Anda di halaman 1dari 40

Pada episode sebelumnya kita telah membahas mengenai konsep pegadaian secara umum, termasuk untuk keperluan yang

seperti apa, yang bisa dipenuhi dari pegadaian. Kini nara sumber kita Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, akan merincikan cara kerja pegadaian konvensional dan pegadaian syariah. Apa saja perbedaannya? Kita ikuti penjelasannya, berikut ini. Dalam pegadaian, obyek yang digadaikan biasanya terdiri dari emas dan perhiasan lainnya. Meskipun perhiasan berlian kurang diminati oleh pegadaian, karena beberapa factor dalam prakteknya yaitu adanya penipuan. Jadi yang lebih diminati adalah emas, karena lebih mudah ditandai keasliannya. Selain perhiasan, diterima pula kendaraan seperti mobil, motor dll, meskipun tetap yang lebih disukai adalah emas. Cara kerja pegadaian yang konvensional ini adalah dengan cara: orang yang perlu uang datang ke tempat pegadaian, mereka akan menyerahkan barang yang akan digadaikan, barang yang akan digadaikan ini akan ditaksir oleh petugas, dan nilai taksirannya akan diberikan dalam bentuk uang. Sehingga orang yang memerlukan uang itu akan menerima sejumlah uang, sesuai nilai taksir barang yang digadaikannya. Mereka biasanya menggadaikan barangnya selama 4, 6 bulan, sesuai yang disepakati, tapi biasanya tidak lebih dari 1 tahun. Jadi biasanya kegunaannya ini agak berbeda dari bank yang bisa 2 atau 3 tahun, ini untuk kegunaan yang mendesak. Layaknya pada lembaga keuangan lainnya, pegadaian pun mengenakan bunga untuk jasa yang dilakukannya. Dari jumlah uang yang diberikan tersebut, maka pegadaian akan mengenakan jasa uang, atau yang di perbankan disebut bunga. Sehingga orang yang menggadaikan tadi akan membayarkan bunga, dan pada saat jatuh temponya mereka akan membayar kembali barang tersebut, sehingga mereka memperoleh kembali barangnya. Secara ringkas itu adalah cara kerja pegadaian yang konvensional. Sedangkan pada pegadaian syariah, proses pinjam-meminjamnya masih sama dengan pegadaian konvensional. Secara umum tidak ada perbedaan dari sisi peminjam. Hanya saja, bunga yang dikenakan pada pegadaian konvensional, diganti dengan biaya penitipan pada pegadaian syariah. Sedangkan pegadaian syariah mempunyai mekanisme yang sedikit berbeda. Yaitu yang pertama, apabila ada orang yang membutuhkan uang dan mereka datang ke pegadaian syariah, maka secara teknis akan dilakukan penaksiran terhadap barang yang akan digadaikan. Kemudian setelah dilakukan penaksiran terhadap barang yang digadaikan, orang tersebut akan mendapatkan sejumlah dana sesuai nilai taksiran tersbut. Sampai sini masih sama dengan pegadaian konvensional, di mana terjadi proses pinjam-meminjam uang. Bedanya di pegadaian konvensional dikenakan bunga, yang biasa disebut jasa uang, sedangkan di syariah mereka tidak bisa mengenakan bunga atau jasa uang. Lalu dari mana pegadaian syariah mendapatkan keuntungan jika mereka tidak bisa mengenakan bunga atau yang tadi kita sebut sebagai jasa uang? Barang yang digadaikan tersebut, harus dtitipkan. Tempat penitipan inilah yang dibayar jasanya. Jadi ada jasa penitipan barang.. Jasa pentipan ini tidak serta merta dikalikan dari persentase tertentu, tapi dia dikaitkan dengan suatu rate tertentu. Misalnya kalau barangnya sekian gram sampai sekian gram, biaya penitipannya sekian. Sehinga yang terjadi di pegadaian syariah ini, nasabah dikenakan charge berupa biaya tempat pentipian. Jadi mereka membayar biaya sewa penitipan. Selain dari biaya sewa penitipan yang menggantikan bunga, dalam pegadaian syariah peminjam cuma bisa menggadaikan barang dalam bentuk emas, dan belum bisa dalam bentuk barang yang lainnya seperti pada pegadaian konvensional.

Di dalam pegadaian syariah juga, perbedaan berikutnya, yang dilakukan sejauh ini hanya gadai emas saja. Sedangkan gadai perhiasan di luar emas, yang dinilai emasnya saja. Begitu juga gadai mobil, motor, belum dilakukan di pegadaian syariah. Sehingga dalam pegadaian syariah ini masih terbatas dalam emas saja dan dikenakan biaya penyewaan tempat penitipan. Sama dengan konvensional, di pegadaian syariah pun jangka waktunya tidak panjang. Hanya sekitar 4, 6, 8 atau 12 bulan saja. Tidak melebihi dari itu, karena pegadaian ini harus kita gunakan secara hati hati untuk keperluan yang betul-betul mendesak dan penting saja. Untuk kebutuhan lain, pegadaian bukanlah tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya lebih jangka panjang dan nilainya lebih besar. Mengingat bunganya yang secara umum lebih besar daripada lembaga keuangan lainnya, maka Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, tidak merekomendasikan jasa pegadaian untuk pinjaman jangka panjang. Dirinya menyarankan untuk menggunakan jasa pegadaian, hanya jika memenuhi syarat mendesak dan penting, seperti yang telah diungkapkan dalam episode sebelumnya

Pegadaian Konvensional VS Pegadaian Syariah


Dalam kegiatan sehari hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai keperluan. Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang yang dimilikinya. Kalau sudah demikian maka mau tidak mau kita mengurangi membeli kebutuhan yang dianggap tidak penting, namun untuk keperluan yang sangat penting terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara dengan meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. Jika kebutuhan dana jumlahnya besar, maka dalam jangka pendek sulit untuk dipenuhi. Apalagi jika harus dipenuhi lewat lembaga perbankan. Namun jika dana yang dibutuhkan relatif kecil tidak jadi masalah karena banyak tersedia sumber dana yang murah dan cepat, mulai dari pinjaman ke tetangga, tukang ijon, sampai kepinjaman kepada lembaga keuangan lainnya. Bagi mereka yang memiliki barang barang berharga kesulitan dana dapat segera dipenuhi dengan cara menjual barang berharga tersebut, sehingga sejumlah uang yang diinginkan dapat terpenuhi. Namun resikonya barang yang telah dijual akan hilang dan sulit untuk kembali. Kemudian jumlah uang yang diperoleh terkadang lebih besar dari yang diinginkan sehingga dapat mengakibatkan pemborosan. Untuk mengatasi kesulitan diatas dimana kebutuhan dana dapat dipenuhi tanpa kehilangan barang barang berharga, maka masyarakat dapat menjaminkan barang barangnya ke lembaga tertentu. Barang yang dijaminkan tersebut pada waktu tertentu dapat ditebus kembali setelah masyarakat melunasi pinjamannya. Kegiatan menjaminkan barang barang berharga untuk memperoleh sejumlah uang dan dapat ditebus kembali setelah jangka waktu tersebut kita sebut dengan usaha gadai. Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang barang berharganya dan jumlah uang yang yang diinginkan dapat disesuaikan dengan harga barang yang di jaminkan. Perusahaan yang menjalankan usaha gadai disebut perusahaan pegadaian dan secara resmi satu satunya usaha gadai di Indonesia hanya dilakukan oleh Perum Pegadaian. Secara umum pengertian gadai adalah barang barang berharga kepada pihak memperoleh sejumlah uang dan barang ditebus kembali sesuai dengan perjanjian lembaga gadai. kegiatan menjaminkan pihak tertentu, guna yang dijaminkan akan antara nasabah dengan

Tujuan utama usaha pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh ketangan para pelepas uang atau tukang ijon, atau tukang rentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang barang berharga. Meminjam uang ke Perum Pegadaian bukan saja karena prosedurnya yang mudah dan cepat, tapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan jika dibandingkan dengan para pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah satu tujuan Perum Pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada

masyarakat Masalah

dengan

Motto

Menyelesaikan

Masalah

Tanpa

Jika seseorang membutuhkan dana sebenarnya dapat diajukan ke berbagai sumber dana, seperti meminjam uang ke bank atau ke lembaga keuangan lainnya, akan tetapi kendala utamanya adalah prosedurnya yang rumit dan memakan waktu yang relatif lebih lama. Kemudian disamping itu persyaratan yang lebih sulit untuk dipenuhi seperti dokumen yang lebih lengkap, membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhinya. Begitu pula dengan jaminan yang diberikan harus barang barang tertentu, karena tidak semua barang dapat dijadikan jaminan ke bank. Namun di Perusahaan Pegadaian begitu mudah dilakukan, masyarakat cukup datang ke kantor Pegadaian terdekat dengan membawa barang jaminan tertentu, maka uang pinjaman pun dalam waktu singkat dapat terpenuhi. Jaminan pun cukup sederhana, sebagai contoh jaminan dengan telepon selular dengan tipe tipe tertentu saja sudah cukup untuk memperoleh sejumlah uang dan hal ini hampir mustahil dapat diperoleh di lembaga keuangan lainnya. Keuntungan lain di pegadaian adalah pihak pegadaian tidak mempermasalahkan untuk apa uang tersebut di gunakan dan hal ini tentu bertolak belakang dengan pihak perbankan yang harus di buat serinci mungkin tentang penggunaan uangnya. Begitu pula dengan sanksi yang di berikan relatif ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam waktu tertentu, sanksi yang paling berat adalah jaminan yang disimpan akan di lelang untuk menutupi kekurangan pinjaman yang telah diberikan. Perkembangan dari Pegadaian saat ini sudah sangat pesat perkembangannya. Ada pegadaian konvensional dan ada pegadaian syariah. Pegadaian syariah muncul karena saat ini produk produk syariah mulai marak di Indonesia. Maka Perum Pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang di sebut dengan pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak menuntut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atau jasa dan bagi hasil. Pegadaian syariah atau di kenal dengan istilah Rahn dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau mudharabah. Karena nasabah dalam menggunakan Marhumbih (UP) mempunyai tujuan yang berbeda beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah, atau tambahan modal kerja, penggunaan metode mudharabah belum tepat pemakaiannya, oleh karena itu Pegadaian Syariah menggunakan metode Fee Based Income (FBI). Fee Based Income adalah fee artinya ongkos, biaya, dan uang sedangkan based artinya kaki, dasar, pangkalan atau pokok dan income artinya penghasilan atau pendapatan. Jadi yang dimaksud dengan fee based income adalah pendapatan diluar bunga dari provisi kredit. Sedangkan pada Pegadaian Konvensional dalam proses pinjaman adalah penaksir akan menaksir nilai jaminan yang diberikan kemudian menentukan jumlah pinjaman beserta sewa modal atau

bunga yang dikenakan kemudian diinformasikan kepada calon peminjam.

PEGADAIAN KONVENSIONAL DAN PEGADAIAN SYARIAH


2.1. PEGADAIAN KONVENSIONAL 2.1.1. PEGADAIAN MENURUT PARA AHLI Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Perusahaan Umum Pegadaian adalah suau badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum gadai. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang orang yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berpiutang sebagai jaminan utangnya dan barang tersebut dapat dijual oleh yang berpiutang bila yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannyapada saat jatuh tempo.

2.1.2. PEGADAIAN MENURUT UNDANG-UNDANG


Gadai menurut Undang undang Hukum Perdata (Burgenlijk Wetbiek) Buku II Bab XX pasal 1150, adalah : suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

mennyelamatkannya setelah barang tersebut digadaikan, biaya biaya mana harus didahulukan.

2.1.3. TUJUAN PEGADAIAN


Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran pinjaman uang pinjaman atas dasar hukum gadai. Pencegahan praktek ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.

2.1.4. MANFAAT PEGADAIAN


Bagi Nasabah Prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat terutama apabila dibandingkan dengan kredit perbankan. Disamping itu, mengingat jasa-jasa yang ditawarkan perum pegadaian maka manfat lain yang dapat diperoleh nasabah adalah: Penaksiran nilai suatu barang bergerak dari suatu institusi yang telah berpengalaman dan dapat dipercaya. Penitipan suatun barang bergerak pada tempat yang aman dan dapat dipercaya. Bagi Perum Pegadaian Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah yang memperoleh jasa tertentu dari perum pegadaian

Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai suatu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur dan cara yang relatif sederhana.

2.1.5. KEGIATAN USAHA


Penghimpunan dana Pinjaman jangka pendek dari perbankan Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada rekanan, utang kepada nasabah, utang pajak, dan biaya yang masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka, dll) Penerbitan obligasi. Perum pegadaian sudah 2 kali menerbitkan obligasi, yang jangka waktunya masingmasing 5 tahun. Tahun 1993 rp. 25 milyar, tahun 1994 rp. 25 milyar. Modal sendiri Modal awal kekayaan negara di luar apbn sebesar rp. 205 milyar Penyertaan modal pemerintah Laba ditahan. Penggunaan dana Uang kas dan dana likuid lain untuk kewajiban yang jatuh tempo, penyaluran dana, biaya operasional, pembayaran pajak. Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris Tanah, bangunan, kendaraan, meubel. Dll Pendanaan kegiatan operasional Gaji pegawai, honor, perawatan peralatan. Penyaluran dana Lebih dari 50 % dana yang dihimpun oleh perum pegadaian tertanam dalam aktiva ini, karena ini merupakan kegiatan utama untuk memperoleh pendapatan, disamping sumber-sumber lainnya ( surat berharga dan lelang) Investasi lain.

Kelebihan dana (idle fund) ini dapat digunakan untuk investasi jangka pendek dan jangka menengah. Ex: investasi di bidang properti

2.1.6. PRODUK DAN JASA PERUM PEGADAIAN


a. Pemberian Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai Yaitu mengsyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak oleh penerima pinjaman. Sehingga nilai pinjaman yang diberikan dipengaruhi oleh nilai barang bergerak yang akan digadaikan. b. Penaksiran Nilai Barang Barang-barang yang akan ditaksir pada dasarnya meliputi semua barang semua barang bergerak yang bisa digadaikan , terutama emas, berlian, dan intan. Atas jasa pegadaian ini perum pegadaian memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos penaksiran. c. Penitipan Barang Perum pegadaian dapat melakukan jasa tersenut karena perum pegadaian mempunyai tempat yang memadai. Masyarakat biasanya menitipkan barang di pegadaian pada dasarnya karena alasan keamanan penyimpanan, terutama bagi masyarakat yang akan meninggalkan rumahnya untuk jangka waktu yang lama. Nasabah dikenakan ongkos penitipan. d. Jasa lain Perum pegadaian dapat juga menawarkan jasa-jasa lain seperti kredit pada pegawai, tempat penjualan emas, dll.

2.1.7. PELELANGAN
Pelelangan dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut: a. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya karena berbagai alasan. b. Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak memperpanjang batas waktu pinjamannya karena berbagai alasan. Hasil pelelangan akan digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban nasabah kepada perum pegadaian yang terdiri dari:

Pokok pinjaman Sewa modal atau bunga Biaya lelang Tidak Laku/lebih rendah dari taksiran dibeli pemerintah, kerugian ditanggung perum pegadaian.

2.2. PEGADAIAN SYARIAH


2.2.1. DEFINISI AR-RAHN
Dalam fiqh muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn secara bahasa berarti menahan. Maksudnya adalah menahan sesuatu untuk dijadikan jaminan hutang.[1] Sedangkan pengertian gadai menurut hokum syara adalah: Menjadikan sesuatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara sebagai jaminan hutang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari orang tersebut.[2] Istilah rahn memiliki akar yang kuat dalam al-Quran sebagaimana firman Allah: Tiap diri terikat (tergadai) dengan apa yang telah diperbuatnya (Q.S Mudatsir : 38)

1.2.2.

AR-RAHN MENURUT PARA AHLI

Istilah rahn menurut Imam Ibnu Mandur diartikan apa-apa yang diberikan sebagai jaminan atas suatu manfaat barang yang diagunkan. [1] Buhanudin S., fiqh muamalah pengantar kuliah ekonomi islm (Yogyakarta: the syariah institute.2009), hlm175 [2] Sayyis sabiq, al-Fiqh as Sunnah,(Beirut: dar al fikr,1995)jilid3,hlm.187

Ulama Mazhab Maliki mendefinisikan rahn sebagai harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan hutang yang bersifat mengikat, Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan rahn dengan menjadikan suatu barang sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak tersebut, baik seluruhnya maupun sebagiannya. Ulama Syafii dan Hambali dalam mengartikan rahn dalam arti akad yakni menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berhutang tidak bisa membayar hutangnya.

2.2.3. AR-RAHN MENURUT UNDANG-UNDANG


Hukum Tidak semua orang memiliki kepercayaan untuk memberikan pinjaman/utang kepada pihak lain. Untuk membangun suatu kepercayaan, diperlukan adanya jaminan (gadai) yang dapat dijadikan pegangan. Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai.[3] Agar gadai tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, maka diperlukan adanya petunjuk (fatwa) dari institusi yang berwenang. Di Indonesia, lembaga yang mempunyai kewenanagan untuk memberikan fatwa adalah Dewan Syariah nasionalMajelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Terkait dengan gadai, fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan adalah: Fatwa Dewan Syariah nasional-Majelis Ulama Indonesia no.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. Fatwa Dewan Syariah nasional-Majelis Ulama Indonesia no.26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Fatwa Dewan Syariah nasional-Majelis Ulama Indonesia no 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah Fatwa Dewan Syariah nasional-Majelis Ulama Indonesia no.10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah Fatwa Dewan Syariah nasional-Majelis Ulama Indonesia no.43/DSN-MUI/VII/2004 tentang ganti rugi. Dan fatwa-fatwa tersebut agar berlaku mengikat, maka perlu ditindak lanjuti oleh pemerintah melalui otoritas yang terkait menjadi produk hokum yang berlaku formal.

[3] Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, cey-1, (Jakarta: sinar grafika,2008),hlm.8; lihat pula: fatwa no.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn(pegadaian)

Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut. Ketentuan Umum 1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan Marhun a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera melunasi utangnya. b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.

Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

2.2.4. DALIL NAQLI AR-RAHN


Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah : 283

Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Kutipan ayat yang berarti maka hendaknya ada barang tanggungan yang dipegang merupakan anjuran memberikan jaminan untuk membina kepercayaan. Akan tetapi jika sebagian kamu saling mempercayai (meskipun tanpa jaminan), hendaknya yang dipercaya itu menunaikan amana hnya.[4] Hadis

o Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan Muslim

[4] Burhanudin S., Fiqh Muamalah pengantar ekonomi islam., hlm 176

o Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya. HR AsySyafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah o Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan . HR Jamaah, kecuali Muslim dan An Nasai o Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Apabila ada ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki ( oleh yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya ( menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali Muslim dan NasaiBukhari 1.2.5. RUKUN DAN SYARAT GADAI Dengan terpenuhinya rukun dan syarat-syaratnya, perjanjian gadai dijalankan secara sah oleh para pihak yang berkepentingan. Mengenai kapan diperbolehkan untuk menggunakan gadai, syariah tidak menetapkan secara terperinci. Namun pada prinsipnya, gadai merupakan akad yang bersifat tabiiyah [5] karena pelaksanaan perjanjiannya tergantung dari berlakunay akad lain yang dijalankan secara tidak tunai. Untuk mencapai keabsahan, adapun rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam perjanjian gadai adalah: 1. Aqidain terdiri dari pihak yang menggadaikan (rahin) dan penerima gadai (murtahin). Agar keabsahan gadai dapat tercapai, maka masing-masing pihak harus memenuhi syarat sebagai subjek hokum. Dalam dunia bisnis, pihak yang menerima gadai biasanya berupa perusahaan pegadaian. 2. Objek rahn ialah barang yang digadaikan (marhun). Keberadaan marhun berfungsi sebagai jaminan mendapatkan pinjaman/utang (marhun bih). Para fuqaha [5] Akad tabiiyah adalah akad yang tidak berdiri sendiri dan berlakunya tergantung dengan akad lain. Lihat Burhanudin S., Hukum Kontrak Syariah, cet-1, (Yogyakarta: BPFE, 2009), hlm.21

berpendapat, bahwa setiap harta benda (al-mal) yang sah diperjual belikan, berarti sah juga untuk dijadikan sebagai jaminan hutang(marhun). Dalam suatu riwayat Rasulullah saw bersabda: Setiap barang yang boleh diperjual belikan, boleh pula dijadikan sebagai jaminan. [6] Gadai merupakan perjanjian yang objeknya bersifat kebendaan (ainiyah). Karena itu gadai dikatakan sempurna jika telah terjadi penyerahan objek akad (marhun). Syarat penyerahan selain merekat pada objek kebandaan (ainiyah), juga berlaku pula pada akad yang bersifat kebaikan (tabarru). Tujuan penyerahan dimaksudkan untuk memegang objek akad (al-qabdu). Dalam kaidah fiqh dinyatakan: Tidak semburna tabarru, kecuali setelah adanya serah terima.[7] Dalam perjanjian gadai, benda yang dijadikan objek jaminan (marhun) tidak harus diserahkan secara langsung, tetapi boleh melalui bukti kepemilikan. Penyerahan secara langsung berlaku pada harta yang dapat dipindahkan (mal al manqul), sedangkan penyerahan melalui bukti kepemilikan berlaku pada harta yang tidak bergerak(mal al uqar). Menjadikan bukti kepemilikan sebagai jaminan pembayaran utang (marhun), hukumnya dibolehkan selama memiliki kekuatan hokum. 3. Adanya kesepakatan ijab Qabul (shighat akad). Lafadz ijab qabul dapat saja dilakukan baik secara tertulis maupun lisan, yang penting di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai. Para fuqaha sepakat, bahwa perjanjian gadai mulai berlaku sempurna ketika barang yang digadaikan (marhun) secara hokum telah berada ditangan pihak berpiutang (murtahin). Apabila barang gadai telah dikuasai (alqabdh) oleh pihak berpiutang, begitu pula sebaliknya, maka perjanjian gadai bersifat mengikat kedua belah pihak. Pernyataan ijab qabul yang terdapat dalam gadai tidak boleh digantungkan (muallaq) dengan syarat tertentu yang bertentangan dengan hakekat rahn.[8] 1.2.6. HAK DAN KEWAJIBAN

[6] Abdurrahman al jaziri, fiqh ala al-madzahib al arbaah. (Beirut: dar al fikr, 1996), jilid 2 hlm. 296-298 [7] Burhanudin S., fiqh muamalah pengantar kuliah ekonomi islam, hlm.178 [8] Ibid hlm.178

Akibat hokum adanya kesepakatan dalam suatu perjanjian ialah berlakunya hak dan kewajiban yang bersifat mengikat para pihak. Secara umum, hak dan kewajiban yang terdapat dalam perjanjian gadai adalah sebagai berikut:[9]

Penerima gadai (murtahin) 1) Hak penerima gadai (murtahin) 1) Kewajiban Murtahin bertanggungjawab atas hilang

mendapatkan biaya administrasi yang atau merosotnya harga marhun bila itu telah dikeluarkan untuk menjaga disebabkan oleh kelalaian. Murtahin tidak boleh menggunakan gadai untuk kepentingan

keselamatan harta benda gadai (marhun)2) 2) menahan murtahin marhun mempunyai sampai

hak barang

semua pribadinya. 3) Murtahin berkewajiban memberikan kepada rahin harta sebelum benda

hutang(narhun bih) dilunasi. 3)

Penerima gadai berhak menjual informasi

marhun apabila rahin pada saat jatuh mengadakan tempo tidak dapat memenuhi kewajiban. gadai Hasil penjualan diambil sebagian untuk melunasi marhun bih dan sisanya

pelelangan

dikembalikan kepada rahin 1) Rahin berhak Pemberi gadai (rahin) mendapatkan 1) Rahin berkewajiban melunasi marhun bih yang telah diterimanya dalam

pembiayaan dan/atau jasa penitipan. 2) Rahin berhak

menerima tenggang waktu yang telah ditentukan,

kembali harta benda yang digadaikan termasuk biaya lain yang disepakati. setelah melunasi hutangnya. 3) 2) Pemeliharaan marhun pada dasarnya

Rahin berhak menuntut ganti menjadi kewajiban rahin. Namun jika

rugi atas kerusakan dan/atau hilangnya dilakukan oleh murtahin, maka biaya harta benda yang digadaikan. 4) pemeliharaan tetap menjadi kewajiban

Rahin berhak menerima sisa rahin. Besar biaya pemeliharaan tidak

hasil penjualan harta benda gadai yang boleh ditentukan berdasarkan jumlah sudah dikurangi biaya pinjaman dan pinjaman. [9] Untuk perbandingan, lihat: sasli Rais, pegadaian syariah: konsep dan system operasional (suatu kajin kontemporer), cet-1,(Jakarta:UI press,2008),hlm.4546;Zainudin Ali,op-cit.,hlm.40-41

biaya lainnya. 5)

3) Rahin berkewajiban merelakan penjualan

Rahin berhak meminta kembali marhun bila dalam jangka waktu yang

harta benda gadai jika diketahui adanya telah ditetapkan ternyata tidak mampu penyalahgunaan melunasi pinjamannya

1.2.7. OPERASIONAL PEGADAIAN SYARIAH Salah satu bentuk jasa pelayanan lembaga keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan dengan menggadaikan barang sebagai jaminan. Landasan akad yang digunakan dalam operasional perusahaan dalam pegadaian syariah adalah rahn. Berlakunya rahn adalah bersifatmengikuti (tabiiyah) terhadap akad tertentu yang dijalankan secara tidak tunai (dayn) sebagai jaminan untuk mendapatkan kepercayaan.[10] Adapun secara teknis, inplementasi akad rahn dalam lembaga pegadaian adalah sebagai berikut:[11] 1) nasabah menjaminkan barang (marhun) kepada pegadaian syariah untuk mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir barang jaminan tersebut untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan. 2) pegadaian syariah dan nasabah menyepakati akad gadai. Akadini meliputi jumlah pinjaman, pembebanan biaya jasa simpanan dan biaya administrasi. Jatuh tempo pengembalian pembiayaan yaitu 120 hari (4 bulan). 3) pegadaian syariah memberikan pembiayaan atau jasa yang dibutuhkan nasabah sesuai kesepakatan. 4) nasabah menebus barang yang digadaikan setelah jatuh tempo. Apabila pada saat jatuh tempo belum dapat mengembalikan uang pinjaman, dapat diperpanjang satu kali masa jatuh tempo, demikian seterusnya. Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan uang pinjaman dan tidak memperpenjang akad gadai, maka pegadaian dapat

