Anda di halaman 1dari 16

Bab i Pendahuluan

A. Latar belakang
Organisme sebagai system terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya merupakana suatu tema yang telah dikemukakan beberapa ahli dalam beberapa referensi. Kajian ilmiah mengenai interksi antara organisme dengan linkungannya disebut ekologi ( dari bahasa yunani oikos rumah dan logos ilmu).definisis yang sederhana ini menyembunyikan bidang biolgi uyang kompleks dan menarik juga mempunyai tingkat keutamaan dalam praktek yang semakin meningkat. Ilmu ekologi dapat memberikan pemahaman dasar atas proses-proses alam yang diperlukan ntuk mengelola sumber daya yang ada di bumi dalam jangka panjang. Kita akan memulai unit ini dengan mengkaji ekologi secara umum dengan mendalami kata ilmiah,interaksi dan lingkungan.

Bab ii Pembahasan
1. Faktor-faktor pembatas
Jika kita amati dengan seksama kehadiran atau sebaran satu jenis tumbuhan tidaklah sama pada seluruh permukaan bumi ini. Tumbuha yan satu hanya ditemukan pada tempat atau habitat tertentu, sedangkan tumbuhan yang lain pada habitat berbeda. Demiian halnya juga dengan kemelimpahannya, antara habitat yang satu dengan habitat yang lainnya senantiasa berbeda ataupun bervariasi. Menurut konsep ekologi peristiwa itu terjadi karena adanya faktor-faktor lingkungan baik itu abiotik maupun biotic yang berperan sebagai pembatas terhadap kehadiran dan kemelimpahan tumbuhan tadi. Tiap tumbuhan dalam hal ini sesuai dengan ukum toleransi dari shelford di atas membutuhkan batas atas maksimuum dan batas bawah minimum faktor llingkungan untuk dapat lulus hidup dan memerlukan kisaran optimum faktor lingkungan untuk dapat berhasil hidup. Untuk tumbuhan itu sendiri beberapa faktor abiotik berperan sebagai pembatas baik terhadap kehadiran dan kemelimpahannya pada suatu habitat tertentu. Beberapa faktor abiotik yang berperan sebagai faktor pembatas adalah sebagai berikut: 1.1 Suhu Suhu lingkungan merupakan faktor penting yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap persebaran organisme hidup karena pengaruhnya pada proses biologis dan ketidak mampuan sebagian besar organisme untuk mengatur suhu tubuh secara tepat. Selain itu sejumlah organisme dapat memepertahankan suatu metabolisme yang cukup aktif pada suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang sangat tinggi. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja kefektipan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup. Adaptasi yang luar biasa ini memungkinkan beberapa organisme hidup dalam kisaran suhu tersebut. Suhu internal suatu organisme sesungguhnya dipengaruhi oleh pertukaran panas dengan lingkungannya. Sebagian besar organisme ada yang tidak dapa memepertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi beberapa derajat di bawah atau di atas suhu lingkungan sekitarnya.

Sebagai makhluk endotermis mamalia dan burung merupakan pengecualian utama tetapi fungsi-fungsi endotermis sekalipun aka bekerja paling baik dalam kisaran suhu lingkungan tertentu yag bervariasi menurut spesies. Variasi suhu berkaitan dengan garis lintang dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem dalam perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan berdasarkan kedalaman air. Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap musim setiap tahun dan gejala geologi. Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu : a. Komposisi dan warna tanah Semakin terang warna tanah semakin banyak panas yang dipantulkan semakin gelap warna tanah maka semakin banyak panas yang diserap. b. Kegemburan dan kadar air tanah Tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada pancaran panas dari tanah yang padat terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, semakin basah tanah semakin lambat suhu dapat berubah. c. Kerimbunan tumbuhan Kelembaban udara di bawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang akan dipakai untuk pemanasan uapa air, akibatnya akan menaikkan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancarkan kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopidengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka. d. Iklim mikro perkotaan Perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya, uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi. e. Kemiringan lereng dan garis lintang dan

Kemiringan lereng sebesar 5 derajat dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah kekutup. Variasi suhu berdasarkan waktu/temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan. Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antara 0 0c sampai 500c. Dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang di perlukan untuk aktifitas metabolismenya. Suhu-suhu tadi yang di perlukan organisme hidup dikenal dengan suhu cardinal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu disekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus-menerus antara tumbuhan dengan udara disekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bervariasi,untuk tanaman ditropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150-180-c, sedangkan untuk biji-bijian tidak bias hidup dengan suhu bi bawah minus 2 0c hinga minus 50c. Sebaliknya koniter di daerah temperata masih bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 30 0. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim. Suhu maksimum yang harus di toleransi oleh tumbuhan sering merupakan masalah yang lebih kritis jika dibandingkan dengan suhu minimumnya. Tumbuhan biasanya didingankan oleh kehilangan air dari tubuhnya, dengan demikian kerusakan akibat panas terjadi apabila tidak tersedia sejumlah air dalam tubuhnya untuk proses pendinginan tadi. Pada beberapa kasus umumnya kerusakan diinduksi oleh yang tinggi berasosiasi dengan kerusakan akibat kekurangan air, pelayunan. Dalam kejadian seperti ini enzim menjadi tidak aktip dan metabolisme menjadi rendah. Tumbuhan yang hidup ditempat-tempat dengan iklim yang panas sering mempunyai struktur morpologi yang teradaptasi untuk hidup pada kondisi panas ini, lapisan gabus menjadi tebal berfungsi sebagsi lapisan pelindung, daun kecil-kecil untuk mereduksi kehilangan air, dan kutikula menebalkan sehingga refleksi cahaya meningkat. Sementara itu, kebanyakan tumbuhan berhenti pertumbuhannya poada suhu di bawah 60c. Penurunan suhu dibawah suhu ini mungkin akan menimbulkan kerusakan yang

cukupberat. Protein akan menggumpal pada larutan di luar cairan sel mengakibatkatkan ketidakan ensima. Bila suhu mencapai titik beku, akan terbenrtuk kristal es diantara ruang sel dan air akan terisap keluar dari sel maka terjadi dehidrasi. Apabila pembntukan terjadi secara cepat maka akan terbentuk kristal-kristal es dalam cairan sel yang ternyata volumenya akan lebih besar dari ukuran sel tersebut, sehingga sel rusak dan mati akibat kebocoran dinding selnya. Hasilnya akan terjadi daerah yang berwarna coklat pada tumbuhan sebagai karakteristika dari kerusakan akibat pembentukan atau fost. Musim pertumbuhan adalah suatu perioda waktu ketika semua kondisi lingkungan yang diperlukan untuk tumbuh berada dalam keadaan yang cocok.suhu merupakan suatu faktor yang paling kritis dalam menentukan panjangnya masa pertumbuhan, terutama untuk tumbuhan yang hidup didaerah pada garis lintang yang tinggi. 1.2 Air Sifat-sifat air yang unik berengaruh pada organisme dan lingkungannya. Air sangat penting dalam kehidupan tetapi ketersidiaannya bervariasi secara dramatis di berbagi habitat. Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Organisme air tawar dan air laut terendam dalam suatu lingkungan akuatik , tetapi organisme tersebut menghadapi permasalahan keseimbangan air jika tekanan osmosis inra selulernya tidak sesai dengan tekanan osmosis air di sekitarnya. Organisme di lingkungan darat menghadapi ancaman kekeringan yang hamper konstan dan evolusinya dibentuk oleh kebutuhannya untuk mendapatkn dan menyimpan air dalam jjumlah yang mencukupi. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km 3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah ( ground water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (effendi, 2003). a. Sifat air

Menurut benyamin lakitan (2001) dan hefni effendi (2003) air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu: 1. Berbentuk cair pada suhu ruang Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair. Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`air yang berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang karena adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga tiap molekul air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas. 2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup. 3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi Panas laten vaporisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oc. Sedangkan panas laten fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oc. Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi. 4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah Karena ikatan-ikatan hidrogen harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air dalam keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut

dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu mengangkut bahanbahan toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke luar tubuh. 5. Adanya gaya adhesi dan kohesi Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan daya tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga menyebabkan adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air mampu membasahi suatu bahan secara baik. 6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku Ini berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim dingin hanya membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan hidup. b. Jenisjenis air Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence time) berlangsung lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air/ impermeable. Sedangkan air tanah artesis merupakan air tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air. 2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau,

kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa. Pada umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-0,01 m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama. Perairan mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0 m/detik. c. Sumber air Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain : 1. Air dari pdam Air dari pdam adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air pdam yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air pdam ini kadang belum tersedia diberbagai tempat. 2. Air hujan Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu, kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran talang/genteng rumah di tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor dan pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi saringan dari ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu. 3. Mata air Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi geologis mempengaruhi

kualitas air mata air, pada umumnya kualitasnya baik dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum diminum. 4. Air tanah Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah: 1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan airnya dengan ditimba. 2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan. 3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik. 4. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan pengotor dan pencemar yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan. Karena sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah terlebih dahulu sampai benarbenar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih atau air minum. d. Siklus air (water cycle) Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai fase, mulai dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di atmosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.

Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi setiap saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud, sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal (tersiawan, 2005). Secara garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi dan perkolasi. Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara di laut atau di danau. Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah. Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang kemudian digerakkan oleh angin. Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki tekanan temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin rendah apabila semakin tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai air hujan (presipitasi). Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah, dan sebagian diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus menuju ke laut atau ke danau dan apabila terkena sinar matahari akan menguap ke udara dan membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian dibawa oleh angin dan mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air yang berulang secara bergantian. 1.3 Cahaya Matahari memberikan energi yang menggerakkan hampr seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme fotosintetik lain yang menggunakan sumber energi langsung. Intensitas cahaaya bukan merupakan faktor terpenting yang membatasi kebutuhan pertumbuhan tumbuhan lingungan darat, tetapi penaungan oleh kanopi hutan membuat persangan untuk mendapatakan cahaya matahari di bawah kanopi tersebut

menjadi dangat ketat. Dalam lingkungsn skustik intensita dan kuslitas cahaya membatsi persebaran organisme fototsintetik. Akan tetapi organisme fotosintetik ini menyerap banyak cahaya yang menembus air, yang selanjutnya akan mengurabn intensiitas dan kualitas cahaya pada air di bawahnya. Cahaya juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak tumbuhan dan hewan yang sensitive terhadap fotoperiode,yaitu panjang relative siang dan malam hari. Fotperiode merupakan suatu indicator yang lebih dapat dipercaya di bandingkan dengan suhu,dalam memberi petunjuk mengenai kejadian musiman,seperti perbungaan atau perpindahan (migrasi). Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu: 1. Kualitas cahaya Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting. Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara 0,39 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis. Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton. Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang. 2. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal. Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan minimum. Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer. a. Kepentingan intensitas cahaya Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat fotooksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein. b. Titik kompensasi Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.

Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan. c. Heliofita dan siofita Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil. d. cahaya optimal bagi tumbuhan Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya. e. adaptasi tumbuhan terhadap cahaya kuat Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam. 3. Lama penyinaran

Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: a. Tumbuhan berkala panjang Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll. b. tumbuhan berkala pendek Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan. c. Tumbuhan berhari netral Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk proses perbungaannya, misalnya tomat. Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.

1.

Angin

Angin memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi (faktor wind-chill) atau pendinginan oleh angina. Angina juga menyebabkan hilangnya air di organisme dengan cara meningkatkan laju penguapan pada hewan dan laju transpirasi pada tumbuhan selain itu,angina dapat menyebabkan pengaruh yang sangat mendasar pada bentuk pertumbuhan tumbuhan, yaitu dengan cara menghambat pertumbuhan anggota tubuh pohon yang terdapat pada sisi arah tiupan angina; anggota tubuh pohon yang berada pada arah yang berlawanan dengan arah tiupan angina akan tumbuh secara normal, yang menghasillkan suatu penampakan lambaian bendera 2. Batu bara dan tanah

Struktur fisik, ph, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola mengelompo pada area tertentu yang acak (patchiness) pada ekosistem terrestrial yang sering kita lihat. Pada aliran sungai, komposisi substrat dapat mempengaruhi faktor kimiawi dalam air, yang selanjutnya akan mempengaruhi tumbuhan dan hewan penghuni ekositem akuatik. Pada lingkungan laut struktur subtract dala zona pasang surut (intertidal zone) dan dasar laut menentukan jenis organisme yang dapat menempel atau meliang dalam habitat seperti itu. 3. Gangguan periodic

Gangguan yang sangat merusak seperti kebakaran,badai,tornado,dan letusan gunung berapi dapat menghancurkan komunitas biologis. Setelh adanya ganggauan yang ,merusak, daerah akan di kolonisasi ulang oleh organisme yang selamat dari bencana, akan tetapi struktur komunitas akan mengalami suatu suksesi perubahan selama proses pemulihuhan seperti letusan gunung berapi,merupakan gangguan yang jarang terjadi dan

tidak dapat di prediksi menurut waktu dan ruang, sehingga organisme tidak memiliki adaptasi evolusioner untuk menghadapinya. Sebaliknya, gangguan kebakaran meskipun dalam jangka waktu pendek tidak dapat di prediksi tetapi kejadian berulang serinng kali terjadi pada beberapa komunitas dan banyak tumbuhan yang telah beradaptasi terhadap gangguan periodic seperti ini. Pada kenyataannya, beberapa komunitas sesungguhnya bergantung pada kebakaran yang terjadi secara periodic untuk mempertahankan hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai