Anda di halaman 1dari 5

Mata menyerupai kamera tetapi bekerja lebih baik dari kamera karena beraksi secara otomatis, hampir tepat

dan cepat tanpa harus ada penyesuaian yang dilakukan. Proses dimana cahaya memasuki mata adalah sebagai berikut: a. Cahaya memasuki mata melalui kornea yang transparan. b. Kemudian menjalar melalui lensa yang membalikkan cahaya tersebut. c. Kemudian membentuk gambaran balik pada retina. d. Mata makhluk hidup sangatlah peka terhadap cahaya, dan mudah rusak karenanya. Tapi kita masih mampu melihat matahari dan sekeliling kita dengan aman berkat sejumlah perangkat pelindung. Salah satu perangkat ini adalah sekumpulan molekul pigmen yang ada di mata. e. Manusia memiliki mata dengan warna beragam. Yang menjadikan mata berwarna adalah pigmen. Melanin adalah salah satu dari zat pigmen yang terdapat pada mata dan menjadikannya berwarna. Pigmen serupa juga menjadikan kulit dan rambut kita berwarna. Tapi, melanin lebih dari sekedar memunculkan warna. Para peneliti yakin bahwa melanin yang ada pada mata dapat memberikan perlindungan dari pengaruh sinar matahari yang merusak, sekaligus meningkatkan ketajaman penglihatan. f. Selain sebagai pelindung alami terhadap pancaran sinar atau cahaya yang membahayakan, zat melanin juga menyerap lebih kuat cahaya berenergi tinggi dari pada cahaya berenergi rendah. Jadi, melanin menyerap lebih kuat cahaya (warna) ultraungu (ultraviolet) daripada cahaya (warna) biru, dan menyerap warna biru lebih kuat daripada warna hijau. Dengan cara ini, melanin melindungi lensa mata dari cahaya ultraviolet.

g. h. Gambar 2.1.

Ketika cahaya melewati medium transparan, maka sebagian cahaya tersebut akan disimpangkan ke berbagai arah, yang disebut sebagai gejala hamburan. Demikian juga halnya dengan radiasi matahari ketika melewati atmosfer Bumi, maka sebagai dari radiasi tersebut akan dihamburkan oleh partikel-partikel udara. Menurut Eko Budiyanto dalam Ermawati (2013), perilaku hamburan tergantung pada nilai indeks refraktif dan parameter ukuran dengan persamaan sebagai berikut :
x= 2r

(2.11)

dengan faktor efisiensi hamburan untuk dua lapisan bola pada partikel homogen adalah
QS = 8 4 x 3

(2.12)

Jika nilai pada persamaan (2.11) dimasukkan pada persamaan (2.12), maka akan diperoleh persamaan :
8 2r 8 16 4 r 4 128 4 r 4 QS = = = 3 3 4 34
4

(2.13)

Mengingat bahwa hamburan Rayleigh terjadi jika nilai x < 0,01 atau dapat dikatakan x << 1 . Selain itu juga hamburan Rayleigh berlaku bila diameter partikel hamburan

( d ) << ( )

panjang gelombang yang berinteraksi atau dapat juga dituliskan sebagai berikut ( 2r ) << ( ) . Sehingga dengan nilai r yang sangat kesil maka persamaan (2.13) juga bernilai kecil, yang mana menurut Bayong Tjasyono dalam Ermawati (2013) bahwa besarnya hamburan berbanding terbalik dengan panjang gelombang pangkat empat.
H= 1 4

(2.14)

dimana H adalah besarnya hamburan Rayleigh dan adalah panjang gelombang radiasi.
Penghamburan Rayleigh terjadi saat sinyal yang datang (sinar matahari) memiliki panjang gelombang yang jauh lebih besar dari panjang gelombang resonansi dari elektron yang terikat dalam sebuah atom atau molekul. Karena ketergantungan yang kuat dari penampang lintang hamburan pada panjang

gelombang. Panjang gelombang yang lebih pendek, yaitu cahaya biru (cahaya ungu lebih terhamburkan lagi, tapi mata kita lebih sensitif pada biru daripada ungu), akan lebih mudah menghambur daripada panjang gelombang panjang (merah). Cahaya biru memiliki panjang gelombang mendekati 470 nanometer dan, karena molekul yang paling berlimpah di atmosfer, yaitu nitrogen dan oksigen berukuran sekitar 0,3 nanometer, penghamburan atmosfer jelas tergolong penghamburan Rayleigh (diameter dari hamburan ini lebih kecil dari spectrum tampak). Karena butiran hamburan di atmosfer lebih kecil dibandingkan panjang gelombang pada spectrum tampak maka banyak yang tersebar pada warna biru ( 0,4 0,5m ) .

Panjang gelombang yang berbeda-beda diinterpretasikan oleh otak manusia sebagai warna, dengan merah adalah panjang gelombang terpanjang hingga violet dengan panjang gelombang terpendek. Cahaya dengan frekuensi di bawah 400 nanometer tidak dapat dilihat oleh mata manusia dan disebut ultraviolet pada batas frekuensi tinggi serta inframerah pada batas frekuensi rendah. Antara obyek dan tenaga terjadi interaksi. Ada lima bentuk interaksi yaitu transmisi, serapan, pantulan, hamburan, dan pancaran. Transmisi merupakan tenaga menembus obyek dengan mengalami perubahan kecepatan sesuai dengan indeks pembiasan antara dua obyek yang bersangkutan. Tenaga dalam bentuk panas maupun sinar dapat diserap oleh benda. Tenaga pantulan yaitu tenaga yang dipantulkan oleh benda dengan sudut datang sebesar sudut pantulnya, tanpa mengalami perubahan kecepatan. Hamburan yaitu pantulan yang bersifat acak. Tenaga pancaran sebenarnya berupa tenaga serapan yang kemudian dipancarkan oleh benda penyerapnya. Tenaga elektromagnetik berupa sinar, interaksinya dengan benda terjadi dalam bentuk serapan dan pantulan. Bila sinar banyak diserap, maka yang dipantulkan hanya sedikit dan sebaliknya. Transmisi terjadi pada air jernih bagi panjang gelombang tertentu. Hamburan terjadi pada obyek yang berbentuk tidak beraturan atau tidak datar (Sutanto, 1987).

Pembentukan warna dapat berupa proses aditif dan substraktif. Pada proses aditif, pembentukan warna dilakuka dengan memadukan warna aditif

primer yaitu warna biru, hijau, dan merah. Pembentukan warna dengan proses substraktif dilakukan dengan memadukan warna substraktif primer, yaitu warna kuning, cyan, dan magenta (Lillesand dan Kiefer dalam Merizawati (2008)). Penguraian sinar dilakukan menggunakan filter. Filter yang berwarna merah jika dipasang pada sinar putih akan menyerap saluran biru dan saluran hijau sehingga hanya saluran merah saja yang diteruskan sehingga sinar itu tampak berwarna merah. Obyek yang berwarna putih akan memantulkan warna merah, hijau, dan biru. Menurut Nybakken dalam Merizawati (2008), cahaya matahari yang sampai ke permukaan air terdiri dari suatu spektrum berbagai gelombang cahaya yang diukur dengan satuan nanometer (nm). Spektrum cahaya ini mencakup semua warna yang dapat dilihat yakni warna ungu sampai merah (400 700 nanometer). Komponen merah dan ungu diserap setelah gelombang menembus permukaan air. Komponen hijau dan biru diabsorbsi lebih lambat sehingga dapat menembus air lebih dalam. Sinar merah dan ungu akan diabsorbsi sampai kedalaman tertentu, tetapi sinar biru dapat mencapai kedalaman yang lebih dibandingkan dengan merah dan ungu. Panjang gelombang akan berkurang intensitasnya seiring dengan bertambahnya kedalaman. Kedalaman yang dicapai oleh cahaya dengan intensitas tertentu merupakan fungsi dari kecerahan air dan absorbsi berbagai panjang gelombang sebagai komponen cahaya.

Tabel 1. Warna dan kisaran panjang gelombangnya

Menurut Lilesand dan Kiefer dalam Merizawati (2008), daya tembus sinar terhadap air tergantung pada daya serap air terhadap sinar yang mengenainya. Semakin besar daya serapnya, semakin kecil kemungkinan sinar untuk menembus air tersebut. Daya serap air yang terkecil berada pada kisaran panjang gelombang 400 600 nanometer sehingga dapat digunakan untuk penginderaan dasar perairan yang dangkal. Pada perairan yang dangkal, sinar biru memiliki daya tembus yang besar terhadap air, selain itu juga mengalami hamburan yang besar sehingga tidak banyak sinar pantulan yang dapat mencapai kamera. Menurut Rehder dalam Merizawati (2008), sinar merah memiliki daya tembus yang lebih kecil. Bila digunakan saluran merah, daya tembusnya terhadap air jernih hanya beberapa meter saja. Bila digunakan seluruh spektrum tampak maka ia akan diserap oleh air setelah mencapai kedalaman 2 meter. Apabila digunakan saluran inframerah dekat, sinar telah diserap pada jarak hanya beberapa desimeter sehingga ronanya tampak gelap. Untuk penginderaan dasar perairan dangkal saluran yang digunakan adalah 450 520 nanometer dan 520 600 nanometer.

Anda mungkin juga menyukai