[10]Transaksi tidak tunai (dayn) dapat terjadi pada akad apapun baik yang bersifat nirlaba (tabarru) seperti utang piutang (qardh), pinjam meminjam (ariyah) dan lain-lain, maupun akad yangbersifat komersial (tijarah) seperti jual-beli (al-bai), sewa-menyewa (ijarah) dan lain-lain. Selama dalam dalam transaksi tidak tunai itu salahsatu pihak mensyaratkan harta benda sebagai jaminan, maka pada saat itu pula rahn berlaku. [11] Untuk perbandingan lihat: Anshori, op-cit., hlm.122-123

melakukan kegiatan pelelangan dengan menjual barang tersebut untuk melunasi pinjaman. 5) pegadaian (murtahin) mengembalikan harta benda yang digadai (marhun) kepada pemiliknya (nasabah). Pemaparan diatas merupakan ilustrasi cara kerja pegadaian syariah scara umum. Dengan mendasarkan pada prinsiptersebut, di pegadaian syariah sekarang ini telah dikenal beberapa jasa pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat, yaitu: Pembiayaan atas dasar hokum gadai syariah(rahn), yaitu berupa penyerahan barang gadai oleh nasabah (rahin) untuk mendapatkan pinjaman yang jumlahnya ditentukan oleh nilai barang yang digadaikan. Penaksiran nilai barang, yaitu bahwa pegadaian syariah memberikan jasa penaksiran atas nilai suatu barang yang dilakukan oleh calon nasabah (rahin). Jasa ini diberikan karena biasanya lembaga pegadaian mempunyai alat penaksir yang keakuratannya dapat dihandalkan. Pegadaian syariah juga menyelenggarakan jasa penyewaan (ijarah) tempat penitipan barang untuk alasan keamanan. Usaha ini dapat dijalankan karena pegadaian syariah menyediakan tempat atau gudang penyimpanan yang memadai. Gerai Emas (gold counter), yaitu tempat penjualan emas yang menawarkan keunggulan kualitas dan keaslian. Emas yang dijual di gerai ini dilengkapi sertifikat jaminan,sehingga lebih dipercaya masyarakat.[12]

[12] Pedoman operasi gadai syariah untuk pemberlakuan tanggal 1 jan2007. Pedoman ini dikeluarkan oleh Divisi Usaha Gadai Syariah Perum Pegadaian pusat pada faktanya belum mengalami perubahan, kecuali tanggal pemberlakuannya yang senantiasa diperbarui melalui SK Direksi Perum Pegadaian. Lihat: Zainudin Ali, opcit., hlm.67-68

1.3. PERUSAHAAN PEGADAIAN DAN PENGATURANNYA


Menurut sejarahnya, Pegadaian Negara dijadikan sebagai Perusahaan Negara dibawah lingkup Departemen Keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah no.176 th 1961. Kemudian berdasarkan Undang-Undang no.09 th 1969, Intruksi Presiden no.17 th 1969, Peraturan Pemerintah no.17 th1969, serta keputusan Mentri Keuangan No.Kep. 664/MK/9/1969, bentuk pegadaian berubah menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN). Namun setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah no.10 th 1990, PERJAN Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.[13] Sedangkan pegadaian syariah sebagai system alternative, merupakan bagian dari badan hokum yang telah brelaku sekarang ini. Pegadaian syariah merupakan salahsatu unit layanan syariah yang dilaksanakan Perum Pegadaian disamping layanan unit konvensional. Berdirinya unit syariah didasarkan atas perjanjian musyarakah dengan system bagi hasil antara Perum Pegadaian dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) untuk tujuan melayani nasabah kedua lembaga tersebut yang ingin memanfaatkan jasa layanan gadai berdasar prinsip syariah. Dalam perjanjian no.446/SP300.233/ 2002 dan no.015/BMI/PKS/XII/2002 tertanggal 20 [13] Zainudin Ali, op-cit., hlm.10-11

Desember 2002, BMI yang memberikan modal (pembiayaan) bagi pendirian Pegadaian Syariah di seluruh Indonesia. Sedangkan Perum Pegadaian merupakan pihak yang menjalankannya, mulai dari mempersiapkan SDM/ pegawai, manajemen, dan kegiatan operasional lainnya.[14] Menurut peraturan pemerintah no.103 th 2000, perusahaan pegadaian adalah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan kewenangan untuk menyelenggarakan usaha menyalurkan uang pinjaman atas dasar hokum gadai (pasal 3 ayat 1). Perusahaan pegadaian berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta (pasal 4). Perusahaan Pegadaian didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan (pasal 5). Sifat usaha dari perusahaan pegadaian adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntukngan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan (pasal 6). Adapun maksud dan tujuan pendirian perusahaan pegadaian adalah sebagai berikut: 1) Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah kebawah melelui penyediaan dana atas dasar hokum gadai, dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Menghindari masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya (pasal 7). Dari maksud dan tujuan tersebut, ini. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perusahaan pegadaian menyelenggarakan kegiatan penyaluran uang pinjaman atas dasar hokum gadai (pasal 8 huruf a). dalam gadai syariah, bentuk penyaluran dana tidak ditentukan melalui perjanjian utang piutang semata(qardh), melainkan ditentukan berdasar modifikasi akad yang akan digunakan.[15] Untuk mendukung tercapainya maksud tersebut,perusahaan pergadaian melalui persetujuan Menteri Keuangan dapat mengambil kebijakan: Kerjasama dengan badan usaha lain, terutama bergerak di bidang produksi; Membentuk pengembangan; [14]Abdul Ghafar Anshari, gadai Syariah di Indonesia: konsep, implementasi dan institusionalisasi, cet-1,(Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 2006) hlm. 139 [15] Dalam konsep ini, memungkinkan akad rahn sebagai dasar gadai syariah untuk dipadukan dengan akad lainnya, seperti ijarah. anak perusahaan sendiri untuk tujuan nampaknya penegasan larangan praktek riba dan sejenisnya sudah menjadi agenda dari pendirian jenis perusahaan

Melakukan penyertaan modal di perusahaan lain, terutama melalui lembaga keuangan syariah. Modal pendirian perusahaan merupakan kekayaan Negara yang terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta tidak terbagi atas saham (pasal 10 ayat 1). Namun dalam hal ini, perusahaan dapar menerbitkan obligasi dalam rangka pengerahan dana dari masyarakat. Setiap penambahan dan pengurangan modal Negara yang ditanam dalam perusahaan, ditetapkan dengan peraturan pemerintah(pasal 11). Kepengurusan perusahaan pegadaian dilakukan oleh direksi. Jumlah anggota direksi paling banyak lima orang, dan seorang diantaranya diangkat menjadi direktur utama (lihat: pasal 17). Kalangan yang dapat diangkat menjadi direksi adalah perseorangan yang:

1)

Memenuhi

criteria

keahlian,

integritas,

kepemimpinan,

pengalaman dan berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan perusahaan. 2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisaris atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah menyebnkan suatu perseroan atau PERUM dinyatakan lailit. 3) Berkewarganegaraan Indonesia (pasal 18). Untuk menjalankan perusahaan pegadaian, direksi mempunyai tugas dan kewenanagn sebagai berikut: Memimpin, mengurus dan mengelola perusahaan sesuai dengan tujuan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil perusahaan. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan. Mewakili perusahaan di dalam dan diluar pengadilan. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengurus perusahaan yang telah digariskan Menteri Keuangan Melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman kegiatan operasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Menyiapkan rencana jangka panjang serta rencana kerja dan anggaran perusahaan. Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu perusahaan. Menyiapkan struktur organisasi dan tata kerja perusahaan lengkap dengan perincian tugasnya.

Melakukan kerjasama usaha, membentuk anak perusahaan dan melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain dengan persetujuan menteri keuangan.

Mengangkat dan memberhentikan pegawai perusahaan sesuai dengan. ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Menetapkan gaji, pension/jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi para pegawai perusahaan sesuai serta dengan mengatur ketentuan semua hal kepegawaian lainnya, peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala perusahaan (pasal 23). Pada perusahaan pegadaian dibentuk Dewan Pengawas. Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas. Dewan Pengawas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan tujuan perusahaan (pasal 31). Sedangkan pihak yang dapat diangkat sebagai Dewan Pengawas adalah perorangan yang memenuhi criteria: 1) Memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan dan dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. 2) Mampu melaksanakan perbuatan hokum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan atau PERUM dinyatakan pailit(pasal 32). Dewan Pengawas bertugas untuk: a) melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan yang dilakukan oleh direksi; b) memberi nasihat kepada direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan perusahaan. Karena itu, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai kewenangan sebagai berikut: Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan perusahaan. Memasuki pekarangan, gedung dan kantor yang dipergunakan oleh perusahaan.

Meminta penjelasan dari direksi dan atau pejabat lainnya mengenai perusahaan. segala persoalan yang menyangkut pengelolaan

Meminta direksi dan atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan direksi untuk menghadiri rapat Dewan Pengawas perusahaan. Menghadiri rapat direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan. Berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah ini, memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam melakukan perbuatan hokum tertentu.

Berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah ini atau keputusan rapat pembahasan bersama, melakukan tindakan pengurusan perusahaan dalam hal direksi tidak ada.

Memberhentikan sementara direksi , dengan menyebutkan alasannya (lihat: pasal 39)

Perusahaan pegadaian yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah harus mendirikan Kantor Cabang Pegadaian Syariah (KCPS) yangberda dibawah pembinaan Divisi Unit Usaha Syariah Perum Pegadaian. Untuk mewujudkan tercapainya tugas dan fungsi Kantor Cabang Pegadaian Syariah, maka dibentuk struktur kepengurusan yang terpisah dari usaha gadai konvensional. Pada struktur kepengurusan, Kantor Cabang Pegadaian Syariah dipimpim oleh seorang menejer yang bertanggung jawab atas keberhasilan seluruh unit perusahaan. Untuk mengawasi agar tetap sesuai dengan prinsip syariah, kegiatan usaha diseluruh kantor Cabang pegadaian diawasi oleh Dewan Pengawas syariah (DPS) yang bertindak sebagai partnerdari unit Divisi Syariah Perum Pegadaian.[16] [16] Zainudin Ali, op-cit., hlm. 59-60 sumber: Alamat Website: http://hendra-ssetyawan.blogspot.com/2010/11/pengertian-pegadaian.html http://www.scribd.com/doc/17614549/Pegadaian-Konvensional http://www.djpp.depkumham.go.id/inc/buka.php? czoyNToiZD0xOTAwKzkwJmY9cHAxMC0xOTkwLmh0bSI7 http://www.scribd.com/doc/23372530/SEJARAH-PEGADAIAN 10.30 18/11/11 http://majalah.hidayatullah.com/?p=1662 http://www.scribd.com/doc/6429241/Manajemen-Pegadaian-Konvensional-vs-Syariah Buku: Tim Pengajar. 2011. Pengetahuan Produk Usaha Syariah. Jakarta: Perum Pegadaian. Tim Pengajar. 2011. Pedoman Kantor Cabang dan Pedoman Operasional Gadai (POK/POG). Jakarta: Perum Pegadaian. S. Burhanudin. 2011. Hukum Bisnis Syariah. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. BAB I TEORI DAN PELAKSANAAN GADAI DALAM PERSPEKTIF KONVENSIONAL I. PENGERTIAN PEGADAIAN Pengertian Gadai menurut Susilo (1999) adalah : Suatu hak yangdiperoleh oleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barangbergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yangberpiutang oleh seorang yang mempunyai hutang atau oleh orang lain atasnama orang yang mempunyai hutang. Seorang yang berutang tersebutmemberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakanbarang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi hutang apabila pihakyang berhutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.Pegadaian merupakan sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalahbidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Dari uraian di atas, dapat

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak. diserahkan oleh orang yang berhutang sebagai jaminan hutangnya danbarang tersebut dapat dijual (dileleng) oleh yang berpiutang bila yangberhutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.Sedangkan Perusahaan Umum Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara(BUMN) yang berfungsi memberikan pembiayaan dala, bentuk penyalurandana kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PEGADAIAN Pegadaian atau Pawn Shop merupakan lembaga perkreditan dengansistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia yangkemudian dipraktikkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris danBelanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dandikembangkan oleh orang Belanda (VOC), yitu sekitar abad ke 19. Bentuk usaha pagadaian di Indonesia berawal dari Bank Van Leningpada masa VOC yang mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepadamasyarakat dengan jaminan gadai. Sejak itu bentuk usaha pegadaian telahmengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peratuaran-peraturan. Pada mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihakswasta, kemudian pada awal abad ke-20 oleh Gubernur Jendral HindiaBelanda melaluiStaatblad tahun 1901 Nomor 131 tertanggal 12 Maret 1901didirikan rumah gadai pemerintahan (Hindia Belanda) di Sukabumi JawaBarat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pelaksanaan gadaidilakukan oleh Pemerintahan Hindia Belanda sebagaimana diatur dalam Staatblad tahun 1901 Nomor 131. Selanjutnya, denganStaatblad 1930 NO. 266 Rumah Gadai tersebutmendapatkan status Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam artiundang-undang perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara HindiaBelanda 1927 No. 419). Pada masa selanjutnya, pegadaian milik pemerintahan tetap diberifasilitas monopoli atas kegiatan pegadaian di Indonesia. Dinas pegadaianmengalami beberapa kali perubahan bentuk Badan Hukum, sehingga akhirnya pada tahun 1990 menjadi Perusahaan Umum. Pada tahun 1960Dinas Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian,pada tahun 1969 Perusahaan Negara Pegadaian diubah menjadi PerusahaanJawatan (Perjan) Pegadaian, dan pada tahun 1990 1990 PerusahaanJawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaianmelalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 tahun 1990 tanggal 10 April1990. Kantor Pusat Perum Pegadaian berkedudukan

Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin kompetitif, baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu mempertahankan dan memenangkan persaingan yang akan maupun yang sedang berlangsung. Untuk memenangkan persaingan tersebut, tentu setiap perusahaan harus lebih memperhatikan Kepuasan konsumen yang menjadi sasaran Assurance atau jasa yang ditawarkan. di Jakarta dan di bantuoleh kantor daerah, kantor perwakilan daerah, dan kator cabang. Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintahan yang berhakmemberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadaiyang bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga keuangan nonformal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak darimasyarakat, maka pada dasarnya lembaga pegadaian (Perum Pegadaian)tersebut mempunyai tugas, tujuan serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut(Usman, 1995:359) : a)Tugas Pokok Tugas pokok Pegadaian yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasarhukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuanpegadaian atas dasar materi. b) Tujuan Pokok. Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagikemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsippengelolah. Oleh karena itu, pegadaian pada dasarnya mempunyaitujuan-tujuan pokok sebagai berikut : 1.Turut melaksanakan program pemerintah di bedang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum dagai. 2.Mencegah praktek pegadaian gelap dan pinjaman tidak wajar c) Fungsi Pokok Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut : 1.Mengelolah penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman, dan hemat. 2.Menciptakan dan mengembangkan usah-usaha lain yang menguntungkan bagi pegadaian maupunn masyarakat. 3.Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian. Pendidikan dan pelatihan. 4.Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian. 5.Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan pegadaian. Struktur Organisasi Pegadaian. Perum Pegadian merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negarayang bernaung di bawah Departemen Keuangan. Sehingga, yang berhakmengusulkan pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksinya kepadaPresiden adalah Menteri Keuangan. Selain mengusulkan pengangkatan dan pemberentian dewan Direksi,dalam melaksanakan fungsi pengawasannya Menteri Keuangan juga dapatmengusulkan pengangkatan dan

Kepuasan ataupun ketidakpuasan konsumen kini menjadi pembicaraan yang hangat ditingkat internasional, nasional, industri dan perusahaan. Konsumen yang menjadi objek atau sasaran Assurance maupun jasa yang ditawarkan oleh industri dan perusahaan haruslah bisa merasakan sebuah nilai Kepuasan dari Assurance maupun jasa yang digunakan. Tentunya hal ini akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan usaha perusahaan, karena apabila konsumen merasa puas pemberentian anggota-anggota DewanPengawas (Komisaris) Perum Pegadaian. Menurut ketentuannya DewanKomisaris minimal dapat dijabat oleh dua orang dan maksimal lima orangyang terdiri dari ketua dan anggota. Dewan Komisaris bertanggungjawabpenuh atas pelaksanaan pengawasan kepada Menteri Keuangan. Masajabatan Dewan komisaris selama tiga tahun dan dapat diangkat kembali. Para pihak (pemberi dan penerima gadai) maisng-masing mempunyaihak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Sedangkan hak dan kewajibanadalah sebagai berukut (Dahlan, 2000:383) : a.Hak dan Kewajiban Pemegang Gadai 1)Hak Pemegang Gadai a)Pemegang gadai berhak untuk menjual barang yang digadaikan, yaitu apabila penberi gadai pada saat jatuh tempo atau pada waktuyang ditentukan tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaiorang yang berhutang. Sedang hasil penjualan barang jaminantersebut diambil sebagai untuk melunasi hutang pemberi gadai dansisanya dikembalikan kepadanya. b)Pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan barang jaminan c)Selama hutangnya belum dilunasi, maka pemegang gadai berhak untuk manahan barang jaminan yang diserahkan oleh pemberi gadai (hak retentie). 2)Kewajiban Pemegang Gadai a)Pemegang gadai berkewajiban bertanggung jawab atas hilangnyaatau merosotnya harga barang yang digadaikan jika itu semua ataskelalaiannya. b)Pemegang gadai tidak diperbolehkan menggunakan barangbarang yang digadaikan untuk kepentingan sendiri. c)Pemegang gadai berkewajiban untuk memberi tahu kepada pemberi dagai sebelum diadakan pelelangan barang gadai. b.Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai 1.Hak Pemberi Gadai. a)Pemberi gadai mempunyai hak untuk mendapatkan kembali barang miliknya setelah pemberi gadai melunasi hutannya. b)Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi dari kerusakan dan hilangnya barang gadai bila hal itu disebabkan oleh kelalaian pemegang gadai. c)Pembari gadai berhak untuk mandapatkan sisa dari penjualan barangnya setelah dikurangi biaya pelunasan hutang, bunya dan biaya lainya. d)Pemberi gadai berhak meminta kembali barangnya bila pemegang gadai telah jelas menyalahgunakan barangnya. 2.Kewajiban Pemberi Gadai a)Pemberi gadai berkewajiban untuk melunasi hutang yang telah diterimanya dari pemegang gadai dalam tenggang waktu yang telahditentukan termasuk bunga dan biaya lain yang telah

terhadap Assurance maupun jasa yang ditawarkan oleh perusahaan maka akan berdampak terhadap tingginya tingkat penjualan Assurance maupun jasa yang ditawarkan dan hal ini bisa jadi membuat konsumen akan merasa bangga dan senang dengan Assurance maupun jasa yang digunakan. Akan tetapi sebaliknya apabila konsumen merasa tidak puas terhadap Assurance maupun jasa yang ditawarkan oleh

