit. 2. Terapi antibiotic parenteral 3. Drainase empedu yang tersumbat. Beberapa studi acak tersamar memperlihatkan keunggulan drainase endoskopik dengan angka kematian yang jauh lebih rendah dan bersihan saluran empedu yang lebih baik dibandingkan operasi terbuka. Studi dengan control
memperkuat kesimpulan bahwa angka kematian dengan ERCP hanya sepertiga dibandingkan dengan operasi terbuka pada pasien dengan kolangitis yang berat. Oleh karenanya ERCP
33
2011
empedu sehingga tidak dibenarkan untuk dilakukan ERCP rutin. Sebaliknya sejumlah studi menunjukkan bahwa pasien dengan pancreatitis billier akut yang berat akan mempunyai resiko tinggi untuk mempunyai batu saluran empedu yang tertinggal bila kolangiografi dilakukan pada tahap dini sesudah serangan. Beberapa studi terbuka tanpa control memperlihatkan
sfingterotomi endoskopik pada keadaan ini tampaknya aman dan disertai penurunan angka kesakitan dan kematian. Data pada suatu studi retrospektif di Jakarta pada 22 pasien dengan pankreastitis bilier akut juga memperlihatkan sebagian
34
2011
35
2011
36
2011
Kombinasi dari terapi ini agar berhasil baik harus memenuhi beberapa kriteria mengingat faktor efektifitas dan
keamanannya. 1. Kriteria Munich : - Terdapat riwayat akibat batu tersebut (simptomatik). - Penderita tidak sedang hamil. - Batu radiolusen - Tidak ada obstruksi dari saluran empedu - Tidak terdapat jaringan paru pada jalur transmisi gelombang kejut ke arah batu. 2. Kriteria Dublin : - Riwayat keluhan batu empedu - Batu radiolusen - Batu radioopak dengan diameter kurang dari 3 cm untuk batu tunggal atau bila multiple diameter total kurang dari 3 cm dengan jumlah maksimal 3.
-
37
2011
memerlukan biaya yang tidak sedikit, serta dapat timbul rekurensi setelah pengobatan dihentikan. Faal hati yang baik juga merupakan salah satu syarat bentuk terapi gabungan ini , karena gangguan faal hati akan diperberat dengan pemberian asam empedu dalam jangka panjang. ESWL dapat dikatakan sangat aman serta selektif dan tidak infasif namun dalam kenyataannya masih terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi misalnya rasa sakit di hipokondrium kanan, kolik bilier, pankreatitis, ikterus,
pendarahan subkapsuler hati, penebalan dinding dan atropi kandung empedu. B. DIETETIK Prinsip perawatan dietetic pada penderita batu kandung empedu adalah memberi istirahat pada kandung empedu dan
mengurangi rasa sakit, juga untuk memperkecil kemungkinan batu memasuki duktus sistikus. Di samping itu untuk memberi
38
2011
KOMPLIKASI
39
2011
2011
bacterioides,atau enterobacter. kolangitis biasanya menyebabkan demam, menggigil, nyeri abdomen, dan ikterus. Bentuk terparah kolangitis adalah kolangitis supurativa, yang empedu purulennya memenuhi dan meregangkan saluran empedu, disertai resiko terbentuknya abses hati. Pankreatitis akut, batu empedu yang terjepit pada ampulla vaterri/ sfingter oddi atau adanya mikrolitiasis dapat
mengakibatkan pancreatitis akaut karena refluk cairan empedu kedalam saluran pancreas. Adanya mikrolitiasis ini diketahui dengan didapatkannya Kristal-kristal kolesterol monohidrat, kalsium bilirubinat, kalsium karbonat via ERCP atau dengan
41
2011
42
2011
43
2011
I.KESIMPULAN Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. Sebagian ahli membagi batu empedu menjadi : - Batu Kolesterol - Batu Campuran (Mixed Stone)
-
Batu Pigmen.
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya komplikasi. Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi yang berat.
44