Anda di halaman 1dari 22

PERANG DEMI MENJAGA HAK ASASI MANUSIA Kajian Perang Dalam Perspektif Kitab Kuning* Oleh: Khoirul Anwar**

Prolog Islam sangat memuliakan manusia dan Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Inilah pesan yang terkandung dalam al-Quran maupun Hadis. Dalam QS. AlIsr` [17]:70 Allah menyatakan bahwa diri-Nya telah memuliakan manusia ketimbang makhluk-Nya yang lain. Untuk menjaga stabilitas kehidupan di dunia dan nilai-nilai kemanusiaan Allah mengutus para nabi yang bertugas untuk menebar kasih sayang (QS. alAnbiy` [21]:107), karena dengan kasih sayang kehidupan akan menjadi aman dan tentram. Dalam beberapa sabdanya nabi Muhammad Saw. selalu menganjurkan umatnya untuk menebar kasih sayang kepada penduduk bumi. Beliau bersabda: Orang yang menebar kasih sayang maka akan disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sayangilah penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu.1 Ketika sebagian sahabat berkata kepada nabi Saw. Wahai rasul, aku selalu menebar kasih sayang kepada istri dan anak-anakku. Rasulullah bersabda, Menebar kasih sayang yang aku hendaki bukan hanya kepada keluarga, tetapi kepada semua umat manusia di muka bumi. Demikianlah nabi Muhammad Saw. selalu mengajarkan umatnya untuk selalu menebar kasih sayang kepada siapapun. Namun, menebar kasih sayang tidak selamanya dilakukan dengan berbuat ramah terhadap sesama, tapi dalam satu waktu menebar kasih sayang dapat dilakukan dengan cara berperang. Yaitu ketika terdapat sekelompok manusia yang merampas hak asasi manusia lainnya, maka demi menjaga hak asasi tersebut tindakan zalim mereka harus dihentikan walapun dengan cara berperang. Oleh karena itu dalam rentang sejarah para ulama dengan beragam bidang kajiannya banyak yang mengkonsentrasikan diri dalam membahas perang, mulai dari sejarah perang Rasulullah Saw., sahabatnya, para tabiin hingga generasi umat Islam sekarang. Sejarah perang umat Islam generasi pertama dalam kitab-kitab klasik seringkali dibahas bersamaan dengan kejadian sejarah lainnya. Oleh karena itu kitab-kitab tersebut seringkali oleh muallifnya diberi titel al-siyar wa al-maghz, seperti Kitb al-Siyar wa al-Maghz atau biasa dikenal dengan Srah Ibn Ishq karya Muhammad bin Ishq,2 al-Siyar karangan Ab Ishq Ibrahm al-Fazr, 3 al-Maghz karya Muhammad bin Umar al-Wqid, 4 al-Maghz alNabawiyyah karya Ibn Syihb al-Zuhr, 5 al-Srah al-Nabawiyyah karya Ibnu Hisym, 6 alSyam`il al-Muhammadiyyah karya Muhammad bin Is al-Turmudz, 7 al-Srah alNabawiyyah wa Akhbr al-Khulaf` karangan Muhammad bin Hibbn,8 Akhlq al-Nabiy wa dbuh karya Ab Muhammad al-Ashbihn, 9 Kitb al-Ghazawt karya Ibn Hubaisy,10
1 2

Ab Dwud al-Sijistn, Sunan Ab Dwud, Beirut: al-Maktabah al-Ashriyyah, tt. vol. IV, hal. 285. Muhammad bin Ishq, Srah Ibn Ishq, Beirut: Dr al-Fikr, cet. I, 1978. 3 Ab Ishq al-Fazr, al-Siyar, Beirut: Mu`assasah al-Rislah, cet. I, 1987. 4 Muhammad bin Umar al-Wqid, al-Maghz, Beirut: Dr al-`Alam, cet. III, 1989. 5 Ibn Syihb al-Zuhr, al-Maghz al-Nabawiyyah, Damaskus: Dr al-Fikr, 1981. 6 Ibnu Hisym, al-Srah al-Nabawiyyah, Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathbaah Mushthaf al -Bb al-Halb, cet. II, 1955. 7 Muhammad bin Is al-Turmudz, al-Syam`il al-Muhammadiyyah, Beirut: Dr Ihy` al-Turts al-Arab, tt. 8 Muhammad bin Hibbn, al-Srah al-Nabawiyyah wa Akhbr al-Khulaf`, Beirut: al-Kutub al-Tsaqfiyah, cet. III, 1417. 9 Ab Muhammad al-Ashbihn, Akhlq al-Nabiy wa dbuh, Dr al-Muslim, cet. I, 1998. 10 Ibn Hubaisy, Kitb al-Ghazawt, Kairo: Dr al-Ulm, cet. I, 1983. 1 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Syaraf al-Mushthaf karya Abdul Malik bin Ibrahm al-Naisbr, 11 al-Bidyah wa alNihyah buah karya Ab al-Fid` Ismal bin Katsr,12 al-Fhusl f al-Srah yang juga ditulis oleh Ab al-Fid` Ismal bin Katsr, 13 al-Srah al-Halbiyah karya Ali bin Ibrhm al-Halb,14 Khtam al-Nabiyyn karya Ab Zahrah,15 Inrah al-Duj f Maghz Khair al-War Shallallah Alaih wa lih wa Sallam karangan Hasan bin Muhammad al-Mlik, 16 dan yang lainnya. Kitab-kitab itu di samping menjelaskan praktik perang yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya juga menjelaskan teori-teorinya yang dikemudian hari dibakukan oleh para ulama dengan beragam pandangannya sebagai teori perang dalam Islam (nadzariyah al-harb f al-Islm), dan pembahasan ini dalam karya-karya ulama abad pertengahan khususnya oleh para fuqaha` dijadikan salah satu bab tersendiri di bawah judul Kitb al-Jihd wa al-Jizyah, Kitb Qitl Ahl al-Baghy wa Ahl al-Riddah, Kitb al-Qatl, dan Kitb al-Siyar. 17 Belakangan pembahasan perang dalam Islam dibahas dalam satu kitab tersendiri, yakni dengan tetap berpegang pada pemikiran ulama masa lampau namun dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, lebih sistematis, dan terkadang disertai upaya kontekstualisasinya di masa kekinian, yaitu untuk menyikapi peperangan-peperangan yang terjadi pada masa sekarang dan mendatang. Kitab-kitab yang masuk dalam kategori ini antara lain Nadzariyah al-Harb f al-Islm karya Ab Zahrah, 18 al-Harb Tharq al-Salm anggitan Hamd al-Kans, 19 al-Hizb al-Hsyim wa Ta`ss al-Daulah al-Islmiyyah karangan Sayyid al-Qumn, 20 al-Islm wa al-Qitl karya Ahmad Abdurrahman,21 al-Qitl f al-Islm karangan Muhammad bin Nshir al-Jawn, 22 al-Siysah al-Islmiyyah f Ahd al-Khulaf` al-Rsyidn karya Abdul Mutal al-Shad, 23 al-Saby f Shadr al-Islm karya Syd Ibrhm Abdul Qdir,24 al-Sary al-Harbiyyah f al-Ahd al-Nabawiy anggitan Muhammad Sayyid Thanthw, 25 Faliyah al-Qiydah f al-Islm karya Husain bin Muhammad Ms, 26 Falsafah

11

Abdul Malik bin Ibrhm al-Naisbr, Syaraf al-Mushthaf, Makkah: Dr al-Basy`ir al-Islmiyyah, cet. I, 1424. 12 Ab al-Fid` Ismal bin Katsr, al-Bidyah wa al-Nihyah, Libanon: Dr al-Marifah, 1976. 13 Ab al-Fid` Ismal bin Katsr, al-Fhusl f al-Srah, Mu`assasah Ulm al-Qur`n, cet. III, 1403. 14 Ali bin Ibrhm al-Halb, al-Srah al-Halbiyah; Insn al-Uyn f Srah al-Amn al-Ma`mn, Beirut: Dr alKutub al-Ilmiyyah, cet. II, 1427. 15 Ab Zahrah, Khtam al-Nabiyyn, Kairo: Dr al-Fikr al-Arab, 1425. 16 Hasan bin Muhammad al-Mlik, Inrah al-Duj f Maghz Khair al-War Shallallah Alaih wa lih wa Sallam, Jeddah: Dr al-Minhj, cet. II, 1426. 17 Lihat misalnya al-Syfi dalam al-Umm, Beirut: Dr al-Marifah, 1990. Al-Muzan dalam Mukhtashar alMuzan, Beirut: Dr al-Marifah, 1990. Al-Mwardi dalam al-Hw al-Kabr, Beirut-Libanon: Dr al-Kutub alIlmiyyah, cet. I, 1999. Mlik bin Anas dalam al -Mudawwanah, Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1994. Ibn Rusyd al-Hafdz dalam Bidyah al-Mujtahid wa Nihyah al-Muqtashid, Kairo: Dr al-Hadts, 2004. Ab Dwud al-Sijistn dalam Mas`il al-Imm Ahmad, Mesir: Maktabah Ibn Taimiyyah, cet. I, 1999. Al` al -Dn alKsn al-Hanaf dalam Bad`i al-Shan`i f Tartb al-Syar`i, Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. II, 1986. Dan yang lainnya. 18 Ab Zahrah, Nadzariyah al-Harb f al-Islm, Kairo: Dirst Islmiyyah, cet II, 2008. 19 Hamd al-Kans, al-Harb Tharq al-Salm, Kairo: Majallah al-Nahr, 2005. 20 Sayyid al-Qumn, al-Hizb al-Hsyim wa Ta`ss al-Daulah al-Islmiyyah, Maktabah Dr al-Nadwah, tt. 21 Ahmad Abdurrahman, al-Islm wa al-Qitl, Dr al-Syarq al-Ausath, tt. 22 Muhammad bin Nshir al-Jawn, al-Qitl f al-Islm; Ahkmuh wa Tasyrtuh Dirsah Muqranah, tp. cet. II, 1983. 23 Abdul Mutal al-Shad, al-Siysah al-Islmiyyah f Ahd al-Khulaf` al-Rsyidn, Kairo: Dr al-Fikr alArab, tt. 24 Syd Ibrhm Abdul Qdir, al-Saby f Shadr al-Islm, Palestina: Jmiah al-Najjh, 2010. 25 Muhammad Sayyid Thanthw, al-Sary al-Harbiyyah f al-Ahd al-Nabawiy, Kairo: al-Zuhr` li al-Ilm alArab, 1990. 26 Husain bin Muhammad Ms, Faliyah al-Qiydah f al-Islm; al-Ghazawt wa al-Ras`il wa Fann alTamul, tp. 1432. 2 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

