Anda di halaman 1dari 133

This is really nice people, what kind a friend are you?

A simple friend has never seen you cry. A real friend has shoulders soggy from your tears. A simple friend doesn't know your parents' first names. A real friend has their phone numbers in their address book. A simple friend brings a bottle of wine to your party. A real friend comes early to help you cook and stays late to help you clean. A simple friend hates it when you call after they have gone to bed. A real friend asks you why you took so long to call. A simple friend seeks to talk with you about your problems. A real friend seeks to help you with your problems. A simple friend wonders about your romantic history. A real friend could blackmail you with it. A simple friend, when visiting, acts like a guest. A real friend opens your refrigerator and helps themselves. A simple friend thinks the friendship is over when you HAVE an argument. A real friend knows that it's not a friendship until after you've had a fight. A simple friend expects you to always be there for them. A real friend expects to always be there for you! === Cerita ini merupakan terjemahan dari versi Chinese : Jika sekarang anda memiliki seorang yang sangat dicintai, ingatlah selalu kebaikannya, sayangilah segalanya, agar segala perasaan yang indah menjadi nyata. Touching Story Tahun itu, dia mendadak muncul, tampangnya tidak seberapa. Di bawah dukungan teman sekamar, yakni Siao Cien, dengan memaksakan diri aku bersahabat dengan dia.Secara perlahan, aku mendapati bahwa dia adalah orang yang penuh pengertian dan lemah lembut. Hari berlalu, hubungan kami semakin dekat, perasaan di antara Kami semakin menguat, dan juga mendapat dukungan dari teman-teman. Pada suatu hari di tahun kelulusan kami, dia berkata padaku :"Saya telah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi tetapi di Amerika, dan saya tidak tahu akan pergi berapa lama, kita bertunangan dulu,bolehkah ?" Mungkin dalam keadaan tidak rela melepas kepergiannya, saya mengangguk.Oleh karena itu sehari sesudah hari wisuda, hari itulah merupakan hari pertunangan kami berdua. Setelah bertunangan tidak berapa lama, bersamaan dengan ucapan selamat dan perasaan berat hati dalam hatiku, dia menaiki pesawat dan terbang menuju sebuah negara yang asing.Saya juga mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus, memulai hari bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Telpon interlokal merupakan cara kami untuk tetap berhubungan dan melepas kerinduan. Suatu hari, sebuah hal yang naas terjadi pada diri. Pagi hari, dalam perjalanan menuju tempat kerja, sebuah taksi demi menghindari seekor anjing di jalan raya, mendadak menikung tajam. Tidak tahu lewat berapa lama, saat siuman telah berada di rumah sakit,anggota keluarga yang mengelilingi melihat saya telah siuman, mereka lantas memanggil dokter. "Pah, Mengapa ? Mengapa saya tidak dapat memanggilnya ? Dokter mendatangiku dan memeriksa, suster menyuntikkan sebuah serum ke dalam diriku, mempersilahkan orang lainnya untuk keluar terlebih dahulu. Ketika siuman kembali, yang terlihat adalah raut wajah yang sedih dari setiap orang, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa saya tidak dapat bersuara ? Ayah dengan sedihnya berkata : "Siao Min, dokter bilang syaraf Kamu mengalami luka, untuk sementara tidak dapat bersuara, lewat beberapa waktu akan membaik." "Saya tidak mau !" saya dengan berusaha memukul ranjang, membuka mulut lebar-lebar

berteriak, tapi hanya merupakan sebuah protes yang tidak bersuara. Setelah kembali ke rumah, kehidupanku berubah. Suara telp yg didambakan sewaktu dulu, merupakan suara yang sangat menakutkan sekarang ini. Saya tidak lagi keluar rumah, juga menjadi seorang yang menyia-nyiakan diri, ayah mulai berpikir untuk pindah rumah. Dan dia? di belahan bumi yang lain, yang diketahui hanyalah saya telah membatalkan pertunangan kami, setiap telpon darinya tidak mendapatkan jawaban, setiap surat yang ditulisnya bagaikan batu yang tenggelam ke dasar lautan. Dua tahun telah berlalu, saya secara perlahan telah dapat keluar yang masa gelap ini, memulai hidup baru, juga mulai belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Suatu hari, Siao Cien datang ke rumah merayakan ulang tahunku, serta memberitahu bahwa dia telah kembali, sekarang bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang insinyur. Saya berdiam diri, tidak mengatakan apapun. Mendadak bel pintu berbunyi, orang rumah karena suara bel yang berbunyi berulang-ulang dan terdengar tergesa-gesa, tidak tahu harus berbuat apa,akhirnya ayah menyeretkan langkah kakinya yang berat, pergi membuka pintu. Saat itu, di dalam rumah mendadak hening, dia telah muncul, berdiri di depan pintu rumahku. Dia mengambil napas yang dalam, dengan perlahan berjalan ke hadapanku, dengan bahasa isyarat yang terlatih, dia berkata: "Maafkan saya ! Saya terlambat satu tahun baru menemuimu, dalam satu tahun ini, Saya berusaha dengan keras untuk mempelajari bahasa isyarat, demi untuk hari ini, Tidak peduli kamu berubah menjadi apapun, selamanya kamu merupakan Orang yang paling kucinta. Selain kamu, saya tidak akan mencintai orang lain,Marilah kita menikah !" === Saya ingat, pertama kali b ekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya.Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar bergonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya. Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa. Pasien pertama sedang duduk termen ung sambil menggumam, ''Lulu, Lulu.'' Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.'' Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak,''Lulu, Lulu''. ''Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?'' tanyanya keheranan. Dokter kemudian menjawab,''Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.'' Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.'' === Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air. Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?" Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun". "Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda." Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Howard. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... Wanita itu sembuh !!. Dr. Howard meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan. Dr. Howard melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsur seumur hidupnya. Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi: "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu !!" tertanda, Dr. Howard Kelly. Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia." === Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah. Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai,

aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center. Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini? Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam? Aku berpaling pada ayahku. Katanya, "Semua terjadi karena suatu alasan." Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang. Aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan. Frank Slazak === MEMO FROM GOD To: YOU Date: TODAY From: THE BOSS Subject: YOURSELF Reference: LIFE I am God. Today I will be handling all of your problems. Please remember that I do not need your help. If life happens to deliver a situation to you that you cannot handle, do not attempt to resolve it. Kindly put it in the SFGTD (something for God to do) box. All situations will be resolved, but in My time, not yours. Once the matter is placed into the box, do not hold onto it by worrying about it. Instead, focus on all the wonderful things that are present in your life now. If you find yourself stuck in traffic; Don't despair. There are people in this world for whom driving is an unheard of privilege. Should you have a bad day at work; Think of the man who has been out of work for years. Should you despair over a relationship gone bad; Think of the person who has never known what it's like to love and be loved in return. Should you grieve the passing of another weekend; Think of the woman in dire straits, working twelve hours a day, seven days a week to feed her children.

Should your car break down, leaving you miles away from assistance; Think of the paraplegic who would love the opportunity to take that walk. Should you notice a new gray hair in the mirror; Think of the cancer patient in chemo who wishes she had hair to examine. Should you find yourself at a loss and pondering what is life all about, asking what is my purpose? Be thankful. There are those who didn't live long enough to get the opportunity. Should you find yourself the victim of other people's bitterness, ignorance, smallness or insecurities; Remember, things could be worse. You could be one of them! Should you decide to send this to a friend; Thank you very much, you may have touched their life in ways you will never know. === Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh para profesor di USA, ada 2 ekor monyet yang dimasukkan ke dalam satu ruangan kosong secara bersama-2. Kita sebut saja monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan diatas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang. Apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet tersebut menurut anda ? Setelah membiasakan diri dengan keadaan lingkungan di dalam ruangan tersebut, mereka mulai mencoba meraih pisang-2 tersebut. Monyet A yang mula-2 mencoba mendaki tiang. Begitu monyet A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya, sehingga terpleset dan jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot, jatuh lagi, demikian berkali-2 sampai akhirnya monyet A menyerah. Giliran berikutnya monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan akhirnya menyerah pula. Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah, para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik. Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B. Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami `kesialan' seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasehat tentang bahayanya bila mencoba memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh para profesor adalah mengeluarkan monyet A dan B, serta memasukkan monyet D dan E. Sama seperti monyet-2 sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan pisang diatas tiang dan mencoba memanjatnya. Monyet C secara spontan langsung mencegah keduanya agar tidak naik. "Hai, mengapa kami tidak boleh naik ?" protes keduanya". Ada teman-2 yang memberitahu saya, bahwa naik ke atas itu berbahaya. Saya juga tidak tahu, ada apa di atas, tapi lebih baik cari aman saja, jangan keatas deh" jelas monyet C. Monyet D percaya dan tidak berani naik, tapi tidak demikian dengan monyet E yang memang bandel. "Saya ingin tahu, bahaya seperti apa sih, yang ada di atas .. Dan kalau ada bahaya, masak iya saya tidak bisa menghindarinya ?" tegas monyet E. Walaupun sudah dicegah oleh monyet C dan D, monyet E nekad naik . Dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang d

iinginkannya === Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-2nya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepuk tangan kepadanya. Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya". "Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar. Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari. Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan. Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab. Si ibu bertanya ", Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun ?". "Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-2 berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko !". Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak . Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa ANDA MESTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA. "Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia. MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA === Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya. Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan. Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana. "Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenangrenang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah." Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah. Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat Untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar. Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!! Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun. "Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu === Kado Istimewa Bisa jadi saya anak yang paling malang di antara anak-anak lain di kampung. Bukan hanya karena ibu jarang memberi uang untuk jajan di sekolah, sehingga saya sering menghabiskan waktu istirahat sekolah untuk mereka-reka berapa uang jajan si Adi, apa yang selalu dibeli Rena, atau memperhatikan nikmatnya es doger di tangan Sukma. Bahkan untuk merayakan hari ulang tahunku yang setahun sekali pun ibu tak melakukannya. Tidak ada tepuk meriah teman-teman, tidak juga tiupan lilin di atas kue tart yang selalu saya saksikan di setiap perayaan ulang tahun Rommy, Hilda, juga Siska. Tidak ada balon, hiasan khas ulang tahun, dan yang pasti, tidak mungkin saya berharap ada kado ulang tahun. Siapa yang mau ngasih? Tak ada pesta, ya tak ada kado. "Ibu yang akan kasih kamu kado..." sapa ibu mengagetkan lamunanku. Sejenak kemudian saya masih terdiam membayangkan gerangan kado apa yang akan diberikan ibu. Sampai akhirnya, sebuah doa terajut dari mulutnya disertai kecupan hangat di kening dan pipiku. Seketika, sebalut kehangatan terasa menelusup ke setiap aliran darahku. Doa ibu, jauh lebih indah dari hiruk pikuk tepuk tangan, tak bisa dibandingkan dengan kue tart termahal sekalipun. Lilin merah dengan api menyala, balon dan hiasan ulang tahun jelas tak seindah doa ibu. Untaian kalimat pinta yang dirajut ibu, bahkan lebih sempurna dari gaun ulang tahun milik siapapun. Kehangatan kecupan ibu jelas lebih sejuk dari jutaan ucapan selamat dari siapapun. Tak ada satupun bingkisan ulang tahun yang mampu menandinginya, kecupan ibu adalah kado termahal yang pernah kuterima.

Kemarin, saya terjatuh saat pertama kali belajar naik sepeda. Saya menangis karena dua sebab, kaki saya memar dan sedikit berdarah tepat di lutut kanan, dan kemudi sepeda saya bengkok. Bapak segera mengangkat sepeda sementara ibu langsung mendekapku. Tak ragu, ibu mengusap air mataku dan memberikan satu kecupan pada luka di kakiku. Kecupan ibu juga yang mengantarku masuk ke ruang kelas saat hari pertama sekolah. Mulanya saya takut, mungkin ini juga yang dirasakan setiap anak yang baru pertama kali masuk sekolah. Dalam pandanganku, bangku-bangku sekolah dasar, papan tulis, juga meja belajar itu lebih mirip makhluk aneh yang siap menerkamku. Guru dan teman-teman baru itu, lebih terlihat seperti monster menyeramkan bagiku. Tapi, dengan sekali kecupan di ubun-ubunku, ibu berkata, "Masuklah, anak ibu kan jagoan..." Selang sepekan hari sekolah, tepat di pekan kedua, seharusnya saya kembali masuk sekolah. Tapi demam yang menyerangku sejak malam tak kunjung reda di pagi harinya. Saya sedih tidak bisa sekolah hari itu, sedih juga karena tak bertemu teman-teman baik di kelas, dan yang paling menyedihkan tentu saja saya harus tertinggal pelajaran di kelas. Namun ternyata bukan hanya saya yang sedih saat itu, tepat di pinggir tempat tidurku sesosok anggun terlelap lelah setelah semalaman terjaga menungguku, memberiku obat, mendengarkan setiap keluhanku, membetulkan selimutku dan mendekapku erat saat tubuh ini menggigil kedinginan. Di sudut matanya, masih tersisa bekas air mata semalam. Kini, saya sadari, doa dan kecupan ibu lah kado yang paling kuharapkan di setiap hari ulang tahunku. Dan tentu saja, kehadiran ibu senantiasa lebih kuinginkan dari sekadar ratusan undangan lengkap dengan ratusan kadonya. Bagi saya, ibu adalah kado terindah di setiap ulang tahunku. Terima kasih Allah yang masih memberikan kesempatan saya untuk bersama ibu di hari terindah ini. Dan saya selalu berharap, di tahun depan ibu masih tetap menjadi kado istimewa. === Semur Tahu Buatan Ibu Minggu siang di seberang terminal Pasar Minggu... "Mak, lapar mak..." seorang anak kecil, belum sembilan tahun. Rambut kumal dan pakaian lusuhnya nyaris mengelabui mataku untuk sekejap melihat tubuhnya yang kurus, juga mata cekungnya. "Lapar?... nih cari makan dulu, baru bisa makan..." bentak sang ibu sambil melemparkan sebuah alat musik terbuat dari botol Yakult yang diisi pasir, yang biasa dipakai para pengamen jalanan. Saya jadi ingat masa sekolah dulu. Ibu selalu memaksaku untuk sarapan sebelum berangkat sekolah. Ibu selalu khawatir saya jatuh pingsan lagi di sekolah gara-gara tidak sempat sarapan. Itu belum cukup, meski sekolahku cuma sampai pukul 11.00 WIB, ibu masih memasukkan dua tangkap roti lapis mentega bertabur coklat atau selai kacang kesukaanku. Tapi, tidak jarang saya katakan sama ibu kalau saya malu membawa makanan ke sekolah, "Saya kan laki-laki bu, cuma anak perempuan yang membawa makanan ke sekolah. Lagipula..." "Ah sudah bawa saja. Disuruh makan saja susah, apalagi disuruh kerja...," sela ibu tanpa bisa kubantah lagi.

Sudah hampir empat puluh menit saya masih di Pasar Minggu, tak jauh dari tempat tadi. "Mak, kok dari kemarin makannya nasi uduk melulu. Beli ayam dong, Diding kan pengen makan ayam..." "Orang susah kok pengen makan ayam Ding, bapakmu kan cuma tukang sampah. Masih sukur ada yang bisa kita makan," ujar sang ibu sambil menyuapi anaknya yang lain. Juga dengan nasi uduk. Saya menghela nafas panjang. Kemudian bayangan masa kuliah saya pun melintas. Saya masih ingat setiap kali ibu selalu setia menyiapkan makan untuk anaknya ini sebelum berangkat ke kampus. Tapi yang sering kulakukan... Nasi goreng sosis lengkap dengan cabai bawang iris sering tak tersentuh hingga sore. Sekembalinya saya dari kampus, masih tertata rapih di meja makan, tapi pasti sudah dingin. Setangkap roti berlapis selai kacang, ditambah segelas susu coklat selalu terbuang percuma karena hanya kucuil sedikit. Kubayangkan wajah ibu termenung sambil menatap sisa roti dan susu coklat utuh yang tak lagi hangat. Dan entah berapa banyak lagi makanan yang terbuang sia-sia. Anehnya, ibu tak pernah berhenti untuk tetap setia menyiapkan makanan kesukaan anaknya ini. Selepas Ashar. Di depan pelayan sebuah restoran cepat saji. "Silahkan pak, makan di sini atau dibungkus..." Belum sempat kupesan makanan, kubuka SMS yang masuk, ... dari ibu, "Pulang ke rumah ibu nggak? Ibu masak semur tahu kesukaan kamu nih. Sudah dua pekan lho kamu nggak pulang." Di luar restoran. Saya panggil beberapa anak jalanan dan membagikan uang seharga satu paket ayam plus segelas softdrink kepada mereka. === Ada seorang murid yang sudah bertahun-tahun belajar ilmu kebijakan dari seorang guru di sebuah pulau terpencil. Kini ia merasa telah cukup ilmu dan berniat untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat di seberang pulau. Singkat kata, ia pamit pada sang guru dan meninggalkan pulau terpencil tersebut. Beberapa lama kemudian ia mendirikan sebuah perguruan dan memiliki banyak murid pula. Teringat ia pada sang guru, ia ingin menunjukkan hasil pengabdiannya selama ini. Ia lalu menulis sebuah kitab yang berisi ajaran-ajaran kebijakan. Kitab itu diberi judul "Kitab Delapan Mata Angin" karena bila orang mengamalkan isi kitab itu maka ia akan tetap tegar dalam kebenaran meski didera angin badai dari delapan penjuru mata angin. Ia mengutus seorang muridnya untuk mengantarkan kitab itu pada gurunya di seberang pulau. Sang guru menerima kiriman "Kitab Delapan Mata Angin" dengan suka cita. Namun, setelah membaca isinya, tanpa terduga-duga beliau mencorat-coret sampul kitab itu dengan tulisan "Kamu tak lebih dari

angin kentut belaka." Sang guru mengembalikan kitab itu. Betapa terkejutnya si murid ketika menerima dan membaca tulisan sang guru. Mukanya merah padam. Ia memutuskan untuk menemui gurunya dan meminta penjelasan apa maksud tulisan itu. Bergegas ia melepas tali perahu dan mendayung sendiri menemui gurunya. Sesampai di sana, ia langsung bertanya pada gurunya, "Apa maksud guru menulis kata-kata kotor seperti ini?" Jawab sang guru dengan kalem, "Lho... katanya kamu mampu bertahan dari gempuran angin badai yang datang dari delapan penjuru mata angin. Tapi, mengapa, hanya dengan tiupan angin kentut saja, sudah membuatmu terpental dari seberang sana ke pulau terpencil ini, heh..?" Setinggi apa pun kebijakan yang terucap di bibir atau tertulis di buku tak lebih berarti daripada yang terpatri dalam hati. Sumber : Tsai Chih Chung === Apa Rahasia 90/10? 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita. 90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi / memberi respon. Apa artinya? Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita. Kita tidak dapat mencegah kerusakan mobil. Pesawat mungkin terlambat, dan mengacaukan seluruh jadwal kita. Seorang supir mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas. Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini. Yang 90% lagi berbeda. Kita menentukan yang 90%! Bagaimana? Dengan reaksi kita. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tapi dapat mengontrol reaksi kita. Jangan biarkan orang lain mempermainkan kita, kita dapat mengendalikan reaksi kita! Mari lihat sebuah contoh. Engkau sedang sarapan bersama keluarga. Adik perempuanmu menumpahkan secangkir kopi ke kemeja kerja mu. Engkau tidak dapat mengendalikan apa yang telah terjadi itu. Apa yang terjadi kemudian akan ditentukan oleh bagaimana engkau bereaksi. Engkau mengumpat. Engkau dengan kasar memarahi adik mu yang menumpahkan kopi. Dia menangis. Setelah itu, engkau melihat ke istri mu, dan mengkritiknya karena telah menaruh cangkir kopi terlalu dekat dengan tepi meja. Pertempuran kata-kata singkat menyusul. Engkau naik pitam dan kemudian pergi mengganti kemeja. Setelah itu engkau kembali dan melihat adik perempuan mu sedang menghabiskan sarapan sambil menangis dan siap berangkat ke sekolah. Dia ketinggalan bis sekolah. Istrimu harus segera berangkat kerja. Engkau segera menuju mobil dan mengantar adik mu ke sekolah. Karena engkau terlambat, engkau mengendarai mobil melewati batas kecepatan maksimum. Setelah tertunda 15 menit karena harus membayar tilang, engkau tiba di sekolah. Adikmu berlari masuk. Engkau melanjutkan perjalanan, dan tiba di kantor terlambat 20 menit, dan engkau baru sadar, bahwa tas

kerjamu tertinggal. Hari-mu begitu buruk. Engkau ingin segera pulang. Ketika engkau pulang, engkau menemukan ada hambatan dalam hubungan dengan istri dan adikmu. Kenapa? Karena reaksimu pagi tadi. Kenapa hari mu buruk? a) Karena secangkir kopi yang tumpah? b) Kecerobohan adikmu? c) Polisi yang menilang? d) Karena dirimu sendiri? Jawaban-nya adalah D. Engkau tidak dapat mengendalikan tumpahnya kopi itu. Bagaimana reaksi-mu 5 detik kemudian itu, yang menyebabkan hari mu menjadi buruk. Ini yang mungkin terjadi jika engkau bereaksi dengan cara yang berbeda. Kopi tumpah di kemejamu. Adikmu sudah siap menangis. Engkau dengan lembut berkata "Tidak apa-apa sayang, lain kali kamu lebih hati-hati ya". Engkau pergi mengganti kemejamu dan dan tidak lupa mengambil tas kerjamu. Engkau kembali dan melihat adikmu sedang naik ke dalam bus sekolah. Istrimu menciummu sebelum engkau berangkat kerja. Engkau tiba di kantor 5 menit lebih awal, dan dengan riang menyalami para karyawan. Atasanmu berkomentar tentang bagimana baiknya hari ini buat mu. Lihat perbedaannya. Dua skenario yang berbeda. Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan berbeda. Kenapa? Karena REAKSI kita. Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi. Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita. === Selama terjadi perang saudara di Korea, seorang Jenderal memimpin pasukannya melalui propinsi demi propinsi, menyapu bersih apa pun yang berdiri di jalannya. Orang-orang disuatu kota, maklum bahwa ia akan datang dan telah mendengar berita tentang kekejamannya. Semuanya mengungsi ke gunung-gunung. Sang Jenderal datang bersama pasukannya di kota yang telah kosong dan memerintahkan bawahannya untuk memeriksa kota itu. Beberapa prajurit datang dan melaporkan hanya ada satu orang yang tinggal, seorang rahib Zen. Sang jendral pergi kekuil, berjalan ke dalamnya, menghunus pedangnya dan berkata, "Tahukah engkau siapa aku? Akulah satu-satunya orang yang dapat menusukmu tanpa mengejapkan mata." Sang guru Zen menoleh kebelakang dan dengan tenang menjawab, "Dan aku, Tuan, satu-satunya orang yang dapat

ditusuk tanpa mengejapkan mata." Mendengar ini, sang jenderal membungkuk, dan pergi. === Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu. Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham. Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 2 tahun dating menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, "Papa lihat!" John menengok kearahnya dan berkata, "Wah, buku baru ya?" "Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong!" "Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya. Magy hanya berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuatbuat mulai merayu kembali "Tapi mama bilang Papa akan membacakannya untuk Magy". Dengan perasaan agak kesal John menjawab: "Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk membacakannya". "Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa" katanya sendu. "Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu." "Lain kali Magy, sana! Papa sedang banyak kerjaan." John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi. Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku disebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali John mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi "Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan suka". "Magy, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!" dengan agak keras John membentak anaknya. Hampir menangis Magy mulai menjauh, "Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali". Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambi berkata "Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy juga bias ikut dengar". John hanya diam. Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John. John teringat akan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru berusia 4 tahun meletakkan tangannya yang mungil di atas tangannya yang kasar mengatakan: "Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut dengar". Dan karena itulah John

mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. John terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin. Sambil berharap cukup keras bagi Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir. === Kisah nyata ini terjadi sekitar setengah tahun yg lalu dialami oleh sahabatku. Awal mula kisah ini terjadi karena kebiasaan Dora selalu ramah dan kelihatan energik dimata teman-teman sekantornya, temen-temen kerjanya sangat senang dan antusias pada kepribadian Dora. Entah itu rekan sejawat, lain departemen dan lain perusahaan yg berkantor di bilangan Sudirman sebagian pasti mengenal sosok Dora yg Santun, suka tersenyum walau belum kenal, dan suka menyapa pada siapa saja yg satu lantai dan satu lift sama dia. Pada awalnya sih oke-oke saja, Dora banyak sahabat dan teman-teman dekat, dan aku satu dari sahabat dekatnya sangat tau bahwa Dora orangnya suka berkoloni dan suka hal-hal yg nyerempet-nyerempet bahaya. Suatu hari Dora berkenalan dengan Executive Muda yg juga kerja di bilangan Sudirman sebuah perusahaan swasta Nasional yg cukup bonafide. Seperti biasa Dora saling tegur sapa dan sepertinya tidak ada masalah dengan perkenalan singkat tersebut.Dan perkenalan singkat itu sampai juga kepadaku, sebagai sahabat dekat dia langsung nyerocos kesana-kemari bahwa dia dapat kenalan baru. Pada awalnya aku sudah warning ama dia, Ati-ati lu Ra.... Anak dan suami di rumah, jangan sampai kebablasan lu... selorohku sambil aku berlalu dari hadapan dia. E... amit-amit ya.... lu ngerti sendiri kan Ris, aku nggak mungkinlah sampai sejauh itu, lu sendiri ngerti kan gimana gue...celetuknya dan kelihatan ada amarah diwajahnya, aku langsung menghampiri Dora, Sory gue sebagai sahabat cuman kasih inget ama elu, kalo lu udah ngerti ya baguslah. Dan setelah peristiwa itu aku juga nggak ambil pusing dengan Dora, karena kupikir mereka tidak ada kelanjutannya, dan Dora kan udah ngerti bahwa dia juga udah ngomong kalau cuman sekedar temen aja. Peristiwa yg tidak terbayangkan terjadi, sekitar dua bulan setelah perkenalan mereka. Suatu siang Dora tergopoh-gopoh mendatangi ruanganku, Ris ntar makan siang ama gue ya, ada yg ingin gue omongin ama elu, ok Setelah jam menunjukkan jam setengah 12 dia sudah berdiri didepan meja kerjaku. Ayo... buruan kantin keburu penuh lo... selorohnya. Dengan berat hati aku tinggalkan kertas-kertas kerjaku yg masih menumpuk, kuikuti Dora menuju kantin terbuka di tengah lantai 14.

Ris, gimana nih....kata pembuka dari mulut dora, emangya ada apa Ra? Gue jatuh hati ama orang itu Ris? aku semakin penasaran, orang mana Ra?gue kan nggak ngerti temen lu banyak banget, lagian lu gila ya... lu udah punya suami, punya anak, lu udah nggak waras apa ? sergahku. Iya Ris, gue ternyata rapuh oleh bujukan, rayuan, sanjungan dan sapaan dia setiap hari ris, gue jadi lupa daratan.setiap hari telepon, sms, dan email ke gue. Lagian pas itu gue lagi nggak suka dengan sikap suami gue ris, yg kayaknya sudah tidak memperhatikan gue lagi, setiap hari suami gue hanya ngurusin anak, cari obyekan sana-sini , pulang kerumah sudah malam dan kalau nggak kebeneran dikit aja, dia marah-marah ama gue. Setiap hari gue kayaknya sudah tidak diperhatikan lagi ama suami gue. Gue sakit hati ris, makanya semua peristiwa ini gue ceritain ama Arya, kejelekan suami gue, gue ceritain ke Arya dan gue jadi deket ama dia. Entah kenapa gue sekarang nggak peduli lagi ama suami gue, anak gue. Toh jika retak keluarga ini Arya mau menerima gue apa adanya. Gila lu Ra... suaraku keras, dan semua mata tertuju kepadaku. Aku jadi malu dan pura-pura aja aku cuek. Ra.. nggak salah lu... apa lu bilang lu udah sebegitu parahkah ? Dulu lu harus berjuang matimatian ngedapatin suami lu, sudah begitu lama dan gue sempat iri ama elu, mempunyai suami yg ganteng, bertanggung jawab dan kelihatannya suamimu setia, dilihat dari faktor agama, suamimu juga typecal orang yg taat beribadah. Apa yg kurang di matamu Ra, kalau sekarang suamimu berubah pasti ada yg menyebabkan demikian. Gue yakin elu hanya mengikuti nafsu dan dorongan syetan yg telah membelenggu imanmu, Inget Dora Arya juga sudah berkeluarga, tidaklah mungkin jika arya akan menikahimu. Lu ngerti sendiri kan Lelaki, tukang bual sana-sini, dia akan senang jika keluarga elu berantakan. Sudah sejauh mana lu ama arya ? sergahku... Sudah jauh Ris... kita udah merencanakan segalanya, mulai dari perceraian antara gue dan suami gue, setelah bercerai nanti dia juga mau bercerai, katanya sih dia juga nggak cocok ama bininya. Bininya bawel suka ngatur dan mau menangnya sendiri. Pokoknya gue udah mantap ris mau cerai ama mas Antok. Ra....sebelum lu terlanjur dan menyesal lu pikirin dulu, belum tentu hal yg lu lihat sekarang ini akan mejadi kenyataan setelah lu ada disana, cetusku. Sekarang kelihatan indah dan lu ingin lari dari kenyataan hidup dan tantangan dalam rumah tanggamu, tapi belum tentu apa yg lu bayangin indah akan lu nikmati seindah bayanganmu, itu aja yg bisa gue berikan ke elu, sebagai sahabat, gue hanya ingin elu kembali ke keluarga elu ke suami dan anak elu, jangan melihat fatamorgana yg tampak sejuk didepan lu, setelah lu dekat hanya padang pasir yg kering kerontang. Itu pesen gue Ra. Makan siang itu, menjadi makan siang terakhirku dg Dora. Setelah itu gue nggak ngerti lagi kelanjutan hubungan antara Dora dan Arya.Dan setalah kurang lebih dua bulan dari dora ceritain semuanya itu, aku mendengar Dora resmi bercerai dengan Antok suaminya. Banyak orang dikantor tidak percaya akan hal itu. Dan kayaknya Antok sudah tidak bisa menahan keinginan Dora yg ingin berpisah dengannya. Peristiwa terakhir yg aku ketahui, ternyata apa yang ku omongkan ke Dora menjadi kenyataan, Arya tidak menceraikan istrinya, dan dora hanya dijadikan begundik dan pemuas nafsu Arya. Dora keluar dari

kerjaanya karena malu dengan teman-temannya. Setelah beberapa bulan aku telah melupakan Dora, sahabatku yg malang itu, setelah pulang kerja aku kaget diberanda terasku kulihat Dora dengan pakaian yg mengenaskan, rambut awut-awutan dan wajah yg jauh dari sapuan makeup, mata yg sayu. Aku nyaris tidak mengenalnya, Dora yg dulu ceria, cerewet, dan banyak omong sekarang terpaku kaku dihadapanku. Dora.... dari mana aja elu.... hayo masuk kedalam, buru-buru aku buka pintu rumahku. Setelah aku buatin minum dan beberapa toples snack kubawa keruang tamu, aku duduk dihadapannya. Dora tertunduk lesu dan tidak berani menatapku. Ra... dari mana aja lu... kok pakaian dan rambutmu acakacakan gitu... sekarang lu dimana ra ? Lama sekali dia menjawab pertanyaanku... Ris.... ternyata apa yg elu bilang ke gue benar adanya....dia mulai mengis...sekarang gue.. diusir dari kost gue.. ris, arya sudah gak ngurusin gue lagi....gue nggak ngerti lagi mau pergi kemana ris, makanya gue beranikan diri ke elu ris, karena gue yakin elu mau nolongin gue. Aku sangat terharu dan sedih mendengar semua itu. Sahabatku yg dulu periang, santun, ramah sekarang tiada daya dihadapanku. mengemis untuk dapat tidur dirumahku. Setelah aku berembuk dg sumaiku, suamiku sih oke-oke aja namanya menolong temen. Ya udah malam itu Dora bermalam ditempatku sampai beberapa malam. Setiap malam dia menceritakan pengalaman hidupnya. Pertama sih Arya sangat menyayanginya, tetapi lambat laun istrinya tau kalau arya main perempuan dg Dora, maka dilabraknya dora dan mulai detik itu Arya berubah 180 derajat.Dia sudah lupa dengan janjijanji yg telah ia ucapkan. Dora merana... sudah kehilangan suami yg menyayanginya, anak yg menggemaskan. Semua sudah terjadi ibarat Nasi sudah menjadi Bubur, penyesalan adanya dibelakang. Semoga cerita sahabatku ini bisa menjadikan cermin bagi diri kita masing-masing. Jangan melihat dengan mata tapi lihatlah dengan hati, Jangan merasakan dengan tangan dan lidah kita tapi rasakan dan nikmati dengan hati nurani kita. Ada kalanya kita melihat pasangan kita berubah tetapi sebenarnya yg berubah adalah kita, ada kalanya pasangan kita marah tetapi sebenarnya kita sendiri tidak sadar dan ikuti alurnya. Semoga cermin diatas mengingatkan kita, seberapa besar komitmen kita untuk membentuk rumah tangga yang kekal dan bahagia baik di dunia dan akherat. Sumber: Dari Pengalaman Pribadi Seorang Kawan === Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular

itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati. Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya. === Suatu malam, di sebuah stasiun radio, sedang berlangsung acara dimana orang-orang berbagi pengalaman hidup mereka. Perhatian saya yang semula tercurah pada tugas statistik beralih ketika seorang wanita bercerita tentang ayahnya. Wanita ini adalah anak tunggal dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal di pinggiran kota Jakarta. Sejak kecil ia sering dimarahi oleh ayahnya. Di mata sang ayah, tak satupun yang dikerjakan olehnya benar. Setiap hari ia berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan ayahnya, namun tetap saja hanya ketidakpuasan sang ayah yang ia dapatkan. Pada waktu ia berumur 17 tahun, tak sepatah ucapan selamat pun yang keluar dari mulut ayahnya. Hal ini membuat wanita itu semakin membenci ayahnya. Sosok ayah yang melekat dalam dirinya adalah sosok yang pemarah dan tidak memperhatikan dirinya. Akhirnya ia memberontak dan tak pernah satu hari pun ia lewati tanpa bertengkar dengan ayahnya. Beberapa hari setelah ulang tahun yang ke-17, ayah wanita itu meninggal dunia akibat penyakit kanker yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun kecuali pada istrinya. Walaupun merasa sedih dan kehilangan, namun di dalam diri wanita itu masih tersimpan rasa benci terhadap ayahnya. Suatu hari ketika membantu ibunya membereskan barang-barang peninggalan almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan rapi dan diatasnya tertulis "Untuk Anakku Tersayang". Dengan hati-hati diambilnya bingkisan tersebut dan mulai membukanya. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan dan sebuah buku yang telah lama ia idam-idamkan. Disamping kedua benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna merah muda, warna kesukaannya. Perlahan ia membuka kartu tersebut dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya, yang ia kenali betul sebagai tulisan tangan ayahnya. Ya Tuhan,Terima kasih karena Engkau mempercayai diriku yang rendah ini. Untuk memperoleh karunia terbesar dalam hidupku Kumohon Ya Tuhan, Jadikan buah kasih hambaMu ini Orang yang berarti bagi sesamanya dan bagiMu. Jangan kau berikan jalan yang lurus dan luas membentang Berikan pula jalan yang penuh liku dan duri Agar ia dapat meresapi kehidupan dengan seutuhnya. Sekali lagi kumohon Ya Tuhan, Sertailah anakku dalam setiap langkah yang ia tempuh Jadikan ia sesuai dengan kehendakMu Selamat ulang tahun anakku Doa ayah selalu menyertaimu...

Meledaklah tangis sang anak usai membaca tulisan yang terdapat dalam kartu tersebut. Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Dalam pelukan ibunya, ia menceritakan semua tentang bingkisan dan tulisan yang terdapat dalam kartu ulang tahunnya. Ibu wanita itu akhirnya menceritakan bahwa ayah memang sengaja merahasiakan penyakitnya dan mendidik anaknya dengan keras agar sang anak menjadi wanita yang kuat, tegar dan tidak terlalu kehilangan sosok ayahnya ketika ajal menjemput akibat penyakit yang diderita ........ === Di California Selatan ada sebatang pohon yang terkenal di seluruh Amerika. Sepanjang tahun pohon itu dikunjungi ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Bentuk pohon itu sama sekali tidak sedap dipandang mata. Tingginya kurang dari 2 meter dengan batang agak pipih & melintir. Hanya sebagian cabang ditumbuhi daun, sedang bagian lainnya gundul. Pohon itu menjadi terkenal karena tumbuh di atas batu granit yang keras. Tingginya sekitar 100 mtr di atas permukaan laut, menghadang langsung Samudera Pasifik yang anginnya keras mendera. Tidak ada pohon lain yang tumbuh di sekitarnya, kecuali pohon itu. Rupanya beberapa tahun lalu sebutir biji pohon terbawa angin, dan jatuh di cela batu granit yang ada tanahnya. Benih itu kemudian tumbuh, tetapi setiap kali batang muncul keluar, langsung hancur diterpa angin Pacific yang kencang. Terkadang pohon itu tumbuh agak besar tapi badai kembali memporakporandakannya. Sekalipun demikian, akarnya terus tumbuh menghunjam ke bawah mencapai tanah melewati poros-poros batu granit sambil menghisap mineral-mineral di sekitarnya. Sementara itu batangnya tumbuh terus setelah berkali-kali dihancurkan angin kencang, makin lama makin kokoh & liat sampai akhirnya cukup kuat menahan terpaan badai, sekalipun bentuknya tidak karuan. Oleh orang Amerika, pohon tersebut dianggap sebagai simbol ketegaran karena seakan-akan memberi pelajaran kepada umat manusia untuk tetap tabah & gigih dalam menghadapi berbagai cobaan & gelombang kehidupan. === Sedekah Yang Menghajikan Penulis: Hamba Allah Pak Asep, demikian ia dijuluki, membungkuk membenahi barang dagangannya. Dengan guratan-guratan tua di keningnya, wajahnya tetap kelihatan bening. Sejak setahun lalu kopiah putih selalu menghiasi kepalanya, menutupi rambutnya yang seluruhnya telah berwarna putih keperakan. "Alhamdulillah Jang, kadang-kadang sepi kadang-kadang ramai," katanya menceritakan usahanya dengan bibir terus tersenyum. Dalam usia yang ke 67 ini Pak Asep ditemani istrinya mengurus warung kelontong berukuran 3 kali 4 meter. Pak Asep dan istrinya tidak dikaruniai anak. Diusia yang senja mereka terlihat menikmati hidupnya. Toko kelontong yang ada di depan rumahnya yang ada di sebuah gang kecil di Bandung itu jadi satu-satunya penopang kebutuhan hidup mereka sehari-hari. "Ini kenang-kenangan dari Mekkah, Jang," menunjuk ke kopiah putihnya. Pak Asep dan Istrinya memang pergi ke tanah suci tahun lalu. "Dari dulu Bapak pingin pergi haji", lanjutnya. Hal ini membuatnya berkomitmen untuk

menabung sedikit-demi sedikit dari hasil penjualan barang-barang di warungya. "Saya mah pokoknya niat pingin sekali pergi ke tanah suci," lanjutnya. Bertahun sudah tabungannya, sesekali dihitungnya seekedar untuk makin menguatkan keinginannya. "Kurang beberapa juta lagi, Nyi, cukup da, beberapa tahun lagi, gak lama," katanya kepada istrinya. Senyum Pak Asep dan Istrinya merekah. Terbayang ia bersama istrinya akan berthawaf keliling mengucapkan talbiah, labbaik Allaahumma labbaik. Saat-saat yang dimpikannya bertahuntahun, menyempurnakan rukun Islam, rindu di hari tuanya mendekat kepada Sang Khalik. Dalam hari-hari semangatnya berhaji itu, tiba-tiba sampai di telinganya, tetangganya masuk rumah sakit dan harus dioperasi. Para tetangga sebenarnya iuran mermbantu meringankan biaya rumah sakitnya. Tapi biaya operasi memang mahal. Pak Asep tersentak. Terbayang olehnya uang tabungannya untuk biaya haji dapat membantu operasi tetangganya yang tak berpunya. "Haji ibadah, sedekah juga ibadah, gak apa sedekahkan uang kita untuk berobat, Ki," istrinya mendukung uang tabungannya bertahun-tahun itu diberikan untuk biaya tetangganya yang dioperasi di rumah sakit. "Kang, terima ini ya, rezeki mah dari Allah, mungkin emang lewat saya, biarlah ini jadi jalan makin dekat ku Allooh, moga-moga cepet sembuh, kang," katanya sambil menyerahkan amplop tebal uang tabungannya yang berbilang tahun itu. Dipeluknya Pak Asep dengan erat. Sedikit yang tahu ketulusan Pak Asep dan Istrinya ini. Ketika dokter yang merawat temannya ini heran dari mana ia bisa membiayai operasi yang mahal ini, maka sampailah cerita tentang uang tabungan haji Pak Asep ini. "Boleh saya dikenalkan sama Pak Asep, pak?" sambut sang dokter terharu. Ditemuinya Pak Asep dan istrinya. Dan ditemuinya keteduhan seorang dermawan. Raut wajah yang kaya, meski dalam kesederhanaan hidup. "Pak Asep, saya ada rezeki, bolehkan saya ikut mendaftarkan Bapak dan istri pergi haji bersama saya dan keluarga?" Sang dokter menawarkan. Pak Asep dan istriya sejenak berpandangan. Tak kuat lagi menahan haru, dipeluknya dokter dermawan tadi. "Alloh Maha Kaya," ucapnya lirih di telinga dokter. Maka kakinya kemudian hadir di Baitullah, berhaji, dengan karunia dan rezeki dari Allah. Pak Asep dan istri seakan mereguk hidangan Allah yang sempurna, buah dari kedermawanannya. Kisah Pak Asep mungkin saja banyak terjadi kehidupan kita. Pak Asep-Pak Asep lain pun telah menggores hikmah kehidupannya sendiri. Atau bahkan telah pula sering kita alami sendiri. Dan selalu saja sedekah akan menyuburkan hati kita, memberkahi kehidupan kita. Maka mengapa kita menunda sedekah kita? *IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA* Al-Hubb Fillah wa Lillah, ===

Seekor tikus mengintip lewat sebuah celah di tembok untuk mengamati sang petani dan istrinya membuka sebuah bungkusan. Ada makanan apa kiranya? Ia terkejut sekali, ternyata itu jebakan tikus. Lari kembali ke ladang pertanian, tikus itu menyiarkan peringatan: "Awas, ada jebakan tikus didalam rumah, awaslah, ada jebakan tikus didalam rumah!" Sang ayam tenang2 berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku, pak Tikus, aku tahu ini memang urusan gawat bagi anda, tapi kan buat aku pribadi tak ada konsekwensinya. Jangan bikin aku pusinglah." Tikus berbalik dan pergi menuju sang babi, katanya, "Ada jebakan tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus dirumah!". "Wah, aku menyesal mendengar kabar ini," si babi menghibur dengan penuh simpati, "tetapi tak ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu ada dalam doa2ku!" Tikus kemudian berbelok menuju si sapi. Sapi ini pun berujar, "Seperti apa ya, pak Tikus. Sebuah jebakan tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?" Jadi kembalilah tikus itu ke rumah, kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal, dan sedih, menghadapi jebakan tikus seorang diri. Malam itu juga terdengar sebuah suara menggema di seluruh rumah, seperti bunyi jebakan tikus yang berhasil menangkap korbannya. Istri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Dikegelapan itu ia tak bisa melihat bahwa yang terjebak adalah ekor ular amat berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan istri petani itu. Petani itu bergegas membawanya kerumah sakit. Ia kembali ke rumah dalam keadaan demam. Sudah umum setiap orang akan menangani demam panas dengan memberikan sop ayam segar, jadi petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah ia ke lahan belakang mencari bahan pokok untuk sopnya itu. Penyakit istrinya berlanjut sehingga teman2 maupun para tetangganya datang duduk2 menjenguk, dari jam ke jam selalu berdatangan para tamu. Petani itu pun menyembelih babinya untuk memberi makan para pengunjung itu. Istri petani itu tak kunjung sembuh. Ia mati, jadi makin banyak lagi orang2 yang datang untuk pemakamannya sehingga petani itu terpaksalah menjagal sapinya agar bisa menjamu makan orang2 itu. ~~~ Moral kisah ini: Lain kali bila kau dengar ada seseorang yang menghadapi problem dan kau pikir itu tak berurusan denganmu, ingatlah bahwa apabila ada jebakan tikus didalam rumah, seluruh lahan pertanian ikut menanggung risikonya. === HASRAT UNTUK BERUBAH (Terukir di sebuah makam di Westminster Abbey, Inggris, 1100 M.)

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, Aku bermimpi ingin merubah dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah. Maka cita-cita itu pun agak kupersempit, Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya, Hasrat itu pun tiada hasilnya. Ketika usiaku semakin senja, Dengan semangatku yang masih tersisa, Kuputuskan untuk mengubah keluargaku, Orang-orang yang paling dekat denganku... Tetapi celakanya, Mereka pun tidak mau diubah! Dan kini, Sementara aku berbaring saat ajal menjelang, Tiba-tiba kusadari ......: "Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku, Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, Mungkin aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, Bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku. Kemudian siapa tahu, Aku bahkan bisa mengubah dunia. === Roy Angel yang miskin memiliki kakak seorang milyuner. Pada tahun 1940, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya menjual padang rumput di Texas pada waktu yang tepat dengan harga yang sangat tinggi. Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kaya raya. Setelah itu kakak Roy Angel menanam saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung yang besar. Kini dia tinggal di apartemen mewah di New York dan memiliki kantor di Wallstreet. Seminggu sebelum Natal, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap. Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman. "Hai.. nak" sapa Roy. Anak itu melihat pada Roy dan bertanya, "Apakah ini mobil Tuan?" "Ya," jawab Roy singkat. "Berapa harganya Tuan?" "Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa". "Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?", Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran. "Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya" Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam,"Seandainya.... seandainya..." Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu, "Anak

ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku". Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan katakatanya, "Seandainya... seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu.." Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya. Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya. Sampai satu kali anak itu berkata,"Tuan bersediakah Tuan mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa blok dari sini". Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini. "Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah" pikir Roy. "OK, mengapa tidak", kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu. Tiba disudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti seje nak, "Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali". Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu. Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang lumpuh. Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya, "Lihat... seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu". === Ada dua orang biarawan yang sudah hidup bersama selama empat puluh tahun dan mereka tidak pernah bertengkar. Satu kali pun belum pernah. Suatu hari, seorang dari mereka berkata, "Tidakkan kau berpikir bahwa inilah saatnya kita bertengkar, paling tidak sekali saja?" Biarawan yang lainnya menyahut, "Bagus kalau begitu! Mari kita mulai! Apa yang harus kita pertengkarkan?" "Bagaimana kalau sepotong roti ini?" kata biarawan pertama. "Baiklah, marilah kita bertengkar karena roti ini. Terus bagaimana kita melakukannya?" tanya biarawan yang kedua. Biarawan pertama lalu berkata, "Roti ini punyaku. Ini milikku semua." Biarawan yang kedua menjawab, "Kalau begitu, ambil saja." Inilah musuh utama kedamaian: sebuah hati yang terlekat, keras, dan egois. --Berdasarkan cerita Hindu Dikutip dari : Walk on Water === Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu. "Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?", tanya si tukang kayu. "Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi 'tik-tak, tik-tak'". Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu. Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kegaduhan'.... === Dalam sebuah gubuk di perbatasan Ohio hidup seorang janda melarat bersama anak laki-lakinya yang berusia 18 bulan. Anak itu tumbuh subur dan beberapa tahun kemudian, ia sudah harus menebangi kayu dan menanami sejengkal tanah dalam hutan yang dimiliki ibunya. Walau demikian, ia selalu menyediakan waktu untuk belajar. Setiap jam ia gunakan untuk belajar dari buku-buku yang dipinjamnya karena tidak mampu membelinya. Ketika berusia enam belas tahun, dengan senang hati ia bekerja sebagai seorang pengembala keledai di sepanjang kanal. Tak lama kemudian ia menerima pekerjaan baru sebagai seorang tukang sapu dan membunyikan lonceng di sekolah untuk membiayai sekolahnya. Tahun pertama di Geanga Seminarie, ia cuma memperoleh 17 dolar. Lalu ia bekerja pada seorang tukang kayu dengan bayaran 1 dolar seminggu. Malam hari, bila sedang libur, ia bekerja lembur. Ia datang pada hari Sabtu untuk menerima bayaran 1 dolar dan 2 sen. Musim dingin selanjutnya ia mengajar dengan gaji 12 dolar. Tak lama kemudian ia belajar di William College dan berhasil lulus sebagai seorang dokter dengan gelar cum laude. Pada usia 26 tahun, ia menjadi anggota Senat Amerika Serikat dan tujuh tahun kemudian menjadi anggota Kongres. James A. Garfield akhirnya menjadi Presiden Amerika Serikat. Teladannya merupakan sumber inspirasi bagi siapa pun yang memulai hidupnya dari dasar. ===

Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat dibelakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam

formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71 % lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian. Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya. Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya. Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh-rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga. Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka. === Suatu ketika, hiduplah seorang pematung. Pematung ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas. Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini.

Sang pematung, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah, karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.

Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya.

Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang di perintahkannya. Bagus. Bagus sekali, ujar sang Raja. Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.

Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luar taman. Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas, ucapnya dalam hati, pasti, akan cepat rusak.

Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pematung. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya. Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang lain di depan sana.

Menyesal dengan perrbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya.

***

Teman, seperti apakah kita menghargai diri sendiri? Seperti apakah kita bercermin pada diri kita? Bagaimanakah kita menempatkan kebanggaan atas diri kita? Ada kalanya memang, ada orang-orang yang selalu pesimis

dengan dirinya sendiri. Mereka, kerap memandang rendah kemuliaan yang mereka miliki.

Namun, apakah kita mau dimasukkan ke dalam bagian itu. Saya percaya, tak banyak orang yang menghendaki dirinya mau dimasukkan sebagai orang yang pesimis. Kita akan lebih suka menjadi orang yang bernilai lebih. Sebab, Allah pun menciptakan kita tak dengan cara yang main-main. Allah menciptakan kita dengan kemuliaan mahluk yang sempurna.

Dan teman, sesungguhnya, kita sedang memahat patung diri kita saat ini. Tapi patung seperti apakah yang sedang kita buat? Patung yang kasar, yang tak halus pahatannya, ataukah patung yang indah, yang memancarkan kemuliaan-Nya? Patung yang bernilai mahal, yang menjadi hiasan terindah, atau patung yang berharga murah yang tak layak diletakkan di tempat utama?

Memang, tak ada yang tahu akan ditempatkan dimana patung-patung diri kita kelak. Karena hanya Allah lah Maha Tahu. Karenanya, bentuklah patung-patung itu dengan indah. Pahatlah dengan halus, agar kita bisa ditempatkan di tempat yang terbaik, di sisi-Nya. Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi, dan kebijakan hati, agar memancarkan keindahan. Susuri setiap lekuknya dengan kesabaran, dan keikhlasan.

Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat kelak. Bentuklah "patung" diri Anda dengan indah!

Terima kasih telah membaca. Hope you are well and please do take care. === Sekedar mengangsurkan segelas airputih...

Ketika Amy Hagadorn berjalan melewati sebuah sudut di lorong dekat kelasnya, ia berpapasan dengan seorang anak laki-laki jangkung siswa kelas lima yang berlari dari arah berlawanan. "Pakai matamu, Bodoh," maki anak laki-laki itu, setelah berhasil berkelit dari murid kelas tiga bertubuh kecil yang hampir ditabraknya. Kemudian, dengan mimik mengejek, anak laki-laki itu memegang kaki kanannya dan berjalan menirukan cara berjalan Amy yang pincang. Amy memejamkan matanya beberapa saat. Abaikan saja dia, katanya dalam hati sambil berjalan lagi menuju ke kelasnya. Akan tetapi, sampai jam pelajaran terakhir hari itu Amy masih memikirkan ejekan anak laki-laki jangkung itu. Dan, ia bukan satu-satunya orang yang mengganggunya. Sejak Amy mulai duduk di kelas tiga, ada saja anak yang mengganggunya setiap hari, mengejek cara bicaranya atau cara berjalannya. Kadang-kadang, walaupun di dalam kelas yang penuh dengan anak-anak, ejekan-ejekan itu membuatnya merasa sendirian. Di meja makan malam itu, Amy tidak bicara. Karena tahu ada yang tidak beres di sekolah, Patti Hagadorn dengan senang hati berbagi kabar menggembirakan dengan putrinya. "Di sebuah stasion radio ada lomba membuat permohonan Natal," kata sang ibu. "Coba tulis surat kepada Santa Klaus, siapa tahu kau memenangkan hadiahnya. Kupikir setiap anak yang mempunyai rambut pirang bergelombang di meja ini harus ikut."Amy tertawa, lalu ia mengambil pensil dan kertas. "Dear Santa Klaus," tulisnya sebagai pembuka. Ketika Amy sedang asyik membuat suratnya yang paling baik, semua anggota keluarga mencoba menebak permohonannya kepada Santa Klaus. Adik Amy, Jamie, dan ibunya sama-sama menebak bahwa yang paling mungkin diminta oleh Amy adalah boneka Barbie setinggi satu meter. Ayah Amy menebak bahwa putrinya meminta sebuah buku bergambar. Akan tetapi, Amy tidak bersedia mengungkapkan permohonan Natal-nya yang rahasia. Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, suat-surat yang datang untuk mengikuti lomba Permohonan Natal tumpah seperti air bah. Para karyawan stasiun radio dengan senang hati membaca bermacam-macam hadiah yang diinginkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota untuk perayaan Natal. Ketika surat Amy tiba di stasium radio itu, manajer Lee Tobin membacanya dengan cermat. "Santa Klaus yang Baik, Nama saya Amy. Saya berusia sembilan tahun. Saya mempunyai masalah di sekolah. Dapatkah Anda menolong saya, Santa? Anak-anak menertawakan saya karena cara berjalan saya, cara berlari saya, dan cara bicara saya. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari saja yang dapat saya lewati tanpa ada orang menertawai atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy Hati Lee terasa nyeri ketika membaca surat itu: Ia tahu cerebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy. Menurutnya ada baiknya bila semua orang di Fort Wayne mendengar tentang gadis cilik dengan permohonan Natalnya yang tidak lazim. Pak Tobin menelepon sebuat koran setempat. Keesokan harinya, foto Amy dan suratnya kepada Santa mengisi halaman depan The News Sentinel. Kisah itu menyebar dengan cepat. Surat kabar, stasiun radio, dan televisi di seluruh negeri memberitakan kisah gadis cilik di Fort Wayne, Indiana, yang hanya mengajukan sebuah permohonan sederhana, namun baginya merupakan hadiah Natal paling istimewa-satu hari tanpa ejekan.

Tiba-tiba, tukang pos menjadi langganan di rumah keluarga Hagadorn. Amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy datang setiap hari dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri, berisi kartu-kartu ucapan selamat berlibur dan kata-kata penghiburan. Selama masa Natal yang sibuk itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy. Sebagian penulis surat itu cacat; sebagian pernah menjadi sasaran ejekan ketika kanak-kanak, tetapi tiap penulis mempunyai sebuah pesan khusus bagi Amy. Lewat kartu-kartu dan surat-surat dari orang-orang asing itu, Amy merasakan sebuah dunia penuh dengan orang-orang yang betul-betul saling peduli. Ia sadar tidak ada ejekan dalam bentuk apa pun yang akan pernah membuatnya merasa kesepian. Banyak orang berterima kasih kepada Amy atas keberaniannya mengungkapkan isi hati. Yang lain mendorongnya bertahan terhadap ejekan-ejekan dan tetap tampil dengan tengadah. Lynn, seorang siswi kelas enam dari Texas, mengirim pesan sebagai berikut: Aku senang menjadi temanmu, dan bila kau mau mengunjungi aku, kita dapat bersenang-senang. Tidak seorang pun akan mengejek kita, karena kalau mereka demikian, kita tidak usah mendengarkan. Permohonan Amy untuk menikmati satu hari khusus tanpa ada yang mengganggu terpenuhi di sekolahnya, South Wayne Elementary School. Selain itu, setiap orang di sekolah memberikan sebuah bonus tambahan. Guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Tahun itu, walikota Fort Wayne secara resmi menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn untuk seluruh kota. Walikota menerangkan bahwa dengan keberanian mengajukan permohonan seperti itu, Amy mengajarkan sebuah pelajaran universal. "Siapa pun," kata walikota, "ingin dan berhak diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan hangat." === Sekedar mengangsurkan segelas airputih... Pada jaman dahulu hiduplah dua orang jendral perang besar, Cyrus dan Cagular. Cyrus adalah raja Persia yang terkenal. Sedangkan Cagular adalah kepala suku yang terusmenerus melakukan perlawanan terhadap serbuan pasukan Cyrus. Pasukan Cagular mampu merobek-robek kekuatan tentara Persia sehingga membuat berang Cyrus karena ambisinya untuk menguasai perbatasan daerah selatan menjadi gagal. Akhirnya, Cyrus mengumpulkan seluruh kekuatan pasukannya, mengepung daerah kekuasaan Cagular dan berhasil menangkap Cagular beserta keluargnya. Mereka lalu dibawa ke ibu kota kerajaan Persia untuk diadili dan dijatuhi hukuman. Pada hari pengadilan, Cagular dan istrinya dibawa ke sebuah ruangan pengadilan. Kepala suku itu berdiri menghadapi singgasana tempat Cyrus duduk dengan perkasanya. Cyrus tampak terkesan dengan Cagular. Ia tentu telah mendengar banyak tentang kegigihan Cagular. "Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidupmu?" tanya sang kaisar. "Yang mulia," jawab Cagular, "Bila Yang Mulia menyelamatkan hidup hamba, hamba akan kembali pulang dan tunduk patuh pada Yang Mulia sepanjang umur hamba." "Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidup istrimu?" tanya Cyrus lagi. "Yang mulia, bila Yang Mulia menyelamatkan hidup istri hamba, hamba bersedia mati untuk Yang Mulia," jawab Cagular.

Cyrus amat terkesan dengan jawaban dari Cagular. Lalu ia membebaskan Cagular dan istrinya. Bahkan ia mengangkat Cagular menjadi gubernur yang memerintah di propinsi sebelah selatan. Pada perjalanan pulang, Cagular dengan penuh antusias bertanya pada istrinya, "Istriku, tidakkah kau lihat pintu gerbang kerajaan tadi? Tidakkah kau lihat koridor ruang pengadilan tadi? Tidakkah kau lihat kursi singgasana tadi? Itu semuanya terbuat dari emas murni!" Istri Cagular terkejut mendengar pertanyaan suaminya, tetapi ia menyatakan, "Aku benarbenar tidak memperhatikan semua itu." "Oh begitu!" tanya Cagular terheran-heran, "Lalu apa yang kau lihat tadi?" Istri Cagular menatap mata suaminya dalam-dalam. Lalu ia berkata, "Aku hanya melihat wajah seorang pria yang mengatakan bahwa ia bersedia mati demi hidupku." Apakah anda tahu demi apa anda mati? Demi kekasih anda? Rumah? Negara? Keyakinan? Kebebasan? Cinta? Tentukan demi apa anda bersedia untuk mati, dan anda pun akan menemukan demi apa anda hidup. Hiduplah demi sesuatu yang anda bersedia untuk berkorban, bahkan mati pun rela, maka anda akan hidup dengan penuh. Anda pun akan menemukan bagaimana anda bisa berbahagia. (Steve Goodier) Sumber: Pojok Renungan Editor, Apa Yang Kau Lihat? ====================================================== Rasanya kita semua tidak kenal dengan orang yang bernama Jean-Dominique Bauby, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara sangat istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut 'locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya 'seperti pikiran di dalam botol'. Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan main", kata Anda. Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan menulis mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh "menulis" dengan cara si Jean, barangkali kita harus menangis dulu berhari-hari. Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan. Jadi, "Berapapun problem dan stress dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!" Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu? "I would be the happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth". Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu :-(. Jadi kita yang masih bisa makan bakmi, ngga usahlah Bakmi Gajah Mada, indomie yang Rp 500 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si Jean. Kita bahkan senantiasa mengeluh, setiap hari, sepanjang tahun. We are the constant whiners. Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi "bintang film" alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki Penciptanya, 'to celebrate life', to do something good for others.

Jadi, betapapun kemelutnya keadaan kita saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang jalannya masih terpincang-pincang karena baru saja terinjak paku, mereka yang sedang di-PHK, saya yakin kita masih bisa menelan ludah. Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas. Kata orang bijak, "Think and Thank", berfikirlah dan kemudian bersyukurlah. Merawatmu di Usia Senja Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai rektor diUniversitas Internasional Columbia dengan alasan merawat istrinya Muriel yang sakit alzheimer yaitu gangguan fungsi otak.Muriel sudah seperti bayi,tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk makan,mandi dan buang airpun ia harus dibantu. Robertson memutuskan untuk merawat istrinya dgn tangannya sendiri,karena Muriel adalah wanita yg sangat istimewa baginya. Pernah suatu kali ketika Robertson membersihkan lantai bekas ompol Muriel dan di luar kesadaran, Muriel malah menyerakkan air seninya sendiri, sehingga Robertson kehilangan kendali emosinya. Ia menepis tangan Muriel dan memukul betisnya, guna menghentikannya. Setelah itu Robertson menyesal dan berkata dalam hatinya, "Apa gunanya saya memukulnya,walaupun tidak keras, tetapi itu cukup mengejutkannya. Selama 44 tahun kami menikah,saya belum pernah menyentuhnya karena marah, namun kini di saat ia sangat membutuhkan saya,saya memperlakukannya demikian. Ampuni saya, ya Tuhan." Tanpa peduli apakah Muriel mengerti atau tidak, Robertson meminta maaf atas hal yang telah dilakukannya. Pada tanggal 14 Februari 1995, hari itu adalah hari istimewa untuk Robertson dan Muriel, karena pada tanggal itu di tahun 1948, Robertson melamar Muriel. Pada hari istimewa itu Robertson memandikan Muriel, lalu menyiapkan makan malam dengan menu kesukaan Muriel.Menjelang tidur ia mencium dan menggenggam tangan Muriel lalu berdoa, "Tuhan yang baik, Engkau mengasihi Muriel lebih dari aku mengasihinya, karena itu jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam dan biarlah ia mendengar nyanyian malaikatMu. Amin." Pagi harinya, ketika Robertson berolahraga dengan menggunakan sepeda statisnya,Muriel terbangun dari tidurnya. Ia berusaha untuk mengambil posisi yang nyaman, kemudian melempar senyum manis kepada Robertson. Untuk pertama kalinya setelah selama berbulan-bulan Muriel tidak pernah berbicara, memanggil Robertson dengan suara yang lembut dan bening, "Sayangku ... sayangku ..." Robertson melompat dari sepedanya dan segera memeluk wanita yang sangat dikasihinya itu. "Sayangku, kau benar2 mencintaiku bukan ?" tanya Muriel. Setelah melihat anggukan dan senyum diwajah Robertson, Muriel berbisik, "Aku bahagia !" Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Muriel kepada Robertson. ================================================== Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar. Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tibatiba, dia melihat sesuatu yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak melintas. Aah..., ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang. Cittt....ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di mundurkannya mobil itu menuju

tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya seorang anak yang paling dekat, dan dipojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir. "Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!" Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil baru semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai tergores." Ujarnya lagi dengan geram, tampak ingin memukul anak itu. Sang anak tampak ketakutan, dan berusaha meminta maaf. "Maaf Pak, Maaf. Saya benarbenar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. "Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...." Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. "Itu disana ada kakakku. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.." Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. "Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu berat untukku." Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera, di angkatnya anak yang cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatanmu." Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka. Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Disusurinya jalan itu dengan lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele. Namun, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat === Ada 1 lembaga penelitian sekuler di USA yg meneliti tentang orang-orang bahagia. Karena ini lembaga sekuler, ukuran bahagia pertama adalah banyaknya uang, maka lembaga tersebut mensurvey orang-orang kaya (milyuner) dengan sample awal sebanyak lebih dari 200 ribu orang milyuner. Dari 200 ribu itu disaring kadar bahagia-nya berdasarkan berbagai parameter termasuk keluarga tersebut. Hasil saringan terakhir ada sekitar 200 orang yang dianggap sangat bahagia, karena selain kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati hidup, keluarganya beres. Hasil survey tersebut ditulis dalam buku karangan Thomas Stanley berjudul "The Millionaire Mind." Orang-orang kaya tersebut rata-rata sudah berumur, mereka adalah orang kaya dalam 1 generasi, artinya bukan kaya warisan, tapi kaya dengan modal zero, alias kerja sendiri. Kemudian orang-orang ini diwawancara satu per satu secara detail, dan di-summary-kan gaya hidup orang-orang tersebut, berikut 10 gaya hidup:

1. Orang-orang tersebut frugal = hemat, artinya: mereka penuh pertimbangan dalam memanfaatkan uang mereka. Untuk beli sesuatu, pikir-pikir dulu sekitar 20 kali, tipe orang yang tanya sama Tuhan tentang segala sesuatu pengeluaran. Mereka tidak diperbudak mode, meskipun tidak kuno, tapi modis. Mereka tahu di mana beli barang bagus tapi murah. 2. Orang-orang tersebut selalu hidup di bawah income mereka, tidak hidup gali lobang tutup lobang alias anti utang. 3. Sangat loyal terhadap pasangan - tidak cerai dansetia! 4. Selalu lolos dari prahara baik dalam keluarga/bisnis (di USA sering resesi ekonomi, mereka selalu lolos). Setelah ditanya apa kunci lolosnya, jawabannya: "overcoming worry and fear with The Bible and pray, with faith to God. We have God and His word." 5. Cara berpikir mereka berbeda dalam segala segi dengan orang-orang kebanyakan, contoh: kita kalau ke mall, mikir abisin duit, mereka malah survey mencari bisnis apa yang paling laku di mall. They think differently from the crowd. Mereka "man of production" bukan "man of consumption." 6. Ketika ditanya kunci suksesnya: a. Punya integritas = omongan dan janji bisa dipegang dan dipercaya. b. Disiplin = tidak mudah dipengaruhi, dalam segala hal, termasuk disiplin dalam hal makanan, mereka orang yang tidak sembarangan konsumsi makanan. Tidak serakah. c. Selalu mengembangkan social skill = cara bergaul, belajar getting along with people, belajar leadership, menjual ide, mereka orang yang meng-upgrade dirinya, tidak malas belajar. d. Punya pasangan yg support, selalu mendukung dalam keadaan enak / tidak. Menurut mereka, integrity dimulai di rumah, kalau seorang suami/istri tidak bisa dipercaya di rumah, pasti tidak bisa dipercaya diluar. 7. Pembagian waktu/aktivitas, paling banyak untuk hal-hal berikut: a. Mengajak anak dan cucu sport/olahraga, alasannya, dengan olahraga bisa meningkatkan fighting spirit yang penting untuk pertandingan rohani untuk menang sebagai orang beriman, untuk bisa sportif (menerima kenyataan, tetapi dengan semangat untuk memperbaiki dan menang). b. Banyak memikirkan tentang investment. c. Banyak waktu berdoa, mencari hadirat Allah, belajar Firman. Ini menjadi lifestyle mereka sejak muda. d. Attending religious activities. e. Sosializing with children and grand child, ngobrol. f. Entertaining with friends, maksudnya bergaul, membina hubungan. 8. Have a strong religious faith, dan menurut mereka ini kunci sukses mereka. 9. Religious millionaire. Mereka tidak pernah memaksakan suatu jumlah aset sama Tuhan, tapi mereka belajar mendengarkan suara Tuhan, berapa jumlah aset yang Tuhan inginkan buat mereka. Minta guidance untuk bisnis. Mereka bukan type menelan semua tawaran bisnis yang disodorkan kepada mereka, tapi tanya Tuhan dulu untuk mengambil keputusan. 10. Ketika ditanya tentang siapa mentor mereka, jawabannya adalah Tuhan. === Kado Kotak Kosong

> >Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. >Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung. >"Untuk apa?" tanya sang ayah. >"Untuk kado, mau kasih hadiah." jawab si kecil. >"Jangan dibuang-buang ya." pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan >kecil. > >Persis pada hari raya, pagi-pagi si kecil sudah bangun dan membangunkan >ayahnya, >"Pa, Pa ada hadiah untuk Papa." >Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab, >"Sudahlah nanti saja." >Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa, sudah siang." >"Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Papa." > >Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya. >"Hadiah apa nih?" >"Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang." > >Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah >kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga. >"Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya koq kosong.Buang-buang kertas kado Papa. >Kan mahal?" >Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu >buaanyaak ciuman untuk Papa." > >Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya. >"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu >menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu >ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya !" > >Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki >nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu >tinggi. Apa yang terjadi ? > >Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang >ayah, >di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan >tetap menganggapnya kotak kosong. > >Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, >penuh >bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain. >Kosong dan penuh - dua-duanya merupakan produk dari "pikiran" anda sendiri. > >Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda. Hidup >menjadi >berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya, memberikan

makna >kepadanya. >Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini >ibarat lembaran kertas yang kosong... === "TOMORROW IS NOT PROMISED" Sometimes people come into your life and you know right away that they were meant to be there, they serve some sort of purpose, teach you a lesson or help figure out who you are and who you want to become. You never know who these people may be: your neighbor, child, long lost friend, lover, or even a complete stranger who, when you lock eyes with them, you know at that very moment that they will affect your life in some profound way. And sometimes things happen to you and at the time they seem painful and unfair, but in reflection you realize that without overcoming those obstacles you would have never realized your potential strength, will power, or heart. Everything happens for a reason. Nothing happens by chance or by means of good or bad luck. Illness, injury, love, lost moments of true greatness and sheer stupidity all occur to test the limits of your soul. Without these small tests, whether they be events, illnesses or relationships, life would be like a smoothly paved straight flat road to nowhere, safe and comfortable, but dull and utterly pointless. The people you meet who affect your life and the successes and downfalls you experience create who you are, and even the bad experiences can be learned from, In fact, they are probably the poignant and important ones. If someone hurts you, betrays you or breaks your heart, forgive them, for they have helped you learn about trust and the importance of being cautious to whom you open your heart... If someone loves you, love them back unconditionally, not only because they love you, but because they are teaching you to love and opening your heart and eyes to things you would have never seen or felt without them. Make every day count. Appreciate every moment and take from it everything that you possibly can, for you may never be able to experience it again... Talk to people you have never talked to before, and actually listen, let yourself fall in love, break free and set your sights high... Hold your head up because you have every right too. Tell yourself you are a great individual and believe in yourself... for if you don't believe in yourself, no one else will believe in you either. You can make of your life anything you wish.

Create your own life and then go out and live in it! "Live Each Day As If It Were Your Last...Tomorrow is Not Promised" --Author Unkown === Kereta Api Bima yang saya tumpangi dari Madiun perlahan-lahan memasuki stasiun Jatinegara. Para penumpang yang akan turun di Jatinegara saya lihat sudah bersiap-siap di depan pintu. Sementara itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang porter/buruh angkut berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih melaju. Mereka berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan mereka yang terus berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat kereta benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun dan porter yang berebut menawarkan jasa kian kental terasa. Sementara di luar kereta saya lihat kesibukan kaum urban yang akan menggunakan kereta. Mereka kebanyakan berdiri,karena fasilitas tempat duduk kurang memadai. Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu diputar dengan setia. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan keasyikan saya mengamati perilaku orang-orang di Jatinegara. Saya lihat seorang bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping saya. Kondisi fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat baginya. Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan robek-robek disana-sini. Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi. "Ya?" Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi konsentrasi saya melihat orang-orang di luar kereta. "Maaf, apakah air minum itu sudah tidak bapak butuhkan ?" katanya dengan penuh sopan sambil jarinya menunjuk air minum di atas tempat makanan dan minum samping jendela. Pandangan saya segera mengikuti arah telunjuk si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas dari katering kereta yang tidak saya minum. Saya bahkan sudah tidak peduli sama sekali dengan air itu. Semalam saya hanya minta air minum dalam kemasan gelas untuk jaga-jaga dan menolak nasi yang diberikan oleh pramugara. Perut saya sudah cukup terisi dengan makan di rumah. "Tidak. Mau ? Nih..." kata saya sambil memberikan air minum kemasan gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan senyum simpul. Senyum yang tulus. Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik jendela kereta, bocah tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya. Masing-masing membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu kemudian duduk melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu saja. Mereka tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat kotor. Masingmasing kemudian mengeluarkan isi tas kresek masing-masing. Setelah saya perhatikan, rupanya isinya adalah "harta karun" yang mereka temukan di atas kereta. Saya lihat ada roti yang tinggal separoh, jeruk medan, juga separuh; sisa nasi catering kereta, dan air minum dalam kemasan gelas ! Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi "harta karun" temuan mereka dari kereta. Saya lihat bocah paling besar menciumi nasi bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah basi atau belum. Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu kemudian disodorkan pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut juga dibaui. Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil mengangkat tinggi-

tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha ayam goreng itu sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan seseorang. Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam itu dimakannya. Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan dengan penuh lahap. Sungguh, sebuah "pesta" yang luar biasa. Pesta kemudian diakhiri dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas ! Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya lihat sendiri persis di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung yang mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup mereka adalah apa yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini. Esok adalah mimpi dan misteri. Cita-cita ? Masa Depan ? Lebih absurd lagi. Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya petik adalah, bahwa saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki dan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dan tidak lagi memandang sepele hal yang nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan gelas. Karena bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang lain sangat berarti. === Indahnya Cinta Pertama Lunglai... Tubuhnya terkulai lemah dengan sisa butiran keringat yang masih tampak berkilauan di dahinya. Perjuangan hidup mati yang menggadaikan jiwa baru saja usai. Semburat pucat di wajah pun perlahan lenyap. Namun ia tersenyum, lalu bibirnya melafadzkan hamdalah. Tak lama, sosok mungil itu ada di dalam dekapan. Dipeluknya dengan segenap kehangatan kasih sayang, padahal dirinya sendiri masih tampak lelah. Terlihat matanya berbinar-binar senang seraya tak henti-hentinya menyapa buah hati tercinta. Tetes air bening pun mengalir dari sudut mata, air mata bahagia. Bagai melepas kerinduan yang teramat dalam, pipi yang masih kemerah-merahan itu dicium dengan lembut dan kepalanya dibelai dengan manja. Yang dirindukan pun sedikit menggeliat. SubhanaLlah, betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Allah. Mata kecilnya memang belum bisa melihat dengan sempurna, namun nalurinya berkata, dirinya berada di tangan seseorang yang sangat mencintainya. Elusan lembut dan sapaan yang sering terdengar saat masih di dalam rahim, kini dapat dirasakan. Aura cinta pun memancar dari kedalaman hati seorang ibunda, menyelimuti sang buah hati yang baru saja menyapa dunia dengan lengkingan tangisannya. Indah, bahkan teramat indah... Cinta ibunda memang cinta yang paling indah. Cinta itu selalu ada di sisi mereka, dan tiada pernah ragu untuk dilimpahkannya. Mereka-lah yang tak pernah kenal lelah menjaga dan membesarkan kita semua. Bahkan ketika kita belum mengenal sepatah kata, ibunda jua yang mengajarkan tentang makna kasih sayang dan cinta. Adakah cinta yang dapat menyaingi cinta seorang ibunda? Betapa dengan kasihnya, masa kehamilan dilewati dengan keikhlasan dan kesabaran. Perasaan mual, pusing, ditambah dengan membawa beban di perutnya yang semakin hari semakin berat, hingga saat antara hidup dan mati ketika melahirkan, tak akan dapat tergantikan oleh cinta-cinta lain yang penuh epalsuan. Ibunda pun bagaikan pelabuhan cinta bagi anak-anaknya. Kerelaan mereka untuk sekedar disinggahi, lalu ditimbun dengan segala resah dan gundah, bahkan amarah, hanya dibalas dengan senyum kesabaran. Tak heran, seorang ibunda sanggup memelihara sedemikian banyak anak yang dilahirkannya, namun belum tentu satu anakpun bersedia menjaga dirinya hingga beliau tutup usia. Aaah...

Rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan cinta pertama itu selalu terhatur pada seseorang yang selalu ada di samping kita, tempat curahan suka dan duka. Ketika lapar, dengan tangannya ia menyuapkan makanan, diberikannya air susu dengan tulus saat kita haus, hingga diajarkannya berakhlak mulia bagaikan RasuluLlah SallaLlaahu Alayhi Wasallam, uswatun hasanah. Ibunda memang bukan hanya madrasah pertama bagi anak-anaknya, tapi mereka-lah cinta pertama kita. Dan apakah ada cinta yang paling indah daripada cinta pertama? WaLlahua'lam bi shawab. === 8 Pertanda Bahwa si Dia Adalah Jodoh Anda Saya masih ingat nasehat dari seorang teman yang mengatakan, "Kalau dua insan sudah berjodoh, pasti mereka berdua memiliki banyak kesamaan dan kecocokan dalam banyak hal. Selain zodiak yang saling cocok, mereka berdua juga pasti memiliki hobi, Kesenangan dan kebiasaan yang sama. Tak hanya itu, wajah keduanya-pun pasti memiliki kemiripan!" Dulu memang saya percaya, tapi sekarang? Saya tak lagi mempercayainya 100%! Sebab, pria yang kini menjadi pendamping seumur hidup saya ternyata zodiaknya justru berlawanan dengan zodiak milik saya, dia Cancer dan saya Gemini. Dia mencintai laut dan saya mencintai gunung. Makanan favoritnya seafood, sedangkan saya menyukai Chinese food. Dia menyukai warna biru dan saya si pencinta warna hijau. Dan parahnya lagi, wajah kami sama sekali tak memiliki kemiripan..! Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan sendiri, bahwa sebenarnya hakekat jodoh itu bukanlah seperti yang dikatakan oleh teman saya. Bagi saya, dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap matanya, kita akan merasakan getaran dan seolah ingin terus bersamanya. Benarkah seperti itu? Lalu, apakah ada penanda lainnya agar seseorang bisa merasakan bahwa si dia jodoh kita atau bukan? Nah, agar Anda tak terus penasaran, berikut ini pakar relationship sekaligus penulis buku 21 Ways to Attract Your Soul Mate, Arian Sarris memberikan rahasianya: Pertanda 1 Rahasia sepasang kekasih agar bisa memiliki umur hubungan yang panjang adalah adanya saling berbagi. Anda dan dia selalu bisa saling membantu, entah itu pekerjaan sepele atau besar. Paling penting adalah Anda berdua selalu bisa menikmati segala aspek kehidupan secara bersama-sama. Dan semuanya terasa amat menyenangkan meskipun tanpa harus melibatkan orang lain. Nah, apakah Anda sudah merasakan hal tersebut? Jika ya, selamat berarti ada harapan bahwa dia adalah calon pendamping hidup Anda! Pertanda 2 Salah satu kriteria yang menentukan cocok tidaknya dia itu jodoh Anda atau Bukan adalah kemampuannya bersikap santai di depan Anda. Coba sekarang perhatikan, apakah gerak geriknya, caranya berpakaian, gaya rambutnya, caranya berbicara serta tertawanya mengesankan apa adanya?

Apakah setiap ucapannya selalu tampak spontan dan tidak dibuat-buat? Jika tidak, (maaf) kemungkinan besar dia bukan jodoh Anda. Pertanda 3 Adanya kontak bathin membuat hati Anda berdua bisa selalu saling tahu. Dan bila Anda atau si dia bisa saling membaca pikiran dan menduga reaksi serta perasaanya satu sama lainnya pada situasi tertentu. Selamat! Mungkin sebenarnya dialah belahan jiwa Anda yang tersimpan... Pertanda 4 Bersamanya bisa membuat perasaan Anda menjadi santai, nyaman tanpa perasaan tertekan. Berjam-jam bersamanya, setiap waktu dan setiap hari tak membuat Anda merasa bosan.. Ini bisa sebagai pertanda bahwa Anda berdua kelak bisa saling terikat. Pertanda 5 Dia selalu ada untuk Anda dalam situasi apapun. Dan dia selalu bisa memahami cuaca dalam hati Anda baik dalam suka dan duka. Percayalah pasangan yang berjodoh pasti tak takut mengalami pasang surut saat bersama. Sekarang, ingat-ingat kembali. Apakah dia orang pertama yang datang memberi bantuan tatkala Anda dirundung musibah? Dia selalu paham saat PMS Anda datang menyerang? Dia tau keadaan waktu anda sakit.........Jika ya, tak salah lagi. Dialah orangnya... Pertanda 6 Dia tak terlalu peduli dengan masa lalu keluarga Anda, dia tak peduli dengan masa lalu Anda saat bersama kekasih terdahulu. Dia juga tak malu-malu menceritakan masa lalunya.. Nah, kalau begitu ini bisa berarti dia sudah siap menerima Anda apa adanya.. Pertanda 7 Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan Anda tak malu-malu memperlihatkannya pada si dia. Bahkan pada saat Anda tampil 'buruk' di depannya sekalipun, misalnya saat Anda bangun tidur atau saat Anda sakit dan tak mandi selama dua hari. Pertanda 8 Bila Anda merasa rahasia Anda bisa lebih aman di tangannya daripada di tangan sahabat-sahabat Anda. Atau Anda merasa sudah tak bisa lagi menyimpan rahasia apapun darinya, maka berbahagialah! Karena ini bisa berarti pasangan sejati telah Anda temukan! Apakah kedelapan pertanda di atas telah Anda temukan padanya? === Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab. Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam pasanganku.

Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku, " Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan. " Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, " Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar." " Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?" " Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepada-Mu, Adalah suatu ketidak adilan dan ketidak benaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepadaku, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu.

Pernikahan adalah seperti sekolah - suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu."

Kisah Ini untuk: yang sudah menikah, yang baru saja menikah, yang sedang mencari. . === Apabila Sakit Hati Menghinggapi Anda... Jangan bertanya bagaimana rasanya sakit hati. Jangan pula bertanya siapa yang membuat hati terasa pedih, perih, dan nyeri. Sulit diungkapkan, tapi sangat jelas menyayat dada bagian dalam. Sakit hati adalah sakit dari segala sakit. Mungkin Anda pernah mengalaminya. Sakit hati tidak selalu disebabkan oleh putus cinta, tetapi bisa juga disebabkan oleh perbedaan pendapat atau pertentangan dengan teman atau anggota keluarga. Namun, sakit hati hampir sama rasanya dengan putus cinta, demikian juga dampaknya. Siapa pun Anda, pasti ingin dicintai, mencintai, dipercayai, dan mempercayai orang lain. Tetapi, ketika sakit hati tiba, sulit bagi

Anda untuk kembali memaafkan dan mempercayai orang yang melakukannya. Bahkan Anda mungkin merasa sulit untuk membuka hati dan perasaan kepada orang lain yang tidak tahu apa-apa. Ini adalah dilema yang harus dihadapi. Terserah Anda, memilih untuk berjalan sendiri atau melanjutkan hubungan setelah apa yang terjadi. Satu hal yang pasti, hidup akan terus berjalan dengan atau tanpa sakit hati. Berdasarkan pengalaman beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa belajar untuk membuka kembali hati, perasaan cinta dan rasa percaya kepada orang-orang yang pernah menyakiti atau orang lain yang, suatu saat nanti, akan menyakiti Anda, merupakan hal yang penting. Kenapa? Karena cepat atau lambat, setiap orang akan menyakiti dan disakiti hatinya. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila Anda menyadari bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang luput dari sakit hati, termasuk Anda. Anggaplah sakit hati sebagai hal biasa. Tanpa bermaksud mengurangi rasa percaya kepada orang-orang yang Anda cintai, ada baiknya Anda menyadari bahwa siapa pun dia, teman biasa, sahabat, pacar atau keluarga dan sebaik apa pun dia, suatu saat nanti akan menjadi orang yang menyakiti Anda - walaupun mungkin tidak disengaja. Oleh sebab itu, ada baiknya apabila Anda menganggap bahwa mereka tidak serius dengan ucapannya. Anda bisa menganggapnya angin lalu atau bisa mengatakan kepada diri bahwa perbuatan mereka sebenarnya tidak ditujukan kepada Anda. Cuek saja, jangan dimasukkan ke hati. Belajar untuk bertanggung jawab dan menghargai orang lain juga sangat penting. Coba bertanya pada diri, apa yang tidak dinginkan dalam hubungan Anda, apa yang bisa membuat Anda sakit hati, dan apa yang Anda ingin orang lain lakukan. Buatlah daftarnya dan coba utarakan hal itu kepada orang-orang di sekitar Anda. Apabila Anda sakit hati lagi, ada baiknya mengingat cara mengatasi sakit hati terdahulu. Tetapi mencoba keluar dari masalah dan melupakannya dengan cepat, akan sangat membantu. Apabila perlu, hang out bersama teman-teman dan alihkan perhatian kepada pekerjaan atau olah raga. Anda juga perlu mengetahui bahwa kata kunci untuk menyelamatkan diri dari sakit hati adalah bukan percaya kepada orang lain tetapi percaya kepada diri sendiri dan perasaan Anda. Ingatlah bahwa tidak ada jaminan orang lain tidak akan menyakiti perasaan Anda. Berusahalah menjadi orang baik, sopan, bijak, peduli kepada orang lain dan dapat dipercaya. Untuk menjadi itu semua, tentu saja Anda harus dapat mempercayai diri sendiri agar Anda merasa bebas berbuat dan menentukan hubungan. Berkomunikasi secara efektif dan lugas sangat penting. Ungkapkan perasaan Anda, apa yang disukai dan apa yang dibenci. Hal itu sangat membantu orang lain mengerti Anda dan berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang mungkin bisa menyakiti hati Anda. Belajar mempercayai opini sendiri mengenai diri, tindakan dan perbuatan Anda adalah lebih penting dari mempercayai opini orang lain. Bisa jadi Anda justru bertambah sakit hati dengan opini mereka. Belajarlah untuk

percaya dan hargai diri Anda sendiri. Hal paling utama yang harus Anda lakukan adalah belajar memaafkan kesalahan orang lain karena memaafkan adalah hal paling baik dalam sebuah hubungan. Sumber : Tidak diketahui === Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang tua bernama > Matahari Tua, beliau tinggal bersama putranya yang > bernama Matahari Kecil. > > > Suatu hari, Matahari Tua dan Matahari Kecil pergi ke > pekan raya di kota untuk menjual keledainya. Seorang > perempuan melihat mereka dan tertawa, "Kalian > berjalan membawa keledai. mengapa kalian tak > menungganginya? Kelian berdua benar-benar bodoh!" > > > "Perempuan itu benar," kata orang tua itu kepada > putranya, "Kita berdua sungguh bodoh." Maka Matahari > tua naik ke punggung keledai, dan Matahari Kecil > berjalan mengikuti di belakangnya. > > > Tak berapa jauh beranjak, mereka berjumpa seorang > perempuan tua. Begitu ia melihat Matahari Tua > menunggang keledai ia berseru kepadanya, "Hey, ini > tidak benar. Kamu menunggang keledai dan membiarkan > bocah kecil itu berjalan kaki di belakangmu." > > > "Benar juga. ada benarnya perkataan perempuan tua > itu." Tukas Matahari Tua dan iapun segera melompat > turun dari punggung si keledai lalu membiarkan > putranya naik. > > > Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka > melihat seorang lelaki sedang bekerja di ladang yang > berteriak: "oi oi, kau, anak muda berpikiran pendek > -- anak semuka engkau menunggang keledai dengan > enaknya dan membiarkan orang tua ini berjalan kaki." > > > "Ah, Tepat juga perkataannya," ujar Matahari kecil > kepada dirinya sendiri, "Aku betul-betul pendek > pikir." Segeralah ia melompat turun dari punggung > keledai. > > > Matahari Tua dan Matahari Kecil segera berdiskusi > tentang bagaimana caranya membawa keledai mereka ke > pekan raya di kota tanpa ada lagi orang yang > mengkritik mereka. "Aku punya ide," kata Matahari > Kecil,"kita berdua menunggang keledai itu, dengan > demikian tak ada orang yang dapat berkata apapun." > "Ide yang bagus," ucap Matahari Tua setuju, "Sungguh

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

ide yang bagus." Segera mereka berdua menunggangi keledai itu. "Apa! Kalian gila?" dua orang pejalan kaki berseru marah, "Lihat itu, dengan dua orang berada di atas punggungnya, tak lama lagi keledai itu akan mati kecapaian." Ketika Matahari Tua dan Matahari kecil mendengar seruan itu mereka merasa bersalah. Langsung saja mereka melompat dari atas keledai dan berkata, "Benar juga, kita berdua memang gila." Kali ini mereka benar-benar kehilangan akal dan tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba Matahari Kecil berkata, "Aku punya ide! Bagaimana kalau kita yang memanggul keledai itu." matahari Tua tersenyum mendengar nya dan berkata: "Ide yang bagus, Ide yang bagus." Matahari Tua dan Matahari Kecil segera memanggul keledai merka dengan sebilah bambu dan membawanya ke pekan raya. Dalam perjalanan menuju pekan raya tubuh mereka berdua basah kuyup oleh keringat. Ketika sekelompok anak-anak melohat bagaimana Matahari Tua dan Matahari Kecil membawa keledai itu, mereka semua tertawa terbahak-bahak. "Ha, Ha...., cepat sini lihat ini, dua orang ini tidak menunggangi keledainya, tapi justru keledainya yang menunggangi mereka. Itu benar-benar luar biasa. Ha, ha, ha.... Moral cerita: Terlalu mendengarkan pendapat orang lain dan menelannya mentah-mentah justru akan merepotkan kita. ===

Seorang pengemis duduk mengulurkan tangannya di sudut jalan. Tolstoy,penulis besar Rusia yang kebetulan lewat di depannya, langsung berhenti dan mencoba mencari uang logam di sakunya. Ternyata tak ada. Dengan amat sedih ia berkata, "Janganlah marah kepadaku, hai Saudaraku. Aku tidak bawa uang." Mendengar kata-kata itu, wajah pengemis berbinar-binar, dan ia menjawab, "Tak apa-apa Tuan. Saya gembira sekali, karena Anda menyebut saya saudara. ============================== Seorang kakek berdiri di depan pintu dengan membawa sepotong kue di tangannya dan berkata: "isteri saya hari ini merayakan HUT ke 86, karena itu saya membawakan Anda sepotong kue HUT".

Dengan sangat berterima kasih, kue itu diterima oleh temannya, karena kakek itu telah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Sejam kemudian kakek itu berdiri lagi di pintu temannya itu, kemudian temannya bertanya: "telah terjadi sesuatu?" "Ya, kata kakek itu dengan sedikit malu-malu. Agatha (istri saya) kembali menyuruh saya untuk mengatakan, bahwa umurnya 85 thn." ================================= Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!" Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain. Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah karena sikapnya. Jerry adalah seorang motivator alami. Jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialami. Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, "Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepan jang waktu. Bagaimana kamu dapat melakukannya?" Jerry menjawab, "Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada seseorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya. Aku selalu memilih sisi positifnya." "Tetapi tidak selalu semudah itu," protesku. "Ya, memang begitu," kata Jerry, "Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orang-orang di sekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup." Beberapa tahun kemudian, aku dengar Jerry mengalami musibah yang tak pernah terpikirkan terjadi dalam bisnis restoran: membiarkan pintu belakang tidak terkunci pada suatu pagi dan dirampok oleh tiga orang bersenjata. Saat mencoba membuka brankas, tangannya gemetaran karena gugup dan salah memutar nomor kombinasi. Para perampok panik dan menembaknya. Untungnya, Jerry cepat ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit.

Setelah menjalani operasi selama 18 jam dan seminggu perawatan intensif, Jerry dapat meninggalkan rumah sakit dengan beberapa bagian peluru masih berada di dalam tubuhnya. Aku melihat Jerry enam bulan setelah musibah tersebut. Saat aku tanya Jerry bagaimana keadaannya, dia menjawab, "Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar. Mau melihat bekas luka-lukaku?" Aku menunduk untuk melihat luka-lukanya, tetapi aku masih juga bertanya apa yang dia pikirkan saat terjadinya perampokan. "Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah bahwa aku harus mengunci pintu belakang," jawab Jerry.. "Kemudian setelah mereka menembak dan aku tergeletak di lantai, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan: aku dapat memilih untuk hidup atau mati. Aku memilih untuk hidup." "Apakah kamu tidak takut?" tanyaku. Jerry melanjutkan, "Para ahli medisnya hebat. Mereka terus berkata bahwa aku akan sembuh. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat dan melihat ekspresi wajah para dokter dan suster aku jadi takut. Mata mereka berkata 'Orang ini akan mati'. Aku tahu aku harus mengambil tindakan." "Apa yang kamu lakukan?" tanya saya. "Di sana ada suster gemuk yang bertanya padaku," kata Jerry. "Dia bertanya apakah aku punya alergi. 'Ya' jawabku. Para dokter dan suster berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Aku menarik nafas dalam-dalam dan berteri ak, 'Peluru!' di tengah tertawa mereka, aku katakan, 'Aku memilih untuk hidup. Tolong aku dioperasi sebagai orang hidup, bukan orang mati'." Jerry dapat hidup karena keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan. Aku belajar dari dia bahwa tiap hari kamu dapat memilih apakah kamu akan menikmati hidupmu atau membencinya. ===

Suatu hari, seorang dari desa mengunjungi temannya di kota. Bunyi ribut mobil-mobil dan derap orang yang lalu-lalang sangat menganggu orang desa itu. Kedua orang itu kemudian berjalan-jalan dan tiba-tiba orang desa itu berhenti, menepuk pundak temannya dan berbisik, "Berhentilah sebentar. Apakah kamu mendengar suara yang kudengar?" Teman kotanya itu menoleh ke arah orang desa itu sambil tersenyum, dan kemudian berkata, "Yang saya dengar hanyalah suara klakson mobil serta suara orang lalu-lalang. Apa yang kau dengar?" "Ada seekor jangkrik di dekat sini dan saya bisa mendengar suara nyanyiannya." Teman dari kota itu mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Saya pikir kamu hanya bergurau. Tidak ada jangkrik di sini. Dan seandainya ada, bagaimana orang bisa mendengar suaranya di tengah kebisingan jalan ini? Jadi

kamu pikir kamu bisa mendengarkan suara seekor jangkrik?" Kata orang desa itu, "Ya! Ada satu ekor yang bernyanyi di sekitar sini sekarang." Orang desa itu berjalan ke depan beberapa langkah, lalu berdiri di samping tembok suatu rumah. Di situ ada tanaman yang tumbuh merambat. Orang Indian itu memetik beberapa daun, dan di atas daun itulah terdapat seekor jangkrik yang bernyanyi keras sekali. Teman dari kota itu kini bisa melihat jangkrik itu, dan dia pun mulai bisa mendengar kan suara nyanyiannya. Ketika mereka kembali berjalan-jalan, orang kota itu berkata kepada teman desanya, "Kamu secara alami bisa mendengar lebih baik dari kami." Orang desa itu tersenyum dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapatmu. Orang desa tidak bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Sekarang lihat, saya akan memperlihatkannya kepadamu!" Lalu, orang desa itu mengambil uang logam dan menjatuhkannya di trotoar. Bunyi uang logam itu membuat banyak orang menoleh ke arahnya. Kemudian orang desa itu memungut uang logam itu dan menyimpannya kembali di kantungnya, dan kedua orang itu kembali berjalan-jalan. Kata orang desa itu, "Tahukah kamu sobat, suara uang logam itu tidak lebih keras daripada nyanyian jangkrik tadi. Meski demikian, banyak orang kota mendengarnya dan menoleh ke arahnya. Di lain pihak, saya adalah satu-satunya orang yang mendengar suara jangkrik itu. Alasannya tentu bukan bahwa orang desa bisa mendengar lebih baik daripada orang kota. Tidak. Alasannya adalah bahwa kita selalu mendengar dengan lebih baik hal-hal yang biasanya kita perhatikan." Kita memasang telinga agar Tuhan menjawab sesuai dengan keinginan dan cara kita dan menolak suara Tuhan yang mengatakan bahwa Dia menyediakan jalan lain yang lebih baik! === Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang lakilaki kepada seorang laki-laki; surat seorang ayah kepada seorang ayah. Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui. Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya. Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan

paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini. Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan. Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malammalam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku. Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan. Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa. Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu. === John Blanford berdiri tegak dari bangku di Stasiun Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam, pukul 6 kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis yang dekat dalam hatinya tetapi tidak mengenal wajahnya, seorang gadis dengan setangkai mawar. Lebih dari setahun yang lalu John membaca buku yang dipinjam dari Perpustakaan. Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut adalah seorang gadis bernama Hollis Molleon. Hollis tinggal di New York dan John di Florida John mencoba menghubungi sang gadis dan mengajaknya untuk saling

bersurat. Beberapa hari kemudian, John dikirim ke medan perang, Perang Dunia II. Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat seperti layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam hati masing2 dan jalinan cinta merekapun tumbuh. John berkali-kali meminta agar Hollis mengirimkannya sebuah foto. Tetapi sang gadis selalu menolak, kata sang gadis "Kalau perasaan cintamu tulus John, bagaimanapun rupaku tidak akan merubah perasaan itu, kalau saya cantik selama hidup saya akan bertanya-tanya apakah mungkin perasaanmu itu hanya karena saya cantik saja, kalau saya biasa2 atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya karena kesepian dan tidak ada orang lain lagi dimana kamu bisa mengadu. Jadi sebaiknya kamu tidak usah tahu bagaimana rupa saya. Sekembalinya kamu ke New York nanti kita akan bertemu muka. Pada saat itu kita akan bebas untuk menentukan apa yang akan kita lakukan." Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New York pukul 6 sore setelah perang usai. "Kamu akan mengenali saya, John, karena saya akan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kera bajuku", kata Nona Hollis. Pukul 6 kurang 1 menit sang perwira muda semakin gelisah, tiba2 jantungnya hampir copot, dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat di depannya, tubuhnya ramping, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya.... Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga mawar seperti yang telah disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi kemudian John melihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sekumtum mawar merah di kerahya. "O.... itu Hollis!!!!" Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis berbaju hijau hampir menghilang. Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi 2 ingin lari mengejar sang gadis cantik tetapi pada sisi lain tidak ingin menghianati Hollis yang lembut dan telah setia menemaninya selama perang. Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan menyapanya "Nama saya John Blanford, anda tentu saja Nona Hollis, bahagia sekali bisa bertemu dengan anda, maukah anda makan malam bersama saya?" Sang wanita tersenyum ramah dan berkata "Anak muda, saya tidak tahu apa artinya semua ini, tetapi seorang gadis yang berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau anda mengajak saya makan maka saya diminta untuk memberitahu anda bahwa dia menunggu anda di restoran di ujung jalan ini, katanya semua ini hanya ingin menguji anda." (NN) Pernahkah terpikir oleh anda sekalian, bahwa si pemuda bernama John Blanford di atas akan menarik semua perkataan-perkataan cinta romantis yang pernah di tulis dalam suratsuratnya apabila, katakanlah memang benar ternyata Nona Hollis hanyalah seorang wanita gemuk dengan rambut hampir beruban. Untunglah John seorang yang sangat cerdas dan berhikmat. Dia bisa saja berpikir pasti dapat mengeluarkan sebuah alasan lain untuk mengagalkan lamarannya. Dan tentunya jika itu terjadi, maka cerita ini pasti tidak akan ada. ===

Kejadian di bawah ini berlangsung dalam penerbangan British Airways antara Johannesburg dan London. Seorang wanita kulit putih Afrika Selatan berusia sekitar 50 tahunan duduk di samping seorang pria berkulit hitam. Hal ini agaknya mengganggu wanita ini sehingga dia memanggil pramugari. "Nyonya, ada masalah apa?", tanya pramugari . "Anda tidak melihat apa yang terjadi?" tanya wanita itu. "Anda menempatkan saya di samping pria berkulit hitam. Saya keberatan duduk di samping orang yang tergolong menjijikan seperti itu. Berikan saya kursi pengganti." "Tolong tenang dulu," jawab sang pramugari. "Hampir semua kursi dalam pesawat ini telah terisi. Akan saya lihat dulu kalau-kalau masih ada kursi yang kosong." Pramugari itu pun berlalu dan kembali lagi beberapa menit kemudian . "Nyonya, seperti yang telah saya perkirakan, tidak ada lagi kursi kosong di kelas ekonomi. Saya sudah berbicara dengan kapten dan dia bilang kalau masih ada satu kursi kosong di kelas bisnis. Juga ada satu kursi kosong di kelas utama (first class)." Sebelum wanita itu berkata apa-apa, pramugari itu pun melanjutkan kata-katanya: "Perusahaan kami biasanya tidak memperbolehkan penumpang dari kelas ekonomi untuk duduk di kelas utama. Namun, dalam situasi semacam ini, kapten merasa bahwa akan sangat memalukan membiarkan seorang penumpang duduk di samping penumpang lain yang begitu menjijikan." Pramugari itu lalu berpaling kepada pria berkulit hitam itu dan berkata, "Karena itu Pak, jika Anda berkenan, silakan kemasi bawaan Anda, dan pindahlah ke bagian kelas utama" Seketika itu juga, penumpang lain yang masih terkejut oleh apa yang baru saja terjadi, serentak berdiri dan memberi tepuk tangan penghormatan. Sebuah cara jitu untuk memerangi rasialisme baru saja ditunjukkan oleh British Airways. === ~Blessings

"Forget about the days when it's been cloudy, but don't forget your hours in the sun.

Forget about the times you've been defeated, but don't forget the victories you've won.

Forget about the mistakes that you can't change now, but don't forget the lessons.

Forget about the misfortunes you've encountered, but don't forget the times your luck has turned.

Forget about the days when you've been lonely, but don't forget the friendly smiles you've seen......

Forget about the plans that didn't seem to work out right, but don't forget to always have a dream." === Source Unknown

Ada sebuah perusahaan besar yang sedang mencari karyawan. Dalam tes tertulisnya, mereka hanya memberikan satu kasus untuk dijawab: "Anda sedang mengendarai motor di tengah malam gelap gulita dan hujan lebat di sebuah daerah yang penduduknya sedang diungsikan semuanya karena bencana banjir. Pemerintah setempat hanya bisa memberikan bantuan 1 buah bis yang saat ini juga sedang mengangkut orang-orang ke kota terdekat. Saat itu juga Anda melewati sebuah perhentian bis satu-satunya di daerah itu. Di perhentian bis itu, Anda melihat 3 orang yang merupakan orang terakhir di daerah itu yang sedang menunggu kedatangan bis: * seorang nenek tua yang sekarat * seorang dokter yang pernah menyelematkan hidup Anda sebelumnya

* seseorang yang selama ini menjadi idaman hati Anda dan akhirnya Anda temukan. Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk membonceng Anda. Siapakah yang akan Anda ajak? Dan, jelaskan jawaban Anda mengapa Anda melakukan itu!" Sebelum Anda menjawab, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan: Seharusnya Anda menolong nenek tua itu dulu karena dia sudah sekarat. Jika tidak segera ditolong akan meninggal. Namun, kalo dipikir-pikir, orang yang sudah tua memang sudah mendekati ajalnya. Sedangkan yang lainnya masih sangat muda dan harapan hidup ke depannya masih panjang. Dokter itu pernah menyelamatkan hidup Anda. Inilah saat yang tepat untuk membalas budi kepadanya. Tapi, kalo dipikir, kalo sekadar membalas budi bisa lain waktu kan? Namun, kita tidak pernah tahu kapan kita akan mendapatkan kesempatan itu lagi. Mendapatkan idaman hati adalah hal yang sangat langka. Jika kali ini Anda lewatkan, mungkin Anda tidak akan pernah ketemu dia lagi. Dan, impian Anda akan kandas selamanya. Jadi yang mana yang Anda pilih? Dari sekitar 2000 orang pelamar, hanya 1 orang yang diterima bekerja di perusahaan tersebut. Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat: "Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua yang sedang sekarat tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal di sana dengan sang idaman hati saya untuk menunggu ada yang kembali menolong kami." Ya, jawaban di atas adalah jawaban yang terbaik bukan? Tapi, kenapa sebagian besar hal tersebut tidak kita pikirkan sebelumnya? Apakah karena kita terbiasa dengan tidak mau untuk melepas apa yang sudah kita dapatkan di tangan dengan susah payah? Dan, bahkan berusaha meraih sebanyak-banyaknya? Terkadang ..., dengan rela untuk melepaskan sesuatu yang kita miliki, melepaskan kekeraskepalaan kita, mengakui segala keterbatasan yang kita miliki dan melepaskan semua keinginan kita untuk sesuatu yang lebih mulia, kita akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar. -------------------------catatn moderator: berdasarkan info dari seorang kawan, kisah nyata ini dari salah seorang menteri, Rini Suwandi, saat melamar di Astra. benar atau tidak, saya tidak tahu... ===

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh. "Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan

lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah.... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui. === Orang sering sulit dimengerti, tidak pikir panjang dan selalu memikirkan diri sendiri, namun demikian ... ampunilah mereka. Bila anda baik hati, orang mungkin menuduh anda egois, atau punya mau, namun demikian ... tetaplah berbuat baik. Bila anda sukses, anda akan menemui teman-teman yang tidak bersahabat, dan musuh-musuh sejati anda, namun demikian ... teruskan kesuksesan anda. Bila anda jujur dan tulus hati, orang mungkin akan menipu anda; namun demikian ... tetaplah jujur dan tulus hati. Hasil karya anda selama bertahun-tahun dapat dihancurkan orang dalam semalam; namun demikian ... tetaplah berkarya. Bila anda menemukan ketenangan dan kebahagiaan, mungkin ada yang iri; namun demikian ... syukurilah kebahagiaan anda. Kebaikan anda hari ini gampang sering dilupakan orang; namun demikian ... teruslah berbuat kebaikan. Berikanlah yang terbaik dari anda dan itu pun tidak akan pernah memuaskan orang, namun demikian ... tetaplah memberi yang terbaik. Pada akhirnya .... Perkaranya adalah antara anda dan Sang Pencipta... dan bukan antara anda dan mereka. (Bunda Theresa) === Jika populasi bumi berkurang hingga menjadi sebuah desa dengan hanya 100 orang penduduk, seperti apakah profil desa kecil yang beragam ini, jika seluruh perhitungan rasio kependudukan dianggap masih berlaku ? Philip M.Hartner, MD dari Fakultas Kedokteran Stanford University, Amerika Serikat, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan ini. Berdasarkan analisanya, desa kecil bumi akan terdiri dari : 57 orang Asia

21 orang Eropa 14 orang berasal dari belahan bumi sebelah barat 8 orang Afrika 52 perempuan 48 laki-laki 80 bukan kulit putih 20 kulit putih 89 heteroseksual 11 homoseksual 6 orang memiliki 59% dari seluruh kekayaan bumi, dan keenam orang tersebut seluruhnya berasal dari Amerika Serikat. 80 orang tinggal di rumah-rumah yang tidak menenuhi standard 70 orang tidak dapat membaca 50 orang menderita kekurangan gizi 1 orang hampir meninggal 1 orang sedang hamil 1 orang memiliki latar belakang perguruan tinggi 1 orang memiliki komputer Marilah kita merenungkan analisa Hartner dan mulai dari hal-hal sebagai berikut : Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki banyak makanan dan dapat membaca, anda adalah bagian dari kelompok terpilih. Jika anda memiliki rumah yang baik, makanan, dapat membaca dan memiliki komputer, anda bagian dari kelompok elit. Jika anda bangun pagi ini dan merasa sehat, anda lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini. Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena dipenjara, kesakitan karena penyiksanaan, atau kelaparan, anda berada selangkah lebih maju dibandingkan 500 juta orang di dunia. Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa, atau mati, anda beruntung, karena lebih dari 3 milyar orang di dunia tidak dapat melakukannya. Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju di lemari pakaian, dan memiliki atap yang menaungi tempat anda beristirahat, anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini.

Jika anda memiliki uang di bank, di dompet, dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran, anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia. Jika orang tua anda masih hidup dan menikmat bahagianya kehidupan pernikahan mereka, maka anda termasuk salah satu dari kelompok orang yang dikategorikan langka, terutama di Amerika Serikat. Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir dan merasa benar-benar bahagia, anda memiliki keistimewaan tersendiri, karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut. Jika anda dapat membaca pesan ini, anda baru saja menerima karunia ganda, karena seseorang memikirkan anda, dan anda jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 2 milyar orang yang tidak dapat membaca sama sekali. === tadi malam, ada sebuah imel dari Tuhan. saya kaget, oh, Tuhan ikutan milis airputih? boleh juga tuh. ga semua milis diberi kesempatan dapet kiriman. isinya bagus, silahkan simak... ps. anda boleh membalas imel inidengan cara sederhana: bersyukurlah. ------------------------------------------------Saat kau bangun di pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepadaKU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin. Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk. Disatu tempat, engkau duduk disebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telpon, dan menelepon seseorang teman untuk mendengarkan gosip terbaru. AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU. Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum mereka menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya. Yah, tidak apa-apa masih ada waktu yang tersisa dan aku berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakanakan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, AKU tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya saja engkau selalu kesana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU.

Saat tidur KUpikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU kau sebut. Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau ucapan syukur dari hatimu. Baiklah, engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU. Tapi yang AKU tunggu...ah, tak jua kau menyapaKU. Dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, hingga hari berganti lagi, kau masih mengacuhkan AKU. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU. Apakah salahKU padamu? Rizki yang AKU limpahkan, kesehatan yang AKU berikan, harta yang AKU relakan, makanan yang AKU hidangkan, anakanak yang AKU rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKU? Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKU, memohon perlindunganKU, dan bersujud menghadapKU. Yang selalu menyertaimu setiap saat, Tuhan. === Panggung 1: Jauh di sebuah dusun nelayan dengan bau laut yang kental. Seorang paman menanyakan kabar keponakannya yang telah lama pergi ke kota. Dengan bangga, ibunya menjawab, "Syukurlah, sekarang hidup Bejo sudah enak. Dia bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung tinggi." Panggung 2: Di sebuah gedung perkantoran di tengah kota yang sibuk. Seorang bos berdasi menanyakan tentang seorang pegawai yang tampak lusuh. Dengan gugup, manajernya menjawab, "Namanya Bejo pak! Pegawai rendahan di bagian kebersihan. Sayang, nasibnya tidak sebaik namanya." Aha! Betapa relatifnya nilai sebuah pekerjaan. Dari satu sudut pandang, sesuatu yang dibanggakan ternyata tak ubahnya cemoohan. Namun dari sudut lain, sebuah ejekan ternyata sumber harapan panjang. Begitulah bila pikiran mulai menilai-nilai apa yang disebut "kemujuran" hidup, maka pada saat yang sama ia memisahmisahkan orang ke dalam kelas-kelas yang berbeda. Padahal, melalui tatapan hati nurani, tiadalah lebih berharga jabatan tinggi dihadapan jabatan rendah. Ketika anda menghargai dan membebaskan diri dari peringkat-peringkat "keberuntungan", di saat itu anda mampu mendengar bisikan nurani. ===

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. "Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!" kata nenek, "Saya akan mencoba mengajarimu." Mereka pulang. Sang nenek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. "Janganlah mencoba memaksa melakukan segala sesuatu, nak!" nasihat nenek, "Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya." === Alkisah, seorang pawang ular ternama pergi ke daerah pegunungan untuk menangkap ular dengan keahliannya. Saat itu, salju turun dengan sangat deras. Pawang itu pun mencari ke setiap sudut gunung untuk menemukan ular yang besar. Setelah beberapa lama, akhirnya ia menemukan bangkai ular naga yang amat sangat besar. Pawang itu senang sekali dan ia ingin menyombongkan tangkapannya di hadapan seluruh penduduk kota. Ia membungkus naga itu dan membawanya ke Baghdad untuk dipertontonkan. Turunlah ia dari gunung dengan menyeret ular sebesar pilar istana. Ia sampai di kota dan segera menceritakan kehebatannya kepada setiap orang yang ia temui. Ia katakan bahwa ia telah bergumul dan berkelahi habis-habisan sampai ular itu mati di tangannya. Masalahnya, ternyata ular naga itu tidak benar-benar mati. Ia hanya teridur karena kedinginan akibat salju yang sangat tebal. Si pawang tak mengetahui hal ini. Ia malah mengadakan pertunjukan untuk umum di tepian sungai Tigris. Berduyun-duyun orang datang dari seluruh penjuru kota untuk melihat pemandangan luar biasa; seekor ular naga dari gunung yang mati di tangan seorang pawang ular. Semua orang mempercayai cerita pawang ular itu dan mereka tak sabar ingin melihat binatang yang langka ini. Semakin banyak pengunjung, semakin besar pula pemasukan yang didapat sang pawang. Oleh karena itu, pawang itu menunggu lebih banyak lagi orang yang datang sebelum ia membuka bungkusan ular naga. Dalam waktu singkat, tempat itu sesak dipenuhi para pengunjung. Sang pawang lalu mengeluarkan ular besar itu dari kain wol yang membalutnya selama perjalanan dari gunung. Meskipun ular itu diikat kuat dengan tambang, sinar mentari Irak yang terik telah menerpa bungkusan ular itu selama beberapa jam, dan kehangatan itu mengalirkan kembali darah di tubuh ular. Perlahanlahan, sang naga terbangun dari tidurnya yang panjang. Begitu ular itu bangun, ia segera meronta dari ikatan tambang yang melilitnya. Para penonton menjerit ketakutan. Mereka berhamburan lari ke berbagai arah dengan paniknya. Kini, naga itu telah lepas dari ikatan dan ia mengaum keras seperti seekor macan. Banyak orang terbunuh dan terluka karena peristiwa ini. Si pawang ular berdiri terpaku ketakutan. Ia menjerit-jerit, "Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Apa yang telah aku bawa dari gunung?" Ular naga lalu melahap sang pawang dalam sekali telan.

Dengan cepat ia menyedot darahnya dan meremukkan tulang-tulangnya seperti ranting-ranting kering. Rumi menutup cerita itu dengan berkata: Ular naga adalah perlambang nafsu lahiriah. Bagaimana matinya ular itu? Nafsu hanya dapat beku dengan penderitaan dan kekurangan. Berilah nafsu itu kekuatan dan hangatnya sinar mentari, maka ia akan terbangun. Biarkan ia beku dalam salju dan ia takkan pernah bergerak. Namun bila kau melepaskannya dari ikatan, ia akan melahapmu bulat-bulat. Ia akan meronta liar dan menelan semua hal yang ia temui. Kecuali kau sekuat Musa dengan tongkat mukjizatnya, ikatlah selalu ular nagamu dalam lilitan keimanan. === Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki cukup makanan dan dapat membaca ... anda adalah bagian dari kelompok terpilih. Jika anda bangun pagi ini dan merasa sehat .. anda lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini. Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena dipenjara, kesakitan karena penyiksanaan, atau kelaparan .. anda berada selangkah lebih maju dibandingkan 500 juta orang di dunia. Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa, atau mati .. anda beruntung, karena lebih dari 3 milyar orang di dunia tidak dapat melakukannya. Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju di lemari pakaian, dan memiliki atap yang menaungi tempat anda istirahat ... anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini. Jika anda memiliki uang di bank, di dompet, dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran .. anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia. Jika orang tua anda masih hidup & menikmati kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka ... maka anda termasuk salah satu dari kelompok orang yang dikategorikan langka. Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir dan merasa benar-benar bahagia ... anda memiliki keistimewaan tersendiri, karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut. Jika anda dapat membaca pesan ini .. anda baru saja menerima karunia ganda, karena seseorang memikirkan anda, dan anda jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 1 milyar orang yang tidak dapat membaca sama sekali Semoga anda menikmati hari yang indah ini. Hitunglah karunia keberuntungan anda, dan sampaikan hal ini kepada orang lain untuk mengingatkan bahwa sebenarnya, kita adalah orangorang yang sangat beruntung.

Dengan bersyukur, anda akan lebih menikmati hidup yang hanya sebentar ini. === Seekor kera tinggal di sebuah pohon di tepi telaga. Di telaga itu antara lain tinggal seekor ikan yang menjadi sahabat sang kera. Setiap hari mereka bercakap-cakap dengan akrabnya. Mereka merasa begitu cocok satu sama lain. Kepada sang ikan, sang kera kerap menceritakan apa-apa saja yang dilihatnya dari atas pohon. Juga pengalamanpengalamannya bersama teman-temannya. Sang ikan pun menceritakan kepada sang kera situasi di bawah air dan kehidupannya bersama teman-temannya. Bertahun-tahun mereka menjalin persahabatan. Pada suatu hari turun hujan lebat sehingga air di telaga itu semakin naik dan semakin naik. Dari atas pohon sang kera dapat melihat, bahwa kalau air terus naik semakin tinggi dan terjadi banjir, maka sang ikan, sahabatnya akan terbawa air entah ke mana. Saking cintanya dia pada sang sahabat, begitu ada kesempatan, segera disambarnya sang sahabat dan dibawanya ke atas pohon. Dia mengira, bahwa dia telah menyelamatkan sahabatnya, tetapi dengan sedih dia melihat bahwa tindakannya itu justru membuat dia kehilangan sang sahabat selama-lamanya. Catatan pengirim: Niat yang baik bila tidak disertai pengertian dan pengetahuan yang benar seringkali malah menyusahkan. === Bagian Tubuh yang Paling Berarti.... Ibuku selalu bertanya padaku apa bagian tubuh yang paling penting.Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Jawabnya, "Bukan. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakanmu lagi nanti." Beberapa tahun kemudian sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini akumemberitahukannya, "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita." Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta." Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun, Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, anakku." Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek. Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?" Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering

berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku. Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benarbenar"hidup". Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus belajar pelajaran yang sangat penting." Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air mata. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu." Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?" Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangin ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya." Akhirnya, aku tahu, bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialamin oleh orang lain. Orang akan melupakan apa yang kamu katakan... Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan... Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti. Sumber: Unknown === Cara terbaik menikmati buah adalah dengan mengupas kulitnya, memakan isinya dan meninggalkan bijinya. Cara terbaik menikmati persahabatan adalah dengan menyingkirkan kejelekan yang ada pada sahabatmu, mensyukuri kebaikannya dan menerima segala kekurangannya. Bergaullah dengan menjadikan dirimu sebagai orang yang paling banyak manfaatnya bagi sahabat2-mu. Bergaullah sehingga keberadaanmu menarik simpati mereka dan kepergianmu dari dunia akan menyebabkan kedukaan dan gugurnya air mata mereka. === INI ADALAH SEBUAH TANTRA TOTEM CINA Anda mungkin tidak percaya,tapi nasehatnya luar biasa. Baca sampai habis, Anda akan belajar sesuatu. SATU Berikan mereka lebih dari yang mereka harapkan dan lakukan itu dengan senang hati. DUA Menikahlah dengan pria/wanita yang Anda cintai. Ketika Anda beranjak tua, keahlian percakapan mereka akan mejadi sepenting seperti hal lain. TIGA Jangan percaya dengan apa yang Anda dengar, Habiskan apa yang Anda miliki atau tidur semau Anda. EMPAT Ketika Anda ucapkan, "Aku mencintaimu", seriuslah. LIMA

Ketika Anda ucapkan, "Maafkan saya", pandang mata orang itu. ENAM Tunanganlah sedikitnya enam bulan sebelum Anda menikah. TUJUH Percayalah pada cinta pandangan pertama. DELAPAN Jangan tertawakan/remehkan impian orang. Orang yang tidak punya impian adalah miskin. SEMBILAN Cintailah dengan mendalam dan bergairah. Anda mungkin akan terluka, tapi ini satu-satunya cara untuk menjalani hidup sebenarnya. SEPULUH Saat terjadi percekcokan/pertengkaran, janganlah menyebut nama. SEBELAS Jangan menilai orang karena dengan siapa mereka berteman. DUABELAS Bicaralah pelan tapi berpikirlah cepat. TIGABELAS Ketika seseorang mengajukan pertanyaan, yang Anda sendiri tidak ingin menjawabnya, tersenyumlah dan tanya, "Kenapa Anda ingin tahu?" EMPATBELAS Ingat bahwa cinta dan kesuksesan besar membutuhkan pengorbanan. LIMABELAS Ucapkan "berkah bagimu" saat Anda mendengar orang bersin. ENAMBELAS Ketika kalah, jangan lupakan pelajaran yang didapat. TUJUHBELAS Hargai diri sendiri; hargai orang lain;bertanggung jawab pada semua yang anda lakukan. DELAPANBELAS Jangan biarkan pertengkaran kecil merusak persahabatan yang besar. SEMBILANBELAS Ketika Anda sadar telah berbuat kesalahan, ambil langkah segera untuk memperbaikinya. DUAPULUH Tersenyumlah saat menerima telepon. Penelpon akan mendengarnya dari suara Anda. DUAPULUH SATU Habiskan waktu sendirian. === Ketika saya meminta Saya minta kekuatan, Tuhan memberi saya rintangan untuk membuat saya kuat. Saya minta kebijaksanaan, Tuhan memberi saya masalah untuk saya pecahkan. Saya minta kekayaan, Tuhan memberi saya akal untuk bekerja. Saya minta keberanian, Tuhan memberi saya bahaya-bahaya untuk saya atasi. Saya minta Cinta, Tuhan memberi saya seorang pasangan yang selalu mengasihiku Saya minta kasih,

Tuhan memberi saya anak-anak terlantar untuk saya bantu. Saya minta karunia, Tuhan memberi saya kesempatan. Dalam semua hal itu, saya tidak menerima apa yang saya inginkan, Tetapi saya menerima apa yang saya butuhkan. Ternyata doa saya dikabulkan. Amin..... === Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul ketika saya bersender di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa kenalan dan bercumbu,sampai sekarang, dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus mengakui, bahwa saya mulai merasa lelah dengan semua ini, alasan-2 saya mencintainya pada waktu dulu, telah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif dan berperasaan halus, saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak kecil yang menginginkan permen. Dan suami saya bertolak belakang dari saya, rasa sensitifnya kurang, dan ketidakmampuannya untuk menciptakan suasana yang romantis di dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan saya tentang cinta. Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, yaitu saya menginginkan perceraian. "Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Saya lelah, terlalu banyak alasan yang ada di dunia ini", jawab saya. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak putus-putusnya. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, " Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?" Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit dan itu benar, saya pikir, saya mulai kehilangan kepercayaan bahwa saya bisa mengubah pribadinya. Saya menatap dalam-dalam matanya dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya. Seandainya katakanlah saya menyukai setangkai bunga yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?" Dia berkata, " Saya akan memberikan jawabannya besok." Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya melihat selembar kertas dengan coret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....

Istriku Sayang, 'Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya kembali. "Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya saya bisa menolong untuk memperbaiki programnya." "Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa masuk mendobrak rumah, membukakan pintu untukmu." "Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-2 baru yang kamu kunjungi, saya harus memberikan mata saya untuk mengarahkanmu." "Kamu selalu pegal-2 pada waktu "teman baikmu" datang setiap bulannya, saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal." "Kamu senang diam didalam rumah, dan saya kuatir kamu akan jadi "aneh". "Saya harus memberikan mulut saya untuk menceritakan lelucon-2 dan cerita-2 untuk menyembuhkan kebosananmu." "Kamu selalu menatap komputermu dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya sehingga ketika nanti kita tua, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu." "Saya akan memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati sinar matahari dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga kepadamu yang bersinar seperti wajah cantikmu?" "Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang yang mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. "Saya tidak akan mengambil bunga itu lalu mati." Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur dan saya membaca kembali... "Dan sekarang sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya, jika kamu puas dengan semua jawaban ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana dengan susu segar dan roti kesukaanmu?" Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti. Oh, saya percaya, tidak ada orang yang pernah mencintai saya seperti yang dia lakukan dan mengetahui saya harus melupakan "bunga" itu sendiri? Itulah hidup, atau boleh dikatakan, cinta, ketika seseorang dikelilingi dengan cinta, kemudian perasaan itu mulai berangsurangsur hilang dan ketika kita mengabaikan cinta sejati yang berada diantara kedamaian dan kesepian? Cinta menunjukkan berbagai macam bentuknya, bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan dangkal, atau bahkan tidak punya bentuk, bisa juga dalam bentuk yang tidak ingin kita ketahui?Bunga, saat-saat

yang romantis hanyalah bentuk awal dari hubungan. Di atas semua ini, pilar cinta sejati berdiri dan itulah kehidupan kita. === Aku bertanya pada Bunda, bagaimana memilih lelaki sejati? Bunda menjawab, Nak... Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya.... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran..... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tetapi komitmennya terhadap wanita yang dicintainya... Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan... Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca... === PASANGAN DARI TUHAN....... Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab. Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam

pasanganku. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku, " Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan. " Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, " Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar." " Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?" " Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepada-Mu, Adalah suatu ketidak adilan dan ketidak benaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepadaku, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu.

Pernikahan adalah seperti sekolah - suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat tumbuh bersamamu. === "Tidak apa-apa, kan masih ada hari esok" > > > Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup >dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. >Tetapi, dia selalu menganggap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus >bermain, mengganggu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain >adalah kesukaannya. > > Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia >selalu berkata, "Tidak apa-apa, besok kan bisa." > Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. >Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu >wajar-wajar aja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua >sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. >Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif

untuk > minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, "Tidak apa-apa, > besok kan bisa." > > Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah >temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi > mereka tidak pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah >masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan >teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan >PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik. > > Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia ketemu >seorang cewek yang sangat cantik dan baik. Cewek ini kemudian menjadi >pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin >dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin. > > Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia >tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu >berkata, "Ah, aku capek, besok saja aku hubungin mereka." Ini tidak >terlalu mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja selalu mau >diajak keluar. > > Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk >menelepon teman-temannya. > Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih >keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli >bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang tahun istrinya dan >juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena istrinya >selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya. > > Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat >ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya "Aku cinta kamu", >tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya >pasti besok akan mengatakannya." > > Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun >anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan perpengaruh pada > anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak >pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya. > > Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas >dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi,

>dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang >fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat > berkata "Aku cintakamu", istrinya telah meninggal dunia. Laki-laki itu >remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya setelah >kematian istrinya. > > Tapi, dia baru sadar bahwa anak-anaknya tidak pernah mau > berkomunikasi dengannya. Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun >keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, >yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka. > > Saat mulai renta, Dia pindah ke rumah jompo yang >terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang >yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, >dan 70. Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New >Zealand, dan negara-negara lain bersama istrinya, tapi kini dipakainya >untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut. Sejak itu sampai >dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya. > Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak >pernah dia rasakan sebelumnya. > > Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan >berkata kepadanya, "Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu...." >Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir, Dia meninggal dunia >dengan airmata dipipinya. > >======================================================== = > Apa yang saya ingin coba katakan pada anda, waktu itu >nggak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum benar-benar >menyadari, anda ternyata telah maju terlalu jauh. > > Jika kamu pernah bertengkar, segera berbaikanlah! > > Jika kamu merasa ingin mendengar suara teman kamu, >jangan ragu-ragu untuk meneleponnya segera. > > Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa >kamu ingin bilang sama seseorang bahwa kamu sayang dia, jangan > tunggu sampai terlambat. Jika kamu terus pikir bahwa >kamu lain hari baru akan memberitahu dia, hari ini tidak pernah akan >datang.

> > Jika kamu selalu pikir bahwa besok akan datang, maka >"besok" akan pergi begitu cepatnya hingga kamu baru sadar bahwa waktu >telah meninggalkanmu. === Suatu hari dua ekor kodok masuk ke sebuah dapur. Mereka loncat kesana kemari. Akhirnya kodok-kodok enerjik ini mendarat di sebuah panci besar memuat susu segar. Tentu saja mereka berusaha untuk keluar dari panci itu. Namun susu itu terlalu dalam sehingga mereka tak dapat memakai dasar panci sebagai pijakan untuk meloncat keluar. Dinding panci terlalu licin, dan bibir panci terlalu tinggi. Akhirnya mereka hanya berenangrenang di susu itu. Lama kelamaan mereka lelah. Kodok yang satu merasa putus asa. Karena kelelahan dan harapan hidupnya yang telah patah, ia pelan-pelan tenggelam ke dasar panci. Kodok yang satunya terus berusaha untuk menggerakkan keempat kakinya. Ia terus berenang di permukaan susu itu. Ia lelah tapi ia tak mau tenggelam. Ia terus ber-ikhtiar. Ternyata apa yang ia lakukan itu tanpa sadar sama dengan yang dilakukan seorang pembuat mentega. Mentega akan terbentuk dan muncul di permukaan susu segar jika susu segar terus diaduk hingga berapa lama. Lama-kelamaan permukaan susu mengental dan akhirnya mengeras. Kodok itu akhirnya menemukan bahwa permukaan susu sekarang cukup keras dan kuat untuk menjadi landasan lompat. Lalu ia meloncat ke luar panci dengan selamat. === Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang gadis cantik dengan rambut indah. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan kuharap akupun sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia lewat tersenyum. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku! Aku berhenti untuk membeli bunga lili. Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira. Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia berkata, "Terimakasih. Engkau sudah begitu baik. Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta." Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku. Lalu, sementara berjalan, aku melihat seorang anak dengan bola mata biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu berkata, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak?" Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku. Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau. Dengan dua mata untuk memandang matahari terbenam. Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh...

=== Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya. Rani, sebut saja begitu namanya, kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu, mengutip seorang mantan Presiden Amerika. Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran. Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel'' sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka.Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir. Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal?'' Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itubetul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti. Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. ''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ''malaikat kecilku''. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini. Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif

menolak dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan,'' ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut. Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!'' kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga. Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ''Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.'' Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah SWT sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya. Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri. Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis. Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kaliRani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?'' Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ''Ini konsekuensi sebuah pilihan,'' lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja. Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku ibunyaaa!'' serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'' Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua. === Suatu hari, seorang anak kecil sedang bermain-main dengan sebuah vas bunga yang sangat mahal. Ia memasukkan tanggannya ke dalam vas bunga dan ..ops.. tidak dapat menariknya keluar kembali. Ia mulai menangis dan menarik perhatian ayahnya. Sang ayah mencoba membantu sekuat tenaga menarik tangan anaknya dari vas bunga, namun gagal. Setelah beberapa kali mencoba dan gagal, akhirnya mereka berpikir untuk

memecahkan saja vas bunga mahal itu. Tapi tiba-tiba, sang ayah mendapat ide, "Nah begini saja anakku, kita coba sekali lagi. Lepaskan genggaman tanganmu yang ada di dalam vas itu. Luruskan telapak tanganmu seperti ini, " kata sang ayah sambil menunjukkan telapak tangannya. "Lalu ..hopla..tariklah keluar." Mendengar itu si anak malah merengek yang membuat sang ayah keheranan. Katanya, "Nggak bisa yah! Aku nggak bisa melepaskan genggamanku karena nanti uang receh yang aku pegang ini bisa terlepas lagi." Bukankah banyak dari kita yang bertingkah seperti anak kecil tadi. Begitu sibuk menggenggam sesuatu yang tak begitu berharga namun rela mengorbankan kebebasan kita. Saya harap, anda segera melepaskan halhal sepele dari hati anda. Lepaskan. Biarkan mereka pergi. === Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota. > Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas > dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari > cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya > cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi. > Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas > sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela. > > Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si > bapak tua, ''Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah > juga?'' Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ''Supaya siapa pun > yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.'' > > Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan > merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia > berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata> mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain > memilikinya. > > Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang > sudah tak bermanfaat lagi -- adalah akar dari ketamakan. Penyebab > tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan > ini melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, > Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda > bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda > tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang > Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian > kebahagiaan Anda. > > Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal > dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. > Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini > salah. Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan > amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. > Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan > memanfaatkannya. > > Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. > Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali

kepadaNya. > Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, > kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita > adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada > siapa saja yang membutuhkannya. > > Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah > secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada > orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa > bersyukur. Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan > untuk menjadi ''perpanjangan tangan'' Tuhan. Anda tak merasa > terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah > meneruskan ''titipan'' Tuhan untuk membantu orang yang sedang > kesulitan. > > Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang > berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan > sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah > dan tak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tak ada > yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, > semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua > pihak. > > Tapi, bukankah dalam proses memberi dan menerima ada pihak yang akan > bertambah sementara pihak yang lain menjadi berkurang? Kalau Anda > berpendapat demikian berarti Anda sudah teracuni konsep Zero Sum > Game yang mengatakan kalau ada yang bertambah pasti ada yang > berkurang, kalau ada yang untung pasti ada yang rugi, kalau ada yang > menang pasti ada yang kalah. Padahal esensi hidup yang sebenarnya > adalah menang-menang. Kalau kita memberi kepada orang lain, milik > kita sendiri pun akan bertambah. > > Bagaimana menjelaskan fenomena ini? Ambilah contoh kasus bapak tua > tadi. Kalau ia tetap menahan sepatunya maka tak ada pihak yang dapat > memanfaatkan sepatu tersebut. Kondisi ini adalah kalah-kalah (loose> loose). Sebaliknya dengan melemparkannya, sepatu ini akan bermanfaat > bagi orang lain. Lalu apakah si bapak tua benar-benar kehilangan? > Tidak. Ia memperoleh kenikmatan batin karena dapat memberikan > manfaat bagi orang lain. Betul, secara fisik ia kehilangan tetapi ia > mendapatkan gantinya secara spiritual. > > Perasaan inilah yang selalu akan Anda dapatkan ketika Anda membantu > orang lain: menolong teman yang kesulitan, memberikan uang pada > pengemis di jalan, dan sebagainya. Kita kehilangan secara fisik tapi > kita mendapatkan ganti yang jauh lebih besar secara spiritual. > > Sebagai penutup, ijinkanlah saya menuliskan seuntai puisi dari > seorang bijak: > > ''Engkau tidak pernah memiliki sesuatu > Engkau hanya memegangnya sebentar > Kalau engkau tak dapat melepaskannya, engkau akan

> terbelenggu olehnya. > Apa saja hartamu, harta itu harus kau pegang dengan > tanganmu seperti engkau menggenggam air. > Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas. Akulah itu sebagai milikmu > dan engkau mencemarkannya. > Lepaskanlah, dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya''. > > Sumber: Sepatu Si Bapak Tua oleh Arvan Pradiansyah, pengamat kepemimpinan dan SDM, penulis buku You Are A Leader! === Jumari punya mimpi, pada saat itu ia bisa mengexpor 10 kontainer setahun. Ia bermimpi mengekspor satu kontainer sehari atau 360an setahun. Ia butuh tambahan modal dan kesana kemari menjajakan mimpinya tanpa hasil karena saat itu RI sedang dalam krisis moneter dan politik. Tidak ada orang cukup tolol untuk berinvestasi. Gemblong adalah manusia pemimpi. Ia suka berfantasi ria dan bermimpi. Tetapi Gemblong bukan hanya mimpi thok, ia senantiasa berupaya mewujudkan mimpinya. Dengan gaya buldozernya ia jarang gagal sekaligus kenyang menelan ketidak berhasilan. Karena sering mimpi dan menindak lanjuti mimpinya, Gemblong bisa membedakan siapa pemimpi ngomong doang atau pemimpi yang bisa mewujudkan mimpinya. Suatu hari Jumari bertemu Gemblong dan menjajakan impiannya, expor 360 kontainer dalam 3-4 tahun. Berbekal pengalaman bermimpi Gemblong tanpa keraguan membeli mimpi itu. Dan tahun2pun berlalu, ternyata jalan tak selempang dan seindah mimpi. Pada tahun keempat belum separo mimpinya. Dalam 2-3 tahun lagi, barangkali baru tercapai mimpinya. Tetapi simaklah angkanya: Separo dari mimpi = 160 x 12,000 s/d 15,000 per kontainer setahun > 2 juta dllar. Dengan laba 10-20% hasilnya bisa lebih dari 3 M. Misal Gemblong mendapat 2M, Jumari 1M. Ini bukan jumlah yang sedikit. Lulusan S1 dengan prestasi standar di perusahaan standar bisa butuh kerja 80-100 tahun untuk melebihi hasil Gemblong setahun. Secara Teknis Jumari bisa menjual perusahaannya dengan harga > 15M. Dengan uang sebanyak itu, Jumari secara teknis 'bebas fiskal' pada usia 38 tahun. Bisa hidup tanpa kerja dengan gaya flamboyan sampai ia mati. Mencapai kebebasan fiskal dibawah usia 40 tahun bukanlah hil yang mustahal. Itu biasa saja. Lihatlah Inul. Secara teknis gadis desa itu sudah 'bebas fiskal'. Impian Jumari 'definitive', spesifik, fokus, dan bermatra : 360 kontainer dalam 4 tahun. Ini adalah langkah I. Langkah berikutnya adalah 'buldozer' bagaimana caranya impian wujud. Ketika tak tercapai, harus 'magnify'. Luas pabrik yang semula ratusan m2 sekarang > 10,000 m2, karyawan yang semula puluhan sekarang ratusan, modal semula ratusan juta sekarang jutaan, dst. Ketika dirasa jadwal 4 tahun kurang realistis, dilakukan 'modifikasi' molor menjadi 6-7 tahun. Yang 'no compromize' adalah sekontainer setahun. Mereka ngotot dan bandel mematok angka itu. Tak mau ditawar sekontainerpun.

Praktis mereka telah menapak tilas rumus: (1)dream (2)courage (3)follow (4)stepbystep (5)nocompromise (6)continue (7)magnifyskill (8)modifydreams. Sekarang masih berlangsung. Mereka masih bertahan keras kepala, sekontainer perhari. Not negotiable. Kalau ada yang menghalangi ? .... Sikat! Step 1 jangan bias semisal menjadi manusia Pancasila seutuhnya. Impian semacam itu tempatnya di comberan. Semua impian jika bisa harus dibubuhi angka. Mimpi 'sejahtera' tak cukup jelas. Yang lebih definitip adalah ingin sejahtera misalnya dengan belanja tak lebih dari 100 juta setahun pada usia sebelum 37. Ini namanya mimpi bermatra dan lebih mudah diwujudkan. Bagaimana Gemblong bisa membedakan impian muluk2 dan yang bisa diwujudkan ? Ibarat non Jawa disuruh membaca text latin Jawa. Ia tak bakalan mampu membedakan hurup 'a' yang mana yang bisa dibaca a, e, atau o-Jawa. Gemblong bisa karena ia biasa bermimpi dan mewujudkannya. Jika kita bukan gay, sulit bagi kita menandai pria2 gay. Tetapi jika kita gay, kita bisa membedakan mana gay mana bukan. Jika kita pemimpi dan biasa mewujudkan, kita bisa bedakan pemimpi2 baik & buruk. Banyak mimpi2 yang kandas di jalan dan ini menimbulkan rasa 'jerih' bagi sementara orang untuk mimpi. Dan akirnya jutaan mimpi 'terbunuh' secara prematur. Ditambah lagi orang2 yang omongannya muluk2 tanpa tindak lanjut bahkan menimbulkan rasa antipati dan membuat citra mimpi makin kusam. Sekarang kita tak punya alasan lagi 'membunuh' mimpi. Petanya demikian jelas, belum tentu mimpi yang harus 'dibunuh'. dream - courage - follow - stepbystep - nocompromise - continue magnifyskill - modifydreams. Itupun kita masih lengkapi dengan senjata pamungkas yang cuma satu kata : IKHLAS .... === Tak Semahal Conello Anak saya, Hufha, makin semangat mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an) Masjid dekat rumah kami. Pasalnya, ia memiliki teman yang setia menjemputnya setiap sore. Ia tampak senang berangkat bersama Sita, yang usianya hanya tiga bulan lebih tua darinya. Mereka berdua belum bersekolah, untungnya, TPA tersebut membuka kelas untuk anakanak seusia Hufha dan Sita. Namun ada yang membuatnya kelihatan tak bersemangat beberapa hari ini, dan setelah saya selidiki, penyebabnya adalah karena Sita, tak bisa mengaji lagi. Sudah hampir satu pekan Sita tak mengaji, saya mencoba menghibur Hufha untuk tetap semangat mengaji walaupun temannya tak lagi mengaji, "Yang pinter nanti juga kan kamu nak, sebaiknya kamu tetap mengaji meski teman yang lain tidak mengaji," bujuk saya suatu kali.

Tak seperti dugaanku, ternyata ia tetap tak bersemangat, meski ia tetap berangkat ke TPA. Sita, anak tetangga rumah kami itu merupakan teman bermain Hufha. Hampir tak ada hari yang terlewatkan oleh mereka berdua untuk bermain bersama. Saya cukup senang, karena kami yang merupakan warga baru di wilayah tersebut nampaknya diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar, termasuk Hufha yang cepat mendapatkan teman, Sita salah satunya. Tak banyak yang saya ketahui tentang anak tersebut kecuali ia adalah anak yatim. Ayahnya meninggal saat ia masih berumur satu tahun akibat sebuah kecelakaan. menurut cerita para tetangga, Pak Sahid, ayah Sita yang sehari-harinya bekerja sebagai tenaga angkut sayuran di pasar, tertabrak sebuah angkutan umum selepas subuh saat ia tengah menuju pasar tempatnya mengais rezeki. Kasihan Sita, anak seusianya sudah harus kehilangan ayah sekaligus lelaki pencari nafkah keluarganya. Untuk menghidupi Sita dan dua kakaknya, Ibu Sahid mendapatkan upah dari mencuci pakaian para tetangganya. Itupun tak seberapa, sehingga ia masih harus melakukan beberapa pekerjaan lainnya, antara lain menjadi pembantu paruh waktu di salah satu rumah tak jauh dari tempat mereka tinggal. Sepengetahuan saya juga, keluarga mereka termasuk keluarga yang taat beribadah, sehingga agak mengherankan bagi saya kalau ibunya membiarkan Sita tak lagi mengaji di TPA. Jelas bukan soal uang infaq TPA yang menjadi penyebabnya, karena TPA tersebut justru membebaskan anak-anak yatim seperti Sita dari infaq atau dana apapun. Malam itu, Hufha buka suara. Sambil mengemas dua pasang sandalnya yang tak pernah lagi disentuhnya, ia mengatakan bahwa Sita masih sangat ingin mengaji. Yang menjadi masalah adalah, Sita malu kalau harus pergi mengaji tak menggunakan alas kaki. Sandalnya hilang beberapa waktu yang lalu sepulang mengaji, dan Sita tak berani meminta kepada ibunya untuk membelikan sepasang sandal baru. Mendengar cerita anakku, tubuhku langsung lemas. Bagaimana mungkin saya bisa lalai untuk hal sepele seperti itu. Mungkin yang dibutuhkan Sita bukanlah sandal cantik berhias bunga melati diatasnya, atau selop merah muda berpita halus seperti yang dipunyai Hufha. Untuk bisa berangkat ke TPA -bersama anak saya- mungkin Sita hanya butuh sandal jepit yang harganya tak separuh harga Ice Cream Conello yang biasa dimakan Hufha. Bayu Gautama taken from www.eramuslim.com === saya buka kembali buku hidup saya, sebagai bahan perenungan bagi para orang tua Tahun 2002 yang lalu saya harus mondar-mandir ke SD Budi Mulia Bogor. Anak sulung kami yang bernama Dika, duduk di kelas 4 di SD itu. Waktu itu saya memang harus berurusan dengan wali kelas dan kepala sekolah. Pasalnya menurut observasi wali kelas dan kepala sekolah, Dika yang duduk di kelas unggulan, tempat

penggemblengan anak-anak berprestasi itu, waktu itu justru tercatat sebagai anak yang bermasalah. Saat saya tanyakan apa masalah Dika, guru dan kepala sekolah justru menanyakan apa yang terjadi di rumah sehingga anak tersebut selalu murung dan menghabiskan sebagian besar waktu belajar di kelas hanya untuk melamun. Prestasinya kian lama kian merosot. Dengan lemah lembut saya tanyakan kepada Dika "Apa yang kamu inginkan ?" Dika hanya menggeleng. "Kamu ingin ibu bersikap seperti apa ?" tanya saya "Biasa-biasa saja" jawab Dika singkat. Beberapa kali saya berdiskusi dengan wali kelas dan kepala sekolah untuk mencari pemecahannya, namun sudah sekian lama tak ada kemajuan. Akhirnya kamipun sepakat untuk meminta bantuan seorang psikolog. Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas) dimana skor untuk aspek-aspek kemapuan pemahaman ruang, abstraksi, bahasa, ilmu pasti, penalaran, ketelitian dan kecepatan berkisar pada angka 140 160. Ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok pada 2 tingkat kecerdasan yang berbeda itulah yang menurut Psikolog, perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh sebab itu Psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali ke tempat itu seminggu lagi. Menurutnya Dika perlu menjalani test kepribadian. Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi salah satu atau beberapa factor penghambat kemampuan verbal Dika. Setidaknya saya bisa membaca jeritan hati kecil Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang ibu yang masih jauh dari ideal. Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...." Dikapun menjawab : "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja" Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan

kepada Dika untuk bermain bebas. Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjawalkan kapan waktunya menggambar, kapan waktunya bermain puzzle, kapan waktunya bermain basket, kapan waktunya membaca buku cerita, kapan waktunya main game di computer dan sebagainya. Waktu itu saya berpikir bahwa demi kebaikan dan demi masa depannya, Dika perlu menikmati permainan-permainan secara merata di sela-sela waktu luangnya yang memang tinggal sedikit karena sebagian besar telah dihabiskan untuk sekolah dan mengikuti berbagai kursus di luar sekolah. Saya selalu pusing memikirkan jadwal kegiatan Dika yang begitu rumit. Tetapi ternyata permintaan Dika hanya sederhana : diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanakkanaknya. Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..." Dikapun menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu" Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu. Sederhana memang, tetapi hal-hal seperti itu justru sulit dilakukan oleh kebanyakan orang tua. Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..." Maka Dika menjawab "Menganggapku seperti dirinya" Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil. Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak : .." Dikapun menjawab "Tidak mempersalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa"

Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orang tua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orang tua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah adakalanya bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa. Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang ....." Dikapun menjawab "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Namun ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya. Dengan jawabab Dika yang polos dan jujur itu saya dingatkan bahwa kecerdasan tidak lebih penting dari pada hikmat dan pengenalan akan Tuhan. Pengajaran tentang kasih tidak kalah pentingnya dengan ilmu pengetahuan. Atas pertanyaan "Aku ingin ayahku berbicara tentang .....", Dikapun menuliskan "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku". Memang dalam banyak hal, orang tua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orang tua tak luput dari kesalahan. Keinginan Dika sebenarnya sederhana, yaitu ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya, seperti apa yang diajarkan orang tua kepadanya. Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari ........"

Dika berpikir sejenak, kemudian mencoretkan penanya dengan lancar " Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku" Memang adakalanya saya berpikir bahwa Dika yang hampir setinggi saya sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan supaya hari-harinya terasa lebih indah. Waktu itu saya tidak menyadari bahwa perlakukan orang tua yang tidak sama kepada anakanaknya seringkali oleh anak-anak diterjemahkan sebagai tindakan yang tidak adil atau pilih kasih. Secarik kertas yang berisi pertanyaan "Aku ingin ayahku setiap hari ....." Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata "tersenyum" Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari. Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku...." Dikapun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus" Saya tersentak sekali ! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang atau Le. Nang dalam Bahasa Jawa diambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki. Sedangkan Le dari kata "Tole", kependekan dari kata "Kontole" yang berarti alat kelamin laki-laki. Waktu itu saya merasa bahwa panggilan tersebut wajar-wajar saja, karena hal itu merupakan sesuatu yang lumrah di kalangan masyarakat Jawa. Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku .." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli". Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya. Atas jawaban-jawaban Dika yang polos dan jujur itu, saya menjadi malu karena selama ini saya bekerja di sebuah lembaga yang membela dan memperjuangkan hak-hak anak. Kepada banyak orang saya kampanyekan pentingnya penghormatan hak-hak anak sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak Sedunia. Kepada khalayak ramai saya

bagikan poster bertuliskan "To Respect Child Rights is an Obligation, not a Choise" sebuah seruan yang mengingatkan bahwa "Menghormati Hak Anak adalah Kewajiban, bukan Pilihan". Tanpa saya sadari, saya telah melanggar hak anak saya karena telah memanggilnya dengan panggilan yang tidak hormat dan bermartabat. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan. Seandainya semua ayah mengasihi anak-anaknya, maka tidak ada satupun anak yang kecewa atau marah kepada ayahnya. Anak-anak memang harus diajarkan untuk menghormati ayah dan ibunya, tetapi para ayah (orang tua) tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya. Para ayah harus mendidik anaknya di dalam ajaran dan nasehat ALLAH. Untuk menyambut Peringatan Hari Anak Nasional Tanggal 23 Juli 2004, saya ingin mengingatkan kembali kepada para orang tua supaya selalu berpikir, bersikap dan melakukan hal-hal yang dikehendaki ALLAH. (Ditulis oleh : Lesminingtyas) === Get Up, Move And Win Suara letusan peluru dari sebuah pistol, tanda pertandingan dimulaipun terdengar. Hari ini adalah hari pertandingan para kelinci memperebutkan sebuah piala wortel terbesar dan terlezat di kota kelinci.Sebuah alat peledak kecil menempel di pinggang setiap pemain. Itu adalah bom waktu, yang akan meledak pada saat waktu yang diberikan kepada setiap pemain telah habis.Hm..benar-benar pertandingan yang penuh resiko. Little rabitpun ikut dalam pertandingan itu. Dia kelihatan berlari begitu penuh semangat. Sekali-sekali dia melirik ke arah penonton. wah...banyak sekali kelinci yang datang. ada yang berteriak memberi dia semangat, ada yang mengejeknya, dan berusaha menjatuhkan semangatnya."Aku pasti menang" katanya. Tapi tiba-tiba : "Ups... apa ini ?" Oh..ternyata dia jatuh di dalam sebuah lubang jebakan yang dalam. Dia sangat sedih.Tiba-tiba dia mendengar suara "Ayo little rabit, bangunlah kamu harus terus berlari" Suara apa itu ?" oh ternyata itu adalah suara sahabatnya. "Terima kasih sobat,aku akan terus berlari " katanya pelan. Diapun bangun, dan berlari lagi. Tapi tak beberapa lama kemudian...Ups..dia jatuh lagi ke sebuah lubang yang lebih dalam lagi. Dia melirik ke bom waktunya. Oh..masih ada waktu untukku. Tapi...dilihatnya peserta-peserta lomba yang lain telah mendahuluinya. "apakah aku akan menang? ataukah semuanya telah percuma untuk diteruskan ?""Ayo..little rabbit, jangan berhenti karena jebakan itu. Kau harus menang !" oh..suara itu lagi. Dia pun bangkit.dan meneruskan perlombaan. Tapi untuk yang ketiga kalinya, dia jatuh, dan kali ini, dia benarbenar putus asa.didengarnya orang-orang mulai mentertawakan dia. wah..benar-benar kelinci yang bodoh !"kata mereka. Diapun menangis,

menyalahkan diri sendiri,"Tidak..aku tidak bisa lagi..aku telah kalah.dan bom waktu di pinggangku ini pasti akan meledakkan tubuhku dan..oh sahabatku, apakah dia juga telah pergi meninggalkan aku, apakah dia juga ikut mengejekku seperti yang lainnya karena kebodohanku ?". Tapi tiba-tiba, "Hai little rabbit, aku masih di sini !!. Ayo cepat bangun, aku telah menunggu untuk memberimu selamat atas kemenanganmu. Kau harus menang. Bangkit, terus maju, dan menanglah. Jangan biarkan dirimu tertipu lagi oleh jalan-jalan berlubang ini. Ini jebakan yang harus kau lewati" "Ya...kau benar.Inilah yang dinamakan perlombaan. Masalahnya bukan pada lubang-lubang jelek itu, tapi masalahnya ada pada kita sendiri. Aku harus melaluinya. Terima kasih sahabatku." Nah..kali ini little rabbit melangkah dengan penuh hati-hati. Dia berlari secepat mungkin sambil berhati-hati dengan lubang-lubang jebakan itu. Dia berlari...terus berlari..melewati yang lainnya..dan.. yes..diapun memenangkan pertandingan itu. Sambil memegang piala wortel yang besar, dia berkata : "Hidup ini adalah sebuah perlombaan, dengan banyak sekali jebakan di dalamnya. Dan pada saat kau jatuh, tak perduli untuk yang ke berapa kalinya, Kamu harus bangkit, berlari terus, dan menangkan perlombaanmu." === Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya siasia, Tuhan tahu berapa keras engkau sudah berusaha. Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih... Tuhan sudah menghitung air matamu. Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu dengan begitu saja... Tuhan sedang menunggu bersama denganmu. Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelpon... Tuhan selalu berada di sampingmu. Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi... Tuhan punya jawabannya. Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa pusing atau tertekan... Tuhan dapat menenangkanmu. Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan... Tuhan sedang berbisik kepadamu. Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau ingin mengucap syukur... Tuhan telah memberkatimu. Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban... Tuhan telah tersenyum padamu. Ketika kau memliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...

Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu. Ingat bahwa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap ...... TUHAN TAHU. === Ini kisah perjumpaan dua orang sahabat yang sudah puluhan tahun terpisahkan hidupnya. Mereka kangen-kangenan, ngobrol ramai sambil minum kopi di sebuah kafe. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini. "Ngomong-ngomong, mengapa sampai sekarang kamu belum juga menikah?" ujar seorang kepada temannya yang sampai sekarang membujang. "Sejujurnya sampai saat ini saya terus mencari wanita yang sempurna. Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu di Bandung, saya berjumpa dengan seorang gadis cantik yang amat pintar. Saya pikir ini adalah wanita ideal yang cocok untuk menjadi istriku. Namun ternyata di masa pacaran ketahuan bahwa ia sangat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ. "Di Jakarta, saya ketemu seorang wanita rupawan yang ramah dan dermawan. Pada perjumpaan pertama, aku kasmaran. Hatiku berdesir kencang, inilah wanita idealku. Namun ternyata belakangan saya ketahui, ia banyak tingkah dan tidak bertanggung jawab. "Saya terus berupaya mencari. Namun selalu saya temukan kelemahan dan kekurangan pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua wanita ideal yang selama ini saya dambakan. Ia demikian cantik, pintar, baik hati, dermawan, dan suka humor. Saya pikir, inilah pendamping hidup yang dikirim Tuhan." "Lantas," sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan, "Apa yang terjadi? Mengapa kau tidak segera meminangnya?" Yang ditanya diam sejenak. Suasana hening. Akhirnya dengan suara lirih, sang bujangan menjawab, "Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari pria yang sempurna." === Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya

terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa agar menang, bukan?". Mark terdiam sesaat. "Bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. === Andaikata Rasulullah SAW menjadi tamu kita Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita........ Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum........ Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam. Beliau tentu tetap tersenyum........ Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu. Beliau tentu tersenyum....... Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Sholawat kepada Rasulullah SAW. Barangkali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajari anak-anak kita. Beliau tentu tersenyum........ Barangkali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun

nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Rangers atau Kura-kura Ninja. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah SAW. Beliau tentu tersenyum........ Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi karaoke kita dan anak-anak kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita ?Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyi. Beliau tentu tersenyum........ Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV. Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah. Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al Qur'an. Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita. Beliau tentu tersenyum....... Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita. Betapa senyum beliau masih ada di situ........ Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul di depan rumah kita...... Apa yang akan kita lakukan ? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita ? Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu. Maafkan kami ya Rasulullah......... Masihkah beliau tersenyum ? Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........ Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.. === Ayah > >Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya >kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat >Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai >berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, >disertai suara batuk-batuknya. > >Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa >wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang >kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, >ketika Ayahnya sedang santai di beranda. > >Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban >Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti." >Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya >tercenung rasa penasaran.

> >Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak >wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya >mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang >Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak >wanita itu tambah kebingungan. > >Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri >Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa >wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari >kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi >demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?" > >Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki >yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga >itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu. > >Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, >tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya >yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan >badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ? > >Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. >Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar >suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. >Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata >suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa >kepenasarannya selama ini. > >"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai >pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga >dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha >untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa >aman, teduh dan terlindungi." > >"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk >membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya >dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk >melindungi seluruh keluarganya." > >"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha >mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya >sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya >tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat >cercaan dari anak-anaknya." > >"Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan >membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya >dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, >demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah >kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, >dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, >dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua >orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil >dari jerih-payahnya." > >"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang >akan membuat dirinya selalu berusaha merawat >dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah,

>walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan >dan kesakitan kerapkali menyerangnya." > >"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha >berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, >didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun >tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, >melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang >telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat >dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan >perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila >saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya >agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi >sesama saudara." > >"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya >untuk memberikan pengertian dan kesadaran >terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat >mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan >dilecehkan oleh anak-anaknya." > >"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya >untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, >bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia >terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri >yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi >perjalanan hidup baik suka maupun duka, >walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji >setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar >tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi >serta saling menyayangi." > >"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, >bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya >pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar >keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan >badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa >sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap >seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan >sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, >keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya." > >"Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh >sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, >agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. >Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh >Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini >adalah amanah di dunia dan akhirat." > >Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, >dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdzikir, ketika Ayahnya >berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium >telapak tangan Ayahnya. >"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah." >dan kurindu kasih sayangmu, ayah! === Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi,

datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Pemuda itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu mengambil segenggam garam dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduk perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, "ujar Pak tua itu. "Asin. Asin sekali, "jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat pemuda itu selesai mereguk air itu, Beliau bertanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar," sahut sang pemuda. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Beliau lagi. "Tidak," jawab si anak muda. Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu." Beliau melanjutkan nasehatnya. "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." === Jenny, gadis cantik, kecil berusia 5 tahun, bermata indah. Suatu hari,ketika ia dan ibunya sedang berbelanja bulanan, Jenny melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Indah, meskipun harganya cuma 2.5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya. Akhirnya sang Ibu setuju, katanya: "Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu juga harus kamu berikan kepada ibu." "Okay," kata Jenny setuju. Merekapun lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari, Jenny dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulang tahunnya juga

diberikannya kepada ibunya. Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah taman kanak-kanaknya, ke gereja, ke supermarket, bermain, dan tidur, kecuali mandi. "Nanti lehermu jadi hijau," kata ibunya. Jenny juga memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya. Setiap menjelang tidur, sang ayah akan membacakan sebuah buku cerita untuknya. Suatu hari, seusai membacakan cerita, sang ayah bertanya kepada Jenny: "Jenny, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah." "Kalau kau memang mencintai ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada ayah." "Ya, ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain. Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus. Ayah juga ambil pakaian-pakaiannya yang terbaru. Tapi, jangan ayah ambil kalungku." "Ya, anakku, tidak apa-apa. Tidurlah." Ayah Jenny lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata: "Selamat malam, anakku. Semoga mimpi indah." Seminggu kemudian, setelah membacakan cerita, ayahnya bertanya lagi: "Jenny, apakah kamu sayang ayah?" "Pasti, Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu." "Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu?" "Ya, jangan kalungku, dong. Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. Ayah masih ingat, kan? Itu mainan favoritku. Rambutku panjang, lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya, dan sebagainya. Ambillah, Yah. Asal ayah jangan minta kalungku. Ya?" "Sudahlah, nak. Lupakanlah," kata sang ayah. Beberapa hari setelah itu, Jenny terus berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya, dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak. Beberapa hari kemudian, ketika ayah Jenny membacakan cerita, Jenny duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya,sambil berkata: "Ayah, terimalah ini". Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya, dan ia melihat dengan penuh kesedihan, kalung tersebut berpidah ke tangan sang ayah. Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu Kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya. Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah, dan sangat mahal. Ia telah menyimpannya begitu lama, untuk anak yang dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli.

Begitu pula dengan dengan Tuhan kita. Seringkali Dia menunggu lama sekali agar kita mau menyerahkan segala yang palsu dan menukarnya dengan sesuatu yang sangat berharga. === Ini adalah sebuah kisah yang tidak diketahui kapan pertama kali muncul dalam peradaban manusia. Kisah tentang dua orang bersahabat yang bernama Yin dan Yang. Mereka berdua adalah orang yang saleh, berjiwa besar, dan penuh cinta kasih. Mungkin suatu kebetulan bahwa nama mereka mengingatkan kita pada konsep Yin-Yang yang berlawanan itu, namun memang demikianlah, mereka (Yin dan Yang) selalu berlawanan. Yin mempunyai keyakinan atau agama yang berbeda dengan Yang. Mereka secara teratur bertemu untuk mendiskusikan keyakinan mereka, dengan tujuan mencari sesuatu yang tak mereka ketahui namanya. Walaupun mereka saling menghormati dan mengajukan argumentasi dengan penuh adab, namun pada setiap akhir pertemuan, mereka tidak pernah merasa puas. Segala cara dan metode diskusi yang diketahui telah mereka tempuh tapi tetap tidak menghasilkan apa-apa. Ketika nyaris frustasi, mereka mulai kehilangan kendali diri, dalam hati masing-masing mulai muncul rasa "lebih benar". Akhirnya tercetus kata-kata Yin: "Ah, seandainya engkau adalah aku, tentu akan bisa memahami apa yang ingin kusampaikan, dan diskusi ini akan dapat membawa kita lebih mengerti 'sesuatu' itu." Yang: "Hei, aku juga berpikir begitu. Tapi bagaimana cara kita saling tukar diri kita?" Karena memang mereka tidak dapat saling tukar diri, maka tak lama kemudian mereka menemukan pemecahan yang disetujui paling tepat. Diputuskan, Yin akan mempelajari agama/keyakinan Yang dan Yang akan mempelajari agama/keyakinan Yin. Dan karena mereka memang menginginkan hasil terbaik dan terbenar, maka mereka berikrar akan mempelajari dengan sepenuh hati, berusaha memahami dengan hati terbuka, tidak malah mencari-cari titik kelemahan yang akan digunakan untuk menyerang lawannya. Diputuskan, setelah 40 tahun mereka akan bertemu lagi untuk "duel sampai titik darah penghabisan". Akhirnya, 40 tahun kemudian, Yin dan Yang yang telah semakin tua, bertemu pada senja hari di tempat terakhir mereka bertemu. Mereka saling berpandangan, tak sepatah kata pun yang terucapkan. Sinar mata mereka penuh kasih yang menghanyutkan sukma, senyum mereka begitu halus dan tulus. Mereka saling memeluk. Resonansi getaran jiwa mereka pada angin yang membelai, pada daun-daun yang berbisik, pada seluruh relung ruang di jagad raya ini: "Saudaraku, kau selalu dalam aku, dan aku dalam engkau." Sejak saat itu tak ada lagi diskusi, karena dalam pelukan itu mereka mengerti tanpa mengetahui dan mendapatkan tanpa mencari. === Sore itu adalah sore yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang lalu. Janggut si orang tua dilapisi es

musim dingin selagi ia menunggu tumpangan menyeberangi sungai. Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan kaku akibat angin utara yang dingin. Samar-samar ia mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas jalan yang beku itu. Dengan gelisah ia mengawasi beberapa penunggang kuda memutari tikungan. Ia membiarkan kuda yang pertama lewat, tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua yang duduk seperti patung salju. Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang, dan berkata, "Pak, maukah anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang ? Kelihatannya tak ada jalan untuk berjalan kaki." Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab, "Tentu. Naiklah." Melihat si orang tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang kuda turun dan menolongnya naik ke atas kuda. Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer. Selagi mereka mendekati pondok kecil yang nyaman, rasa ingin tahu si penunggang kuda mendorongnya untuk bertanya, "Pak, saya lihat tadi bapak membiarkan penunggang kuda lain lewat tanpa berusaha meminta tumpangan. Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin begini bapak mau menunggu dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan meninggalkan bapak di sana ?" Si orang tua menurunkan tubuhnya perlahan dari kuda, memandang langsung mata si penunggan kuda, dan menjawab, "Saya sudah lama tinggal di daerah ini. Saya rasa saya cukup kenal dengan orang." Si orang tua melanjutkan, "Saya memandang mata penunggang yang lain, dan langsung tahu bahwa di situ tidak ada perhatian pada keadaan saya. Pasti percuma saja saya minta tumpangan. Tapi waktu saya melihat ke matamu, kebaikan hati dan rasa kasihmu terlihat jelas. Saya tahu saat itu juga bahwa jiwamu yang lembut akan menyambut kesempatan untuk memberi saya pertolongan pada saat saya membutuhkannya." Komentar yang menghangatkan hati itu menyentuh si penunggang kuda dengan dalam. "Saya berterima kasih sekali atas perkataan bapak", ia berkata pada si orang tua. "Mudah-mudahan saya tidak akan sibuk mengurus masalah saya sendiri hingga saya gagal menanggapi kebutuhan orang lain dengan kasih dan kebaikan hati saya." Seraya berkata demikian, Thomas Jefferson si penunggang kuda itu, memutar kudanya dan melanjutkan perjalanannya menuju ke Gedung Putih. === Sekelompok pelajar kelas geografi belajar mengenai "Tujuh Keajaiban Dunia." Pada akhir pelajaran, pelajar tersebut di minta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini. Walaupun ada beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi: 1) Piramida Besar di Mesir 2) Taj Mahal

3) 4) 5) 6) 7)

Grand Canyon Mecca Empire State Building St. Peter's Basilica Tembok China

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya. Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya." Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya." Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya pikir Tujuh Keajaiban Dunia adalah: 1) 2) 3) 4) Bisa Bisa Bisa Bisa menyentuh mencicip melihat mendengar

Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan... 5) Bisa merasakan 6) Bisa tertawa 7) Dan bisa mencintai Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban" sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan lakukan untuk kita, menyebutnya sebagai "biasa". Semoga Anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul-betul ajaib dalam kehidupan Anda. === Alkisah terdapat sebuah museum yang lantainya terbuat dari batu pualam yang indah. Di tengah-tengah ruangan museum itu dipajang sebuah patung pualam pula yang sangat besar. Banyak orang datang dari seluruh dunia mengagumi keindahan patung pualam itu. Suatu malam, lantai pualam itu berkata pada patung pualam. Lantai Pualam: "Wahai patung pualam, hidup ini sungguh tidak adil. Benar-benar tidak adil! Mengapa orang-orang dari seluruh dunia datang kemari untuk menginjak-injak diriku tetapi mereka mengagumimu? Benar-benar tidak adil!" Patung Pualam: "Oh temanku, lantai pualam yang baik. Masih ingatkah kau bahwa kita ini sesungguhnya berasal dari gunung batu yang sama?" Lantai Pualam: "Tentu saja, justru itulah mengapa aku semakin merasakan ketidakadilan itu. Kita berasal dari gunung batu yang sama, tetapi sekarang kita menerima perlakuan yang berbeda. Benarbenar tidak adil!"

Patung Pualam: "Lalu apakah kau masih ingat ketika suatu hari seorang pemahat datang dan berusaha memahat dirimu, tetapi kau malah menolak dan merusakkan peralatan pahatnya?" Lantai Pualam: "Ya, tentu saja aku masih ingat. Aku sangat benci pemahat itu. Bagaimana ia begitu tega menggunakan pahatnya untuk melukai diriku. Rasanya sakit sekali!" Patung Pualam: "Kau benar! Pemahat itu tidak bisa mengukir dirimu sama sekali karena kau menolaknya." Lantai Pualam: "Lalu?" Patung Pualam: "Ketika ia memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaannya pada dirimu, lalu ia berusaha untuk memahat tubuhku. Saat itu aku tahu melalui hasil karyanya aku akan menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda. Aku tidak menolak peralatan pahatnya membentuk tubuhku. Aku berusaha untuk menahan rasa sakit yang luar biasa." Lantai Pualam: "Mmmmmm...." Patung Pualam: "Kawanku, ini adalah harga yang harus kita bayar pada segala sesuatu dalam hidup ini. Saat kau memutuskan untuk menyerah, kau tak boleh menyalahkan siapa-siapa atas apa yang terjadi pada dirimu sekarang." === Jika anda tinggal di rumah yang baik, memiliki cukup makanan dan dapat membaca ... anda adalah bagian dari kelompok terpilih. Jika anda bangun pagi ini dan merasa sehat ... anda lebih beruntung dari jutaan orang yang mungkin tidak akan dapat bertahan hidup minggu ini. Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena dipenjara, kesakitan karena penyiksanaan, atau kelaparan ... anda berada selangkah lebih maju dibandingkan 500 juta orang di dunia. Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa, atau mati ... anda beruntung, karena lebih dari 3 milyar orang di dunia tidak dapat melakukannya. Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju di lemari pakaian, dan memiliki atap yang menaungi tempat anda beristirahat ... anda lebih kaya dari 75% penduduk di dunia ini. Jika anda memiliki uang di bank, di dompet, dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran ... anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia. Jika orang tua anda masih hidup & menikmati kebahagiaan kehidupan

pernikahan mereka ... maka anda termasuk salah satu dari kelompok orang yang dikategorikan langka. Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir dan merasa benar-benar bahagia ... anda memiliki keistimewaan tersendiri, karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut. Jika anda dapat membaca pesan ini ... anda baru saja menerima karunia ganda, karena seseorang memikirkan anda, dan anda jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 1 milyar orang yang tidak dapat membaca sama sekali Semoga anda menikmati hari yang indah ini. Hitunglah karunia keberuntungan anda, dan sampaikan hal ini kepada orang lain untuk mengingatkan bahwa sebenarnya, kita adalah orangorang yang sangat beruntung. Dengan bersyukur, anda akan lebih menikmati hidup yang hanya sebentar ini. === Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingitinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!" Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraungraung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?" Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang

akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debudebu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam katakataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..." Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupukupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.." Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya." Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. Sumber: Diterjemahkan dari "I cried for my brother six times" === Ada dua orang laki-laki yang sedang mencari pasangan sayapnya pernah bercerita padaku tentang perempuan-perempuan yang mereka dambakan. Laki-laki yang satu berkata; "Aku hanya ingin menuntut yang sederhana dari perempuanku itu. Dia bisa menerima apa adanya aku dan tidak memanfaatkan rasa sayangku padanya. Dia bisa memotivasiku untuk menjadi lebih dan lebih baik lagi." Laki-laki ini sangat mendalam menyayangi perempuannya. Meski kedalaman kasih sayangnya telah ia hamparkan, namun ia menuai kegagalan dalam perjalanan mewujud harapan. Salah si laki-laki itukah jika kemudian ia begitu sulit menemukan perempuan yang bisa berbagi bahu untuk mewujudkan asa. Laki-laki satunya pernah berpandangan perempuan itu sangat lemah sehingga menurutnya begitu merepotkan. Aku sempat terperangah melihat perempuan-perempuan yang ada di sekitarnya. Betapa keras usaha mereka menjadi sosok perempuan tegar agar bisa dekat dengannya. Tapi berjalan dengan waktu yang bergulir berulang dia menceritakan kekecewaannya. Sebab ketegaran yang mereka tunjukkan adalah sementara karena pamrih pada asa. Akupun bertanya apa yang salah dengan

perempuan-perempuan itu. Jawabnya; kesemuan telah hadirkan kekecewaan karena tiada abadi. Dapatkah itu abadi? Kemudian waktupun berlalu, laki-laki pertama menemukan perempuan impiannya dan mempunyai amanah dua gadis mungil untuk menemaninya mengeja totalitas mencinta kepadaNya. Begitu dia bercerita padaku saat akupun masih tertatih mencari makna totalitas menyerahkan cintaku hanya padaNya. Sedang laki-laki kedua pergi berlari ke belantara dan keterpencilan untuk mencoba memahami lakunya ataukah mungkin untuk memahami akunya? Yang ku tangkap, ia lari dari dirinya karena takut terperangkap pada impiannya tentang perempuannya. Saat aku bertekun pada ladang untuk menghanya padaNya, laki-laki kedua datang padaku dan berkata; "Adakah perempuan yang fahami akan laku dirinya di dunia?". Aku hanya bisa menjawab; "Ada, istiqomahlah. Insyaallah kau akan diberikan, dia yang memberikan rasa aman karena dia senantiasa bergayut pada Yang Haq". Dia tersenyum lalu bergesa masuk belantara lagi. Sementara aku kembali tertatih melawan diri, minimkan aku hingga hanya Dia yang ada melingkup seluruh denyut nadiku. Totalitas. Kata itu kembali mengetuk sadarku, saat laki-laki kedua menyentilku dengan rasa syukurnya; "Aku cintakannya karena dia cintakanNya. Aku menyukai perempuanku karena dia pun punya kesalihan sosial. Akhirnya aku mengerti akan jalan yang kau pilih untuk menemukan totalitasmu padaNya. Mari berjuang bersama, doakan aku dan dia agar dapat menjadi sepasang sayap yang mengantarkan ibadah terindah hanya untukNya." Dia telah menemukan cintanya karena cintaNya. Semoga ridhoNya yang ada, amiiiiin. Aku telah tertinggal jauh darinya. Aku tenggelam dengan rutinitas yang membelenggu hingga aku terkadang tak dapat melihatNya. Aku begitu merindukanNya seperti lakuku dulu. Ya Allah, maafkan kedhaifanku. Maafkan aku karena akuku, lalaiku yang bikinku sulit mengingatMu dalam senyum. Maafkanku, karena seharusnya aku dapat lebih total mengabdi padaMu dengan hadirnya manusia kecilmu di antaraku. Jadi mengapa aku harus merasa baik? Hadirnya manusia kecilMu membentur ambang sabarku yang seharusnya tak bertepi. Seperti sabar Mu yang selalu mengizinkan aku tertatih kembali dalam peluk Mu. Maaf Mu yang menyamudera membasuh lelahku mengerti makna hadir manusia kecilMu. Ilmu agung adalah mencoba mengerti dengan izin Mu akan kehendak Mu terhadap manusia kecil Mu. Lalu apa yang membuat aku merasa lebih pintar dan lebih tahu dari dirinya? Sedang Dia yang menentukan apa saja untukmu, wahai binar mataku. Ya Allah izinkan aku meminjam teluk Mu untuk menjadi muara aliran sungai mungil amanah Mu. Izinkan aku untuk total menghadir kepadaMu dalam setiap gerak perempuanku bersama lelaki dan gadis kecil Mu. === [i] Di terik siang di bawah relung bekas viaduct di sebuah kota di bagian timur Pulau Jawa. Sebuah fragmen kehidupan sedang mengalun. Di warung tanpa dinding beratap lengkung viaduct menghitam oleh jelaga kompor. Sang ibu sedang melayani pembeli sementara mulutnya tak henti

berceloteh menasehati anak lelaki kecilnya yang merengek dan merengut. Sang Bapak sesekali menimpali tanpa berpaling dari lembaranlembaran buku pelajaran yang sedang dijilidnya. Dengan seutas benang dan jarum jahit ia menyatukan halaman-halaman buku yang saling tercerai itu. Sang kakak, seorang gadis kecil usia esde, tekun membaca buku, seakan tak hirau dengan keributan kecil yang terjadi. Sebuah becak bercat kusam terparkir di samping. Terdiam setelah lelah menelusuri jalanan. [ii] Di pagi di tengah deras arus kendaraan di tikungan perempatan, dekat sebuah perumahan mewah di selatan Jakarta. Sebuah keping rona kehidupan terhampar. Diawali salam lirih tertahan menyapa penumpang dari bibir pada wajah yang tertunduk sayu. Lalu jemarinya memetik senar ukulele. Udara bergetar, terdengar ritme nada tertatih-tatih merindu lagu. Sebuah tembang sendu berkumandang mengetuk langitlangit bis ditingkah deru kendaraan. Di sampingnya berdiri seorang bocah lelaki kecil usia empat tahunan. Diam menatap tanpa cahaya dari sisi kaki sang bapak. Selesai menembang, sang bapak berkeliling menyodorkan kantung plastik ke muka penumpang sambil menggandeng lengan sang anak. Setelah itu dalam kemacetan ia meloncat turun dari kendaraan bersama sang anak yang menggelayut di punggung. [iii] Saya tercenung. Semakin pikiran saya mencoba menggali makna di baliknya, makin menciut diri saya. Saya pun tercekat oleh kenyataan, bahwa persoalan menjaga kelangsungan kehidupan adalah sebuah perjuangan. Dan perjuangan itu bukan sekedar masalah kalah atau menang. Bukan pula cukup dinilai dengan predikat sukses atau gagal. Sebab menjalani kehidupan adalah perkara menghikmati setiap guliran waktu saat mata, hati dan pikiran terjaga. Oleh karenanya bila suatu ketika kita tiba di puncak kesuksesan bisa jadi sedepa di depan jurang keruntuhan menanti. Atau bila satu waktu kita bergelut dengan kepayahan hidup mungkin semenit lagi sayap malaikat datang melambungkan ke awan. Bahwa kesedihan dan kesukaan adalah latihan kehidupan. Agar kita selalu ingat pada jawaban pertanyaan, untuk apa kehidupan. Maka, bila kita menampak fragmen kenyataan yang menampar hati hingga memar-memar, mungkin berkasihan saja masih kurang. Kadang perlu kita gedor kesadaran hati yang suka lena agar senantiasa jaga, hikmat dan merasa tiada pernah berdaya. Dan dari sinilah sebuah nilai hidup bertolak. === Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yangsaya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati." Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati." Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Note: Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. === Berbagi Seseorang mulai berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "Di sini Jual Ikan Segar" Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya. "Mengapa kau tuliskan kata :DISINI ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?" "Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR". Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya. "Mengapa kau pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk? "Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN" Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata JUAL? bukankah semua orang sudah tau kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan? Benar juga pikir si penjual ikan,, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN" Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging? "Benar juga" pikir sipenjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu. Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita takkan mendapatkan apa-apa! === KEHIDUPAN : Ibarat Semut, Laba-Laba dan Lebah Tiga binatang kecil ini menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Qur'an. An Naml [semut], Al 'Ankabuut [laba-laba], dan An Nahl [lebah]. Semut, menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa berhenti. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun. Padahal usianya tidak lebih dari setahun. Ketamakannya sedemikian besar sehingga ia berusaha - dan seringkali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya. Lain lagi uraian Al-Qur'an tentang laba-laba. Sarangnya adalah tempat yang paling rapuh [ Al 'Ankabuut; 29:41], ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan binasa. Bahkan jantannya disergapnya untuk dihabisi oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Inilah gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.

Akan halnya lebah, memiliki naluri yang dalam bahasa Al-Qur'an - "atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal" [ An Nahl; 16:68]. Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar efisen dalam penggunaan ruang. Yang dimakannya adalah serbuk sari bunga. Lebah tidak menumpuk makanan. Lebah menghasilkan lilin dan madu yg sangat manfaat bagi kita. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali jika diganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat. Sikap kita dapat diibaratkan dengan berbagai jenis binatang ini. Ada yang berbudaya 'semut'. Sering menghimpun dan menumpuk harta, menumpuk ilmu yang tidak dimanfaatkan. Budaya 'semut' adalah budaya 'aji mumpung'. Pemborosan, foya-foya adalah implementasinya. Entah berapa banyak juga tipe 'laba-laba' yang ada di sekeliling kita. Yang hanya berpikir: "Siapa yang dapat dijadikan mangsa" Nabi Shalalahu 'Alaihi Wasallam mengibaratkan seorang mukmin sebagai 'lebah'. Sesuatu yang tidak merusak dan tidak menyakitkan : "Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya" Semoga kita menjadi ibarat lebah. Insya Allah! [ Dari Lentera Hati - M. Quraish Shihab] === Seekor anak beruang suka mencari-cari kesalahan. Dengan cekatan, ia akan mampu menunjukkan kesalahan teman-teman dan orang tuanya. Bahkan jika sesuatu terjadi pada dirinya, maka ia menyalahkan teman dan orang tuanya. "Aku jatuh karena Ayah meletakkan ember di sembarang tempat", kata beruang kepada ayahnya saat ia terjatuh di kamar mandi. "Kamu mengalami musibah ini karena kamu tidak berhati-hati. Oleh karena itu, kalau berjalan kamu harus hati-hati," kata anak beruang kepada seekor kijang yang terkilir kakinya. Pada suatu hari, anak beruang berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. "Wah, madu lebah itu pasti sangat manis. Aku akan mengambilnya. Aku akan mengusir lebah-lebah itu!" Ia pun mengambil sebuah galah dan menyodok sarang lebah itu dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan menyerang anak beruang. Melihat binatang kecil yang begitu banyak, anak beruang lari terbirit-birit. Lebah-lebah itu tidak membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Mereka menghajar dengan sengatan. "Aduh, tolong !" Karena tak tahan, anak beruang itu menceburkan dirinya ke sungai. Byur! Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan anak beruang yang kesakitan. "Mengapa ayah tidak menolongku? Jika ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku. Semua ini salah ayah!" Ayah beruang diam sejenak, lalu mengambil selembar kertas putih. "Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini?" "Itu hanya kertas putih, tidak ada gambarnya," jawab anak beruang. Kemudian, ayah beruang mencoret kertas putih dengan sebuah titik berwarna

hitam. "Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini ?" "Ada gambar titik hitam di kertas putih itu!" "Anakku, mengapa kamu hanya rmelihat satu titik hitam pada kertas putih ini ? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan ayah! Padahal masih banyak hal baik yang telah ayah lakukan padamu". Lalu ayah beruang berjalan pergi meninggalkan anaknya yang duduk termenung. Moral kisah ini : Mari kita belajar mengoreksi diri sendiri sebelum kita menyalahkan orang lain. Jangan hanya melihat sisi buruk suatu masalah, tetapi kita perlu juga melihat sisi baiknya. Mengapa kita cenderung melihat semut di kejauhan, sedangkan gajah di pelupuk mata sendiri tak nampak? (Sumber : Anonim) === Kearifan emas

Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain." Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?" Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil." Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak." Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar." Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas". "Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas." === HEART WORK Oleh: Rhenald Kasali Orang-orang dulu mengajarkan kita kerja keras (hardwork), tetapi para pakar sekarang mengatakan hardwork saja tidak cukup. Dibutuhkan heartwork(bekerja dengan hati) untuk mencapai keberhasilan. Hari-hari ini saya sedang menikmati liburan di Jepang, dan saya lihat sendiri bagaimana orang-orang di Jepang bekerja sengan sepenuh hati. Mereka menegur anak-anak saya di Universal Studio dengan tutur kata yang halus dan penuh senyum, berbeda sekali dengan petugas yang memarahi saya di stasiun Gambir atau membentak sopir saya di Bandara SoekarnoHatta. Seorang pria Jepang berusia 30-an yang ditugasi mengantar dan menjemput saya selama di sini menunjukkan kesungguhan hatinya. Datang tepat waktu, mengerjakan apa saja yang diminta dengan penuh senyum. Bahasanya halus, sesekali ia berbahasa Indonesia dan Bali. Layanan yang saya terima jelas berbeda dengan apa yang pernah saya alami di atas pesawat terbang milik Armada Amerika. Mereka bergerak cepat dan bisa memerintah kami sebagai penumpang kalau ada hal-hal yang mereka anggap kurang pas. Dalam perjalanan dari Cleveland menuju Orlando seorang teman pernah tergoda dengan tulisan di sebuah toko penjual oli mesin mobil yang bunyinya: Serve With Smile . Ternyata setelah bertransaksi yang muncul seorang pria berwajah dingin yang melihat dengan keangkuhan. Mereka semua adalah pekerja keras, yang rela bangun di malam hari, melayani dengan cepat, tetapi maaf, bekerja tanpa hati, tanpa interkoneksi antar batin, tak ada senyum dan perhatian, selain memenuhi perntah dan tugas. Di hari-hari pelaksanaan pemilu saya merenungi nasib bangsa saya ke depan. Di meja kerja saya ada beberapa poster dan kalender yang dicetak oleh beberapa orang caleg yang menyerahkan kepada saya lewat berbagai cara. Ada yang dititipkan di rumah, di kantor, di ruang seminar, di pintu tempat ibadat atau lewat sanak keluarga. Salah satunya datang

dari keluarga dekat di kampung. Masya Allah, saya terkejut sekali, si Polan, memajang panjang-panjang gelarnya: Prof. Dr. &&&&&., Ph.D.,SH,MA. Kapan dia sekolahnya? Kalau orang tidak mengerti, ia pasti akan dipilih karena disangka seorang profesor, intelektual bangsa. Wajahnya juga oke, tapi maaf, dari ucapan-ucapannya saya tahu persis yang keluar cuma uang dan uang melulu. Uang untuk menjadi caleg nomor satu, uang gaji DPRD, dan tentu saja uang pesangon kalau nanti berhenti jadi wakil rakyat. Di salah satu kabupaten, seorang teman bertengkar dengan keponakan-keponakannya yang mengamuk karena tidak berhasil masuk sebagai caleg nomor satu. Ia marah-marah lalu pergi meninggalkan kampung. Ciri-ciri orang kampung /desa yang kata Sumilan (lewat bukunya yang berjudul Mandor Kawat) sebagai ikhlas pupus sudah dalam politik. Orang bisa berubah karena politik, kekuasaan dan uang. Padahal semua itu bisa diperoleh tanpa melakukan cara-cara itu asalkan orang mau bekerja dengan keikhlasan. Chan Chin Bok, mantan petinggi EDB (Economic Development Board) di Singapura mengakui hal ini. Singapura hari ini bukanlah hasil dari sebuah pergumulan kerja keras belaka, katanya. Melainkan sebuah heartwork . Ketika Lee Kuan Yew memenangkan pemilu pada tahun 1959, partai yang dikuasainya (PAP), bukanlah sebuah kekuatan yang ditakuti. Bagaimana orang mau bekerja untuk uang kalau uang yang mau dibagikan saja tidak ada. Rakyatnya terbagi-bagi dalam kampungkampung etnik dengan dialog masing-masing. Orang-orangnya jorok dan membuang sampah sembarangan. Pantainya tidak ada yang bagus sehingga tak ada teroris yang mau datang. Pertanian tidak memadai karena tanahnya kurang subur dan lahannya terbatas. Kalau seluruh lapangan sepak bola di Singapura saat itu dikonversikan menjadi sawah, maka mereka hanya cukup menghasilkan padi untuk 40.000 orang. EDB memulainya dengan merencanakan sebuah taman industri, tapi mereka tak punya bahan baku dan buruh yang trampil. Siapa yang harus direkrut untuk membangun Singapura? Haruskah kita memberi insentif besar untuk merekrut para wakil rakyat mengawasi pemerintahan? Benar, Singapura memberi insentif yang tidak tanggung-tanggung. Tetapi itu adalah buah dari sebuah proses, bukan merupakan iming-iming di muka. Chin Bok direkrut karena pengalamannya, bukan karena uangnya. Ia adalah mantan salesman mobil yang tulisan-tulisannya sering muncul di media massa. Sebagai salesman ia sudah terbiasa melayani calon pembeli dan mempertahankan hubungan. Ia bukanlah seorang lulusan sekolah tinggi yang tahu banyak teori, tetapi ia adalah pembelajar yang mencintai profesinya. Kata Kowzes dan Posner, Anda memerlukan great team untuk menang. Anda bisa saja kalah dengan tim ini, tetapi tanpanya, Anda pasti tidak bakalan bisa menang. Dan kata John MAXWELL, sebuah great team tidak harus terdiri dari orang-orang luar biasa, cukuplah orang-orang biasa saja. Orang-orang biasa yang bekerja sepenuh hati akan bekerja dengan komitmen dan mereka akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kata Jim Collins, jangan gegabah dalam rekrutmen. Kalau tidak dapat hari ini, jangan memaksakan diri harus ada. Staf-staf Anda yang tidak sabar pasti akan mendesak Anda agar buru-buru mengambil orang. Tetapi kalau Anda mau sedikit sabar, Anda mungkin akan mendapatkannya, yaitu orang-orang yang bukan cuma sekedar harus bekerja, tetapi memang mau bekerja sepenuh hati.

=== Apa Tuhan itu ada? Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, kiai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut. Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya? Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda Pemuda: Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya. Kyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan 1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya 2. Apakah yang dinamakan takdir 3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api,tentu tidak menyakitkan buat syetan Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu? Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras. Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya? Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya? Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada? Pemuda: Ya Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu ! Pemuda: Saya tidak bisa Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya. Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya? Pemuda: Tidak Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini? Pemuda: Tidak Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda? Pemuda: kulit Kyai : Terbuat dari apa pipi anda? Pemuda: kulit Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya? Pemuda: sakit kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, Jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan Menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan. === Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja

jalanan. Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis Honda -Soichiro Honda -- selalu diliputi kegagalan saat menjalani kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah. Di kawasan inilah dia lahir. Kala sering bermain di bengkel, ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam. Tak seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukan keunikan sejak awal. Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun, dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin menyaksikan pesawat terbang. Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak. Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif. Karena dia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota, untuk bekerja di Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya. Di Hamamatsu prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya tak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai subuh. Yang menarik, walau terus kerja lembur otak jeniusnya tetap kreatif. Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan

ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang pertama. Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada 1938. Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal ring pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. ''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,'' ujar Honda, yang diusia mudanya gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan kuliahnya bukan mencari ijazah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan. Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir segalanya. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun serasa kian dekat di pelupuk mata. Tetapi malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Bukan Honda kalau menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia lalu nekad mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Namun lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar, bahkan hingga dua kali kejadian itu menimpanya. Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia lalu kembali bermain-main dengan sepeda

pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu. Siapa sangka, sepeda motor-cikal bakal lahirnya mobil Honda -- itu diminati oleh para tetangga. Jadilah dia memproduksi sepeda bermotor itu. Para tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia. Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan dulu melihat keberhasilanya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. ''Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99 persen kegagalan saya,'' tuturnya. Ia memberikan petuah, ''Ketika Anda mengalami kegagalan, maka segeralah mulai kembali bermimpi. Dan mimpikanlah mimpi baru.'' Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, dan hanya berasal dari keluarga miskin. === Kadang kita bertanya dlm hati & menyalahkan Tuhan, "apa yg telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua?" atau "kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya ?" Here is a wonderful explanation... Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota. Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata, "Tentu saja, I love your cake." "Nih, cicipi mentega ini," kata Ibunya menawarkan. "Yaiks," ujar anaknya. "Bagaimana dgn telur mentah ?" "You're kidding me, Mom." "Mau coba tepung terigu atau baking soda ?" "Mom, semua itu menjijikkan." Lalu Ibunya menjawab, "ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu persatu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak." Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masamasa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dgn rancanganNya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya. Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita. Tuhan teramat sangat mencintai kita.

Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat. === Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah. Hari pertama anak itu telah memakukan 37 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari di mana anak tersebut sama sekali tidak kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki-laki ini akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut. Sang ayah menuntun anaknya ke pagar. Kau telah berhasil dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak pernah bisa SAMA SEPERTI SEBELUMNYA. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka itu tetap ada. Luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik. Bahkan mungkin lebih. === Di Indian sangat sulit mendapatkan hujan. Jadi kalau hujan turun merupakan berkah yang luar biasa bagi orang Indian. Konon disana ada seorang Kepala Suku Indian yang sangat terkenal karena selalu bisa mendatangkan hujan melalui mantera dan tariannya. Pada upacara mendatangkan hujan setelah melalui musim kemarau yang sangat panjang, disana juga tampak beberapa orang asing dan juga wartawan. Setelah melalui perjuangan panjang dengan tarian khasnya, akhirnya turunlah hujan. Karena keingintahuan yang sangat mendesak, maka wartawan yang meliput kejadian ini penasaran untuk mengetahui resep apa yang dimiliki oleh Kepala Suku Indian tersebut. Setelah diajukan pertanyaannya, maka dengan rendah hati Kepala Suku memberikan rahasianya : AGAR SETIAP UPACARA SELALU MENDATANGKAN HUJAN, rahasianya adalah SAYA TIDAK PERNAH BERHENTI MENARI SEBELUM HUJANNYA TURUN! === Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang

ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk disebelahnya, di atas sebuah metromini yang menuju ke stasiun KA. Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai, berkelok-kelok. Hmm...dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana. Saya pun menjawab mau kuliah, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya. Minyak goreng, jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya. Dia berkata, cucunya sangat senang kalau digorengkan tepung. Sebab, dia tak punya banyak uang untuk membelikan yang lain selain gorengan tepung buatannya. Itupun, tak bisa setiap hari disajikan. Karena, tak setiap hari dia bisa mendapatkan minyak dan tepung gratis. Degh. Saya terharu. Saya membayangkan betapa rasa itu begitu indah. Seorang nenek yang rela berpanas-panas untuk memberikan apa yang terbaik buat cucunya. Sang nenek, memberikan saya hikmah yang dalam sekali. Saya teringat pada Ibu. Tuhan memang Maha Bijak. Sang nenek hadir untuk menegur saya. Sudah beberapa saat sebelumnya, saya sering melupakan Ibu. Seringkali makanan yang disajikannya, saya lupakan begitu saja. Mungkin, karena saya yang terlalu sok sibuk dengan semua urusan kuliah. Sering saat pulang ke rumah, saya menemukan nasi goreng yang masih tersaji di meja, yang belum saya sentuh sejak pagi. Sering juga saya tak sempat merasakan masakan Ibu di rumah saat kembali, karena telah makan di tempat lain. Saya sedih, saat membayangkan itu semua. Dan Ibu pun sering mengeluh dengan hal ini. Saya merasa bersalah sekali. Saya bisa rasakan, Ibu pasti memberikan harapan yang banyak untuk semua yang telah dimasaknya buat saya. Tentu, saat memasukkan bumbu-bumbu, dia juga memasukkan kasih dan cintanya buat saya. Dia pasti juga akan menambahkan doa-doa dan keinginan yang terbaik buat saya. Dia pasti, mengolah semua masakan itu, mengaduk, mencampur, dan menguleni, sama seperti dia merawat dan mengasihi saya. Menyentuh dengan lembut, mengelus, seperti dia mengelus kepala saya di waktu kecil. Metromini telah sampai. Setelah mengucap salam pada nenek itu, saya pun turun. Namun, saya punya punya keinginan hari itu. Mulai esok hari, saya akan menyantap semua yang Ibu berikan buat saya. Apapun yang diberikannya. Karena saya yakin, itulah bentuk ungkapan rasa cinta saya padanya. Saya percaya, itulah yang dapat saya berikan sebagai penghargaan buatnya. Saya berharap, tak akan ada lagi makanan yang tersisa. Saya ingin membahagiakan Ibu. Terima kasih Nek. === Falsafah Lima Jari

* Ada si gendut jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung. * Ada telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah. * Ada si jangkung jari tengah yang sombong dan suka menghasut jari telunjuk. * Ada jari manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga diberi hadiah cincin. * Dan ada kelingking yang lemah dan penurut serta pemaaf (ingatkah anda waktu kecil kalau kita berbaikan dengan musuh kita pasti saling sentuh jari kelingking). Dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai tujuan (menulis, memegang, menolong anggota tubuh yg lain, melakukan pekerjaan, dll). Pernahkah kita bayangkan bila tangan kita hanya terdiri dari jempol semua? Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita diciptakan dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu, saling menyayangi,saling menolong, saling membantu, saling mengisi, bukan untuk saling menuduh, menunjuk, merusak, dan bahkan membunuh. Sudahkah kasih sayang Anda hari ini bertambah? Semoga bermanfaat === Hingga ketika ia melewati salah satu halaman rumah seorang penduduk, tiba-tiba ia berhenti. Langkahnya surut. Pandangannya tertuju pada anak kecil di sana. Ditajamkan pendengarannya, samar-samar ia seperti mendengar suara lirih cericit burung. Perlahan ia mendatanginya dan dengan lembut ia menyapa bocah laki-laki yang tengah asyik bermain. "Nak, apa yang berada di tangan mu itu?". Wajah si kecil mendongak, hanya sekilas dan menjawab. "Paman, tidakkah paman lihat, ini adalah seekor burung" polosnya ringan. Pandangan lelaki ini meredup, ia jatuh iba melihat burung itu mencericit parau. Di dalam hatinya mengalun sebuah kesedihan "Burung ini tentu sangat ingin terbang dan anak ini tidak mengerti jika mahluk kecil ini teraniaya" "Bolehkah aku membelinya, nak?, karena aku sangat ingin memilikinya" suaranya penuh harap. Si kecil memandang lelaki yang tak dikenalnya dengan seksama. Ada gurat kesungguhan dalam paras beningnya. Lelaki itu masih saja menatapnya lekat. Akhirnya dengan agak ragu ia berkata "Baiklah paman" dan ia segera bangkit menyerahkan burung kepada lelaki yang baru pertama kali dijumpainya. Tanpa menunggu, lelaki ini merogoh saku jubah sederhananya. Beberapa keping uang itu kini berpindah. Dalam genggamannya burung kecil itu dibawanya menjauh. Dengan hati-hati kini ia membuka genggamannya seraya bergumam senang "Dengan menyebut asma Allah yang Maha Penyayang, engkau burung kecil, terbanglah*terbanglah*". Maka sepasang sayap itu mengepak tinggi. Ia menengadah hening memandang burung yang terbang ke jauh angkasa. Sungguh, langit Madinah menjadi saksi, ketika senyuman senang tersungging di bibirnya yang seringkali bertasbih. Sayup-sayup didengarnya sebuah suara lelaki dewasa yang membuatnya pergi dengan langkah

tergesa. "Nak, tahukah engkau siapa yang membeli burung mu itu?, tahukah engkau siapa lelaki mulia yang kemudian membebaskan burung itu ke angkasa? Dialah Khalifah Umar nak............... beliau adalah seorang pemimpin yang berani dan tegas dalam menegakan kebenaran" *** Malam-malam di kota Madinah, suatu hari. Masih seperti malam-malam sebelumnya, ia mengendap berjalan keluar dari rumah petak sederhana. Masih seperti malam kemarin, ia sendirian menelusuri jalanan yang sudah seperti nafasnya sendiri. Dengan udara padang pasir yang dingin tertiup, ia menyulam langkahlangkah merambahi rumah-rumah yang penghuninya ditelan lelap. Tak ingin malam ini terlewati tanpa mengetahui bahwa mereka baik-baik saja. Sungguh tak akan pernah rela ia harus berselimut dalam rumahnya tanpa kepastian di luar sana tak ada bala. Maka ia bertekad malam ini untuk berpatroli lagi. Madinah sudah tersusuri, malam sudah hampir di puncak. Angkasa bertabur kejora. Ia masih berjalan, meski lelah jelas terasa. Sesekali ia mendongak melabuhkan pandangan ke langit Madinah yang terlihat jelita. Maka ia pun tersenyum seperti terhibur dan memuja pencipta. Tak terasa Madinah sudah ditinggalkan, ia berjalan sudah sampai di luar kota. Dan langkahnya terhenti ketika dilihatnya seorang lelaki yang tengah duduk sendirian menghadap sebuah pelita. "Assalamu'alaikum wahai fulan" ia menegur lelaki ini dengan santun. "Apakah yang engkau lakukan malam-malam begini sendirian" tambahnya. Lelaki itu tidak jadi menjawab ketika didengarnya dari dalam tenda suara perempuan yang memanggilnya dengan mengaduh. Dengan tersendat lelaki itu memberitahu bahwa istrinya akan melahirkan. Lelaki itu bingung karena di sana tak ada sanak saudara yang dapat diminta pertolongannya. Setengah berlari maka ia pun pergi, menuju rumah sederhananya yang masih sangat jauh. Ia menyeret kakinya yang sudah lelah karena telah mengelilingi Madinah. Ia terus saja berlari, meski kakinya merasakan dengan jelas batu-batu yang dipijaknya sepanjang jalan. Tentu saja karena alas kakinya telah tipis dan dipenuhi lubang. Ia jadi teringat kembali sahabat-sahabatnya yang mengingatkan agar ia membeli sandal yang baru. "Ummi Kultsum, bangunlah, ada kebaikan yang bisa kau lakukan malam ini" Ia membangunkan istrinya dengan nafas tersengal. Sosok perempuan itu menurut tanpa sepatah kata. Dan kini ia tak lagi sendiri berlari. Berdua mereka membelah malam. Allah menjadi saksi keduanya dan memberikan rahmah hingga dengan selamat mereka sampai di tenda lelaki yang istrinya akan melahirkan. Ummi Kultsum segera masuk dan membantu persalinan. Allah Maha Besar, suara tangis bayi singgah di telinga. Ibunya selamat. Lelaki itu bersujud menciumtanah dan kemudian menghampirinya sambil berkata "Siapakah engkau, yang begitu mulia menolong kami?". Ia tidak perlu memberikan jawaban karena suara Ummi Kulsum saat itu memenuhi lengang udara. "Wahai Amirul Mukminin, ucapkan selamat kepada tuan rumah, telah

lahir seorang anak laki-laki yang gagah" === Amal-amal Penyelamat Umat Muhammad Penulis : KH Abdullah Gymnastiar < diambil dari www.republika.co.id > Suatu ketika terjadi tabrakan yang sangat keras antara dua kendaraan, yang menyebabkan pengendaranya luka berat. Masyarakat pun berdatangan untuk memberikan pertolongan. Pengendara pertama yang ditolong ternyata seorang pemuda. Wajahnya bersih bersinar dan tampak tersenyum kendati tubuhnya penuh luka. Ia tengah menghadapi sakaratul maut. Kedua bibirnya tampak bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu. Seseorang yang menolongnya mencoba mendekatkan telinganya ke bibir pemuda itu, ia tercenung bercampur haru dan takjub. Apa yang didengarnya? Ternyata pemuda itu tengah melafalkan ayat suci Alquran hingga menghembuskan napas terakhirnya. Belakangan si penolong mengetahui lebih jauh tentang siapa pemuda yang pertama tadi. Ternyata pemuda itu tengah melakukan tugas rutin yang dilakukannya setiap bulan, yaitu mengunjungi fakir miskin di suatu kampung untuk membagikan makanan dan pakaian bekas yang ia kumpulkan selama satu bulan. Saat kejadian itu pun tampak di mobilnya beberapa bungkus makanan dan pakaian. Sementara di dashboard mobilnya ditemukan beberapa kaset bacaan Alquran dan ceramah. Si penolong dan tentu kita semua seakan diberi gambaran oleh Allah SWT tentang amal seseorang ketika hidup dan kira-kira apa yang dialami keduanya setelah nyawanya tercerabut. Oleh karena itu, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menukilkan sebuah Hadis Rasulullah yang cukup panjang tentang amalan-amalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari kesulitan di akhirat kelak. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madini berbunyi, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku semalam bermimpi melihat hal yang sangat menakjubkan. Aku melihat seorang dari umatku yang didatangi oleh malaikat untuk mencabut nyawanya, lalu datang amalnya kepadanya dalam berbakti kepada dua orang tuanya, sehingga amal itu membuat malaikat itu kembali lagi. Aku melihat seseorang yang telah dipersiapkan kepadanya siksa kubur, lalu datang wudhunya, sehingga wudhunya itu menyelamatkannya dari siksa kubur.

Aku melihat seseorang yang telah dikepung banyak setan, lalu datang kepadanya zikirnya kepada Allah, sehingga zikirnya itu mengusir setan-setan tersebut darinya. Aku melihat seseorang yang kehausan, sedang tiap kali ia mendekati telaga, ia diusir darinya. Lalu, datanglah shaum Ramadhannya, sehingga shaumnya itu memberikan minum kepadanya. Aku melihat seseorang di mana para nabi masing-masing duduk dalam halaqah, ia diusir dan dilarang untuk bergabung ke dalamnya. Lalu, datanglah mandinya dari hadas besar, sehingga mandinya itu membimbing ia dengan memegang tangannya seraya mendudukannya di sampingku. Aku melihat seseorang yang di depannya gelap sekali, begitu pula di belakang, atas, dan bawahnya, sehingga ia kebingungan mencari arah jalannya. Datanglah kepadanya haji dan umrahnya, lalu keduanya mengeluarkan ia dari kegelapan tersebut dan memasukkannya ke dalam tempat yang terang sekali. Aku melihat seseorang yang melindungi mukanya dengan tangannya dari panasnya kobaran api, lalu datang sedekahnya kepadanya dengan menutupi kobaran api dari mukanya seraya membimbingnya ke hadapan Allah SWT. Aku melihat seseorang yang mengajak bicara orang-orang mukmin, tetapi mereka mendiamkannya. Datanglah silaturahminya seraya berkata, 'Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ia adalah orang yang melakukan silaturahmi, maka ajaklah dia bicara'. Maka, orang tersebut diajak bicara oleh semua orang mukmin dan mereka mengulurkan tangan untuk berjabatan dengannya, sementara ia pun mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan mereka. Aku melihat seseorang yang telah dicengkeram Malaikat Jabaniyyah, lalu datanglah kepadanya amal ma'ruf nahyi munkar-nya, hingga amalnya itu menyelamatkan ia dari siksa Jabaniyyah dan memasukannya ke dalam lingkungan malaikat rahmat. Aku melihat seseorang yang jalannya merangkak dengan kedua lututnya dan di depannya terdapat tabir yang memisahkan ia dengan Allah, lalu datanglah akhlak baiknya seraya memegang tangan dan membimbingnya ke hadirat Allah SWT. Aku melihat seseorang yang catatan amalnya datang dari sebelah kirinya, lalu datanglah takwanya kepada Allah dan mengambil buku tersebut dengan meletakkannya di tangan kanannya. Aku melihat orang yang timbangan amalnya sangat ringan, lalu datang anak-anaknya yang meninggal waktu kecil, sehingga mereka memberatkan

timbangan amal baiknya tersebut. Aku melihat seseorang yang berdiri di tebing Jahannam, lalu datanglah harapannya kepada Allah, hingga harapannya itu menyelamatkannya dari Jahannam dan ia berjalan menuju syurga dengan selamat. Aku melihat seseorang yang terpelanting di atas neraka, lalu datanglah air matanya karena takut pada Allah, hingga air mata itu menyelamatkannya dari jatuh ke neraka. Aku melihat seseorang yang tengah berada di atas jembatan dengan tubuh gemetar, lalu datang husnudzannya pada Allah, hingga sikapnya itu menjadikan dia tenang dan ia pun berjalan dengan lancar. Aku melihat seseorang yang jatuh bangun di atas jembatan. Terkadang ia merangkak, terkadang pula ia menggantung. Lalu datanglah shalatnya menegakkan kedua kakinya dan menyelamatkannya hingga ia mampu menyeberangi jembatan sampai ke pintu syurga. Aku pun melihat pula seseorang yang telah sampai ke pintu syurga, semua pintu ditutup baginya. Lalu datanglah syahadatnya, sehingga dibukalah pintu syurga dan ia pun bisa masuk ke dalamnya". Itulah gambaran tentang amalan-amalan yang dengan izin Allah SWT bisa menjadi penyelamat umat Muhammad SAW yang benar-benar melaksanakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah dengan hati ikhlas. === Standford Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar dan suaminya yang berpakaian sederhana dan terlihat usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University dan meminta janji temu. Sang sekretaris langsung mendapat kesan bahwa orang kampung, udik seperti ini tidak ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge. "Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut. "Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat. "Kami akan menunggu," jawab sang Wanita. Selama 4 jam Sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi ternyata tidak, dan sang sekretaris mulai frustrasi dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang Pimpinan. "Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka, tetapi dia tidak

menyukai ada orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini." Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh... dia bahkan terkejut. "Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini akan seperti kuburan." "Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard." Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard." Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?" Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, dimana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Anda bisa dengan gampang menilai karakter orang lain dengan melihat bagaimana mereka memperlakukan orang-orang yang mereka pikir tidak dapat berbuat apa-apa untuk mereka. --by Malcolm Forbes Sumber: Unknown (Tidak Diketahui) === Segalanya berawal ketika saya masih berumur 6th. Ketika saya sedang bermain di halaman rumah saya di California, saya bertemu seorang anak laki2. Dia seperti anak laki2 lainnya yg menggoda saya dan kemudian saya mengejarnya dan memukulnya. Setelah pertemuan pertama dimana saya memukulnya, kami selalu bertemu dan saling memukul satu sama lain di batas pagar itu. Tapi itu tidaklah lama. Kami selalu bertemu di pagar itu dan kami selalu bersama. Saya menceritakan semua rahasia saya. Dia sangat pendiam... dia hanya mendengarkan apa yg saya katakan. Saya menganggap dia enak diajak bicara dan saya dapat berbicara kepadanya ttg apa saja. Di sekolah, kami memiliki teman2 yg berbeda tapi ketika kami pulang ke

rumah, kami selalu berbicara ttg apa yg terjadi di sekolah. Suatu hari, saya bercerita kepadanya ttg anak laki2 yg saya sukai tetapi telah menyakiti hati saya.... Dia menghibur saya dan mengatakan segalanya akan beres. Dia memberikan kata2 yg mendukung dan membantu saya utk melupakannya. Saya sangat bahagia dan menganggapnya sebagai teman sejati. Tetapi saya tahu bahwa sesungguhnya ada yg lainnya dari dirinya yg saya suka. Saya memikirkannya malam itu dan memutuskan kalau itu adalah rasa persahabatan. Selama SMA dan semasa kelulusan, kami selalu bersama dan tentu saja saya berpikir bahwa ini adalah persahabatan.Tetapi jauh di lubuk hati, saya tahu bahwa ada sesuatu yg lain. Pada malam kelulusan, meskipun kami memiliki pasangan sendiri2, sesungguhnya saya menginginkan bahwa sayalah yg menjadi pasangannya. Malam itu, setelah semua orang pulang, saya pergi kerumahnya untuk mengatakannya. Malam itu adalah kesempatan terbesar yg saya miliki tapi saya hanya duduk di sana dan memandangi bintang bersamanya dan bercakap2 tentang cita2 kami. Saya melihat ke matanya dan mendengarkan ia bercerita ttg impiannya. Bagaimana dia ingin menikah dan sebagainya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi orang kaya dan sukses. Yg dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya dan duduk dekat dengan dia. Saya pulang ke rumah dgn terluka krn saya tidak mengatakan perasaan saya yg sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintainya tapi saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi dan berkata kepada diri saya sendiri bahwa suatu hari saya akan mengatakan kepadanya mengenai perasaan saya. Selama di universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia selalu bersama2 dengan seseorg. Setelah lulus, dia mendapatkan pekerjaan di New York. Saya sangat gembira untuknya, tapi pada saat yg sama saya sangat bersedih menyaksikan kepergiannya. Saya sedih krn saya menyadari ia pergi utk pekerjaan besarnya. Jadi... Saya menyimpan perasaan saya utk diri saya sendiri dan melihatnya pergi dgn pesawat. Saya menangis ketika saya memeluknya krn saya merasa seperti ini adalah saat terakhir. Saya pulang ke rumah malam itu dan menangis. Saya merasa terluka krn saya tidakmengatakan apa yg ada di hati saya. Saya memperoleh pekerjaan sbg sekretaris dan akhirnya menjadi seorg analis komputer. Saya sangat bangga dgn prestasi saya. Suatu hari saya menerima undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya bahagia dan sedih pada saat yg bersamaan. Skr saya tahu kalau saya tak akan pernah bersamanya dan kami hanya bisa menjadi teman. Saya pergi ke pesta pernikahan itu bulan berikutnya. Itu adalah sebuah peristiwa besar. Saya bertemu dgn pengantin wanita dan tentu saja juga dengannya. Sekali lagi saya merasa jatuh cinta. Tapi saya bertahan agar tidak mengacaukan apa yg seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi mereka. Saya mencoba bersenang2 malam itu tapi sangat menyakitkan hati melihat dia begitu bahagia dan saya mencoba untuk bahagia menutupi air mata kesedihan yg ada di hati saya.

Saya meninggalkan New York merasa bahwa saya telah melakukan hal yg tepat. Sebelum saya berangkat... tiba2 dia muncul dan mengucapkan salam perpisahan dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu dgn saya. Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yg terjadi di New York. Kehidupan saya harus terus berjalan. Tahun2 berlalu... kami saling menulis surat dan bercerita mengenai segala hal yg terjadi dan bagaimana dia merindukan utk berbicara dgn saya. Ada suatu ketika, dia tak pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat kuatir mengapa dia tidak membalas surat saya meskipun saya telah menulis surat kepadanya.. Ketika semuanya seolah tiada harapan, tiba2 saya menerima sebuah catatan kecil yg mengatakan : "Temui saya di pagar dimana kita biasa bercakap-cakap." Saya pergi ke sana dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia melihatnya tetapi dia sedang patah hati dan bersedih. Kami berpelukan sampai kami kesulitan utk bernafas. Kemudian ia menceritakan kepada saya ttg perceraian dan mengapa dia tidak pernah menulis surat kepada saya. Dia menangis sampai dia tak dapat menangis lagi... Akhirnya kami kembali ke rumah dan bercerita dan tertawa ttg apa yg telah saya lakukan mengisi waktu. Akan tetapi, saya tetap tidak dapat mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya yg sesungguhnya kepadanya. Hari2 berikutnya... dia gembira dan melupakan semua masalah dan perceraiannya. Saya jatuh cinta lagi kepadanya. Ketika tiba saatnya dia kembali ke New York, saya menemuinya dan menangis. Saya benci melihatnya harus pergi. Dia berjanji utk menemui saya setiap kali dia mendapat libur. Saya tak dapat menunggu saat dia datang shg saya dpt bersamanya. Kami selalu bergembira ketika sedang bersama. Suatu hari dia tidak muncul sebagaimana yg telah dijanjikan. Saya berpikir bahwa mungkin dia sibuk. Hari berganti bulan dan saya melupakannya. Suatu hari saya mendapat sebuah telepon dari NewYork. Pengacara mengatakan bahwa ia telah meninggal dlm sebuah kecelakaan mobil dlm perjalanan ke airport. Hati saya patah. Saya sangat terkejut akan kejadian ini. Skr saya tahu... mengapa ia tidak muncul hari itu. Saya menangis semalaman. Air mata kesedihan dan kepedihan. Bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi terhadap seseorg yg begitu baik spt dia ? Saya mengumpulkan barang2 saya dan pergi ke New York utk pembacaan surat wasiatnya. Tentu saja semuanya diberikan kepada keluarganya dan mantan istrinya. Akhirnya saya dapat bertemu dengan mantan istrinya lagi setelah terakhir kali saya bertemu pada pesta pernikahan. Dia menceritakan bagaimana mantan suaminya bagaimana suaminya selalu tampak tidak bahagia. Apapun yg dia kerjakan... tidak bisa membuat suaminya bahagia spt saat pesta pernikahan mereka. Ketika surat wasiat dibacakan, satu2nya yg diberikan kepada saya adalah sebuah diary. Itu adalah diary kehidupannya. Saya menangis karena itu diberikan kepada saya. Saya tak dapat berpikir... Mengapa ini diberikan kepada saya ? Saya mengambilnya dan terbang kembali ke California. Ketika saya dipesawat, saya teringat saat2 indah yg kami miliki bersama. Saya mulai membaca diary itu. Diary dimulai ketika hari pertama kami berjumpa. Saya terus membaca sampai saya mulai menangis. Diary itu bercerita

bahwa dia jatuh cinta kepada saya di hari ketika saya patah hati. Tapi dia takut utk mengatakannya kepadan saya. Itulah sebabnya mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala perkataan saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia ingin mengatakannya kepada saya berkali2, tetapi takut. Diary itu bercerita ketika dia ke New York dan jatuh cinta dgnyg lain. Bagaimana dia begitu bahagia ketika bertemu dan berdansa dengan saya di hari pernikahannya. Dia berkata bahwa ia membayangkan bahwa itu adalah pernikahan kami. Bagaimana dia selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan istrinya. Saat2 terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca huruf demi huruf yg saya tulis kepadanya. Akhirnya diary itu berakhir dengan tulisan..., "Hari ini saya akan mengatakan kepadanya kalau saya mencintainya " Itu adalah hari dimana dia terbunuh. Hari dimana pada akhirnya saya akan mengetahui apa yg sesungguhnya ada dlm hatinya. === The Sower's Seeds - Brian Cavanaugh. ____________________________________ Kau tak akan pernah tahu kapan kau akan memerlukan orang lain, atau kapan seseorang memerlukanmu. Kebijakan dari seluruh hidupmu melukis sebuah citra dimatamu, yang membantu orang lain melihat, menemukan pertolongan yang ia butuhkan, dan bahwa masih ada keutamaan lain di dunia ini dari pada sekedar peduli dengan dirimu sendiri, yaitu kepedulianmu pada orang lain, sahabatmu atau benar-benar orang lain. Maka bila ada sahabat atau seseorang memerlukan perhatian atau bantuanmu, atau meminta maaf atas satu kesalahan, itu karena ia menghormati dan menghargai kebaikan yang pasti ada dalam jiwamu. Kau dapat menghormati juga permintaan itu, atau kau meninggalkannya di tengah jalan sendirian. === Kepada Para Lelaki Sumber: Unknown (Tidak Diketahui) Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partner yang sepadan. Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu. Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki : perasaan, emosi, kelemah-lembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal sepele... sehingga ketika laki-laki tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya... sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan sisa hidupmu... kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya di sisimu. Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukkan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan.

Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki... tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinya karena ia ada untuk dilindungi.... tidak hanya secara fisik tetapi juga emosi. Ia tidak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya... kata-kata yang lembut... ungkapan-ungkapan sayang yang sepele... namun baginya sangat berarti... membuatnya aman di dekatmu.... Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang... seperti juga di dalam kelembutannya di situlah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun. Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari hidupnya.... tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya.... Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki... apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi kepada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan di sana.... karena mereka, ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga... karena kau dan dia adalah satu.... dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya. Ketika pertandingan dimulai, pastikan dia ada di bagian lapangan yang sama denganmu. bone of my bone. === ehidupan yang Berarti Berapa umur anda saat ini? 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun atau bahkan 60 tahun... Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda? Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk menjalani kehidupan? Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini. Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba. Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai pelajar, sebagai seorang profesional, dll. Seperti ... (maaf) dikejar anjing.. kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup. Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa. Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita hadapi di kantor. Tak terasa, siang menjemput..."Waktunya istirahat..makan-makan.." Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir. Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan. Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Panas betul hari ini...

Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat... Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah. Gelap mulai menjemput.Lelah sekali hari ini. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket. Nikmat nya air hangat saat mandi nanti. Segar segar... Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah. Dinamis sekali kehidupan ini. Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita. "Ohh..ada sop ayam" . "Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali". Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan. ..Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Tak terasa heningnya malam telah tiba. Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi. Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan. Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam adalah sama. Hanya rutinitas...sampai akhirnya maut menjemput. Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas. Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita. Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.

Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa .. Kehidupan adalah ... dll. Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani. Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda? Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda? Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka? Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi. Hanya Tuhanlah yang tahu... Pandanglah disekeliling kita...ada segelintir orang yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama...... Serta Tuhan yang setia menanti ucapan syukur dari bibir kita. Bersyukurlah padaNYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini. Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah. === Banyak orang sering mementingkan diri sendiri, Dan bertindak yang tidak masuk akal. Namun tetaplah mengampuni mereka. Jika engkau baik hati, Mungkin orang menuduh kau egois, dan berpura-pura. Namun tetaplah menjadi baik selalu. Jika engkau sukses, Sering tidak menemukan banyak teman sejati yang setia, Malah engkau lebih banyak mendapatkan musuh. Namun tetaplah meraih kesuksesan selalu. Jika engkau jujur dan tulus, Mungkin orang akan menipumu. Namun tetaplah jujur dan tulus selalu. Apa yang engkau kerjakan bertahun-tahun, Orang dapat menghancurkan dalam semalam. Namun tetaplah berkarya. Jika engkau tenang dan bahagia, Banyak orang akan iri hati. Namun tetaplah berbahagia. Kebaikan yang engkau perbuat hari, Sering akan dilupakan orang. Namun tetaplah berbuat baik selalu. Berilah yang terbaik dari apa yang kau miliki, Mungkin orang tidak pernah merasa cukup. Namun tetaplah memberi yang terbaik.

Maka yang menentukan pada akhirnya, Hanya engkau dan Tuhan. Bukan engkau dan mereka. - Ibu Theresa Note: God knows and He cares about u ... === Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota. Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata, "Tentu saja, I love your cake." "Nih, cicipi mentega ini," kata Ibunya menawarkan. "Yaiks," ujar anaknya. "Bagaimana dgn telur mentah ?" "You're kidding me, Mom." "Mau coba tepung terigu atau baking soda ?" "Mom, semua itu menjijikkan." Lalu Ibunya menjawab, "ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak." Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dgn rancanganNya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya. Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita. Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita. === Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermainmain di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan

anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih. Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu. Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-ak! arku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya. Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita. Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita. === Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru. Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di

panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya. Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. A! yahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan me! ndatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?" Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu. Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik. === "Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal". Cassie menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada. Cassie masuk lagi. Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi. Begitu terus selama hampir satu jam. Suara si Mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan tidak digubrisnya. Pukul 18.30. Tinnn........... Tiiiinnnnn.............. !! Cassie kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang sangat dicintainya itu masuk ke rumah. Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu menghempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala. Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si kecil Cassie juga yang tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Cassie cuma tahu, ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang. "Mama, mama.... Mama, mama...." Cassie menggerak-gerakkan tangan Mama. Mama diam saja. Dengan cemas Cassie bertanya, "Mama sakit ya? Mananya yang sakit Mam?" Mama tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata. Cassie makin gencar bertanya, "Mama, mama... mana yang sakit? Cassie ambilin obat ya? Ya? Ya?" Tiba-tiba... "Cassie!! Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!" Mama membentak dengan suara tinggi. Kaget, Cassie mundur perlahan. Matanya menyipit. Kaki kecilnya gemetar. Bingung. Cassie salah apa? Cassie sayang Mama... Cassie

salah apa? Takut-takut, Cassie menyingkir ke sudut ruangan. Mengamati Mama dari jauh, yang kembali mengurut-ngurut kepalanya. Otak kecil Cassie terus bertanya-tanya: Mama, Cassie salah apa? Mama tidak suka dekat-dekat Cassie? Cassie mengganggu Mama? Cassie tidak boleh sayang Mama? Berbagai peristiwa sejenis terjadi. Dan otak kecil Cassie merekam semuanya. Maka tahun-tahun berlalu. Cassie tidak lagi kecil. Cassie bertambah tinggi. Cassie remaja. Cassie mulai beranjak menuju dewasa. TIN TIIIN ! Mama pulang. Papa pulang. Cassie menurunkan kaki dari meja. Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci pintu. Menghilang dari pandangan. "Cassie mana?". "Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya." Malam itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyian berpikir dengan hati terluka: Mengapa anakku sendiri, yang kubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku? Apa salahku? Apa dosaku? Ah, anak jaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orangtua! Tidak seperti jaman dulu. Di atas, Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam. Dari jauh. Dari tempat dimana ia tidak akan terluka. Mama, Papa, katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak? Sumber: Disadur dari "Tulang Rusuk", oleh Michael, diadaptasi oleh Ev. Sugeng Wiguno === Seekor gajah yang diikat kakinya sejak kecil dengan seutas rantai sepanjang 4 meter, ketika dia dewasa dia tidak akan melangkah keluar dari area lingkaran 4 meter walaupun rantainya sudah diganti dengan seutas benang. Itu bukan cerita, itu kisah nyata. Kita sebagai manusia yang berakal budi ternyata juga mengalami trauma yang sama. Teman saya sejak kecil tidak berani mengendarai sepeda, ketika kami remaja dan suka keliling kota dengan sepeda motor, dia selalu dibonceng teman lainnya, setelah kami dewasa beberapa teman mulai memakai mobil untuk aktivitasnya, tapi teman saya itu tetap tidak berani mengendarai apapun. Anda jg pasti punya teman yg tidak pernah mau mencoba mengendarai sepeda/sepeda motor, apalagi mobil, selalu takut & merasa bahwa mengendarai motor atau mobil adalah sesuatu yg sangat sulit. Istri teman saya bisa mengendarai mobil, setiap hari dia menggunakan mobil untuk antar jemputnya ke dan dari sekolah, tapi dia hanya berani menggunakannya di dalam kompleks ( Kelapa Gading Jakarta ), selama lebih dari 5 tahun tidak pernah sekalipun dia berani mengendarai mobil keluar dari Kelapa Gading. Suatu hari anaknya sakit dan masuk rumah sakit di Sunter di luar Kelapa Gading, dan suaminya sedang tugas di luar kota. Terpaksa dia mengendari mobilnya pergi ke rumah sakit tersebut, dan sejak saat itu dia berani mengendarai mobilnya kemana saja, termasuk pulang pergi ke bandung. Ada staff di bagian keuangan yang sudah bekerja 5 tahun, tidak

pernah bisa meraih promosi jabatan karena disana adalah jabatan fungsional yang buntu dengan jenjang karir, ketika saya tawarkan jabatan di bagian marketing, dia tidak berani mengambilnya karena merasa tidak mampu menjadi orang marketing. Ada seorang salesman yang sudah bekerja 10 tahun, prestasinya bagus, disegani teman temannya, bahkan jadi tempat bertanya atasannya. Ketika ditawari jabatan supervisor dia menolak karena dia takut dengan pekerjaan administrasi dan takut kalau nanti suatu hari naik lagi jadi distrik manager yang sarat dengan tugas tugas di atas meja, dia merasa tidak bisa mengerjakan pekerjaan adminitrasi. Ada seorang manager yang mendapatkan tawaran posisi sebagai country manager di sebuah negara maju di eropa, dia mencoba menjalankannya selama 1 bulan disana, lalu bulan depannya dia kembali dan menolak jabatan tersebut, padahal fasilitas dan gaji yang diterima sangat menggiurkan. Ketika saya tanya mengapa dia menolak, dia menjawab bahwa disana sulit sekali cari makan, dia tidak bisa kenyang kalau hanya makan roti, kentang, daging, pizza. Harus Nasi, hanya nasi yang bisa membuat dia kenyang. Dear teman2 sekalian, coba anda lihat diri anda sendiri, adakah seutas benang yang memhambat diri anda saat ini? Putuskan benang itu, bergeraklah maju lebih dari lingkaran yang selama ini mengurung anda. Anda pasti bisa kalau anda berpikir anda bisa, anda akan gagal kalau anda selalu berpikir anda akan gagal. Peluang demi peluang muncul setiap hari, dan karena selama ini anda menutup mata anda, telinga anda, pikiran anda, diri anda, hidup anda, maka peluang itu menjadi bukan peluang, lewat begitu saja. Mulailah melangkah sedikit demi sedikit kalau anda masih gamang, lalu berlari cepat setelah anda lebih yakin lagi. Jangan sia siakan setiap peluang untuk maju, untuk berhasil, demi diri anda sendiri. === SIFAT-SIFAT PEMIMPIN LUAR BIASA (Chris Widener, Character Traits of Extraordinary Leaders) Saat seseorang memutuskan (baik secara sadar atau tidak) untuk mengikuti kepemimpinan anda, keputusan itu terutama karena satu atau dua hal berikut: karakter anda atau kemampuan anda. Mereka ingin memastikan apakah anda adalah seseorang yang pantas mereka ikuti, atau apakah anda memiliki kemampuan untuk membawa mereka pada keberhasilan. Tentu ada banyak pertimbangan, namun kali ini kita akan memusatkan perhatian pada diskusi

untuk mengetahui macam-macam karakter yang membuat orang lain mengikuti kepemimpinan anda. 1--Integritas. Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang anda katakan akan anda lakukan. Integritas membuat anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan anda. Integritas adalah penepatan janji-janji anda.Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan membawa mereka menuju ke tujuan yang anda janjikan. Apakah anda dikenal sebagai seseorang yang mempunyai integritas? Bila ya, maka anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. 2--Optimisme. Takkan ada orang yang mau mengikuti anda bila anda memandang suram masa depan. Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang bisa melihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa di depan sana terbentang tempat yang lebih baik, dan mereka dapat mencapai tempat itu. Apakah anda melihat gelas itu separuh kosong? Bila ya, anda adalah seorang pesimis. Apakah anda melihat gelas itu separuh berisi? Bila ya, anda adalah seorang optimis. Apakah anda melihatnya sebagai segelas penuh; yaitu separuh berisi air dan separuh lagi berisi udara? Maka anda adalah seorang yang super optimis. Apakah anda dikenal sebagai seorang yang optimis? Bila ya, anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. 3--Menyukai perubahan. Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasikannya dengan para pengikut mereka. Jika anda tidak berubah, anda takkan tumbuh. Apakah anda anda dikenal sebagai seseorang yang memicu perubahan? Jika ya, anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. 4--Berani menghadapi resiko. Kapan pun kita mencoba sesuatu yang baru, kita mengambil resiko. Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting.Kebanyak orang menghindari resiko. Karena itu, mereka bukan pemimpin. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko. Mereka mengkomunikasikannya pada pengikut mereka dan melangkah pada hari esok yang lebih baik. Apakah anda dikenal sebagai seorang yang berani mengambil resiko? Jika ya, anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. 5--Ulet. Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya dan gagal, mereka lalu mencanangkan motto, "Jika anda gagal di langkah pertama, sudahlah menyerahlah dan lakukan sesuatu yang lain." Jelas saja mereka melakukan itu, karena mereka bukan pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha. Apakah anda dikenal sebagai seseorang yang ulet, tangguh, dan berdaya tahan tinggi? Jika ya, anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa.

6--Katalistis. Seorang pemimpin adalah seseorang yang secara luar biasa mampu menggerakkan orang lain untuk melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain keluar dari zone kenyamanan dan bergerak menuju tujuan mereka. Mereka mampu membangkitkan gairah, antusiasme, dan tindakan dari para pengikut. Apakah anda dikenal sebagai seseorang yang mampu menggerakkan orang lain? Jika ya, anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. 7--Berdedikasi/komit. Para pengikut menginginkan seseorang yang lebih mencurahkan perhatian dan komit ketimbang diri mereka sendiri. Pengikut akan mengikuti pemimpin yang senantiasa bekerja dan berdedikasi karena mereka melihat betapa pentingnya pencapaian tugas-tugas dan tujuan. Apakah anda dikenal sebagai seseorang yang komit dan senantiasa mencurahkan perhatian anda pada tujuan? Jika ya, anda layak menjadi seorang pemimpin yang luar biasa. === 1. Kecantikan seorang wanita ialah terletak sejauh mana ia dapat menahan (menjaga) malunya, sementara kegagahan seorang lelaki ialah terletak sejauh mana ia dapat menahan (menjaga) marahnya. 2. Orang yang membujang adalah orang yang belum menemukan penghibur duka dan dia baru memperolehinya dengan berkahwin. 3. Suami adalah orang yang mencari kebahagiaan hidup dengan menghilangkan sebahagian kemerdekaannya. 4. Wanita menghadapi banyak permasalahan; sebahagian diatasi dengan berkhawin dan sebahagian yang lain diatasi setelah dia masuk ke liang kubur. 5. Mata yang paling indah tetapi juga harus diwaspadai adalah mata kaum wanita. 6. Jangan menyalahkan perasaan isteri anda kerana perasaannya yang terbaik ialah ketika ia menerima anda sebagai suami. 7. Perawan tua ialah wanita yang kehilangan kesempatan menyusahkan seorang lelaki. 8. Yang diinginkan seorang gadis dari dunia ini hanyalah seorang suami, dan apabila ia sudah memperolehinya, ia menginginkan segalagalanya. 9. Wanita bisa memaafkan suatu pengkhianatan suaminya, tetapi dia tidak bisa melupakannya. 10. Kecantikan wanita tidak bererti apa-apa dibandingkan dengan kemuliaan akhlak dan perilakunya. 11. Sebelum khawin, wanita hafal seluruh jawaban dan sesudah khawin, ia hafal seluruh pertanyaan. 12. Barangsiapa mengawini wanita kerana hartanya, maka dia telah menjual kemerdekaannya.

13. Wanita adalah bintang dan pelita bagi lelaki. Tanpa pelita, lelaki bermalam dalam kegelapan. 14. Wanita lebih cepat daripada lelaki dalam menangis dan dalam mengingatkan peristiwa yang menyebabkan dia menangis. 15. Wanita tertawa bila ia mampu dan menangis apabila ia menginginkan sesuatu. 16. Pudarlah kebahagiaan seorang wanita jika ia tidak mampu menjadikan suaminya teman yang termulia. 17. Wanita sangat berlebihan dalam mencintai dan membenci, dan tidak mengenal pertengahannya. 18. Wanita selalu tergolong manusia halus dan lembut sampai saat dia berkhawin. 19. Tidak mungkin seorang lelaki hidup bahagia tanpa didampingi oleh isteri yang mulia. 20. Wanita hidup untuk berbahagia dengan cinta, sementara lelaki mencintai untuk hidup berbahagia. 21. Seorang wanita yang bijaksana menambahkan gula pada kalimatnya setiap kali berbicara denga suaminya, dan mengurangi garam pada ucapan suaminya. 22. Cincin perkhawinan adalah cincin termahal di dunia, sebab mengharuskan pemberinya mengingatkan harganya setiap bulan tanpa henti. 23. Sesungguhnya tidak ada wanita yang sangat cantik,yang ada ialah kaum lelaki yang sangat lemah bila berhadapan dengan kecantikan. 24. Bagi lelaki, yang terakhir kali mati ialah jantungnya dan bagi wanita adalah lidahnya. 25. Wanita tidak diciptakan untuk dikagumi semua lelaki tetapi sebagai sumber kebahagiaan seorang suami. 26. Pada waktu bertunang, lelaki banyak berbicara dan perempuan mendengarkan. Pada saat perkhawinan, perempuan berbicara dan pengantin lelaki mendengarkan. Sesudah perkawinan, suami dan isteri banyak berbicara dan para jiran tetangga mendengarkan. 27. Setiap wanita mempunyai dua mata. Adapun wanita yang cemburu berlebihan mempunyai tiga mata. Satu di sebelah kanan, satu di sebelah kiri dan yang ketiga diarahkan kepada suami. 28. Wanita pada umumnya takut akan munculnya uban dan wanita-wanita cantik yang menjadi saingannya. 29. Isteri yang bersikap jujur dan setia kepada suami meringankan setengah beban kehidupan suaminya. 30. Seorang wanita menghadapi kesulitan apabila ia berada di antara lelaki yang dicintainya dan yang

mencintainya. === Segelas air putih terletak di meja kayu. Lelaki itu mengangkatnya untuk > terakhir kali. Diteguk habis. Sejak kemarin siang belum ada satu butir > nasipun yang singgah di perutnya. Hanya air putih. Itupun hanya air > sumur di belakang. Kata orang air itu kotor. Tidak layak untuk diminum. > Tapi apakah orang masih bisa berpikir kesehatan, higienis atau tidak, > ketika tidak ada lagi pilihan? Tadi pagi dia hanya memanasi air itu > dengan alat pemanas kecil yang diperolehnya beberapa waktu lalu dari > seseorang. > > Dipandangnya gelas kosong. Baginya hanya minum air masih bisa bertahan. > Bagaimana dengan dua anak dan istrinya? Dihela nafas panjang. Sejak > kemarin persediaan beras sudah habis. Mau hutang pada tetangga sudah > tidak mungkin lagi. Sudah banyak tetangga yang dimintai tolong untuk > meminjaminya uang atau beras. Satupun belum ada yang dia bayar. Dia malu > bila harus datang lagi ke salah satu dari mereka untuk meminjam uang > atau > beras. > > Lelaki itu berjalan keluar. Berdiri diambang pintu rumah kontrakkan. > Sebuah pintu yang sempit dari sebuah kamar ukuran 3X4. Inilah rumahnya. > Satu dari sekian deretan rumah petak. Dilihatnya beberapa anak > bersiap-siap berangkat ke sekolah. Fitri, anaknya yang tertua masih > duduk di kelas II SD. Dia baru selesai mandi di kamar mandi umum. > Sebentar lagi dia akan berangkat ke sekolah juga. Lelaki itu menghela > nafas kembali. Apakah Fitri akan bolos sekolah lagi?. Keluh hatinya. > Kemarin Fitri sudah bolos 3 hari. Bukan karena sakit atau malas, > melainkan tidak ada uang saku untuk naik angkot. Sekali jalan dia harus > bayar Rp 1000. Kalau pergi pulang sudah Rp 2000. Darimana dia dapat uang > Rp 2000? > > Sekolah Fitri cukup jauh. Dulu dia sengaja menyekolahkan Fitri di > sekolah ini, sebab dia ingin anaknya memperoleh pendidikan yang bermutu. > Ketika masih bekerja semua bisa diatasi. > Setelah tidak bekerja dia sudah dua kali memohon keringanan dari kepala > sekolah, sekarang Fitri tinggal membayar separo dari uang sekolahnya > semula. Namun ini masih sangat terasa berat sekali. Sekarang sudah 2 > bulan Fitri belum membayar uang sekolah. > Pernah dia meminta bantuan pada seseorang ternyata tidak diberi, > melainkan mendapatkan jawaban yang sangat menyakitkan hati. Dengan > angkuh dia mengatakan kalau memang tidak mempunyai uang mengapa > disekolahkan disana? Siapakah yang tahu bahwa dia akan ter PHK? > Siapakah yang tidak ingin menyekolahkan anaknya di tempat ya. Sekali > lagi lelaki itu menghembuskan nafas kesal. Dia kesal pada diri sendiri. > Mengapa tidak bisa menemukan pekerjaan? Sudah hampir 6 bulan dia > menganggur. Semula dia bekerja di sebuah perusahaan yang cukup baik. > Tapi karena pemimpinnya korupsi, maka perusahaan menjadi bangkrut. Semua > karyawan di PHK tanpa pesangon. Mau menuntut pada pemilik perusahaan > tampaknya tidak mungkin sebab dia sekarang masuk dalam penjara. Hartanya > disita. Dia dituduh menggelapkan uang milik seseorang dan terjerat > hutang di sebuah bank. > > Selama 6 bulan ini sudah banyak kertas lamaran dibuat. Sudah banyak > perusahaan dimasukinya, tapi semua jawabannya sama. Tidak ada lowongan > atau yang lebih agak halus tunggu panggilan. Satu demi satu apa yang > dimilikinya dari hasil bekerja sekian tahun telah dijualnya. Rumah dari > kontrakan satu rumah menjadi sebuah kamar. Makan pun kini sudah semakin

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

susah. Setiap hari hanya berpikir kepada siapa dia akan hutang lagi? Dilihatnya matahari yang cerah menyinari genting yang berjajar rapat. Apakah kalau dia pulang ke daerah asal semua akan beres? Apakah disana ada pekerjaan? Bukankah dia sampai merantau ke kota sebab di daerahnya tidak ada lagi yang bisa dijadikan peganggan untuk hidup? Orang tuanya hanya mewariskan sepetak tanah gersang yang sangat minim hasilnya. Di desa dia akan semakin tidak berdaya. Belum lagi pendidikan anak-anaknya. Pasti disana tidak akan terjamin. Lelaki itu terus termenung di depan pintu. Mau kemana lagi hari ini? Apakah yang bisa dimakan hari ini? Dia melihat Fitri sudah berpakaian seragam. Hatinya pedih kalau melihat Fitri dengan pakaian seragam dan siap berangkat sekolah. Lebih baik kamu tidak masuk saja hari ini. Kata lelaki itu sambil menatap Fitri. Aku malu diolok-olok temanku kalau aku bolos sekolah. Fitri mulai menangis minta sekolah. Hati lelaki itu bagai diremas. Hancur luluh. Semua kata tercekat ditenggorokan. Fitri semakin keras menangis. Dia ngotot mau sekolah sebab malu diejek teman-teman di kampung dan di sekolah. Istrinya datang dari sumur. Dia marah ketika mendengar Fitri menangis. Fitri yang sudah sedih hati semakin sedih. Tangisnya semakin keras. Istrinya merasa tidak didengarkan maka dia mulai berteriak-teriak agar Fitri berhenti menangis. Lelaki itu hanya mampu terdiam di ambang pintu. Teriakan istrinya dan tangis Fitri seperti dua besi yang menjepit kepalanya sehingga mau pecah. Semua tidak salah. Istrinya pun jengkel akan situasi hidup yang membuat tegang. Fitri yang belum faham dengan kesulitan orang tuanya hanya mampu menangis. Kamar menjadi ribut. Istrinya mulai mengomel panjang lebar. Suaranya keras menusuk jiwa. Lelaki itu hanya membisu. Di dekatinya Fitri dan digendong keluar. Dia tidak ingin anaknya semakin disakiti dengan perkataan istrinya. Permintaan Fitri sangat wajar. Dia ingin berangkat sekolah. Dia tidak meminta apa-apa selain sekolah. Fitri dan adiknya memang anak yang baik. Mereka tidak pernah menuntut. Makan hanya dengan nasi dan garampun mereka diam saja, meski banyak temannya makan nasi dengan lauk dan sayur. Mereka jarang sekali meminta jajan. Mereka seolah faham dengan aneka kesulitan yang dialami oleh orang tuanya. Kini dia menangis sebab sudah tidak tahan diolok-olok temannya sebagai pemalas yang suka membolos. Namun dia tidak mungkin menerangkan pada Fitri tentang kesulitan hidupnya. Fitri terus menangis dalam gendongan. Dia meronta-ronta ingin turun dan berangkat ke sekolah. Lelaki itu berjalan ke tetangga siapa tahu masih ada orang yang berbaik hati mau memberi pinjaman uang Rp 2000 untuk ongkos angkot. Seorang tetangga akhirnya menyodorkan dua lembar ribuan. Maka dengan segala bujuk rayu akhirnya Fitri mau diam dan bersiap ke sekolah. Namun dia belum makan. Di rumah hanya ada air putih dari sumur. Apakah dia akan kuat belajar sampai siang nanti? Ingin sekali lelaki itu berteriak untuk melepaskan beban di hatinya. Dia bisa gila melihat semua ini setiap hari. Bukan dia malas. Dia punya ijasah SMA. Dia sudah berusaha mencari pekerjaan meski hanya kuli bangunan. Namun pada jaman seperti ini, sebuah lowongan sudah dinanti sekian ratus pengangguran. Faktor usia dan ijasah membuatnya selalu kalah bersaing. Lelaki itu melambaikan tangan pada Fitri yang berlari menuju jalan besar untuk mencegat angkot.

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

Lelaki itu berjalan gontai menuju rumahnya yang kecil. Sayup-sayup dia mendengar seorang sedang membacakan berita di radio. Dengan jelas sekali dia mendengar bahwa terdakwa penggelapan uang negara sebesar 40 M dibebaskan. Ingin rasanya mengambil batu dan melempar radio itu. Ini sepertinya sebuah penghinaan pada kaum miskin. 40 M bukan uang yang sedikit. Dan mereka mengatasnamakan rakyat menggunakan uang itu untuk memperkaya diri. Memang suara kelaparan dan kegelisahan yang muncul dari dalam dirinya belum menggema di masyarakat. Namun apakah dia diberi ruang dan kesempatan untuk bersuara? Kalau toh sudah bersuara apakah akan membuka hati para koruptor? Apakah ada rasa peduli dari mereka?. Lelaki itu hanya salah satu dari jutaan masyarakat yang hidup jauh dibawah garis kemiskinan. Dia hanya bagian sebuah masyarakat yang sering dihina oleh sikap orang berkuasa yang dengan wewenang-wenang menggunakan uang rakyat demi kepentingan pribadi. Lelaki itu berjalan gontai. Perutnya sudah sangat lapar. Dia harus keluar untuk mencari pekerjaan. Masihkah ada pintu terbuka untukku sehingga aku bisa menyekolahkan anak-anakku? Siang semakin terik membakar hati yang gersang... Jika Anda tergerak dengan tulisan diatas, kirimkan hal ini kepada kerabat kerabat Anda, dan tidak ada salahnya juga kita mau menengok dan memberikan bantuan kepada orang-orang disekeliling kita yang mungkin mempunyai pengalaman yang hampir mirip dengan tulisan diatas. -------------------------------------------Keindahan Persahabatan adalah bahwa kamu tahu - kepada siapa kamu dapat mempercayakan rahasiamu... Jangan biarkan selisih paham merusak indahnya persahabatan...

Ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar, mengandung banyak resiko... Yakinlah pada dirimu ketika kamu berkata: "Aku mencintaimu..." Karunia: "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma" === LOVE Cinta tak pernah akan begitu Indah, jika tanpa persahabatan, yang satu selalu menjadi penyebab yang lain dan prosesnya adalah irreversible Seorang pencinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat. Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang Jangan pernah takut jatuh cinta, mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan kamu sakit dan menderita. Tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya kamu akan menangis jauh lebih pedih, karena saat itu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi Cinta itu sebuah jalan. Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja. Cinta tak harus berakhir bahagia, karena Cinta tidak harus berakhir. Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab cinta tidak dating dari bibir dan lidah atau pikiran, melainkan dari HATI Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika kamu

demikian, kamu bukan mencintai, melainkan investasi. Jika kamu mencintai, kamu harus siap menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharap kebahagiaan, kamu bukan mencintai, melainkan memanfaatkan. Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu cintai daripada kehilangan seseorang yang kamu cintai, karena egomu yang tidak berguna itu. Bagaimana aku akan berkataSELAMAT TINGGAL.. kepada seseorang yang tidak pernah aku miliki?? Kenapa setetes air mata jatuh demi seseorang yang tidak pernah menjadi kepunyaanku? Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak pernah bersamaku dan kubertanya, Kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya tidak pernah untukku? Sangat sulit bagi dua orang yang yang mencintai satu sama lain, ketika mereka tinggal dalam dunia yang berbeda. Tapi ketika kedua dunia ini melebur dan menjadi satu, itulah yang disebut keajaiban! Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala musim berganti, Cintailah mereka seperti sungai, sebab sungai mengalir selamanya. Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan kepingan kaca, tapi tancapkan dalam piikiranmu, bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan pecahan kaca itu. Sehingga kamu akan menjadi utuh kembali. Dream can change, But Love is Forever. === Mungkin anda pernah atau bahkan sering mendengar seseorang berkeluh kesah seperti ini: "Kapan ya.aku bisa merasakan suatu kebahagiaan?" atau "Kenapa hidupku tidak sebahagia mereka ya?" atau juga ungkapan lain yang senada yang intinya menyatakan bahwa hidup mereka tidaklah bahagia. Penulis sendiri pernah mempunyai pikiran seperti itu. Sampai pada akhirnya, penulis mendapat beberapa pelajaran ketika membaca buku karangan Glen Van Ekeren, 12 Rahasia Kecil Munuju Hidup Bahagia (P.T. Gramedia Pustaka Media,2001). Saran yang disampaikan lewat buku tersebut ternyata sangat membantu penulis untuk semakin benar-benar menikmati indahnya hidup yang diberikan Sang Pencipta. Indahnya seluruh yang ada dalam diri penulis sendiri, indahnya mempunyai keluarga, indahnya berjuang demi karir, dan bahkan indahnya menjalin komunikasi dan persahabatan dengan banyak orang, tak lagi ingin disia-siakan oleh penulis. Ingin penulis berbagi sekedar tips yang disampaikan buku tersebut, yang mungkin bisa berguna bagi anda, yang telah penulis rangkum dalam poin-poin di bawah ini: Milikilah kemurahan hati (Peter Marsh: Hidup diukur bukan berdasarkan lamanya, melainkan berdasarkan besarnya sumbangan yang diberikan) Milikilah harapan dan juga berikanlah harapan kepada orang lain. (Erwin Federman: Orang menyukai kita bukan dari siapa diri kita, tapi dari apakah kita dapat membuat orang tersebut senang) Jadilah orang yang ramah dan milikilah keramahan. Kahlil Gibran: Kesalahan kita yang paling buruk adalah terlalu sibuk mengurusi kesalahan orang lain) Carilah sahabat dan pererat persahabatan. (John R. O'Neil: Sahabat adalah seseorang yang dapat kita andalkan untuk mendapat pengertian, dukungan, kebebasan mengambil keputusan, dan bila kita beruntung, wawasan, kebijaksanaan, termasuk kekonyolan yang pernah diperbuatnya). Berikanlah bantuan kepada yang membutuhkan dan tumbuhkanlah empati kepada yang merasa tersingkir dan kesepian. (Bunda Teresa: Kemiskinan yang paling menyedihkan

adalah kesepian dan rasa tidak diinginkan). Pahamilah arti cinta dan raihlah sejati. (Leo Buscaglia: Tak perlu dikatakan bahwa hampir semua orang mendambakan dapat saling mencintai lebih kuat, lebih kreatif dan lebih menghargai). Jangan pelit untuk mengampuni kesalahan orang lain dan mintalah maaf jika anda yang bersalah. (Thomas Fuller: Orang yang tidak dapat memaafkan orang lain sama dengan merusak jembatan yang harus dilaluinya; karena setiap orang selalu harus dimaafkan). Kembangkanlah sikap menerima dan berani mengalah untuk menang. (Max Gunther: Jika anda bermain tarik tambang dengan seekor harimau, lepaskanlah tambang itu kepadanya sebelum ia menggigit tangan anda. Anda selalu bisa membeli tambang baru). Milikilah sikap pengertian yang luas. (Carl Rogers: Jika saja aku mampu mendengar apa saja yang dikatakannya, jika saja aku mampu memahami perasaannya, jika saja aku mampu merasakan nuansa-nuansa emosi yang dimilikinya, maka aku akan ammpu membebaskan kekuatan perubahan yang dasyat dari dalam dirinya) Komunikasi jangan pernah anda tinggalkan. (Archi Bunker: Penyebab anda tidak memahami saya adalah karena saya bicara bahasa Inggris sedangkan anda mendengarkan dalam bahasa Dingbat). Ucapkan rasa syukur atas apa yang anda terima dari keluarga setiap harinya, dan berikanlah yang terbaik yang bisa anda lakukan untuk mereka, serta hargailah usaha orang lain. (Jerry D. Twentier: Kendati kita hidup di jaman supersonik, teknologi tinggi, sulap, dan komputer canggih, tidak ada perkakas teknik yang sanggup menyamai keampuhan pujian). Resapkanlah seluruh hal diatas dalam hati anda dan mulai bukalah lembaran baru untuk esok harinya. Selamat menikmati kebahagiaan anda! Ref: Ekeren, Van, Glen. 2001. 12 Rahasia Kecil Munuju Hidup Bahagia.Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Media ===

Anda mungkin juga menyukai