Anda di halaman 1dari 29

KASUS 1 Seorang wanita 25 tahun, status: menikahpost partum P2A0 (10minggu) per vaginam 1 minggu setelah melahirkan, klien

mengeluh sakit pada saat berkemih, berkemih keluar sedikit-sedikit disertai rasa nyeri. Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat dari hasil wawancara didapatkan: Klien mengeluh urgency, frequency, dysuria, dan diare. TTV: TD : 120/80 mmHg P : 90 x/ menit R : 24 x/ menit S : 39C Setelah melakukan pemeriksaan fisik didapatkan dari hasil palpasi area suprapubik teraba tegang, tenderness. Perawat menganjurkan kepada Ny. W supaya banyak minum minimal 3L/ hari. Hasil pemeriksaan urine: Warna keruh, WBC (+++), cultur +bakteri, pyuria, eritrosit (+) Ny. W mendapatkan terapi: - Bachtrim 3x 1tab. 400 mg PO - Phenazopyridine 3x 1tab. PO A. ANATOMI FISIOLOGI A. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). ( Drs. H. Syaifudin B. Ac.) Sistem urinari terdiri dari: Ginjal (yang mengeluarkan sekret urine) Ureter (menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih) Kandung kemih (Vesika Urinaria) (sebagai penampung urine) Uretra (uang mengeluarkan urine dari kandung kemih)

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1. GINJAL Ginjal berbentuk seperti biji buah kacang merah (jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum

pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3 dan melekat langsung

pada dinding abdomen. a. Bagian Ginjal 1. Parenkim sebagai ginjal jaringan Bagian

ginjal menyelubungi struktur sinus ginjal Medula (lapisan dalam/subtantia medullaris)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal, tempat berkumpulnya ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Korteks (kulit ginjal) Terdiri atas glomeruli dan tubuli yang akan membentuk nefron sebagai tempat menyaring darah. Di dalam nefron terdapat glomerulus yang dikelilingi simpai bowman. Glomerulus dan simpai bowman akan membentuk badan malphigi (kapuskula). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli. Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus keluar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

Setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Bagian-bagian nefron : a. Glomerulus Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa :

120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak. b. Tubulus Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa). Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur :1-3 tahun: 500-600 ml Tubulus Proksimal Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organic. Faal Lengkung Henle Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik. Faal Tubulus Distalis dan Duktus Koligentes Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).

b. Fungsi ginjal 1. Pengeluaran zat-zat toksik (obat, bakteri, zat makanan) dan zat yang berlebihan (gula dan vitamin) 2. Mempertahankan keseimbangan cairan Glomerulus filtrasi cairan reabsorbsi di tubulus Na+Cl Volume cairan ekstra sel Mekanisme ADH Rasa haus bekerja Tekanan arteriol renal menurunm Merangsang renin Angiotensin Aldosteron Reabsorbsi Na + Cl Osmolaritas konsentrasi dipertahankan (konstan)

3. Mempertahankan keseimbangan garam dan zat-zat lain dalam tubuh 4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ueum kreatinin dan amoniak 5. Mempertahankan keseimbangan asam-basa Untuk menjaga keseimbangan Ph bekerjasama dengan enzim karbonat dehidrase CO2 keluar dari sel epitel tubulus CO2 + H2O (bereaksi) H2O3 Berdisiosasi menjadi 6. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting 7. Menghasilkan hormon eritropoetin yang beredar dalamm darah 8. Mengatur produksi sel darah merah Ginjal ->Hormon eritropotoen Dipengaruhi oleh hipoksia jaringan Eritroblas dari sel-sel sistem hemapoetik di sum-sum tulang proeritoblas pematangan (sel darah merah) 9. Mengatur tekanan darah GFR O2 dari ginjal (hipoksia) aparatus jugstaglomerolus melepas renin hati memproduksi angiotensin I Memasuki sistem sirkulasi melepas angitensin II tekanan kaapiler paru beban jantung meningkat TD Selain itu pelepasan Angiotensin II reabsorbsi Na dan air beban jantung TD c. Peredaran Darah pada Ginjal Peredaran Darah Ginjal mendapat relatif banyak darah. Sekitar 20-25% dari curah jantung pergi ke ginjal. Setiap menitnya di lalui 1,2 L darah, dan seluruh darah tubuh disaringnya sebanyak 60 kali sehari. Ginjal mendapat darah dari cabang aorta abdominalis melalui arteri renalis. Di dalam ginjal, arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris, yang berjalan di dalam kolumna renal. Sesampainya di batas korteks-medula, arteri ini menikung dan berjalan parallel basis pyramid. Arteri arkuata bercabang-cabang menjadi arteri interlobular, yang memasuki konteks dan mendarahi korpuskel renal. Arteri interlobular bercabang-cabang lagi menjadi arteriol aferen, yang membawa darah ke dalam glomerulus, tempat terjadi filtrasi dalam proses pembentukan kemih awal. Setiap arteriol aferen bercabang-cabang membentuk sekelompok gulungan kapiler yang di sebut glomerulus. Di dalam glomerulus inilah darah disaring. Darah dari gelungan kapiler glomerulus keluar melalui arterior eferen, membawa darah keluar dari gromerulus. Arteriol eferen lebih kecil dari pada arterior aferen, dan perbedaan ini cenderung meningkatkan tekanan darah volume plasma

dalam glomerulus. Tekanan darah yang naik ini penting untuk berlangsungnya proses filtrasi di glomerulus. Arteriol eferen kemudian bercabang-cabang lagi membentuk jalinan kapiler kedua (glomerulus adalah yang pertama) sekitar tubuli, yaitu kapiler peritubuler. Kapiler-kapiler peritubuler menyatu membentuk vena interlobular, yang membawa darah keluar korteks menuju vena arkuata. Vena arkuata menyatu membentuk vena interlobar di dalam kolumna renal, dan vena interlobar akhirnya membentuk satu vena renalis, yang membawa darah bersih keluar ginjal masuk vena kava inferior. d. Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. 2. URETER Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam, lalu menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Apabila kandung kemih sedang terisi kemih, ujung distal ureter akan menekan dan menutup. Itu dapat mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter. Apabila kemih terisi sebagian atau kosong, kandung kemih terletak di dalam pelvis. Sedangkan bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit ureter disemprotkan dalam bentuk pancaranmelalui osteum uretralis masuk ke kandung kemih (vesika urinaria).

3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih ) Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari : 1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate. 2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih). Air kemih (sekitar 250 cc) distensi kantung kemih stress reseptor melalui serabut saraf parasimpatis reflek kontraksi dinding kantungn kemih relaksasi spinter eksternus pengosongan kantung kemih Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi

spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. a. Pada laki- laki Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya 20 cm. Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada laki laki terdiri dari :

1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa

b. Pada Wanita Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Uretra mulai dari orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat spinchter internal dan external pada uretra, spinchter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf. Spinchter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan: 1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup. 2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darahdan saraf. 3. Lapisan mukosa C. Mekanisme dan Tahap Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinya dapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali. Tahap tahap Pembentukan Urine a. Proses filtrasi Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal. . cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.

b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis. c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

D . Urine (Air Kemih) 1. Sifat sifat air kemih Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya.

Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. Berat jenis 1.015 1.020. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). 2. Komposisi air kemih Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat Pigmen (bilirubin, urobilin) Toksin Hormon

B. Konsep Urinarius Tractus Infection (UTI) 1. Definisi Urinarius Tractus Infection (UTI) istilah medis untuk peradangan pada kandung kemih. Peradangan sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi kandung kemih ini dapat menjadi masalah serius jika infeksi tersebut menyebar pada ginjal. Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah Inflamasi (peradangan) akut pada mukosa bulibuli (kandung kemih) yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) atau dikenal pula dengan istilah anyang-anyangan yani suatu keadaan adanya inflamasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001). Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005). Sistitis adalah infeksi atau peradangan pada kandung kemih. Infeksi kandung kemih umumnyaterjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang. Peradangan sering disebabkan oleh infeksi bakteri.

2. Etiologi - Infeksi bakteri Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra dan melipat gandakan diri. Infeksi pada kandung kemih dapat terjadi karena hubungan seksual. Pada saat melakukan aktivitas seksual, bakteri masuk ke dalam kandung kemih melalui uretra. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain : Pseudemonas, Proteus,klebsiella: penyebab ISK complicated Escherichia coli:90% penyebab ISK uncomplicated Enterobacter, Staphyloccoccus epidemidis, enterococci,dll.

Tipe utama infeksi : Community-acquired bladder infections

Infeksi ini terjadi ketika orang yang mengalami infeksi kandung kemih tidak menjalani perawatan medis apapun. Hospital-acquired, or nosocomial, bladder infections. Infeksi ini terjadi pada orang yang menjalani perawatan medis baik itu di rumah sakit maupun rawat jalan di rumah. Contoh : pemakaian kateter yang tidak benar atau terlalu lama, hygiene yang kurang bersih.

3. Faktor Resiko - Wanita lebih rentan karena uretra wanita lebih pendek dari laki-laki. Wanita akan memiliki risiko yang lebih besar jika : a. Aktif secara seksual , Hubungan seksual dapat menyebabkan bakteri terdorong masuk ke uretra b. Menggunakan jenis kontrasepsi tertentu, Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam vagina lebih rentan mengalami infeksi c. Hamil, Perubahan hormon pada saat hamil dapat meningkatkan risiko infeksi kandung kemih Faktor risiko lain yang ada pada laki-laki dan wanita adalah : a. Gangguan pada aliran urin. Batu di dalam kandung kemih dan pembesaran prostat pada laki-laki dapat memicu infeksi b. Berubahnya sistem imun. Infeksi ini dapat terjadi pada orang yang memiliki kondisi seperti diabetes, infeksi HIV dan pengobatan kanker. c. Panggunaan kateter yang lama. Penggunaan kateter mungkin diperlukan pada orang yang memiliki penyakit kronis lain. Tetapi penggunaannya dalam waktu yang lama dapat meningkatkan peluang infeksi bakteri dan berakibat kerusakan jaringan kandung kemih. d. Aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih ( Refluks Uretrovesikal) e. Kebersihan alat kelamin yang tidak bersih. f. Adanya kontaminasi fekal pada meatus uretra g. Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa h. Infeksi usus i. Infeksi kronis dari traktus bagian atas j. pH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman

k. Adanya obstruksi pada saluran kemih seperti batu saluran kemih, hipertropi prostat, tumor

4. Manifestasi Klinis a. Terdapat gejala frekuensi, karena kandung kemih mengalami hipersensitif akibat reaksi inflamasi. b. Gejala sistemik : Demam Mual Muntah Fatigue Kondisi umum yang menurun.

c. Makroskopik: urine berwarna keruh dan berbau d. Mikroskopik: Pyuria : Terdapat nanah pada urin

Hematuria : Adanya sel darah merah dalam urine Bakteriuria: Terdapat kultur bakteri

e. Urgensi (terdesak rasa ingin berkemih) f. Sering berkemih (frekwensi) g. Rasa panas dan nyeri saat berkemih (disuria) h. Nokturia (sering berkemih pada malam hari) i. Nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan suprapubik j. Distensi abdomen k. Rasa sakit pada punggung 5. Klasifikasi Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu: a. Infeksi saluran kemih atas 1. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri. 2.Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

b. Infeksi saluran kemih bawah 1.Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna. Cystitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lain, seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertrofi prostat, dan striktura uretra. Cystitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. 2.Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril). Klasifikasi berdasarkan waktu terjadinya dibedakan menjadi : 1. First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurangkurangnya 6 bulan bebas dari ISK. 2. infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada reinfeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri.

6. Komplikasi a. Pembentukan abses ginjal atau perirenal b. Gagal ginjal c. Sepsis d. Prostat Hipertropi

7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Urinalisis Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urinmelalui urin porsi tengah (midstream), pungsi suprapubik, dan kateter uretra.Memeperlihatkan adanya

bakteriuria, sel darah putih (leukosit), dan endapan sel darah merah (eritrosit). Dimana leukosaria/pyuria merupakan salah satu adanya ISK. a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih. b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. 2. Bakteriologis a. Mikroskopis Dapat digunakan air kemih segar tanpa diputar/tanpa pewarnaan garam. Dinyatakan (+) bermakna jika dijumpai satu bakteri lapang pandang minyak emersi. b. Biakan bakteri Bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan kriteria Cattell. c. Kultur urine Untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik (102-103 koliform/mL urin (+) pyuria. d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 3. Metode tes a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit. b. Tes Plat-Celup Lempeng dicelupkan ke dalam air atau dengan digenangi air kemih. Setelah itu lempeng dimasukkan ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula. Dieram semalaman dengan 37C. Penentuan jumlah kuman/mL. Dilakukan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000-10.000.000 dalam tiap mL air kemih

yang diperiksa. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat ketahui. c. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). 4. Test Serum (kadar normal bisa dilihat di table analisa) Tes serum dilakukan untuk memeriksa kadar : protein darah; terutama albumin, kadar albumin darah dapat menurun hingga dibawah 2g/dl pada proteinuria berat kadar lipid darah; meliputi pemeriksaan serum cholesterol, dan kadar

trigliserida.. Kadar kolesterol juga meningkat atau hiperkolesterolemia yang diakibatkan menurunnya enzim katabolisme lipid. Hematokrit; Pasien SN biasanya mengalami peningkatan hematokrit yang disebabkan oleh kurangnya cairan diintravaskuler atau hipovolemia. Serum creatinin dan BUN, biasanya masih dalam kadar normal, tapi bisa meningkat apabila adanya penurunan fungsi ginjal. 5. Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

8. Penatalaksanaan A. Terapi Farmakologis Pada infeksi saluran kemih, antibiotik yang diberikan berdasarkan pada kultur kuman. Tujuan pengobatan infeksi saluran kemih adalah mencegah dan

menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakterimia, mencegah dan mengurangi resiko kerusakan ginjal. Berbagai macam cara pengobatan yang dilakukan pada klien dengan infeksi saluran kemih antara lain : - pengobatan dengan dosis tunggal - pengobatan jangka pendek ( 4- 14 hari )

- pengobatan jangka panjang ( 4-6 minggu ) Berikut obat yang biasa diberikan kepada klien dengan infeksi saluran kemih a. Ulfaprim Kemasan dan no.Reg: Ulfaprim suspensi mengandung Sulfamethoxazole 200 mg dan Trimetoprim 40 mg / 5 mL, dalam botol 60 mL, No. Reg. : DKL0308509933A1. tablet mengandung Sulfamethoxazole 400 mg dan Trimetoprim 80 mg (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No. Reg. : DKL0308509510A1. Nama Generik : Co-trimoxazole Nama Dagang : Bactrim (Roche), Kaftrim (Kimia Farma), Inatrim (Indo Farma), Primadex (Dexa Medica), Sanprima (Sanbe), Triminex (Konimex) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Infeksi Saluran Pencernaa, Pernapasan, Infeksi kulit Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap komponen obat, anemia megaloblastik Bentuk Sediaan : Tablet ( 80 mg Trimethoprim 400 mg Sulfamethoxazole) Infeksi Saluran

Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun adalah: dosis lazim: 2 kali sehari 2 tablet selama 10-14 hari infeksi berat: 2 kali sehari 3 tablet untuk pengobatan jangka panjang: 2 kali sehari 1 tablet Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim 800 mg Sulfamethoxazole ) Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim 200 mg Sulfamethoxazole ) Efek samping : - Hipersensitivitas ( demam, rash, fotosensitivitas ) - Gangguan pencernaan ( nausea, vomiting, diare ) - Hematotoxicity ( granulositopenia, trombositopenia) - Resiko Khusus : defisiensi G6PD, defisiensi asam folat, wanita hamil dan menyusui, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal. b. Phenazopyridine Indikasi : digunakan bersamaan dengan antibiotika untuk mengatasi infeksi saluran kemih, digunakan untuk meredakam gejala nyeri, rasa terbakar, urgensi, frekwensi, dan rasa tidak nyaman lainnya.

Kontra Indikasi: glomerulonefrtitis kronik, gagal ginjal Dosis: 3x2 tab/hari sesudah makan Efek Samping: pusing, sakit kepala, dan gangguan pencernaan c. Ciprofloxacin Nama Generik : Ciprofloxacin Nama Dagang : Ciproxin (Bayer), Interflox (Interbat), Nilaflox (Nicholas), Quidex (Ferron), Renator (Fahrenheit), Scanax (Tempo Scan Pasific) Indikasi : Infeksi Saluran Kemih, Sinusitis Akut, Infeksi Kulit, Infeksi Tulang dan Sendi, Demam Typhoid, Pneumonia Nosokomial Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau golongan quinolon lain Bentuk Sediaan : Tablet, kaplet (250 mg, 500 mg, 750 mg); Tablet lepas lambat ( 500 mg, 1000 mg ) Dosis : Dewasa : 250 mg tiap 12 jam Efek Samping : ruam kulit, diare, mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala, susah tidur, jantung berdebar-debar, halusinasi Resiko Khusus : Pasien dengan gangguan ginjal, Wanita hamil dan menyusui. d. Nitrofurantoin Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif dan gram negative. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan cepat dimetabolisme dan disekresikan sehingga tidak memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Obat ini disekresikan di dalam ginjal. Dosis : untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa adalah 50-100 mg 4 x dalam 7 hari setelah makan. Efek samping : - Anoreksia - Mual - Muntah B. Terapi non-farmakologis a. Untuk mengatasi agar tidak lebih parah, pada waktu bangun di pagi hari. Buang air seni pada pagi hari dapat membantu mengeluarkan bakteri darikandung kamih yang akan keluar bersama urin. Jarang buang air seni menyebabkan beberapa bakteri mendapat peluang untuk berkembang biak dengan cepat dalam kandung kemih.

b. Minum air putih minimal 8 gelas atau 2,5 liter setiap hari. Air putih dapat melancarkan pengeluaran air seni dan dapat mencegah timbulnya penyakit infeksi saluran kemih. c. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing. d. Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rectum. e. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliku keseimbangan pH sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih. f. Buang air seni sesering mungkin ( setiap 3 jam ) untuk mengosongkan kandung kemih dan jangan menunda membuang air seni, karena perbuata ini justru merupakan penyebab terbesar dari infeksi saluran kemih. g. Pilihlah toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung ke permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya membersihkan dulu dudukan toilet. h. Saat membersihkan saluran kencing gunakan air langsung keran. i. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila jarang diganti bakteri akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab. pinggiran

9. Pencegahan a. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih b. Membersihkan dengan sabun pH seimbang c. Menggunakan toilet jongkok, lebih higienis. Kalau terpaksa toilet duduk, bersihkan dulu pinggirannya dengan tissue d. Bersihkan organ intim dengan shower, jangan dengan air terapung di toilet umum e. Gunakan pakaian katun agar tidak lembab f. Mandi dengan air mengalir daripada berendam g. Bersihkan pereniem setelah defekasi dengan gerakan dari depan ke belakang h. Minum sejumlah cairan, hindari kopi, teh, alcohol i. Segera berkemih setelah hubungan seks j. Biasakan berkemih setiap 2-3 jam sekali

10. Pendidikan Kesehatan

Wanita dan anak perempuan dianjurkan untuk sering minum (jus cranberry terbukti dapat menrunkan insiden sistitis) dan pergi buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikro organisme yang mungkin merayap naik ke uretra.

Anak perempuan harus di beri tahu sedini mungkin agar membilas dari depan ke belakang agar menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feses. Wanita di anjurkan untuk berkemih sehabis berhubungan intim untuk membilas mikroorganisme yang masuk. Mandi busa tidak di anjurkan bagi anak perempuan karena dapat terjadiiritasi pada lubang uretra sehingga memberikan akses kepada bakteri ke uretra. Demikian juga anak perempuandi anjurkan untuk tidak main-main di bak mandi setelah bersampo.

Diperlukan terapi antibiotic dengan urinealisis berulang atau setelah pemberian obat Dianjurkan untuk tidak menahan keinginan untuk berkemih Jaga kebersihan daerah genetalia. Setelah pemberian obat tetap harus control periksa.

C.ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Data Biografi Nama Usia Jenis Kelamin Status Pekerjaan Suku/bangsa Alamat No. Telepon Diagnosa medis 2. Anamnesa a) Keluhan utama: klien mengeluh jika dirinya sakit saat berkemih, berkemih keluar sedikit-sedikit disertai rasa nyeri. b) Riwayat kesehatan sekarang: setelah dilakukan saat dikaji oleh perawat didapatkan hasil: Klien mengeluh urgency, frequency,disuria. c) d) e) f) Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kesehatan keluarga: Riwayat obat-obatan: Riwayat persalinan: Post partum P1A0 (39 minggu) per vaginam : Ny. X : 25 Tahun : Perempuan : Menikah ::::: Sistitis (infeksi saluran kemih)

3. Pola-pola fungsi kesehatan a) b) c) d) Pola Aktivitas & Lingkungan Pola Gaya Hidup Pola Eliminasi Pola Nutrisi/Cairan

4. Aspek bio psiko-sosio-spiritual Terhadap Klien

1) Bio, secara biologis, mungkin sudah jelas, klien ini mengalami perubahan/gangguan secara biologis pada system urinari yang kemudian berefek pada sistem lainnya misalnya jantung, paru-paru, integumen dan hepar. Gangguan secara biologis juga bisa dilihat dari sisi pemenuhan KDM pada klien ini. Klien ini mungkin mengalami gangguan nutrisi, keseimbangan cairan, dan lain sebagainya. 2) Psiko, kaji kondisi psikologis klien dan keluargannya, pada kasus ini keluarga mungkin mengalami kecemasan karena ketidaktahuan terhadap cara bersenggama yang higienis. 3) Sosio, karena klien merupakan istri yang baru berumah tangga, nampaknya memiliki kecemasan terhadap suaminya dan dengan keadaan baru melahirkan klien bisa merasa tidak bisa mengurus anaknya 4) Spiritual, kaji keyakinan keluarga klien/ klien, ketaatan keluarga klien/ klien dalam beribadah dan pengaruh penyakit ini pada keyakinan mereka.

5. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Kesadaran: Antropometri: BB: TB:

Kaji tanda-tanda vital No Data 1. 2 3. 4. TD HR RR Suhu Normal 120/80 80 100 x/menit 12 20 x/menit 360C Kasus 120/80 90 x/menit 24 x/menit 390C Interpretasi normal normal dispnea demam

Pengkajian fokus a. Inspeksi , melihat keadaan klien secara umum, bagaimana kesadarannya, apakah kelihatan sakit, malaise, atau pucat. Inspeksi kulit klien, edema pada klien bisa dilihat secara kasat mata, perawat bisa melihat keparahan edema, untuk mengetahui besarnya edema . b. Palpasi

Pada area supra pubik teraba tegang tenderness Palpasi edema atau disebut dengan pitting edema: dengan cara meletakkan jari telunjuk di atas edema; 1. 1+ untuk pitting dengan kedalaman sekitar 2 mm, dan hilang dengan cepat , 2. 2+ untuk pitting dengan kedalaman sekitar 4 mm, hilang dalam waktu 10-15 detik, 3. 3+ untuk pitting dengan kedalam sekitar 6 mm, hilang dalam waktu > 1 menit. 4. 4+ untuk pitting dengan kedalam sekitar > 6 mm, hilang dalam waktu 2-3 menit. (Linda & paul,2007) c. Perkusi , perkusi pada kasus ini dilakukan apabila dicurigai adanya penumpukan cairan di paru-paru klien. Adanya penumpukan cairan ditandai dengan suara dullness. d. Auskultasi, untuk mendengar suara nafas tambahan, dan suara jantung untuk mengidentifikasi apakah terjadi komplikasi. Seperti efusi pleura, gagal jantung, efusi pericardium dan lain sebagainya.

6. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan No Data 1. 2. 3. 4. 5. Warna urine Bakteri Eritrosit WBC Kandungan urine Normal Kuning jernih (-) (-) (-) Tidak ada pyuria Kasus Keruh (+) (+) (++++) pyuria Interpretasi Tdk normal Tdk normal Tdk normal Tdk normal Tdk normal

7. Pemeriksaan diagnostic (tidak tercantum dalam kasus, bisa dilakukan) Pemeriksaan melalui Urogram intravena dan ultrasound untuk mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius Pengukuran BUN,kadar kreatinin dan klirens kreatinin Radiografi: Foto polos abdomen, IPV, Micturating cystogram, seharusnya dipertimbangkan bila pasien masih tetap demam setelah 72 jam untuk menyingkirkan faktor komplikasi yang lebih jauh seperti abses renal.

8. Terapi yang di berikan kepada klien Dianjurkan untuk minum banyak minimal 3L/hari Bachtrim 3x1 tab 400 Mg Po Phenazopiridine 3x 1 tab Po

B.

Analisis Data Etiologi Masalah Nyeri berhubungan

No. Data 1. Ds: klien mengatakan bahwa dirinya merasa nyeri saat berkemih Berkemih sedikit-sedikit disertai nyeri serta saat di wawancara pasien

dengan inflamasi d.o klien mengeluh nyeri saat berkemih

mengatakan dysuria

Do: pemeriksaan urin eritrosit +, daerah supra pubik teraba tegang tenderness 2. DO : klien frequency, dysuria. DS : klien mengeluh kandung kemih terasa penuh meski urine sedikit menstimulasi reseptor peregang kandung kemih impuls medulla spinalis urgency, dan peradangan vesika urinary Mengurangi ruang u/ urine, volume urine yg ditampung berkurang Infeksi kandung kemih / sistitis Inflamasi kandung kemih Gangguan eliminasi infeksi kandung pasien saat urin pada pola b.d

dinding d.d nyeri serta

kemih merasa

berkemih

berkemih sedikit-sedikit

berkemih keluar sedikitsedikit.

otak saraf splanknik pelvis reflex kandung kemih kontraksi otot detrusor relaksasi sfingter intrerna dan eksterna sering berkemih, sedikit2 Gangguan pola eliminasi urine

C.

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada saluran kemih d.d klien mengeluh nyeri saat berkemih 2. Perubahan eliminasi b.d infeksi pada dinding kandung kemih d.d pasien merasa nyeri saat berkemih serta berkemih sedikit-sedikit

D. No 1.

Nursing Care Plan/Perencanaan Diagnosa Tujuan Intervensi 1. Kaji intensitas, lokasi, factor Tupen: dilakukan dan yang Rasional 1. Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

Gangguan rasa Tupan : nyaman: Nyeri Nyeri hilang berhubungan dengan

memperberat atau meringankan nyeri. 2. Catat lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran lokasi, 2. Membantu mengevaluasi tempat dan nyeri obstruksi penyebab

inflamasi pada Setelah saluran kemih tindakan d.d mengeluh nyeri berkemih

klien keperawatan, 1x24 jam pasien merasa saat nyaman dan

nyerinya berkurang. Kriteria Hasil : Leukosit (-)

Eritrosit (+) Kultur bakteri (-) Tidak pyuria Tidak nyeri saat berkemih ada

nyeri. 3. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan 3. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang

diharapkan

haluaran setiap 8 jam dan hasil

pantau

urinalisis ulang 4. Berikan nyaman (sentuhan teraupetik, perubahan posisi, pijatan/kompre s hangat pada punggung) dan dorong untuk rasa 4. Menurunkan tegangan otot ,

memfokuskan kembali perhatian, kompres akan hangat

dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

melakukan teknik relaksasi(latiha n nafas dalam 5. Anjurkan minum banyak 2-3 liter 5. membentu membilas saluran berkemih

Kolaborasi : - Berikan Sulfamethoxaz

Kolaborasi : sulfamethoxazole mengobati infeksi

ole dengan

sesuai

sauran

kemih.

Menghancurkan bakteri dalam

kebutuhan dan evaluasi keberhasilanny a - Beriakan fenazopiridin -

saluran kemih

menghilangkan gejala kemih saluran yang

sehungan dengan infeksi atau

prosedur urologic: nyeri, gatal, rasa terbakar, urgensi, frekuensi.

2.

Perubahan eliminasi infeksi dinding kandung kemih

Setelah b.d tindakan

dilakukan

- Pantau

dan

- Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui - Mencegah terjadinya penumpukan urine dalam urinaria - Mengetahui adanya distensi vesika input

observasi urine setiap berkemih - Anjurkan berkemih setiap 2-3 jam sekali kali

pada keperawatan selama 3x24 dapat d.d mempertahankan eliminasi jam, klien

serta output cairan

pasien merasa pola nyeri

saat secara adekuat

berkemih serta berkemih sedikit-sedikit Kriteria hasil: Klien berkemih 3jam sekali Klien kesulitan berkemih tidak saat dapat setiap

- Palapasi kandung kemih setiap 4 jam - Bantu kamar ke kecil

kandung kemih - Memudahkan klien saat berkemih

atau menggunakan pispot - Bantu untuk mendapatkan posisi nyaman berkemih yang saat klien - Agar klien tidak sukar berkemih untuk

Anda mungkin juga menyukai