ditentukanpemegang gadai. b)Pemberi gadai berkewajiban merelakan penjualan atau barang gadai miliknya, apabila dalam jangka yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi hutangnya kepada pemegang gadai. VI.Berakhirnya Hak Gadai Suatu perjanjian hutang piutang pada dasarnya tidak ada yang bersifatlanggeng, artinya perjanjian tersebut sewaktu-waktu akan dapat berakhir ataubatal, demikian pula dengan perjanjian gadai. Namun batalnya hak gadaiakan sangat berbeda dengan hakhak lain. Sedangkan menurut Dahlan(2000), bahwa hak gadai dikatakan batal apabila : a.Hutang piutang yang telah terjadi telah dibayar dan dilunasi. b. Barang gadai keluar dari kekuasaan pemberi gadai, yaitu bukan lagi menjadi hak milik pemberi gadai. c.Para pihak tidak melaksanakan yang menjadi hak dan kewajiban masingmasing. d.Barang gadai tetap dibiarkan dalam kekuasaan pemberi gadai ataupun yang kembalinya atas kemauan yang berpiutang. PELAKSANAAN GADAI DI PERUM PEGADAIAN I.Kegiatan Usaha Pegadaian Kegiatan usaha Perum Pegadaian pada umumnya meliputi dua hal, yaitu Penghimpunan Dana pengunaan dana (Susilo, 1999:1818). a. Penghimpunan Dana Dana yang diperlukan di Perum Pegadaian untuk melakukan kegiatan usahanya berasal dari : 1.Pinjaman jangka pendek dari perbankan. Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk pinjamanjangka pendek dari perbankan (sekitas 80% dari total dana jangka pendekyang dihimpun). 2.Pinjaman jangka pendek dari pihak lain. Pinjaman dana jangka pendek dari pihak lain biasanya diperoleh darihutang kepada rekanan, hutang kepada nasabah, hutang pajak, dan lain-lain. 3. Penerbitan obligasi. Untulk memperoleh atau menghimpun dana Perum Pegadaian pernahmenerbitkan obligasi sebanyak dua kali, yaitu tahun 1993 dan pada tahun1994 yang jangka waktunya masing-masing lima tahun.

perusahaan maka akan berdampak terhadap menurunnya tingkat penjualan dan bisa jadi konsumen akan beralih ke perusahaan lain yang menjadi pesaing. Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah Assurance dirasakan (percerved) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan, jika yang ditawarkan sama atau lebih baik dari yang diharapkan, maka pelanggan dikatakan puas. Menganalisis Kepuasan konsumen sangat perlu dilakukan, karena Kepuasan konsumen atas suatu Assurance maupun jasa tentu akan berbeda pada waktu yang 4. Modal sendiri. Modal sendiri yang dimilki oleh Perum Pegadaian terdiri dari : a)Modal awal, yaitu kekayaan negeri di luar APBN. b)Penyertaan modal pemerintah. c) Laba ditahan, laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak perusahaan Perum Pegadaian berdiri. b. Penggunaan Dana. Dana yang berhasil dihimpun akan digunakan untuk mendanaikegiatan usaha Perum Pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untukhal-hal berikut : 1)Uang kas dan dana likuid lain. 2)Pendanaan kegiatan operasional 3) Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan inventaris. 4) Penyaluran dana. 5) Investasi lain II.Produk dan Jasa Pegadaian Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk,maka di dalam menjalankan kegiatan usahanya Perum Pegadaian mempunyaibeberapa produk dan jasa yang dapat dimanfaatkan, yaitu meliputi : a.Pemberian pinjaman atas dasar hokum gadai. b.Penaksiran nilai barang c. Penitipan barang. d. Jasa lain. III.Penggolongan Uang Pinjaman Setiap calon nasabah yang ingin mendapatkan uang pinjaman dariPerum Pegadaian diwajibkan untuk membawa barang sebagai jaminan atashutang yang akan diterimanya. Mengenai besarnya jumlah pinjaman yang akandiberikan oleh Perum Pegadaian adalah disesuaikan dengan nilai taksiran daribarang yang dijadikan sebagai jaminan tersebut. Sedangkan penggolongan uangpinjaman yang diberikan kepada nasabah berdasarkan SK. Direksi Nomor :020/OP.1.0021/2001 tentang perugahan tariff sewa modal adalah sebagai berikut:a. Golongan A. Jumlah pijaman antara Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 40.000,adalahmasuk dalam kategori Surat Bukti Kredit golongan A. sedangkan jangkawaktunya adalah 120 hari (empat bulan). b. Golongan B Jumlah pinjaman antara Rp. 40.500,- sampai dengan Rp. 150.000,adalahdalam kategori Surat Bukti Kredit golongan B. sedangkan jangka waktunyaadalah 120 hari (empat bulan). c. Golongan C

berbeda pula. Bisa jadi Assurance maupun jasa yang ditawarkan dianggap memuaskan pada saat sekarang tetapi belum tentu akan memuaskan pada masa yang akan datang. Sehingga perusahaan diharapkan akan lebih tanggap mendengar keluhan konsumennya. Begitu pula halnya dengan Perum Pegadaian, dalam memenangkan persaingan yang ketat seperti saat ini difokuskan pada Kepuasan nasabah, tentunya dalam memberikan sebuah nilai Kepuasan kepada nasabah, pegadaian juga harus memperhatikan kualitas dan pelayanannya. Jumlah pinjaman antara Rp. 151.000,- sampai dengan Rp. 500.000,adalahdalam kategori Surat Bukti Kredit golongan C. sedangkan jangka waktunyaadalah 120 hari (empat bulan). d. Golongan D Jumlah pinjaman antara Rp. 510.000,- sampai dengan tidak terbatas adalahdalam kategori Surat Bukti Kredit golongan D. sedangkan jangka waktunyaadalah 120 hari (empat bulan). IV.Bunga Gadai Biaya sewa modal (bunga) yang harus dibayar oleh nasabah kepadaperum pegadaian adalah bervariasi. Adapun mengenai rincian besarnya bungayang harus dibayarkan oleh nasabah adalah sebagai berikut : a) Untuk golongan A, besarnya bunga 1.25 %,dengan maksimum sebesar 10% dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang adalah 10%.Sedangkan nasabah harus membayar sewa modal tersebut setiap 15 harisekali, dengan batas waktu kredit selama 120 hari atau 4 bulan. Sedangkankeseluruhan bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah sampai jatuh tempoadalah 10% dan nasabah masih harus membayar uang asuransi antara Rp.200,sampai dengan Rp. 400. b) Untuk golongan B, besarnya bunga 1.5 %,dengan maksimum sebesar 12% dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang adalah 12%.Sedangkan nasabah harus membayar sewa modal tersebut setiap 15 harisekali, dengan batas waktu kredit selama 120 hari atau 4 bulan. Sedangkankeseluruhan bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah sampai jatuh tempoadalah 12% dan nasabah masih harus membayar uang asuransi antara Rp.1000,sampai dengan Rp. 2000. c) Untuk golongan C, besarnya bunga 1.75 %,dengan maksimum sebesar 14% dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang adalah 14%.Sedangkan nasabah harus membayar sewa modal tersebut setiap 15 harisekali, dengan batas waktu kredit selama 120 hari atau 4 bulan. Sedangkankeseluruhan bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah sampai jatuh tempoadalah 14% dan nasabah masih harus membayar uang asuransi antara Rp.5000,sampai dengan Rp. 12.000. d) Untuk golongan D, besarnya bunga 1.75 %,dengan maksimum sebesar 14% dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang adalah 14%.Sedangkan nasabah harus membayar sewa modal

Sejak dilanda krisis moneter pada tahun 1997 perkembangan dunia perbankan sangat tidak menggembirakan sampai saat ini. Dan diperkirakan untuk pulih kembali membutuhkan waktu yang cukup lama, ambruknya bisnis perbankan akibat kesalahan dari kebijakan pemerintah maupun kesalahan dari pihak manajemen perbankan sendiri tidak hanya merugikan dunia perbankan sendiri. Akan tetapi dampak yang terjadi adalah matinya kehidupan disektor riil akibat kekurangan suplay dana dari tersebut setiap 15 harisekali, dengan batas waktu kredit selama 120 hari atau 4 bulan. Sedangkankeseluruhan bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah sampai jatuh tempoadalah 14% dan nasabah masih harus membayar uang asuransi antara Rp 200,sampai dengan Rp. 400 dan nasabah masih harus membayar uangasuransi sebesar 0,5% x Uang Pinjaman Minimum sampai dengan Rp.25.000,V.Kategori Barang Gadai. Pada dasarnya, hampir semua barang bergerak dapat digadaikan diPerum Pegadaian. Namun ada juga barang-barang bergerak tertentu yang tidakdapat digadaiakan. Jenis barangbarang bergerak yang dapat diterima sebagaibarang jaminan di perum pegadaian yaitu antara lain (Marzuki, 1995:360) : a)Barang-barang perhiasan : emas, perak, intan, mutiara, dan lainlain. b)Barang-barang elektronik : tv, kulkas, radio, video, tape, recorder, dan lain-lain. c)Kendaraan : sepeda, motor, mobil. d)Barang-barang rumah tangga : barang-barang pecah belah. e)Mesin : mesin jahit, mesin ketik, dal lain-lain. f)Tekstil : kain batik, permadani. g)Barang-barang lain yang dianggap bernilai. Adapun barang-barang yang tidak dapat dijadikan jaminan karena keterbatasan tempat penyimpanan, sumber daya menusia di Perum Pegadaian adalah sebagai berikut : a)Binatang ternak : kerbau, sapi, kambing, dan lain-lain. b)Hasil bumi : padi, jagung, ketela pohon, dan lain-lain. c)Barang dagangan dalam jumlah besar. d)Barang-barang yang cepat rusak, busuk atau susut. e)Barang-barang yang amat kotor. f)Kendaraan yang sangat besar. g)Barang-baragn seni yang sulit ditaksir. h)Barang-barang yang mudah terbakar. i)Barang-barang jenis senjata, amunisi, dan mesiu. j)Barang-barang yang disewa belikan. k)Barang-barang milik pemerintah. l) Barang-barang illegal. VI.Prosedur Penaksiran Barang Gadai

dunia perbankan. Oleh karena itu untuk mencegah atau paling tidak dapat memberikan nafas kehidupan pada sektor riil sambil menunggu pulihnya dunia perbankan maka perlu dicarikan alternatif pembiayaan lainnya. Alternatif pembiayaan lainnya dapat dilakukan melalui lembaga keuangan lainnya atau sering disebut lembaga pembiayaan. Saat ini terdapat beragam jenis lembaga pembiayaan yang ada di Indonesia, mulai dari kelas tradisional sampai dengan kelas modernpun tersedia. Adapunmenurut Susilo (1999) pedoman penaksiran yang dikelompokkan atas dasar jenis barangnya adalah sebagai berikut : a) Barang Kantong 1. Emas a. Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standartaksiran logam yang telah ditetapkan oleh kantor pusat. Hargapedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaiakan denganperkembangan harga yang terjadi. b.Petugas penaksir melakukan karatase dan berat. c.Petugas penaksiran menentukan nilai taksiran. 2. Permata a. Petugas penaksiran melihat standar taksiran permata yang telahditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan denganperkambangan pasar permata yang ada. b.Petugas penaksiran melakukan pengujian kualitas dan berat permata. c.Petugas penaksiran menentukan nilai taksiran. b) Barang Gudang Barang-barang gudang yang dimaksud di sini yaitu meiputi : mobil, motor, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain-lain. 1) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan denganperkembangan harga yang terjadi. 2) Petugas penaksir menentukan nilai taksir. VII.Prosedur Pemberian Kredit Gadai Prosedur untuk mendapatkan dana pinjaman dari perum pegadaian adalah sebagai berikut : a. Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan barang yang akan dijadikan jaminan dan menunujukkan surat bukti diri seperti KTP atau surat kuasa apabila pemilik barang tidak bisa datang. b. Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk menaksir dan menetapkan harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir, ditetapkan besarnyauang pinjaman yang dapat diterima oleh nasabah. Besarnya nilai uangpinjaman yang diberikan lebih kecil daripada nilai pasar dari barang yangdigadaikan. Perum Pegadaian secara sengaja mengambil kebijakan ini gunamencegah munculnya kerugian. c. Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa ada potongan biaya apapun kecuali potongan premi asuransi. III.Prosedur Pelunasan Kredit Gadai. Pelunasan uang pinjaman oleh nasabah prosedurnya adalah sebagai berikut :

Bahkan dewasa ini perkembangan lembaga pembiayaanpun sangat menggembirakan, dan diantara lembaga pembiayaan itu sendiri salah satunya adalah Perum Pegadaian. Dengan sejarah panjang yang dilalui oleh lembaga Pegadaian dari masa ke masa dan banyak mendapat kecaman dari pihak pemerintah khususnya pemerintah Negara penjajah, dengan berangsur angsur lembaga Pegadaian muncul di Indonesia dengan tujuan membantu masyarakat kecil dari para rentenir yang meminjamkan

a.Nasabah membayarkan uang pinjaman dan ditambah sewa modal (bunga) langsung kepada kasir disertai dengan bukti surat gadai. b.Barang dikeluarkan oleh petugas penyimpanan barang. c.Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah. IX.Prosedur Pelelangan Barang Gadai. Pelaksanaan lelang harus dipilih waktu yang paling baik agar tidakmengurangi hak nasabah, karena setelah nasabah tidak melunasi hutangnyapada saat jatuh tempo dan tidak melakukan perpanjangan, maka barangjaminannya akan dilelang dan hasil pelelangan barang yang digadaikan akandigunakan untuk melunasi seluruh kewajaban nasabah yang terdiri dri : pokokpinjaman, bunga, serta biaya lelang. Sedang pelelangannya adalah sebagaiberikut : a.Waktunya diumumkan tiga hari sebelum pelaksanaan lelang. b.Lelang dipimpin oleh kantor cabang (Kepala Cabang). c.Dibicarakan tata tertib melalui berita acara sebelum pelaksanaan lelang. d.Pengambilan keputusan lelang adalah bagi mereka yang menawar paling tinggi

PERDEDAAN TEKNIS ANTARA PEGADAIAN SYARIAH DENGAN PEGADAIN KONVENSIONAL Pasokan permodalan Pegadaian Syariah bersumber dari Bank MandiriSyariah. Yang menguntungkan dari Pegadaian Syariah ini,perhitungannya bukanberdasarkan sewa bunga, melainkan sewa tempat. Misalnya Ijarok: upah atausewa tempat. Proses gadenya sama. Perhitungan sewa tempat per 10 hari, tetapiyang beda yaitu akad (perjanjian) berdasarkan harga taksiran

uang dengan bunga tinggi. Seiring dengan kemajuan yang dialami oleh lembaga Pegadaian, pada tahun1927 Pegadaian dengan sistem gadai masuk ke NTB (Ampenan), yang awal operasinya di Zahir Hotel Ampenan. Namun sejak tahun 1930, kegiatan usaha Perum Pegadaian cabang Ampenan bertempat di Jl. Koperasi No. 1 Ampenan, yang merupakan lokasi Perum Pegadaian cabang Ampenan hingga sekarang. Dengan masuknya lembaga Pegadaian yang mengutamakan kepentingan masyarakat dari golongan menengah ke bawah disambut dengan baik oleh barang, dan bukanberdasarkan uang pinjaman. Taksiran barang itu bisa dilihat dari golongan barangnya. Penilaian golonganbarang biasanya dimulai dari Golongan A hingga Golongan H. Landasan kreditSyariah, terang Uwan, diambil dari Albaquroh 283 dengan Suran Anisah 29.MeskiPegadaian Syariah dilandasi Al'quran, tapi tidak ada pengkhususan. PegadaianSyariah diperuntukkan semua kalangan. Semua orang dapat melakukan transaksi diPegadaian Kredit Syariah, ujar Uwan.Selain itu, juga akan diadakan program juallogam mulia. Logam mulia yang dimaksud yaitu berupa emas batangan. Untuk emasbatangan ini, kata Uwan, sistem kreditnya pun dapat diangsur. Pengadaan emas 15. batangan ini terjalin, berkat kerjasama Pegadaian dengan PT. Antam (Aneka Tambang). Perbedaan Teknis Antara Pegadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional No Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional 1. Biaya administrasi berdasarkan barang Biaya administrasi berupaprosentase yang didasarkanpada golongan barang 2. 1 hari dihitung 5 hari 1 hari dihitung 15 hari 3. Jasa simpanan berdasarkan simpanan Sewa modal berdasaarkan uang pinjaman 4. Bila pinjaman tidak dilunasi,barang jaminan akan dijualkepada masyarakat Bila pinjaman tidak dilunasi,barang jaminan dilelang kepadamasyarakat 5.Uang pinjaman 90 persen dari taksiran Uang pinjaman untuk golonganA 92%, sedangkan untukgolongan BCD 88-86% 6.Penggolongan nasabah D-K-M-I-L Penggolongan nasabah P-N-I-D-L 7. Jasa simpanan dihitung dengan konstanta x taksiran Sewa modal dihitung dengan prosentase x uang pinjaman 8 Maksimal jangka waktu 3 bulan Maksimal jangka waktu 4 bulan 9. Kelebihan uang hasil daripenjualan barang tidak diambiloleh nasabah, diserahkan kepada Lembaga ZIS Kelebihan uang hasil lelangtidak diambil oleh nasabah,tetapi menjadi milik pegadaian BAB IV PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pegadaianadalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barangbergerak yang diserahkan oleh orang yang berhutang sebagai jaminanhutangnya dan barang tersebut dapat dijual (dileleng) oleh yang berpiutang bilayang berhutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Adapun kegiatan pelaksanaan gadai dalam perum pegadain meliputiSembilan kegiatan, kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : (1) kegiatan usahapegadaian, (2) produk dan jasa pegadaian, (3) penggolongan uang pinjaman, (4)bunga gadai, (5) kategori barang gadai, (6) prosedur penaksiran barang gadai,(7) prosedur pemberian kredit gadai, (8) prosedur pelunasan kredit gadai, (9)prosedur pelelangan barang gadai. II.Saran

masyarakat NTB yang pada tahun tersebut di atas masyarakat NTB sangat membutuhkan pinjaman uang tunai, yang khususnya dipergunakan untuk

kebutuhannya sehari hari. Lembaga Pegadaian tidak pernah melihat kemana dan dimana dipergunakan hasil dari pinjaman yang dikeluarkannya, karena sistem pinjaman yang dilakukan oleh Pegadaian sendiri dengan menggunakan barang jaminan. Pada tahun 1980 kota Selong sudah mengenal namanya Pegadaian, yang sistem pinjamannya menggunakan barang jaminan berupa emas, alat elektronik dan kendaraan bermotor. Pegadaian yang bertujuan untuk membantu masyarakat kecil dari kesewenang wenangan para pelepas uang (ijon) yang menggunakan sistem bunga tinggi, dengan adanya Pegadaian yang berlokasi di kota Selong masyarakat Berdasarkan kesimpulan di atas maka diajukan sebagai saran bagi pembacauntuk menggali ilmu mengenai pegadaian konvensional ini melalui referensi-referensi dari buku yang berbeda pula. Agar proses pembelajaran berjalandengan baik dan tidak terpaku pada satu sumber saja. DAFTAR PUSTAKA Sholikul Hadi, Muhammad, Pegadaian Syariah, Salemba Diniyah, 200

tidak lagi menggunakan sistem ijon, disamping persyaratan untuk mendapatkan pinjaman di Pegadaian sangat gampang dan prosesnya cepat. Dari tahun ke tahun Perum Pegadaian cabang Selong mengalami kemajuan yang pesat, ini dikarenakan hanya satu satunya Pegadaian yang ada di wilayah kota Selong pada tahun tersebut di atas, dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perum Pegadaian cabang Selong mengupayakan untuk membentuk Pegadaian Pegadaian baru. Pada tanggal 5 September 2001 Pegadaian didirikan di Kecamatan Sakra sebagai perpanjangan tangan dari Perum Pegadaian cabang Selong untuk membantu masyarakat ekonomi lemah ke bawah. Perum Pegadaian adalah lembaga pemerintah yang bergerak dibidang jasa penyaluran uang pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dengan jaminan barang bergerak. Adapun yang dimaksud dengan gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur kreditur lain. Dasar hukum didirikannya Perum Pegadaian itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Pasal 1150 KUH perdata sampai dengan pasal 1160 Buku 11 KUH perdata; Artikel 1196 VV, titel 19 Buku 111 NBW; Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian; Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian; dan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian; Di Indonesia lembaga yang ditunjuk untuk menerima dan menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai adalah lembaga pegadaian dan sifat usaha dari perusahaan pegadaian ini adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud dan tujuan didirikannya perum ini adalah :

1.

Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat pegadaian, terutama golongan ekonomi lemah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan jasa bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

2.

Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Nasabah Perum Pegadaian terdiri dari masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah yang kurang mendapatkan pelayanan dari lembaga keuangan atau perbankan, atau yang membutuhkan dana seketika secara mudah dan cepat, oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan sebagaimana yang dimaksud di atas maka Perum Pegadaian juga melakukan usaha-usaha sebagai berikut :

a.

Usaha inti terdiri dari : Jasa Taksiran Jasa Titipan

b.

Usaha lain terdiri dari : Kredit Kelayakan Usaha (KUP) Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Kredit Angsuran Sistem Fidusia (KREASI) Meskipun banyak jasa pelayanan yang ditawarkan Perum Pegadaian, akan tetapi penulis lebih memfokuskan pada jasa gadai yang terdapat pada Perum Pegadaian cabang Sakra karena jumlah nasabah dan perputaran kasnya cukup tinggi. Adapun fasilitas dan bentuk-bentuk dari pelayanan yang diberikan oleh Perum Pegadaian cabang Sakra antara lain : (1) Tangiables (bukti langsung) terdiri dari : Fisik gedung, ruang tunggu nasabah, peralatan dan perlengkapan kerja karyawan, tersedia tempat parkir yang layak, ketersediaan fasilitas tempat parkir dan toilet, kebersihan, kerapian, aman dan kenyamanan dilingkungan Perum Pegadaian itu sendiri. (2) Realibility (kehandaan) meliputi kelayakan tingkat bunga, prosedur

administrasi, kesesuaian jumlah kredit yang didapatkan dengan nilai barang yang digadaikan. (3) Responsiveness (daya tanggap) meliputi kecepatan dan ketepatan karyawan dalam melayani nasabah, kesiapan dan

ketanggapan karyawan mendengar saran dan keluhan nasabah. (4)

Assurance

(jaminan) meliputi karyawan memahami kebutuhan nasabah, karyawan menjalin hubungan yang baik dan karyawan memberikan perhatian personal kepada nasabah. Sehingga dengan pelayanan yang diberikan diharapkan mampu memberikan Kepuasan bagi nasabahnya dan jumlah nasabah dapat meningkat. Data berikut ini menunjukkan jumlah nasabah Perum Pegadaian cabang Sakra tahun terakhir beserta Cash in Flow.

Tabel :

Jumlah Nasabah dan Cash in Flow pada Perum Pegadaian cabang Sakra Tahun 2005 2008 PPC Sakra Jumlah Persentase Cash in Flow Prosentase Nasabah Peningkatan (Rp) Peningkatan (Orang) Jumlah Cash in Flow Nasabah (%) (%) 26.100 914.452.550 25.998 - 0,39 1.198.369.650 31,05 29.100 11,93 1.052.432.550 - 12,18 25.820 - 11,27 1.704.102.500 61,92 107.018 0,27 4.869.357.250 80,79

No 1 2 3 4

Tahun 2005 2006 2007 2008

Jumlah/ rata-rata

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi naik turunnya jumlah nasabah dari tahun 2005 2008 yang disertai dengan naik turunnya jumlah Cash in Flow dan hal ini terlihat pada tahun 2005 2006 terjadi penurunan jumlah nasabah dari 26.100 orang menjadi 25.998 orang akan tetapi jumlah Cash in Flow mengalami peningkatan dari Rp. 914.452.550 menjadi Rp. 1.198.369.650 dan tingkat persentasinya

sebesar 31,05 %, tahun 2006 2007 terjadi peningkatan jumlah nasabah dari 25.998 orang menjadi 29.100 orang dengan tingkat persentase sebesar 11,93 % akan tetapi jumlah Cash in Flow mengalami penurunan dari Rp. 1.198.369.650 menjadi Rp. 1.052.432.550 dengan tingkat persentasinya sebesar 12,18. Pada tahun 2007 2008 terjadi penurunan jumlah nasabah dari 29.100 orang menjadi 25.820 orang dengan tingkat persentasinya sebesar 11,27 akan tetapi jumlah Cash in Flow mengalami peningkatan dari Rp. 1.052.432.550 menjadi Rp. 1.704.102.500 dengan tingkat

persentasinya sebesar 61,92 %. Hal ini disebabkan karena setiap tahun nilai/ Tangibles pinjaman barang jaminan yang dimiliki oleh nasabah cukup besar/ tinggi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana pelayanan Perum Pegadaian cabang Sakra mampu memberikan Kepuasan terhadap nasabah, maka untuk itu penulis perlu melakukan penelitian lebih lanjut pada nasabah yang telah menggunakan jasa Perum Pegadaian cabang Sakra. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini seperti : 1. Bagaimana upaya yang dilakukan Perum Pegadaian cabang Sakra untuk memberikan sebuah nilai Kepuasan kepada para nasabah ? 2. Apakah ada pengaruh variabel berwujud (tangible), keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty) terhadap Kepuasan nasabah Perum Pegadaian cabang Sakra? C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah agar apa yang akan dibahas lebih terencana, khusus dan terarah, disamping pertimbangan waktu, biaya, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis masih sangat kurang, maka masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini terbatas pada : 1. Batasan Tempat Obyek penelitian ini terbatas pada masalah analisis Kepuasan nasabah atas pelayanan Perum Pegadaian cabang Sakra tahun 2005-2008, yang lokasinya di Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur. Peneliti memilih tempat ini karena ada beberapa alasan sebagai berikut : a. Sakra adalah pusat Kecamatan dan tempat berdirinya lembaga pegadaian yang mengelola pinjaman dengan sistem gadai. b. Satu-satunya lembaga formal yang berada di wilayah Kecamatan Sakra yang mengelola pinjaman sistem gadai dengan jaminan barang bergerak.

c.

Masyarakat Sakra memiliki dua faktor utama yang mendukung berdirinya pegadaian diantaranya, faktor pertanian dan faktor perdagangan.

2. Batasan Waktu Peneliti ingin mengetahui sejauh mana peranan Perum Pegadaian cabang Sakra memberikan nilai Kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan pada nasabahnya terbatas pada tahun 2005 2008. Karena pada tahun 2005 merupakan tahun keempat setelah didirikannya Perum Pegadaian cabang Sakra pada tahun 2001 hingga berkembang sampai saat ini.

D. 1.

Perumusan Masalah Apakah secara parsial variabel berwujud ( tangible), keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty), mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kepuasan nasabah Perum Pegadaian cabang Sakra ?

2.

Apakah secara simultan variabel berwujud (tangible), keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty), mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kepuasan nasabah Perum Pegadaian cabang Sakra ?

E.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel berwujud (Tangible) , keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty), mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kepuasan nasabah Perum Pegadaian cabang Sakra terhadap Kepuasan nasabah Perum Pegadaian cabang Sakra.

F.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.

Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan teori, khususnya tingkat Kepuasan nasabah dengan pelayanan yang diberikan oleh Perum Pegadaian cabang Sakra, yaitu untuk melihat tingkat pelayanan sebagai akibat adanya faktor faktor yang mempengaruhi keandalan (reliability), ketanggapan

(responsiveness), keyakinan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible).

2.

Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi/ gambaran yang lebih riil, khususnya tentang kondisi pelayanan Perum Pegadaian cabang Sakra dengan Kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan atau nasabah sehingga dapat menemukan faktor-faktor yang menyebabkan belum optimalnya tingkat pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan oleh pemerintah dan pihak terkait yaitu Perum Pegadaian cabang Sakra untuk lebih meningkatkan pelayanan publik secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai