Anda di halaman 1dari 12

CHOLELITIASIS

A. Pengertian
Kolelitiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) didalam kandung empedu atausaluran bilier.
Batu terbentuk dari unsure-unsur padat yang membentuk cairan empedu(smeltezer dan bare, 2002 )
Cholelitiasis adalah adanya pembentukan batu empedu(Kamus Kedokteran Dorlan, 1996 ).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimanaterdapatnya
batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memilikiukuran,bentuk dan komposisi
yang bervariasi (potter and perry ).
Cholelitiasis adalah penyakit yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam
ductus koledokus atau pada kedua-duanya.(Syamsuhidayat 2001)
Berdasarkan keempat pengertian diatas menurut kelompok kami menyimpulkanbahwa
kolelitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapatnya batu (kalkuli) didalam saluranempedu yang
memiliki ukuran,bentuk yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia
diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia
lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.

B. Anatomi dan Fisiologia.


a. Anatomi Hati
Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas, dan keduanya

dihubungkan oleh suatu saluran yang dikenal sebagai duktus biliaris (saluranempedu). Meskipun memiliki
saluran penghubung dan keduanya berperan dalam fungsiyang sama, tetapi hati dan kandung sangat berbeda
satu sama lain.Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik kimia pada tubuh manusia.
Hati merupakan suatu organ kompleks yang melaksanakan berbagai fungsi vital, mulai dari
mengatur

kadar

bahan

kimia

dalam

tubuh

sampai

menghasilkan

zat-zat

pembekuan

darah. Kandung empedu berbentuk seperti buah pir dan merupakan tempat penyimpanan empedu (cairan
pencernaan yang dihasilkan oleh hati). Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia.
Hepar pada manusia terletak pada bagianatas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran
atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram. Permukaan atas terletak
bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen.
Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intra abdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah
posterior-superior yang berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan
diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari
dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen.
Macam-macam ligamennya:
a. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding anterior abdomen dan terletak di antara
umbilicus dan diafragma.
b. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah ligament falciformis ;
merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yang telah menetap.
c. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakanbagian dari omentum
minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah proximal ke hepar.Di

dalam ligamentum ini terdapat Arteria hepatica, vena porta dan ductus choledocus communis.
Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.
d. Ligamentum Coronaria Anterior kiri kanan dan Ligamen coronaria posterior kiri kanan : Merupakan
e.

refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.


Ligamentum triangularis kiri kanan : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan
posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar
ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak
dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela
iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan
secara anatomisyaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.

b. Kandung Empedu
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang

terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan
membrane berotot, l letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai
pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm. Empedu yang disekresi secara terus menerus
oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil
tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati

sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus
komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus
koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus
membentuk ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran
dan ampla dikelilingi oleh serabut , dikenal sebagai sfingter Oddi. Fungsi utama kandung
empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu. Kandung empedu mampu menyimpan
sekitar 45 ml empedu yang dihasilkan hati. Empedu yang dihasilkan hati tidak langsung masuk
ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus
dan disimpan di kandung empedu. Pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan
garam-garam anorganik dalam kandung empedu sehingga cairan empedu dalam kandung empedu
akan lebih pekat 10 kali lipat daripada cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu akan
mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan
relaksasi sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu adalah
masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam makanan merupakan rangsangan
terkuat untuk menimbulkan kontraksi. Hormone CCK juga memperantarai kontraksi. Empedu
hati adalah cairan isotonic berpigmentasi dengan komposisi elektrolit yang menyerupai plasma
darah, komposisi elektrolit empedu dalam kandung empedu berbeda dari empedu hati karena
sebagian besar anion anorganik, klorida dan bikarbonat, disingkirkan memalui reabsorpsi
melintasi membrane basalis. Komponen utama empedu menurur berat termasuk air (82%), asam
empedu 12%, lesitin dan fosfolipid lain 4%, dan kolesterol yang tidak diesterifikasi 0,7%.unsur
pokok lain termasuk bilirubin terkonjugasi, protein ( IgA, hasil tambahan dari hormone dan
protein lain yang dimetabolisme dalam hati), elektrolit, mucus dan seiring obat dan hasil
tambahan metaboliknya.
a. Lapisan empedu
1) Lapisan serosa atau parietal
2) Lapisan otot bergaris
3) Lapisan dalam mukosa atau visceral disebut juga membrane mukosa
b. Fungsi kandung empedu
1) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.

2) Getah empedu adalah cairan yang di hasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap haridari setiap orang
di keluarkan 500-1000 cc sekresi yangn digunakan untuk mencernalemak. 80% dari getah
c.

empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya.


Duktus sistikus
Panjangnya kurang lebih 3,5 cm yang berjalan dari lekkuk empedu berhubungandengan duktus
hepatikus membentuk saluran empedu keduodenum.

d. Sterkobilin
Memberi warna feses dan sebagian di absorpsi kembali oleh darah dan membuat warna pada urin
yang di sebut urobilin.

e. Bagian dari kandung empedu.


1) Fundus vesikafelea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir setelah korpus
vesikafelea.
2) Korpus vesikafelea, bagian dari kandung empedu yang di dalamnya berisi getah empedu.
3) Leher kandung kemih, merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama
masuknya getah empedu ke dalam kandung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam
kandung empedu.
4) Duktus sistikus, panjangnya kurang lebih 3 cm berjalan dari leher kandung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum.
5) Duktus hepatikus saluran yang keluar dari leher.
6) Duktus koledokus, saluran yang membawa empedu ke duodenum.
f. Getah empedu
Suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang di hasilkan setipa hari 500-1000 cc
sekresi, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi meningkat sewaktu mencerna lemak.

Tabel komposisi empedu (diambil dari fisiologi Guyton :1030).


Empedu hati dan empedu kantung empedu
Air
97,5 gr/dl 92 gr/ dl.
Garam empedu
1,1 gr/dl 6 gr/ dl.
Bilirubin
0,04 gr/dl O,3 gr/ dl.
Kolesterol
0,1 gr/dl 0,3 sampai 0,9 gr/dl.
Asam asam lemak
0,12 gr/dl 0,3 sampai 1,2 gr/dl.
Lesitin
0,04 gr/ dl 0,3 r/dl.
+
Na
145 mEq/liter 130 mEq/liter.
+
K
mEq/liter 12 mEq/liter.
Ca+
5 mEq/liter 23 mEq/liter.
Cl
100 mEq/liter 25 mEq/ liter.
HCO328 mEq/liter 10 mEq/liter.
g. Empedu terdiri dari:
1) Garam-garam empedu.
2) Elektrolit
3) Pigmen empedu (misalnya bilirubin)
4) Kolesterol
5) Lemak.
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan
sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam
empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
sehingga membantu penyerapannya dari usus.
Hemoglobin
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu)
dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu
juga disekresi dalam empedu. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu,
dan menyebabkan nyeri ( kolik bilier ) atau peradangan kandung empedu ( kolesistitis ). Batu juga bisa

berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena
menyumbat aliran empedu yang normal ke usus.
Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor.
C. Etiologi.
1. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batu empedu pada
duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah dan limfe, bakteri
komensal kemudian berkembang baik.
2. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa Infeksi bakteri.
3. Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim
enzim pankreas.

D. Insiden
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,semakin banyak faktor
resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor
resiko tersebut antara lain :
1. Jenis Kelamin. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkankolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandungempedu.
2. Usia.
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia
> 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang usia yang lebih
muda.
3. Berat badan (BMI).
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung
empedu.
4. Makanan.

Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal)
mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan
kontraksi kandung empedu.
5. Riwayat keluarga.
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan
tanpa riwayat keluarga.
6. Aktifitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini
mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
7. Penyakit usus halus.
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia
sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
8. Nutrisi intravena jangka lama.
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk
berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk
terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.
E. Klasifikasi
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen pigmen empedu dan
kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunanproduksi
empedu.Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
a. Infeksi kandung empedu.
b. Usia yang bertambah.
c. Obesitas.
d. Wanita.
e. Kurang makan sayur.
f. Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam :
a. Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis
kronik/sirosis hati tanpa infeksi.
b. Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran
empedu, disertai bendungan dan infeksi.
3. Batu saluran empedu. Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada
dugaan

bahwa

kelainan anatomi atau

pengisian divertikula oleh

makanan

menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan


timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

akan

F. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi
dan akhirnya infeksi. Pasien akan mengalami panas dan mungkin teraba masapadat pada
abdomen. Pasien akan mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan
atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual,
muntah dan bertambah berat dalam waktu beberapa jam sesudah makan- makanan dalam porsi
besar. Kolik bilier disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan
empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu.
2. Ikterus
Ikterus biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Akibat obstruksi pengaliran getah
empedu kedalam duodenum maka akan terjadi peningkatan kadar empedu dalam darah. Hal ini
membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan
gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.

3. Perubahan warna urine dan feses


Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang
tidak diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanyadisebut steatorea.
4. Defisiensi vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin yang larut dalam lemak
( vitamin A, D, E, K ) karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin
ini jika obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah
yang normal. Apabila batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus, kandung
empedu akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi akan segera mereda dalam waktu
yang relative singkat.

G. Komplikasi.
1. Obstruksi duktus sistikus
2. Kolik bilier
3. Kolesistis akut
4. Peradangan pancreas
5. Perforasi
6. Edema kandung empedu
7. Batu empedu sekunder
H. Tes Diagnostik
1. Pemeriksaan sinar X abdomen
2. Ultrasonografi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai procedure diagnostic pilihan
karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat serta akurat dan dapat digunakan pada penderita
disfungsi hati dan ikterus.
3. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi

Dalam prosedur ini preparat radioaktif disuntikan secara intrvena. Preparat ini kemudian diambil
hepatosit dan dengan cepat disekresikan kedalam sistem bilier. Selanjutnya dilakukan pemindahan
saluran empedu untuk mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier.
4. Kolesistografi
Kolesistografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan
kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan
isinya. Media kontras yang mengandung iodium yang diekresikan oleh hati dan dipekatkan dalam
kandung empedu diberikan pada pasien.
Kandung empedu yang normal akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batuempedu,
bayangan akan terdapat pada foto rontgen.
5. Pemeriksaan Laboratoriuma.
a. Darah lengkap : leukositosis
b. Bilirubin dan amilasi serum : meningkat
c. Enzim hati serum : SGOT, SGPT, LDH
d. Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorpsi vitamin
I.

K
Penatalaksanaan
Medis Cholelitiasis ditangani baik secara nonbedah maupun dengan pembedahan:
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Farmakologis
1) Untuk menghancurkan batu : ursodiol/ actigal.
2) Efek samping : diare, bersifat hepatotoksik pada fetus sehingga kontra indikasi pada ibu hamil.
3) Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu : chenodiol/ chenix
4) Untuk mengurangi gatal gatal : cholestyramine (Questran)
5) Mengobati infeksi : antibiotic
b. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
1) Pelarutan batu empedu
Dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (mono oktanion atau metil tertierbutil eter/
MTBE) ke dalam kandung empedu. Dapat diinfuskan melalui selang atau kateter yang dipasang
perkutan langsung kedalam kandung empedu, melalui selang atau drain yang dimasukan melalui
saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui
ERCP atau kateter bilier transnasal.
2) Pengangkatan non bedah
Sebuah kateter dan alat disertai jaringan yang terpasang padanya disisipkan lewat saluran T
tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T tube atau lewat fistula yang terbentuk
pada saat insersi T tube, jaringan digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu
yang terjepit dalam duktus koledokus.
3) Extracorpreal shock wave lithotripsy (ESWL)

Mengguankan gelombang kejut berulang (repeated shock waves) yang diarahkan kepada batu
empedu untuk memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen.
2. Pembedahan
a) Kolesistektomi
Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi. Sebuah
drain di tempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk
mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu kedalam kasa absorben.
b) Minikolesistektomi
Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4cm.
c) Kolesistektomi lapaskopik
Dilakukan lewat insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus.
Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk membantu pemasangan endoskop.
d) Koledokostomi
Insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan biasanya
dipasang sebuah kateter kedalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda.
Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas.
3. Manajemen diet
a) Mengurangi pemasukan makanan selama fase akut.
b) Pemasangan NGT untuk mengurangi mual dan muntah.
c) Pembatasan diet lemak terutama pada pasien dengan obesitas.
4. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancre atography )
Dengan bantuan endoskopi melalui muara papila Vater kontras dimasukkan kedalam saluran empedu
dan saluran pankreas. Keuntungan lain pada pemeriksaan ini ialah sekaligus dapat menilai apakah ada
kelainan pada muara papila Vater, tumor misalnya atau adanya penyempitan. Keterbatasan yang mungkin
timbul pada pemeriksaan ini ialah bila muara papila tidak dapat dimasuki kanul.

Anda mungkin juga menyukai