I.
Pengertian
OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah (Mansjoer, 2001) OMA adalah infeksi atau inflamasi (peradangan) di telinga tengah. OMA adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama pada usia 3 bulan s/d 3 tahun (www.google.com). OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).
II.
Etiologi
Penyebab Otitis Media Akut aktif (OMA) dapat merupakan vius maupun bakteri. Virus atau
bakteri dari tenggorokan (penderita infeksi saluran pernapasan atas) dapat sampai ke telinga tengah melalui tuba eustachius / kadang melalui aliran darah. Bakteri penyebab OMA adalah bakteri piogenik seperti streptococcus, hemolytitus, staphylocottus aureus, pneumokous, influenza, etolr, s.anhemolytyticus, p.vulgaris, dan p.aeroginosa, mora xella cattan halis.
III. Patofisiologi
OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, terseumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringans ekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengatran di telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapt merobek gendang telinga karena tekanannya.
a.
b.
Stadium Supurasi
Membran timpani menonjol ke telinga luar karena edema pada mukosa telinga tengah. Hancurnya sel epitel superficial. Terbentuknya eksudat purulen di kavium timpani.
c.
Stadium Peforasi
Ruptur membran timpani. Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.
Pasien mulai tenang, suhu badan turun dan dapat tidur nyenyak.
d.
Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Jika peforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus / hilang timbul lebih dari tiga minggu terjadilah OMSK.
V.
Komplikasi
Komplikasi yang serius adalah :
Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis). Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler). Kumpulan pada wajah. Tuli Peradangan pada selaput otak (meningitis). Abses otak. Tanda-tanda terjadi komplikasi : Sakit kepala Tuli yang terjadi secara mendadak Vertigo (perasaan berputar) Demam dan menggigil
VI. Diagnosis
a. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga tengah dengan otoskop. b. Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut : c. Penyakitnya muncul mendadak (akut). d. Ditemukannya tanda efusi (pengumpulan cairan) di telinga tengah. Berikut tanda-tanda terjadi efusi : Menggembungnya gendang telinga. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga.
Adanya tanda-tada gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya salah satu tanda berikut : Kemerahan pada gendang telinga Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
VII.
Pengobatan
OMA umurnya adalah penyakit yang sembuh dengan sendirinya dalam 3 hari tanpa antibiotic
(80% OMA). Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau terjadi perburukan gejala, antibiotic diberikan. American Academic of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi harus segera di terapi dengan antibiotic sebagai berikut : Usia < 6 Bulan 6 bulan 2 tahun Antibiotik Antibiotik Diagnosis Pasti Diagnosis Meragukan Antibiotik Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan. 2 tahun Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan. Observasi
Gejala ringan
: nyeri telinga ringan dan demam < 39oC dalam 24 jam terakhir.
1.)
Stadium Oklusi
Untuk membuka kembai tuba eustachius, agar tekanan di telinga tengah hilang. Obat tetes telinga HCl efedrin 0,5% (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam fisiologis (anak > 12 tahun dan dewasa). Antibiotik jika penyebabnya kuman.
2.)
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes hidung, analgesik. Miringotomi jika, membran timpani sudah terlihat hiperemis difus. Pada anak diberikan ampisilin 4 x 40 mg/ kg BB/ hari, amoxilin 4x40mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kg BB/hari.
3.)
Stadium peforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat sampai 3 minggu.
4.)
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan terjadi ruptus.
5.)
Stadium Resolusi
Bila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan berikan antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu.
II.
a. b.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendang telinga dengan jelas). Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
c.
Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.
Tujuan : untuk melihat berkurangnya atau tidak ada sama sekali gerakan gendang telinga. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan membran timpani. Kultur dan uji sensitifitas dilakukan timpano sintesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui
membran timpani).
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher. Kahi status nutrisi dan keadekuatan asupan cairan kalori. Kaji kemungkinan tuli.
2.
Perubahan sensori-persepsi : Auditorius R/t Gangguan penghantar bunyi pada organ pendengaran.
Intervensi : Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien. Memandang klien ketika berbicara. Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak. Memberikan pencahayaan yang baik bila klien bergantung pada gerak bibir. Menggunakan tanda-tanda non-verbal (mis. Ekspresi wajah, mununjuk, atau gerakan tubuh) dan komunikasi lainnya.
Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien. Bila klien menginginkan, klien dapat menggunakan alat bantu pendengaran. Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis. Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu. Beritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut. Informasikan bahwa keadaan ini biasanya bersifat sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
3.
Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan. Mendiskusikan harapan pasca operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal-hal yang tidak diketahui klien.