Anda di halaman 1dari 22

Struktur Konstruksi Bangunan 2

Kelompok 1 M. Zikrillah M. Riza Aulia Beryl Hasdika RR. Ayunda Putri E.

Sloof
Fungsi dan Konstruksi Sloof Sloof berfungsi untuk menyatukan pondasi dan meratakan tekanan beban bangunan pada muka pondasi. Sloof juga berfungsi untuk memperkuat daya dukung pondasi dan mengikal poor pada pondasi bor dan tiang pancang.

Sloof pondasi pelat

Konstruksi sloof dibuat dari beton bertulang, yang disatukan dengan kolom rangka atau kolom struktur. Besi tulangan sloof minimal dipasang 4 batang dan disatukan dengan begel. Ukuran sloof skelet pada umumnya 15x20 cm, sedangkan untuk sloof bangunan bertingkat ukurannya memerlukan perhitungan struktur.

Konstruksi sloof dari kayu


Pada konstruksi rumah panggung dengan fondasi tiang kayu (misalnya diatas pondasi setempat). Sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu terletak di atas fondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.

Konstruksi sloof dari batu bata Rolag dibuat dari susunan batu bata yang dipasang secara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi persyaratan untuk membagi beban.

Konstruksi sloof dari beton bertulang Konstruksi sloof ini dapat digunakan diatas pondasi batu kali apabila fondasi tersebut dimaksudkanuntuk bangunan tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. ukuran lebar/tinggi sloof beton bertulang adalah > 15/20 cm.

Konstruksi sloof beton bertulang juga dapat dimanfaatkan

sebagai balok pengikat pada fondasi tiang. Di samping merata beban yang disalurkan ke fondasi konstruksi sloof beton bertulang, kestabilan struktur gedung juga meningkat, terutam dalam hal ketahanannya terhadap gempa bumi.

Aplikasinya pada bangunan


Proses Pembangunan Gereja Santo Paulus, Juanda
TAHAP I - Pondasi dan Sloof - Sub Structure

Besi balok sloof dan poer mulai dirangkai serta diletakkan pada posisi masing-masing. Poer digabungkan dengan sisa besi yang mencuat dari tiang pancang guna kesatuan struktur.

Rangkaian besi sloof dan poer. Tampak sedikit pada area tengah poer, sisa kepala dari tiang pancang mencuat. Untuk rangkaian sloof, pada bagian persimpangan, besi-besi langsung diteruskan (tidak berhenti di persimpangan) agar tidak menambah pekerjaan pemotongan besi.

Proses pengecoran dilakukan setelah bekisting dibuat. Bekisting untuk sloof terbuat dari material triplek dengan kayu sebagai penguat. Proses pengecoran untuk area luas dan besar umumnya menggunakan beton siap pakai (ReadyMix, AdhiMix dsb) guna kemudahan proses di lapangan. Satu unit mobil Mixer memuat sekitar kurang lebih 6m3 beton siap pakai.

Proses pengecoran sloof, beton cair dari Mixer dialirkan menuju bekisting sloof dan poer yang telah disiapkan.

Baton cair yang dituangkan ke bekisting harus di-vibrator agar campurannya merata dan homogen sehingga tidak terjadi karang beton. (vibrator : sejenis alat penggetar berbentuk selang dengan tenaga diesel bertujuan untuk mengaduk campuran beton agar merata dan tidak mengumpul). Bentukan Sloof dan Poer yang telah jadi, tampak beberapa bekisting triplek masih menempel di sloof.

Prinsip konstruksi pondasi tahan gempa harus memenuhi hal-hal berikut menurut Sarwidi (2006): Pondasi diletakkan pada tanah yang mantap, yaitu pada tanah keras. Seluruh dasar pondasi harus terletak di atas tanah yang kuat. Pondasi harus dihubungkan dengan sabuk pondasi (sloof). Hal ini berlaku untuk pada pondasi setempat (umpak) maupun pondasi menerus.

Pondasi diberi lapisan pasir sebagai peredam getaran, dan tanah pondasi perlu dipadatkan,.
Balok pondasi (sloof) harus diangkerkan pada pondasinya dengan jarak angker 1 meter, dengan besi tulangan berdiameter minimum 10 mm. Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, agar tidak terjadi longsor. Untuk mencegah kelongsoran tebing, tanah diberi dinding penahan terbuat dari pasangan batu belah atau turap bambu/kayu.

Trasraam
Trasraam sebagai lapisan kedap air horizontal
Fungsi trasraam adalah sebagai lapisan kedap air horizontal, pencegah naiknya kelembapan dari tanah melalui pondasi ke dalam dinding yang akan menyebabkan dinding busuk. Selain itu trasraam dapat dibuat dari

pat seng sebagai pencegah rayap

Berdasarkan bahan bangunan yang diperdagangkan,

biasanya lapisan trasraam menggunakan :

lapisan aspal (bitumen atau kertas aspal) lapisan trasraam (karet talang atau lembaran PE) seng pelat/datar (minimal BJLS 50) plesteran emulsi (mengandung epoksi, belum diperdagangkan)

Untuk pengikat lapisan antara bahan tersebut diatas dengan

sloof, dibutuhkan sebuah angkur : Trasraam lapisan aspal dapat digunakan diatas sloof beton bertulang atau di bawah sloof konstruksi kayu.
karet trasraam dipotong sesuai lebar sloof dan dipasang di atas sloof tersebut. trasraam seng/pelat datar. Seng yang dipilih adalah yang tahan karat, misalnya seng galvanisir. Sehingga punya keuntungan mencegah rayap. Plesteran emulsi biasanya plesteran semen yang ditambah bahan sintesis. Sehingga plesteran tersebut tahan retak (elastis) dan kedap air.

Lapisan kedap air yang vertikal kaki dinding harus dilindungi terhadap masuknya air tanah maupun percikan air hujan. Lapisan ini dapat dibuat dari lapisan aspal atau bitumen, supaya tekanan air dapat dikurangi, diberi lapisan krikil dan saluran pipa ke samping rumah .

Ada beberapa macam tindakan pencegahan terhadap

rayap, yaitu :
memperhatikan bahaya rayap dalam perencanaan dan

perincian pekerjaan. melakukan pengawetan dengan obat-obatan. melakukan pencegahan selama pelaksanaan pendirian bangunan. menggunakan bahan-bahan bangunan yang tidak dapat dirusak rayap, seperti beton, baja, kaca, dsb.

Pencegahan pada tempat yang berawa-rawa Pada daerah ini biasanya bangunan dibuat sederhana dan berkonstruksi kayu. Pembanguna di atas tiang-tiang di dalam air merupakan rumah panggung. Bila diperlukan dibawah bangunan itu diadakan galian untuk kolam air.

Pencegahan pada lapangan yang kering


Pencegahan terhadap rayap dapat dilakukan dengan menutup bagian atas pondasi atau sloof dengan seng yang tahan karat dan juga bisa ditekuk dan tahan terhadap kerusakan mekanis

Tinjauan Pustaka
Ilmu konstruksi struktur bangunan- Heinz Frick & Pujo. L Setiawan.

sekian

Anda mungkin juga menyukai