al-Harb f al-Islm karya Ndiyah Husn Shaqr,27 al-Alqt al-Dauliyyah f al-Islm Waqt alHarb karya Abdul Wans Syat dkk,28 Hushn Khaibar f al-Jhiliyyah wa Ashr al-Rasl karya Salm Syfi Ma hmd Salm, 29 al-Islm al-Siys wa al-Marakah al-Qadmah karangan Mushthaf Mahmd, 30 Qishshah al-Hurb al-Shalbiyyah karya Rghib al-Sarjn,31 Riwyah al-Symiyyn li al-Maghz wa al-Siyar karangan Husain Athwn,32 Hurb al-Quds f al-Trkh al-Islm wa al-Arab karya Bsn Suwaid, 33 Ahkm al-Usr wa al-Saby f alHurb al-Islmiyyah karangan Abdul Lathf mir, 34 al-Jihd wa al-Qitl f al-Siysah alSyariyyah karya Muhammad Khair Haikal, 35 al-Harb wa al-Silm karangan Tolstoj,36 al-Qitl Huwa al-Tharq karya Kaml Adwn, 37 Shuwar min Hayh al-Harb wa al-Jihd f alAndalus karya Ahmad Mukhtar,38 dan lain-lain. Konsep perang yang dirumuskan oleh para ulama tersebut baik yang klasik (salaf) maupun yang kontemporer (khalaf) dibangun di atas sumber-sumber keislaman sebagaimana kajian-kajian keislaman lainnya, yakni berpijak pada al-Quran, Hadis, dan atsr Sahabat. Dengan demikian pembahasan perang dalam perspektif para sarjana masa lalu yang kini terekam dalam karya-karyanya atau biasa disebut dengan kitab kuning sangat menarik untuk diungkap. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep perang dalam pandangan mereka, tapi juga untuk menimbang pernyataan arogansi sebagian umat Islam yang menyatakan bahwa kitab kuning sudah usang dan tidak relevan dengan kondisi kekinian. Benarkah demikian? A. Istilah Perang Dalam Kitab Kuning Perang dalam kitab kuning memiliki beberapa istilah, antara lain harb, qitl, jihd, ghazw, marakah, dan yang lainnya. Semua istilah ini dalam kitab kuning digunakan dengan makna yang sama (murdif), yakni perang. Namun dalam literatur fiqh istilah jihd lebih sering diidentikkan dengan peperangan yang dilakukan umat Islam dengan non muslim (kuffr), sedangkan qitl digunakan untuk menyebut peperangan umat Islam melawan pembangkang (ahl al-baghy), orang yang keluar dari agama Islam (ahl al-riddah), pembegal jalan (qthi al-tharq), dan lainnya, baik yang diperangi beragama Islam maupun tidak. 39

27

Ndiyah Husn Shaqr, Falsafah al-Harb f al-Islm, Kairo: Wuzrah al-Auqf al-Majlis al-Al li al-Syu`n al-Islmiyyah, 1990. 28 Abdul Wans Syat dkk, al-Alqt al-Dauliyyah f al-Islm Waqt al-Harb; Dirsah li al-Qawid alMunadzdzamah li Sair al-Qitl, Kairo: al-Mahad al-lim li al-Fikr Islm, 1981. 29 Salm Syfi Mahmd Salm, Hushn Khaibar f al-Jhiliyyah wa Ashr al-Rasl; Dirsah Trkhiyyah li Ahamm al-Hushn wa Aqdah al-Harb wa al-Qitl ind al-Yahd f Khaibar, Mesir: al-Marif alIskandariyyah, tt. 30 Mushthaf Mahmd, al-Islm al-Siys wa al-Marakah al-Qadmah, Mesir: al-Syirkah al-Mishriyyah, tt. 31 Rghib al-Sarjn, Qishshah al-Hurb al-Shalbiyyah, Kairo: Mu`assasah Iqra` li al-Nasyr wa al-Tauz wa alTarjamah, cet. II, 2009. 32 Husain Athwn, Riwyah al-Symiyyn li al-Maghz wa al-Siyar f al-Qarnain al-Awwal wa al-Tsn alHijrain, ttp. Dr al-Jl, tt. 33 Bsn Suwaid, Hurb al-Quds f al-Trkh al-Islm wa al-Arab, Beirut-Libanon: Dr al-Multaq, cet. I, 1997. 34 Abdul Lathf mir, Ahkm al-Usr wa al-Saby f al-Hurb al-Islmiyyah, Beirut: Dr al-Kutub alLibnn, cet. I, 1986. 35 Muhammad Khair Haikal, al-Jihd wa al-Qitl f al-Siysah al-Syariyyah, Dr Ibn Hazm, tt. 36 Tolstoj, al-Harb wa al-Silm, al-Maktabah al-Arabiyyah al-Syarqiyyah Orientliy, cet. I, 1996. 37 Kaml Adwn, al-Qitl Huwa al-Tharq, tp. tt. 38 Ahmad Mukhtar, Shuwar min Hayh al-Harb wa al-Jihd f al-Andalus, Mansya`ah al-Marif, cet. I, 2000. 39 Lihat misalnya dalam kitab fiqh karya Muhammad bin Qsim al-Ghaz, Fath al-Qarb, Semarang: Thaha Putra, tt. hal. 57-59. Zainuddn al-Malbr, Fath al-Mun, dalam Ab Bakr Utsmn al-Bakr, Hsyiyah Inah al-Thlibn, Beirut-Libanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. III, 2003, vol. IV, hal. 213-340. Zakariy alAnshr, Fath al-Wahhb, Dr al-Fikr, 1994, vol. II, hal. 185-217. 3 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Sedangkan dalam al-Quran istilah yang digunakan untuk menyebut peperangan yang dilakukan umat Islam ada 3, yaitu harb, qitl, dan jihd. 1. Harb Kata harb dalam al-Quran dengan berbagai derivasinya disebut sebanyak 11 kali. 40 Secara bahasa harb memiliki arti membunuh atau melarikan. Jamaknya adalah hurb.41 Menurut Al-Rghib al-Ashfihn, harb artinya merampok atau merampas dengan cara berperang (al-salb), harb memiliki arti orang yang dirampok, sedangkan al-harbah artinya alat yang digunakan untuk merampok. Konon, bagian depan masjid dinamakan dengan mihrb karena menjadi tempat bagi umat Islam untuk memerangi syaitan dan hawa nafsu.42 Penggunaan kata harb dalam al-Quran dengan arti perang yang dilakukan umat Islam sangat sedikit sekali dibandingkan dua kata lainnya, yakni jihd dan qitl. Menurut Muhammad bin Nshir al-Jawn dalam kitabnya, al-Qitl f al-Islm, alasan yang mendasari penggunaan kata harb dengan jumlah sedikit ini karena pada masa pra Islam kata tersebut digunakan untuk menyebut peperangan antar suku atau bangsa yang bertujuan untuk menguasai dan demi kepentingan pribadi, bukan kepentingan umum umat manusia. Sementara tujuan perang dalam Islam sebagaimana yang akan diungkap di bawah adalah demi kepentingan bersama, bukan kepentingan suku atau agama tertentu.43 2. Qitl Kata qitl dengan beragam bentuknya dalam al-Quran disebut sebanyak 170 kali.44 Kata qitl adalah perpindahan dari kata qatl ( )yang terdiri dari tiga huruf asli (tsults
40

Yaitu dalam QS. Al-Taubah [9]:107, QS. Al-Midah [5]:33, QS. Al-Baqarah [2]:279, QS. Al-Midah [5]:64, QS. Al-Anfl [8]:57, QS. Muhammad [48]:4, QS. Ali Imrn [3]:37, QS. Ali Imrn [3]:39, QS. Maryam [19]:11, QS. Shd [38]:21, QS. Saba` [34]:13. Muhammad Fu`d Abdul Bq, Al-Mujam al-Mufahras li Alfdz alQur`n al-Karm, Kairo: Dr al-Hadts, 1364 H. hal. 196. 41 Ibn Mandzr al-Anshr, Lisn al-Arab, Beirut: Dr Shdir, 1414 H. vol. I, hal. 303. 42 Al-Rghib al-Ashfihn, Al-Mufradt f Gharb al-Qur`n, Damaskus: Dr al-Qalam, cet. I, 1412 H. vol. I, hal. 225. 43 Muhammad bin Nshir al-Jawn, Al-Qitl f al-Islm, tp. cet. II, 1983, hal. 12. 44 Yaitu QS. Al-Baqarah [2]:251, QS. Al-Nis` [4]: 92, QS. Al-Midah [5]:32, QS. Al-Midah [5]:32, QS. AlMidah [5]:95, QS. Al-Kahfi [18]:74, QS. Thh [20]:40, QS. Al-Qashash [28]:19, QS. Al-Qashash [28]:33, QS. Al-Baqarah [2]:72, QS. Ali Imrn [3]:183, QS. Al-Nis` [4]:157, QS. Al-Midah [5]:30, QS. Al-Midah [5]:95, QS. Al-Kahfi [18]:74, QS. Al-Anfl [8]:17, QS. Al-Anam [6]:140, QS. Al-Nisa [4]:157, QS. Al-Nisa [4]:157, QS. Ghafir [40]:26, QS. Al-Maidah [5]:28, QS. Al-Maidah [5]:28, QS. Al-Maidah [5]:28, QS. AlQashash [28]:19, QS. Al-Nisa [4]:29, QS. Al-Maidah [5]:95, QS. Al-Anam [6]:151, QS. Al-Anam [6]:151, QS. Yusuf [12]:10, QS. Al-Isra [17]:31, QS. Al-Isra [17]:33, QS. Al-Baqarah [2]:85, QS. Al-Baqarah [2]:87, QS. Al-Baqarah [2]:91, QS. Al-Ahzab [33]:26, QS. Ghafir [40]:28, QS. Al-Qashash [28]:9, QS. Al-Anfl [8]:17, QS. Al-Nis [4]:92, QS. Al-Nisa [4]:93, QS. Al-Mumtahanah [60]:12, QS. Al-Anfal [8]:30, QS. AlQashash [28]:20, QS. Al-Baqarah [2]:61, QS. Ali Imran [3]:21, QS. Ali Imran [3]:21, QS. Ali Imran [3]:112, QS. Al-Maidah [5]:70, QS. Al-Taubah [9]:111, QS. Al-Furqan [25]:68, QS. Al-Syuara [26]:14, QS. AlQashash [28]:33, QS. Al-Araf [7]:150, QS. Al-Baqarah [2]:54, QS. Al-Nisa [4]:66, QS. Al-Taubah [9]:5, QS. Yusuf [12]:9, QS. Ghafir [40]:25, QS. Al-Ankabut [29]:24, QS. Al-Baqarah [2]:191, QS. Al-Baqarah [2]:191, QS. Al-Nis` [4]:89, QS. Al-Nis` [4]:91, QS. Ali Imran [3]:144, QS. Al-Isr` [17]:33, QS. Al-Dzariyat [51]:10, QS. Al-Muddatsir [74]:19, QS. Al-Muddatsir [74]:20, QS. Abasa [80]:17, QS. Al-Burj [85]:4, QS. Al-Takwr [81]:9, QS. Ali Imran [3]:157, QS. Ali Imran [3]:158, QS. Ali Imran [3]:154, QS. Ali Imran [3]:156, QS. Ali Imran [3]:168, QS. Ali Imran [3]:169, QS. Ali Imran [3]:195, QS. Al-Hajj [22]:58, QS. Muhammad [47]:4, QS. Al-Baqarah [2]:154, QS. Al-Nis [4]:74, QS. Al-Taubah [9]:111, QS. Al-Araf 7:127, QS. Al-Araf [7]:141, QS. Al-Ahzab [33]:61, QS. Al-Maidah [5]:33, QS. Ali Imran [3]:146, QS. Al-Hadd [57]:10, QS. Al-Fath [48]:22, QS. Al-Taubah [9]:30, QS. Al-Munfiqn [63]:4, QS. Ali Imrn [3]:195, QS. Al-Ahzab [33]:20, QS. Al-Hadd [57]:10, QS. Al-Baqarah [2]:191, QS. Al-Nis` [4]:90, QS. Al-Mumtahanah [60]:9, QS. Ali Imran [3]:13, QS. Al-Baqarah [2]:246, QS. Al-Taubah [9]:83, QS. Al-Nisa [4]:75, QS. Al-Taubah [9]:13, QS. Al-Fath [48]:16, QS. Al-Baqarah [2]:191, QS. Al-Baqarah [2]:246, QS. Al-Baqarah [2]:246, QS. Al-Nisa [4]:74, QS. Al-Nisa [4]:74, QS. Al-Nis` [4]:90, QS. Al-Baqarah [2]:191, QS. Ali Imran [3]:111, QS. Al-Nis` [4]:90, QS. Al-Nisa [4]:90, QS. Al-Mumtahanah [60]:8, QS. Al-Nisa [4]:76, QS. Al-Nisa [4]:76, QS. Al-Taubah [9]:111, QS. AlShaff [61]:4, QS. Al-Muzammil [73]:20, QS. Al-Baqarah [2]:190, QS. Al-Baqarah [2]:217, QS. Al-Taubah [9]:36, QS. Al-Hasyr [59]:14, QS. Al-Nisa [4]:84, QS. Al-M`idah [5]:24, QS. Al-Baqarah [2]:190, QS. Al4 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

mujarrad) ke wazan fil ( )dengan menambahkan huruf alif setelah huruf qf (f` fiil) menjadi qitl ( )bertujuan supaya kata tersebut mengandung arti persekutuan diantara dua orang (li al-musyrakah bain itsnain).45 Menurut al-Rghib al-Ashfihn kata qatl memiliki arti menghilangkan ruh dari jasad (izlah al-rh an al-jasad) seperti halnya kata maut (mati). Namun dalam percakapan seharihari ketika seseorang meninggal dunia disebabkan tindak pembunuhan maka diungkapkan dengan kata qatl (terbunuh), sedangkan apabila disebabkan dengan hilangnya ruh (bi faut alhayh) maka disebut dengan maut (mati).46 Dalam al-Quran keduanya juga dibedakan, seperti dalam QS. Ali Imran 144. Apakah jika dia wafat (maut) atau dibunuh (qatl) kamu berbalik ke belakang. Perpindahan kata qatl menjadi qitl berpengaruh terhadap arti, yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang yang juga dilakukan oleh orang lain (saling membunuh). Kemudian kata ini digunakan untuk menyebut perang karena dalam peperangan terjadi dua orang atau kelompok yang saling menyerang untuk membunuh. Sehingga perang yang diistilahkan dengan qitl memberikan kesan bahwa tujuan berperang adalah untuk membunuh lawan. Kendati demikian, namun dalam Islam tujuan perang bukan untuk membunuh, tapi sebatas melumpuhkan lawan (daf al-itid`). Oleh karena itu apabila lawan tidak lagi menyerang (menyerah) maka perang harus dihentikan. 3. Jihad Kata jihd dengan beragam derivasinya dalam al-Quran disebutkan sebanyak 41 kali. 47 Asal kata jihd adalah al-jahd dan al-juhd yang berarti kekuatan atau kesungguhan (althqah wa al-masyaqqah). Menurut satu pendapat, al-jahd (dengan dibaca fathah jimnya) memiliki arti berat (al-masyaqqah), sedangkan al-juhd (dengan dibaca dlammah jimnya) bermakna lapang (al-wus). Kata juhd dalam al-Quran terdapat dalam QS. al-Taubah 79, sedangkan kata jahd ada dalam QS. Al-Nur 53. Dari dua kata ini kemudian muncul kata ijtihd yang memiliki makna menjadikan diri dengan mengerahkan segala kemampuan
Baqarah [2]:244, QS. Ali Imran [3]:167, QS. Al-Nisa [4]:76, QS. Al-Taubah [9]:12, QS. Al-Taubah [9]:29, QS. Al-Taubah [9]:36, QS. Al-Taubah [9]:123, QS. Al-Hujurt [49]:9, QS. Al-Baqarah [2]:193, QS. Al-Anfl [8]:39, QS. Al-Taubah [9]:14, QS. Al-Hasyr [59]:11, QS. Al-Hasyr [59]:12, QS. Al-Hajj [22]:39, QS. AlBaqarah [2]:253, QS. Al-Baqarah [2]:253, QS. Al-Hujurt [49]:9, QS. Al-Qashash [28]:15, QS. Al-Baqarah [2]:191, QS. Al-Baqarah [2]:217, QS. Ali Imran [3]:154, QS. Al-M`idah [5]:30, QS. Al-Anm [6]:137, QS. Al-Isr` [17]:33, QS. Al-Ahzb [33]:16, QS. Ali Imran [3]:181, QS. Al-Nis` [4]:155, QS. Al-Isr` [17]:31, QS. Al-Ahzb [33]:61, QS. Al-Baqarah [2]:216, QS. Al-Baqarah [2]:217, QS. Al-Baqarah [2]:217, QS. Al-Baqarah [2]:246, QS. Al-Baqarah [2]:246, QS. Ali Imran [3]:121, QS. Al-Nisa [4]:77, QS. Al-Nisa [4]:77, QS. Al-Anfal [8]:16, QS. Al-Anfal [8]:65, QS. Al-Ahzab [33]:25, QS. Muhammad [47]:20, Ali Imran [3]:167, QS. AlBaqarah 2:178. Muhammad Fu`d Abdul Bq, Al-Mujam al-Mufahras li Alfdz al-Qur`n al-Karm, hal. 533536. 45 Muhammad Mashm bin Al, al-Amtsilah al-Tashrfiyyah, Surabaya: Maktabah wa Mathbaah Slim Nabhn, tt. hal. 14-15. 46 Al-Rghib al-Ashfihn, Al-Mufradt f Gharb al-Qur`n, hal. 393. 47 Yaitu QS. Al-Taubah [9]:19, QS. Al-Ankabut [29]:6, QS. Al-Ankabut [29]:8, QS. Luqman [31]:15, QS. AlBaqarah [2]:218, QS. Ali Imran [3]:142, QS. Al-Anfal [8]:72, QS. Al-Anfal [8]:74, QS. Al-Anfal [8]:75, QS. Al-Taubah [9]:16, QS. Al-Taubah [9]:20, QS. Al-Taubah [9]:88, QS. Al-Nahl [16]:110, QS. Al-Ankabut [29]:69, QS. Al-Hujurat [49]:15, QS. Al-Shff [61]:11, QS. Al-Ankabt [29]:6, QS. Al-Taubah [9]:44, QS. AlTaubah [9]:81, QS. Al-Maidah [5]:54, QS. Al-Taubah [9]:73, QS. Al-Tahrm [66]:9, QS. Al-Furqn [25]:52, QS. Al-Midah [5]:35, QS. Al-Taubah [9]:41, QS. Al-Taubah [9]:86, QS. Al-Hjj [22]:78, QS. Al-Midah [5]:53, QS. Al-Anm [6]:109, QS. Al-Nahl [16]:38, QS. Al-Nr [24]:53, QS. Fthir [35]:42, QS. Al-Taubah [9]:79, QS. Al-Taubah [9]:24, QS. Al-Furqn [25]:52, QS. Al-Mumtahanah [60]:1, QS. Al-Hjj [22]:78, QS. AlNis` [4]:95, QS. Al-Nis [4]:95, QS. Al-Nis` [4]:95, QS. Muhammad [47]:31. Muhammad Fu`d Abdul Bq, Al-Mujam al-Mufahras li Alfdz al-Qur`n al-Karm, hal. 182-183. 5 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

sembari menanggung beban berat (akhdz al-nafs bi badzl al-thqah wa tahammul almasyaqqah). Sedangkan jihd dan mujhadah artinya mencurahkan segenap upaya untuk menolak musuh. Menurut al-Raghib al-Ashfihn, jihd ada tiga macam, yaitu; 1). memerangi musuh yang nyata (mujhadah al-aduww al-dzhir), 2). memerangi syaitan (mujhadah al-syaithn), 3). memerangi diri/ hawa nafsu (mujhadah al-nafs). Ketiga makna jihad ini digunakan al-Quran dalam QS. Al-Hjj 78, al-Taubah 41, dan Al-Anfal 72. Dalam hadis Nabi Muhammad Saw. kata jihad juga digunakan untuk menyebut salah satu dari ketiga makna di atas. Jihad dalam arti memerangi hawa nafsu dan syaitan terungkap dalam hadis: Perangilah hawa nafsu kalian sebagaimana kalian memerangi musuh kalian. Jihad dalam arti perang melawan musuh yang nyata (manusia), terdapat dalam hadis: Perangilah orang-orang kafir dengan menggunakan tangan dan lisan kalian.48 Dengan demikian makna jihad dalam al-Quran dan Hadis sangat beragam sesuai dengan arti jihad secara bahasa (lughaw), yakni mencurahkan segala kemampuan, baik kaitannya dengan memerangi diri sendiri maupun orang lain. Hanya saja jihad dalam alQuran dan Hadis semata-mata dikerjakan untuk mencari ridla Allah (f sablillah). Oleh karena itu haji yang mabrur juga dinamakan dengan jihad, bahkan yang paling utama. 49 Demikian juga dengan aktifitas ibadah lainnya. 50 Kendati demikian, namun dalam literatur fiqh kata ini seringkali diidentikkan dengan peperangan. Al-Ksn, salah seorang ulama madzhab Hanaf dalam kitabnya, Bad`i alShan`i, menyatakan bahwa kata jihad dalam bahasa yang biasa digunakan agama (urf syara) digunakan untuk menyebut pencurahan tenaga dan kemampuan untuk berperang di jalan Allah, baik dengan tenaga (fisik), harta benda, perkataan, maupun yang lainnya. 51 Penyebutan tiga istilah di atas (harb, qitl, dan jihd) dalam al-Quran seringkali disandingkan dengan lafadz f sablillah, seperti dalam QS. Al-Baqarah 154, 190, 244, QS. Al-Nis` 74, 76, QS. Al-Shaff 4, dan yang lainnya. Menurut Nawaw al-Bantan, al-Suyth, al-Thabar, dan mufassir lainnya, arti f sablillah dalam ayat-ayat tersebut adalah f thatillah (karena taat kepada Allah),52 namun terkadang Nawaw menafsirkannya dengan li il`i dnillah (karena memuliyakan agama Allah).53 Kedua penafsiran dari Nawaw ini sesungguhnya tidak berbeda, karena patuh terhadap Allah sama dengan memuliakan agamaNya. Sehingga kandungan artinya adalah peperangan yang dilakukan umat Islam dalam
48 49

Al-Rghib al-Ashfihn, Al-Mufradt f Gharb al-Qur`n, vol. I, hal. 208. Diceritakan bahwa isyah bertanya kepada rasulullah Saw. wahai rasul, saya berpandangan jihad itu perbuatan yang paling utama, apakah saya tidak boleh ikut berjihad? Rasulullah Saw. menjawab, tidak, paling utama-utamanya jihad adalah haji yang diterima Allah (mabrr). Lihat Muhammad bin Isml al-Bukhr, Shahh al-Bukhr, Dr Thq al-Najh, cet. I, 1422 H. vol. II, hal. 133. 50 Al-Nawaw dalam kitabnya, Riydl al-Shlihn, menafsirkan kata jihad dalam QS. Al-Hajj 78 wa jhid fllah haqqa jihdih dengan perintah untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah dan beraktifitas. Ab Zakariyy al-Nawaw, Riydl al-Shlihn, Mesir: Thabah al-Ysufiyyah, 1960, hal. 57. 51 Al`uddn al-Ksn, Bad`i al-Shan`i f Tartb al-Syar`i, Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. II, 1986, vol. VII, hal. 97. 52 Muhammad bin Umar Nawaw al-Jw al-Bantan, Mirh Labd li Kasyf Man al-Qur`n al-Majd, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1417 H, vol. I, hal. 87. Jalluddn al -Mahall dan Jalluddn al-Suyth, Tafsr al-Jallain, Kairo: Dr al-Hadts, cet. I, tt. hal. 53. Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl alQur`n, Mu`assasah al-Rislah, cet. I, 2000, vol. VIII, hal. 546-547. 53 Muhammad bin Umar Nawaw al-Jw al-Bantan, Mirh Labd li Kasyf Man al-Qur`n al-Majd, vol. I, hal. 210. 6 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

melawan musuh-musuhnya harus didasarkan atas kepatuhan kepada Allah (f sablillah), bukan atas dorongan hawa nafsunya sendiri, mengharapkan pangkat atau jabatan, benci, iri, pamer kekuatan (riya`), dan tujuan duniawi lainnya atau dalam bahasa al-Quran disebut dengan f sabl al-thght (QS. Al-Nis 76). B. Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia Setiap agama pasti memiliki kewajiban untuk menjaga hak hidup, yaitu hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam Islam hak hidup merupakan hak asasi yang tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh dirinya sendiri. Secara jelas QS. Al-M`idah [5]:32 menyatakan bahwa orang yang membunuh seorang manusia bukan karena ada faktor yang memperbolehkannya atau membuat kerusakan di muka bumi seolah-olah ia telah membunuh manusia secara keseluruhan, dan orang yang memelihara kehidupan seorang manusia maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hukum asal berperang dalam Islam tidak diperbolehkan kecuali ada faktor-faktor tertentu yang memperbolehkannya. Faktor tersebut adalah apabila hak asasi yang dimiliki manusia telah diinjak-injak, terutama hak hidup karena hak ini adalah hak yang paling asasi yang dimiliki setiap manusia. Dengan kehidupan manusia dapat menikmati hak-hak lainnya. Sehingga perang yang dilakukan pun bertujuan demi menjaga hak paling asasi tersebut. Pada saat Nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya berada di Makkah mereka selalu dicaci maki oleh paganisme Quraisy, bahkan Nabi Muhammad Saw. selaku penerima risalah ketuhanan berkali-kali hendak dibunuh oleh mereka, hal ini merupakan penodaan HAM yang menjadi misi diturunkannya syariat Islam. Namun nabi dan sahabatnya tidak melakukan perlawanan karena saat itu umat Islam diperintahkan untuk bersabar. Baru kemudian setelah nabi Saw. dan sahabatnya hijrah ke kota Yatsrib turunlah QS. Al-Hajj [22]:39 yang mengizinkan nabi Saw. dan sahabatnya melakukan perlawanan fisik demi mempertahankan kehormatan manusia. Ibn Abbs, Mujhid, Urwah bin al-Zubair, Zaid bin Aslam, Muqtil bin Hayyn, Qatdah, dan mufassir lainnya menyatakan bahwa QS. Al-Hajj [22]:39 ini adalah ayat yang pertama kali turun sebagai rekomendasi kepada umat Islam untuk melakukan perlawanan fisik dalam menghadapi serangan yang dilancarkan oleh orang-orang musyrik Quraisy. 54 AlThabar menyatakan ayat tersebut sebagai rekomendasi langit kepada umat Islam untuk berperang melawan orang-orang musyrik Quraisy yang telah terlebih dahulu memeranginya. 55 Ibn Abbs menginformasikan bahwa kondisi sosial yang melatari turunnya ayat tersebut adalah pada saat nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya diusir dari Makkah. Ab Bakar mengatakan, musyrik Quraisy telah mengusir nabinya, sesungguhnya kita milik Allah, dan hanya kepada Allah kita kembali. Sungguh Allah akan membinasakan mereka. Lalu Abu Bakar mengatakan, saya sudah tahu bahwa nanti akan terjadi peperangan.56 Sementara menurut Mujhid latar historis turunnya ayat tersebut adalah pada saat umat Islam hendak hijrah dari Makkah ke Madinah dihalang-halangi kuffar Quraisy. 57 Terlepas dari perbedaan latar historis yang diinformasikan Ibn Abbs dan Muj hid yang jelas kedua riwayat tersebut dan fakta historis lainnya menginformasikan bahwa pada saat nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya masih berdomisili di Makkah hak asasinya selalu diinjak-injak oleh paganisme Quraisy. Nabi Muhammad Saw. berdomisili di Makkah selama tiga belas tahun, beliau berdakwah kepada manusia untuk mengesakan Tuhan, semua manusia adalah hamba Tuhan, bukan hamba atas manusia lainnya. Sehingga dengan ajaran
54

Ab al-Fid` Ibn Katsr, Tafsr al-Qur`n al-Adzm, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, hal. 1419, vol. V, hal. 380. Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, vol. XVIII, hal. 642-644. 55 Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, vol. XVIII, hal. 642. 56 Ab al-Fid` Ibn Katsr, Tafsr al-Qur`n al-Adzm, vol. V, hal. 380-381. 57 Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, vol. XVIII, hal. 645. 7 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

tauhid ini sesungguhnya nabi Saw. sedang mengajak umat manusia untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang saat itu ternodai oleh kerakusan manusia. Dakwah itu nabi Saw. sampaikan dengan bijak dan baik (bi al-mauidzah al-hasanah) sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam QS. Al-Naml [27]:125, namun kafir Quraisy mencaci maki dan menyakiti nabi Saw. beserta sahabatnya. Saat itu Nabi Saw. dan sahabatnya diperintahkan untuk bersabar dalam menghadapi cercaan dan intimidasi tersebut. Allah berfirman: Bersabarlah terhadap apa yang kafir Quraisy ucapkan, dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (QS. Al-Muzammil [73]:10). Bahkan saat itu kafir Quraisy mengumpulkan seluruh pemuda dan kabilah di Makkah untuk membunuh nabi Saw, mereka mengepung rumah nabi Muhammad Saw. untuk membunuhnya, namun oleh Allah nabi Saw. diselamatkan dari kepungan tersebut, beliau dapat keluar dari rumah (hijrah) menuju kota Yatsrib dengan selamat, lalu disusul para sahabatnya. 58 Kendati Nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya sudah hijrah di Madinah, namun kafir Quraisy terus mengancam nyawa umat Islam, baik yang masih berada di Makkah maupun yang sudah hijrah di Madinah. Pada saat mengalami kegetiran inilah demi mempertahankan diri dari serangan-serangan tersebut (daf al-itid`) nabi Saw. dan sahabatnya melakukan perlawanan peperangan dengan diturunkannya QS. Al-Hajj [22]:39. Dengan demikian dapat diketahui bahwa peperangan yang dilakukan nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya hanya untuk mempertahankan diri dari serangan kafir Quraisy. Oleh karena itu dalam perang Badar dan Uhud nabi Saw. beserta sahabatnya hanya berhadapan dengan kafir Quraisy, tidak dengan kafir Arab lainnya. Baru kemudian pada saat kafir Quraisy membuat fitnah besar-besaran terhadap umat Islam supaya orang-orang kafir suku lainnya ikut serta memusuhi nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya, pada perang Ahzb nabi Saw. dan sahabatnya berhadapan dengan semua orang musyrik Arab, karena saat itu kafir Quraisy telah berhasil mengajak musyrik suku lainnya memusuhi nabi Saw. dan sahabatnya sehingga musyrik Quraisy membentuk koalisi dengan musyrik suku lainnya di tanah Arab untuk bersatu padu memerangi umat Islam. 59 Sejak itulah kemudian musuh umat Islam tidak hanya musyrik Quraisy, melainkan semua orang musyrik. Oleh karena itu turunlah QS. Al-Taubah [9]:36 yang memerintahkan supaya semua orang musyrik diperangi sebagaimana mereka memerangi umat Islam, Dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semua. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa. ( ) QS. Al-Taubah [9]:36. Menurut al-Thabar tafsir dari Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa adalah peperangan dilakukan semata-mata atas dasar takwa kepada Allah, sehingga harus tetap patuh terhadap perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya.60 Karena saat itu kondisi sangat akut, semua orang musyrik di Arab bersatu padu berusaha membunuh Nabi Saw. dan sahabatnya hingga Allah menurunkan QS. Al-Taubah 5: Maka bunuhlah orangorang musyrikin di mana saja kalian menjumpai mereka, dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah mereka di tempat pengintaian. ( ). Peperangan dalam Islam sesungguhnya dilakukan sebagai langkah defensiasi atas tindakan orang-orang yang merampas hak asasi manusia. Oleh karena itu apabila dalam menghadapi musuh masih dimungkinkan dengan cara-cara damai selain perang maka perang hukumnya dilarang (QS. Al-Nahl 16:126-127).
58 59

Ab Zahrah, Nadzariyah al-Harb f al-Islm, Kairo: Dirst Islmiyyah, 2008, hal. 38. Ab Zahrah, Nadzariyah al-Harb f al-Islm, hal. 40. 60 Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, vol. XIV, hal. 242. 8 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Perang tidak berkaitan dengan upaya penyebaran Islam, karena dalam Islam memaksa seseorang untuk menganut agama hukumnya haram (QS. Al-Baqarah [2]:256). Ibn Abbs menginformasikan bahwa latar historis yang mendorong turunnya ayat ini adalah ketika salah seorang sahabat Anshr keturunan Ban Slim bin Auf yang bernama al-Hushain hendak memaksa kedua anaknya yang beragama Kristen supaya masuk Islam. Al-Hushain bertanya kepada Nabi Saw. apakah saya boleh memaksa kedua anakku supaya masuk ke dalam agama Islam sementara mereka berdua tetap menginginkan memeluk Kristen? Lalu turunlah QS. Al-Baqarah [2]:256 sebagai jawaban atas pertanyaan al-Hushain tersebut.61 Dalam berdakwah Nabi Muhammad Saw. tidak memaksa orang yang didakwahi harus menerima ajaran Islam atau memeluknya. Diinformasikan ketika Nabi Saw. mengajak umat Kristen Najran untuk masuk ke dalam agama Islam, umat Kristen tersebut menolaknya. Oleh Nabi Saw. mereka tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam dan Nabi Saw. tetap menghormatinya. Begitu juga setiap kali nabi Saw. mengajak pemimpin kekuasaan untuk masuk ke dalam agama Islam beliau tidak melakukannya dengan mengamang-amangi pedang, tapi disampaikannya dengan penuh penghormatan dan kasih sayang. Dalam suratnya yang dikirim kepada raja Romawi, nabi Muhammad Saw. mengatakan: : . Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya untuk Hiraql Raja Romawi. Kesejahteraan bagi orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya saya mengajakmu dengan ajakan Islam, masuklah Islam maka engkau akan selamat. Allah akan memberimu dua pahala. Apabila engkau berpaling dari ajakan ini maka engkau menanggung dosa rakyat yang engkau pimpin. Wahai Ahli Kitab, mendekatlah pada kalimat yang sama di antara kami dan kalian, kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyekutukan-Nya sedikitpun. Dan janganlah sebagian kita menjadikan yang lainnya sebagai sesembahan selain Allah. Apabila kalian berpaling maka katakanlah, saksikanlah bahwa kami orang-orang muslim.62 Dalam surat tersebut nabi Saw. sama sekali tidak memaksa non muslim untuk memeluk Islam atau mengancam kekerasan apabila menolaknya, melainkan nabi Saw. hanya mengajak mereka untuk bersama-sama memeluk Islam dengan cara hormat dan santun. Namun di kemudian hari peperangan dengan Romawi tidak terelakkan, hal ini lantaran mereka melakukan perampasan terhadap hak asasi seseorang yang memeluk agama Islam. Ketika penduduk Sym banyak yang masuk Islam para pemimpin Romawi mengerahkan tentaranya untuk menyerang dan memaksa mereka supaya keluar dari Islam dan kembali menganut Kristen. Tindakan orang-orang Romawi ini jelas memaksa nabi Muhammad Saw. untuk mengambil sikap, karena walaupun yang disiksa penduduk Sym lantaran memeluk agama Islam, tapi nabi Muhammad Saw. sebagai dai yang mengajak umat manusia untuk memeluk agama tersebut bertanggungjawab untuk ikut serta menghadapinya. Sehingga terjadilah peperangan antara umat Islam melawan tentara Romawi. Begitu juga dengan Kisr pemimpin Persi, nabi Muhammad Saw. memeranginya bertujuan bukan supaya penduduk Persi beragama Islam, melainkan sebagai upaya pertahanan diri dari serangan (daf al-itid) yang dilakukan Kisr terhadap umat Islam. Saat nabi Muhammad Saw. mengirimkan surat

61 62

Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, vol. V, hal. 409. Ab al-Fid` Ibn Katsr, al-Srah al-Nabawiyyah, Beirut-Libanon: Dr al-Marifah, 1976, vol. III, hal. 501.

9 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

kepadanya, sahabat yang membawa surat hendak dibunuh oleh Kisr. Kejadian inilah yang menjadi penyebab utama pertengkaran nabi Muhammad Saw. dengan tentara Persi. 63 Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam Islam faktor yang memperbolehkan peperangan adalah menolak musuh (radd al-itid). Non muslim diperangi bukan karena kekufurannya, tapi karena tindakannya yang memusuhi umat Islam. Hal ini dibuktikan oleh peperangan yang dilakukan nabi Muhammad Saw., beliau hanya memerangi orang-orang musyrik Quraisy dan yang berkoalisi dengannya. Sedangkan orang-orang kafir lainnya yang tidak ikut serta melakukan penindasan terhadap umat Islam seperti orang-orang kafir di Madinah, baik yang beragama Yahudi, Nashrani, paganisme, maupun yang lainnya, nabi tidak memeranginya. 64 Sedangkan menurut pendapat minoritas dalam madzhab Syfi, non muslim diperangi karena kekufurannya. 65 Pendapat ini dianggap lemah karena nash al-Quran yang menyatakan bahwa orang kafir diperengi karena tindakannya yang merampas hak asasi manusia, bukan kekafirannya sangat jelas dan kuat, yakni QS. Al-Baqarah [2]:190-193: . . . .

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah) dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjid al-haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. Secara jelas QS. Al-Baqarah [2]:190-193 di atas menyatakan bahwa orang-orang kafir boleh diperangi karena mereka melakukan permusuhan, mereka membuat fitnah, sehingga apabila mereka tidak lagi memusuhi maka mereka tidak boleh diperangi, atau apabila dalam peperangan mereka menyerah maka peperangan harus segera dihentikan karena faktor yang mendorong peperangan adalah permusuhan yang disebabkan fitnah (al-bits al-itid bi alfitnah) sehingga peperangan harus segera dihentikan seiring dengan berhentinya fitnah (wa al-intih bintihi al-fitnah). Menurut Ab Zahrah ayat tersebut juga menunjukkan kaidah perang dalam Islam, yakni memperlakukan musuh dengan sepadan. Musuh menyerang maka umat Islam juga boleh menyerang, namun kesepadanan ini harus tetap memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, yakni apabila musuh melakukan tindakan yang sudah keluar dari nilai-nilai kemanusiaan seperti musuh melakukan pemotongan terhadap anggota tubuh tentara Islam yang sudah di bunuh atau memperlakukan tahanan tentara muslim dengan kejam maka umat

63 64

Ab Zahrah, Nazhriyah al-Harb f al-Islm, hal. 27-28. Bahkan dalam sebagian peperangan yang dilakukan nabi Muhammad Saw. beliau sering mendapat bantuan dari orang-orang kafir di Madinah, sebagaimana dalam perang Uhud beliau dibantu oleh orang-orang Yahudi. Lihat Ibn Hisym, al-Srah al-Nabawiyyah, Beirut-Libanon: Dr Ihy al-Turats al-Arab, 1997, vol. I, hal. 382. 65 Ab Zahrah, Nazhriyah al-Harb f al-Islm, hal. 32. 10 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Islam dilarang melakukan hal serupa. Perang demikianlah yang membedakan perang yang dibimbing wahyu dengan yang lainnya. 66 Kendati QS. Al-Baqarah [2]:190-193 ini kandungan artinya sangat jelas (muhkam), tidak dapat diinterpretasikan ke makna lain, namun menurut pendapat minoritas dalam madzhab Syfi ayat ini telah dihapus (manskh) atau ditakhsis (mukhashshash) dengan ayat lainnya. Dalam pandangan Ab Zahrah ayat tersebut tidak mungkin dapat dihapus ataupun ditakhshis karena dalam naskh dan takhshsh harus ada dalil atau indikasi yang menunjukkan bahwa ayat tersebut dihapus, sementara dalam QS. Al-Baqarah [2]:190-193 tidak ada indikasi yang menunjukkan hal tersebut.67 Juga seperti yang sudah maklum dalam ilmu ushl al-fiqh, bahwa teori abrogasi dalil (naskh) dan takhshs merupakan teori untuk menyikapi dua dalil yang saling bertolak (tarudl). Dalam teori naskh dua dalil yang kandungan artinya bertolak diselesaikan dengan mengabrogasi kandungan makna dalil yang turun terlebih dahulu, sedangkan dalam takhshsh dua dalil yang maknanya bertabrakan, satu dalil kandungan artinya khusus (khsh) dan yang lainnya umum (mm), maka keduanya diselesaikan dengan mengkompromikannya, yakni kandungan arti dalil yang khusus (khsh) dikecualikan dari dalil yang kandungannya umum (mm). Sebagai sampel, misalnya QS. Al-Taubah [9]:5 yang menyatakan bahwa orang-orang musyrik di manapun ia berada harus diperangi. Sementara dalam QS. Al-Taubah [9]:4 menyatakan bahwa musyrikin yang mengadakan perjanjian damai dilarang diperangi. Maka dalam hal ini QS. Al-Taubah [9]:4 mentakhshish QS. Al-Taubah [9]:5, yakni orang-orang musyrik yang boleh diperangi adalah musyrik yang memusuhi dan tidak mengadakan perjanjian damai (belum menyerah). 68 Demikian pula tidak dapat dilupakan bahwa dalam Islam hukum asal peperangan adalah haram, karena memerangi tanpa ada faktor yang memperbolehkannya adalah tindakan zalim, sehingga apabila QS. Al-Baqarah [2]:190-193 yang mengandung arti larangan bertindak zalim tersebut dihapus maka akan memberikan pengertian bahwa Islam memperbolehkan manusia berbuat zalim, dan ini sangat muhal. Juga andai orang kafir boleh diperangi karena kekafirannya dan ayat yang mengandung arti larangan menyerang atau memusuhi mereka telah dihapus niscaya pemaksaan dalam beragama juga diperbolehkan, dan hal ini sangat tidak benar karena di samping QS. Al-Baqarah [2]:256 secara tegas menyatakan bahwa dalam beragama dilarang ada pemaksaan, juga fakta historis menginformasikan bahwa dalam menyikapi tawanan perang orang-orang musyrik nabi Muhammad Saw. sama sekali tidak memaksa salah seorang di antara mereka untuk masuk ke dalam agama Islam. Andai nabi Muhammad Saw. memerangi orang-orang musyrik karena kesyirikannya niscaya tawanan-tawanan tersebut dibunuh secara massal. Namun nyatanya tawanan-tawanan tersebut diperlakukan dengan baik, sebagian ada yang dibebaskan dengan tanpa mengganti apa-apa, dan sebagian ada yang dibebaskan dengan ganti pembebasan tentara muslim yang ditahan, materi, dan yang lainnya. 69 Sebagaimana yang terungkap di muka, bahwa peperangan dalam Islam dilakukan semata-mata karena ada dua faktor, yakni untuk mempertahankan diri dari serangan orangorang yang memusuhinya dan menghentikan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi (fitnah fi al-`ardl). Berkaitan dengan yang terakhir, yakni memerangi orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi para fuqah` menyebutnya dengan hurb al-mashlih (perang demi menjaga stabilitas kepentingan umum). 70 Perang demi menjaga stabilitas kepentingan
66 67

Ab Zahrah, Nazhriyah al-Harb f al-Islm, hal. 33. Ab Zahrah, Nazhriyah al-Harb f al-Islm, hal. 34. 68 Ahmad bin Abdul Lathf al-Khathb, al-Nufaht al Syarh al-Waraqt, Indonesia: al-Haramain, tt. hal. 7677. 69 Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, vol. XXII, hal. 156-157. 70 Ab al-Hasan Al al-Mward, Al-Ahkm al-Sulthniyyah, Kairo: Dr al-Hadts, tt. hal. 52. 11 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

umum ini dalam kitab kuning diklasifikasi menjadi tiga pembahasan, yaitu qitl al-muhribn (memerangi orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi), qitl al-bughh (memerangi orang-orang yang membangkang terhadap pemimpin kekuasaan yang adil), dan qitl almurtaddn (memerangi orang-orang murtad). 1. Qitl al-Muhribn Qitl al-muhribn adalah memerangi orang-orang yang berbuat zalim, yakni orangorang yang melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak bersalah dan menjarah hartanya (al-shiyl), dan orang-orang yang merampok atau membegal orang yang sedang lewat di jalan (qath al-tharq).71 Terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan lalim tersebut QS. Al-Maidah [5]:32 menyatakan bahwa mereka harus diperangi hingga tidak lagi melakukan kezaliman. 2. Qitl al-Bughh Qitl al-Bughh adalah memerangi sekelompok muslim yang melakukan pembangkangan terhadap pemimpin yang adil. Orang-orang seperti ini boleh diperangi dengan syarat; 1). terdiri dari banyak orang, 2). keluar dari kekuasaan pemimpin yang adil, yakni meninggalkan kepatuhan terhadapnya, 3). memiliki dasar interpretasi atas laku pembangkangan yang dilakukan, sebagaimana penduduk Shiffn menuntut Ali bin Ab Thlib dengan melakukan pembangkangan karena mereka meyakini bahwa sahabat Ali telah mengetahui orang yang membunuh Utsm n bin Affn. Pemahaman penduduk Shiffn ini merupakan interpretasi yang dapat dimungkinkan kebenarannya (muhtamil). Oleh karena itu apabila pembangkangan yang dilakukannya tidak berdasarkan interpretasi atau berdasarkan interpretasi namun tidak dapat dimungkinkan kebenarannya maka bukan dinamakan bughh, melainkan munid (orang yang ingkar terhadap pemimpin). 72 Terhadap kelompok pembangkang ini QS. Al-Hujurt [49]:9 menyatakan bahwa mereka diperangi hingga kembali patuh terhadap pemimpin yang adil. 3. Qitl al-Murtaddn. Qitl al-Murtaddn adalah memerangi orang-orang murtad. Dalam literatur fiqh, murtad adalah orang yang keluar dari agama Islam, baik sebab berkata kufur, melakukan tindakan kufur, maupun punya niat kufur. 73 Namun persoalan ini apabila dikembalikan pada dalil-dalil yang dijadikan kaki pijak dalam merumuskan hukum memerangi orang-orang murtad sesungguhnya persoalannya tidak sesederhana ini. Orang murtad diperangi bukan karena mereka keluar dari Islam, tapi karena melakukan kerusakan di bumi (fasd fi al-`ardl) atau pembangkangan terhadap pemimpin yang adil. Salah satu hadis yang biasa dijadikan landasan dalam pembahasan murtad antara lain adalah hadis: : : . Telah bercerita kepadaku Yahy bin Yahy al-Tamm dan Ab Bakar bin Ab Syaibah, keduanya dari Hasym dan lafadznya dari Yahy. Yahy berkata, telah bercerita kepadaku Hasym, dari Abdil Azz bin Shuhaib dan Humaid, dari Anas bin Mlik, bahwa
71

Muhammad bin Qsim al-Ghaz, Fath al-Qarb, hal. 57-58. Zainuddn al-Malbr, Fath al-Mun, dalam Ab Bakr Utsmn al-Bakr, Hsyiyah Inah al-Thlibn, hal. 277-292. 72 Muhammad bin Qsim al-Ghaz, Fath al-Qarb, hal. 58. 73 Muhammad bin Qsim al-Ghaz, Fath al-Qarb, hal. 58. 12 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

sesungguhnya sekelompok orang dari tanah Uraiynah datang kepada Rasulullah Saw. di Madinah, lalu mereka tidak cocok dengan udara di tempat tersebut. Kemudian nabi Saw. bersabda kepada mereka: Jika kalian berkenan keluarlah bersama (pengembala) unta zakat, lalu minumlah air susu unta dan air kencingnya. Kemudian mereka melakukan hal itu dan mereka kembali sehat. Mereka mendekati para pengembala dan kemudian membunuhnya, mereka kemudian keluar dari Islam dan membawa beberapa unta milik rasulullah Saw. Setelah kejadian itu sampai pada rasulullah Saw., rasulullah mengutus para sahabatnya untuk mencari jejak mereka. Setelah mereka di bawa di hadapan rasulullah Saw., rasulullah memotong tangan dan kaki mereka serta mencukil matanya. Kemudian nabi Saw. meninggalkannya di tanah lapang hingga mati.74 Sebagaimana terlihat secara jelas bahwa nabi Muhammad Saw. memerangi orang murtad bukan karena ia keluar dari Islam, tapi karena melakukan kerusakan di bumi, yaitu membunuh pengembala unta dan membawa lari unta-untanya. Hal ini masuk dalam bagian qitl al-muhribn. Sedangkan hadis lainnya yang sering dipakai oleh fuqah dalam pembahasan murtad adalah hadis: . : : Telah bercerita kepadaku Ibn Uyainah dari Ayyb, dari Ikrimah dari Ibn Abbs, Ibn Abbs berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda: Barang siapa mengganti agamanya maka bunuhlah. Menurut Jamml al-Bann, hadis ini tidak dapat dijadikan kaki pijak referensial dalam penggalian hukum karena hadis ini memiliki kecacatan ganda, yaitu cacat dari sisi sanad dan matan. Dari sisi sanad hadis ini dengan beragam riwayatnya semuanya kembali kepada Ikrimah, padahal Ikrimah sendiri sebagaimana yang dikatakan Imam Muslim (penulis kitab Shahh Muslim) tidak pernah meriwayatkan hadis satupun kecuali satu hadis tentang haji, dan itupun riwayatnya ditopang oleh Sad bin Jabr. Bahkan menurut penulis kitab al-Hadts wa al-Muhadditsn, Muhammad Ab Zahw (pakar fikih yang dikenal sangat wirai), hadis riwayat Ikrimah tidak boleh dijadikan sumber hukum karena Ikrimah dikenal tukang berbohong, berpikiran seperti Khawrij dan sering menerima pemberian dari pemimpin yang korup. Sedangkan dari sisi kandungan matan hadis ini menyimpan beberapa keganjilan, antara lain kandungan arti sangat umum, yakni tidak terkhusus bagi orang yang awalnya beragama Islam kemudian berpindah ke agama lain, tapi mencakup orang yang asalnya beragama Kristen, Yahudi, dan yang lainnya berpindah ke Islam, sehingga makna yang dikandungnya tidak jelas. Karena bagaimana mungkin agama Islam melarang orang Yahudi atau Nashrani berpindah ke agama Islam, jelas muhal.75 Al-hasil bahwa sesungguhnya peperangan dalam Islam, baik perang dalam rangka mempertahankan diri dari serangan orang-orang kafir yang memusuhi maupun perang dalam rangka menghadapi orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi, tidak lain adalah demi menjaga hak asasi manusia. C. Etika Perang Dalam Islam Sebagaimana diungkapkan di muka bahwa perang dalam Islam dilakukan sematamata untuk menjaga hak asasi manusia, yaitu untuk memberangus orang-orang yang
74

Muslim bin al-Hajjj Ab al-Hasan al-Qusyair al-Naisbr, Shahh Muslim, Dr Ihy` al-Turts al-Arab, ttp. tt. vol. III, hal. 1296. 75 Lihat Jamml al-Bann, Hurriyah al-Fikr wa al-Itiqd f al-Islm, Kairo: Dr al-Fikr al-Islm, tt. hal. 25-28. 13 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

melakukan kerusakan di atas bumi. Oleh karena itu dalam peperangan juga harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, tidak serta merta bebas melakukan tindakan yang merendahkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini sebagaimana yang diteladankan oleh nabi Muhammad Saw., ketika para sahabat sudah tidak sabar ingin menumpas orang-orang yang menganiaya umat Islam, nabi Muhammad Saw. berpesan: Janganlah kalian berharap bertemu musuh, apabila kalian bertemu dengannya maka bersabarlah.76 Namun, apabila terpaksa harus melakukan peperangan sebelum berangkat nabi Muhammad Saw. berdoa: Ya Allah, Tuhan kami dan Tuhan mereka (para musuh), kami adalah hamba -Mu dan mereka juga hamba-Mu, kemenangan kami dan kemenangan mereka ada di tangan-Mu. Kalahkanlah mereka dan berilah kami pertolongan untuk mengalahkan mereka.77 Dalam doa ini sangat tercermin bahwa nabi Muhammad Saw. sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Penyebutan bahwa para musuh juga hamba Allah merupakan pengakuan lapang dari diri nabi Saw. atas kemanusiaan mereka, mereka tetap dianggap sebagai hamba Allah seperti dirinya, nabi Saw. tidak menyebut mereka dengan nama yang merendahkan, tapi disejajarkan dengan dirinya, yakni hamba Allah. Ketika nabi Muhammad Saw. mengutus para sahabatnya ke Yaman yang dipimpin oleh Mudz bin Jabal, beliau berpesan: : Janganlah kalian memerangi mereka (penduduk Yaman) hingga kalian berdakwah kepadanya. Apabila mereka menolak maka janganlah kalian perangi hingga mereka mengawali memerangi kalian. Apabila mereka telah mengawali memerangi kalian maka janganlah kalian memeranginya hingga mereka membunuh salah seorang di antara kalian, perlihatkanlah jasad orang yang terbunuh kepada mereka, dan katakanlah kepadanya, apakah ini jalan yang terbaik, sungguh Allah kelak akan menunjukkanmu bahwa nyawa satu orang lebih baik dari pada tempat di mana matahari terbit dan terbenam.78 Melalui pesan ini dapat diketahui bahwa sesungguhnya nabi Saw. tidak menginginkan peperangan, peperangan dilakukan semata-mata sebagai alternatif terakhir dalam menjaga hak asasi manusia. Setiap kali bala tentara perang nabi Saw. hendak berangkat memerangi orang-orang yang menganiaya beliau dan sahabatnya, nabi berpesan untuk selalu menebar kasih sayang kepada umat manusia, termasuk lawan-lawan yang akan dihadapinya. Bagi nabi Saw. menaklukkan para musuh dengan menghentikan tindakan zalimnya lebih baik ketimbang menaklukkannya dengan memboyong anak-anak dan istri-istrinya.79

76

Ab Zahrah, Khtam al-Nabiyyn Shallallah Alaih wa Sallam, Kairo: Dr al-Fikr al-Arab, 1425 H. vol. II, hal. 515. 77 Ab al-Qsim al-Thabrn, al-Du` li al-Thabrn, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1413 H. hal. 327. 78 Ab Zahrah, Khtam al-Nabiyyn Shallallah Alaih wa Sallam, vol. II, hal. 516. 79 Ab Zahrah, Khtam al-Nabiyyn Shallallah Alaih wa Sallam, vol. II, hal. 516. Lihat juga dalam Muhammad bin Ahmad al-Sarkhas, Syarh al-Siyar al-Kabr, al-Syirkah al-Syarqiyyah, 1971, vol. I, hal. 79. 14 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Dalam sabdanya nabi Muhammad Saw. menyatakan bahwa dirinya adalah nabi penebar kasih sayang dan nabi penebar kebencian ( ) .80 Kasih sayang dan kebencian adalah dua sikap yang saling berkelindan, artinya terhadap tindakan manusia sikap nabi Saw. terbelah menjadi dua, apabila tidak mengasihi maka membenci, namun kebencian yang dilakukannya merupakan bagian dari sikapnya yang penyayang. Nabi Saw. sangat membenci manusia yang bertindak lalim, berlaku zalim dan merampas hak asasi manusia, sehingga orang-orang yang seperti ini dienyahkan oleh nabi Saw. Sikap demikian sesungguhnya bagian dari sikap kasih sayang nabi Saw. terhadap manusia itu sendiri, singkatnya sikap membenci demi menyayangi. Sahabat Anas menginformasikan bahwa ketika nabi Muhammad Saw. mengutus sahabatnya untuk berperang beliau bersabda: . Berangkatlah dengan menyebut nama Allah, janganlah kalian memerangi orang -orang yang sudah tua renta, anak-anak yang masih kecil, dan perempuan. Dan janganlah kalian melampaui batas, kumpulkanlah harta jarahan kalian, berbuat baiklah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.81 Itu semua merupakan pesan-pesan yang disampaikan nabi Muhammad Saw. dalam melakukan peperangan terhadap orang-orang yang memusuhinya. Melalui hadis-hadis tersebut para ulama merumuskan beberapa larangan yang harus diperhatikan dalam berperang, yaitu: 1. Larangan membunuh pemimpin agama dan orang-orang yang sedang beribadah Para ulama menyatakan bahwa dalam peperangan dilarang membunuh para pemimpin agama dan orang-orang yang sedang beribadah. Larangan ini berdasarkan pada sabda Nabi Muhammad Saw: Janganlah kalian membunuh anak-anak dan orang-orang yang berada di Gereja.82 Juga pesan yang disampaikan Ab Bakar ketika mengirim pasukan perangnya ke Syam, di mana di daerah tersebut terdapat tempat ibadah umat Yahudi, Nashrani, dan tempat ibadah umat lainnya. Kepada tentara perangnya, Yazd bin Ab Sufyn, Amr bin al-sh, dan Syurahbl ibn Hasanah Abu Bakar berpesan: Janganlah kalian membunuh anak-anak, perempuan, dan orang tua. (Di Syam) kalian akan menemukan kaum yang menahan dirinya di Gereja, tinggalkanlah mereka, biarkan mereka beribadah.83 Namun menurut pendapat minoritas dalam madzhab Syafii orang -orang yang berada di Gereja dan para pendeta boleh dibunuh, hal ini berdasarkan pada QS. Al-Taubah [9]:5 yang menyatakan bahwa orang-orang musyrik di manapun ia berada harus diperangi (
80 81

Ab Zahrah, Khtam al-Nabiyyn Shallallah Alaih wa Sallam, vol. II, hal. 516. Muhammad bin Ysuf al-Shlih, Subul al-Hud wa al-Rasyd, Beirut-Libanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1993, vol. VI, hal. 7. 82 Ab Bakr al-Baihaq, al-Sunan al-Shaghr li al-Baihaq, Pakistan: Jmiah al-Dirst al-Islmiyyah, cet. I, 1989, vol. III, hal. 386. 83 Ab Zakariyy al-Nawaw, Kitb al-Majm Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairz, Jeddah: Maktabah alIrsyd, tt. vol. XXI, hal. 154. 15 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

). Melalui pemahaman tekstual terhadap ayat ini pendapat minoritas dalam madzhab Syfi ini tidak membedakan antara musyrikin yang boleh dibunuh dan yang tidak. Bagi pendapat ini semua orang musyrik yang tidak mengikat perjanjian damai dengan umat Islam (kfir harb) maka di manapun keberadaannya boleh diperangi. Menurut para ulama pendapat ini sangat lemah karena sebagaimana diungkap di muka bahwa perintah memerangi semua orang musyrik yang dinyatakan dalam QS. Al-Taubah [9]:5 hanya tertuju pada orangorang musyrik yang ikut berperang. Sehingga bagi orang musyrik yang tidak ikut serta dalam peperangan seperti yang berada di tempat ibadah maka haram diperangi. 2. Larangan membunuh perempuan, anak-anak, dan orang yang sudah tua renta Dalam peperangan, perempuan, anak-anak, dan orang yang sudah tua renta dilarang dibunuh. Ibnu Umar menginformasikan bahwa rasulullah Saw. melarang membunuh perempuan dan anak-anak. Setiap kali selesai berperang nabi Muhammad Saw. meneliti di tempat bekas peperangan dilangsungkan, suatu saat nabi Saw. menjumpai jasad perempuan terbunuh, lalu nabi Saw. marah dan bersabda: Apakah perempuan ini ikut berperang? Temuilah Khlid, katakan kepadanya, janganlah membunuh pekerja, perempuan, dan anakanak. Ibnu Kab Ibn Mlik dari pamannya menceritakan, bahwa Nabi Muhammad Saw. pada saat mengutus Ibnu Ab al-Haqq di Khaibar beliau melarang membunuh perempuan dan anak-anak.84 Sedangkan hukum membunuh waria (al-khunts al-musykil) dalam peperangan juga tidak diperbolehkan apabila identitas kelaminnya tidak jelas. Namun menurut madzhab Syfi, perempuan, anak-anak, dan waria apabila ikut serta berperang maka boleh dibunuh. Pendapat ini berdasarkan pada hadis nabi Saw. yang diinformasikan Ibnu Abbs, bahwa setelah perang Hunain nabi Muhammad Saw. menyaksikan jasad perempuan mati terbunuh. Nabi Saw. bertanya, siapa yang membunuh perempuan ini? Lalu salah seorang sahabat mengaku bahwa yang membunuh adalah dirinya karena perempuan tersebut pada saat peperangan berlangsung ikut menyerang dirinya. Atas jawaban ini nabi Saw. diam dan tidak meninggalkan pesan.85 Demikian pula dengan orang-orang yang sudah tua renta, mereka dilarang dibunuh, namun apabila mereka ikut serta dalam berperang, baik secara langsung maupun tidak, yakni dengan memberikan strategi jalannya peperangan maka boleh dibunuh. Hal ini berdasarkan pada hadis yang menginformasikan bahwa salah seorang sahabat nabi Saw. yang bernama Rabah bin Raf al-Salam membunuh Durad bin al-Shimmah, orang yang sudah tua renta berusia 155 tahun karena Duraid ikut mengatur pasukan Hawzin yang dipimpin oleh Mlik bin Auf. Atas pembunuhan ini Nabi Saw. tidak mengingkarinya.86 3. Larangan membunuh orang yang sedang bekerja Para ulama juga menyatakan, bahwa dalam peperangan dilarang membunuh orangorang yang sedang bekerja. Larangan ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Al-Sakhtiyn bahwa dalam peperangan nabi Muhammad Saw. melarang membunuh para pekerja (alusaf`) dan budak (al-wushaf`).87 4. Larangan merusak lingkungan Di antara larangan yang harus dihindari dalam peperangan adalah merusak bangunan, memotong pepohonan, memotong atau membakar kurma, dan yang lainnya. Larangan

84 85

Ab Zakariyy al-Nawaw, Kitb al-Majm Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairz, vol. XXI, hal. 154. Ab Zakariyy al-Nawaw, Kitb al-Majm Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairz, vol. XXI, hal. 154-155. Lihat juga dalam Ab al-Hasan Al al-Mward, Al-Ahkm al-Sulthniyyah, hal. 77. 86 Ab Zakariyy al-Nawaw, Kitb al-Majm Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairz, vol. XXI, hal. 157 dan 159. Ab al-Hasan Al al-Mward, Al-Ahkm al-Sulthniyyah, hal. 77. 87 Ab Bakr al-Baihaq, Marifah al-Sunan wa al-tsr, Beirut: Dr Qutaibah, cet. I, 1991, vol. XIII, hal. 251. Lihat juga Ab Bakr al-Baihaq, al-Sunan al-Shaghr li al-Baihaq, vol. III, hal. 386. 16 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

merusak lingkungan ini berdasarkan pada pesan Abu Bakar yang disampaikan kepada Yazd bin Ab Sufyn. Abu Bakar mengatakan: : . Aku berpesan kepadamu dengan sepuluh macam ; janganlah engkau membunuh perempuan, anak-anak, orang tua, dan orang pikun. Dan janganlah engkau memotong pohon yang berbuah, janganlah merobohkan bangunan, janganlah engkau menyembelih kambing dan unta kecuali untuk dimakan, janganlah engkau memotong kurma, dan membakarnya. Dan janganlah khianat dan takut.88 Menurut As-Syafi, dalam peperangan dilarang membunuh binatang ternak milik musuh kecuali untuk dimakan, yakni dijadikan harta jarahan (ghanmah), bukan bertujuan memancing emosi musuh. Karena andai membunuh binatang milik musuh dengan tujuan supaya musuh terpancing emosi niscaya membunuh anak-anak mereka diperbolehkan, karena membunuh anak jauh lebih cepat membakar emosi ketimbang membunuh binatangnya. Tapi hal ini tidak diperbolehkan. Namun menurut Ab Hanfah membinasakan binatang milik musuh apabila bertujuan supaya musuh menjadi lemah seiring dengan habisnya binatang ternak yang mereka miliki maka hukumnya diperbolehkan. 89 Demikianlah bahwa pada intinya peperangan dalam Islam hanya ditujukan kepada orang-orang yang memusuhi, di luar itu walaupun seagama dan sebangsa dengan orang-orang yang diperangi selama orang-orang tersebut tidak ikut serta menyerang maka hukum memeranginya tidak diperbolehkan, karena perang dalam Islam bukan untuk memaksa seseorang untuk masuk ke agama Islam, juga bukan bermaksud sebagai ekspansi kekuasaan, tapi untuk mengenyahkan orang-orang yang berbuat kerusakan di atas bumi (daf al-fasd fi al-`ardl). Perang dalam Islam memiliki beberapa etika yang harus diperhatikan oleh tentaratentara muslim, etika-etika tersebut pada intinya adalah tetap menjaga nilai-nilai humanisme, musuh boleh diperangi hanya di medan pertempuran, di luar itu tidak diperbolehkan, apabila dalam pertempuran musuh menyerah maka mereka dilarang dibunuh. Konon, Umar bin Khathab memecat Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai pimpinan perang (al-q`id) karena Khalid bin Walid dalam peperangan sering melakukan pembunuhan tolol. Umar menyatakan, sesungguhnya pada pedang Khalid terdapat ketololan ( ) .90 Di samping itu perang dalam Islam juga tidak boleh merugikan pihak musuh, seperti merusak bangunan tempat tinggalnya, menebas pepohonan, membakar tanaman, membunuh binatang ternak, dan hak kepemilikan lainnya. Oleh karena itu dalam menggunakan senjata perang dilarang menggunakan senjata yang dapat membunuh atau melukai orang-orang yang haram diperangi yang berada disekitar musuh, juga dilarang menggunakan senjata yang dapat merusak lingkungan. Dalam hadisnya diinformasikan bahwa nabi Saw. ketika perang melawan penduduk Syam melarang sahabatsahabatnya menggunakan manjanq (alat lempar batu besar, sekarang bom) untuk membongkar benteng musuh di Tsaqf karena andai benteng tersebut diserang dengan alat tersebut nabi Saw. memperkirakannya alat tersebut dapat merusak lingkungan sekitarnya yang tidak boleh dirusak.91 Namun menurut al-Syfi, apabila musuh membuat tameng di gunung, benteng, parit, tumbuh-tumbuhan, atau yang lainnya sekiranya sulit untuk dijangkau
88 89

Ab Zakariyy al-Nawaw, Kitb al-Majm Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairz, vol. XXI, hal. 158. Ab al-Hasan Al al-Mward, al-Hw al-Kabr f Fiqh Madzhab al-Imm al-Syfi, Beirut-Linanon: Dr alKutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1999, vol. XIV, hal. 190-191. 90 Ab Zahrah, Nazhriyah al-Harb f al-Islm, hal. 21. 91 Muhammad bin Ahmad al-Sarkhas, Syarh al-Siyar al-Kabr, vol. I, hal. 44. 17 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

maka diperbolehkan menyerangnya dengan menggunakan senjata yang dapat memberikan dampak ledakan lebih besar, seperti dengan melempar beberapa batu besar (majnq), batu sedang (arrdt), api, kalajengking, ular, dan senjata-senjata lainnya yang dapat melumpuhkannya walaupun di sekitar musuh terdapat orang-orang yang haram dibunuh seperti anak-anak, perempuan, dan pendeta. Dalam memperkuat pendapatnya al-Syfi berhujjah bahwa rasulullah Saw. pada saat memerangi penduduk Th`if beliau menggunakan manjanq, padahal di tempat tersebut terdapat perempuan dan anak-anak.92 Epilog Demikianlah penghormatan Islam terhadap manusia tidak hanya dalam keadaan damai, tapi dalam keadaan perang pun Islam tetap memuliakannya karena sesungguhnya syariat Islam sendiri diturunkan untuk menegakkan hak asasi manusia yang meliputi hak hidup, hak memperoleh kemerdekaan, hak memperoleh persamaan dan keadilan, hak memperoleh penghormatan, hak memperoleh ilmu pengetahuan, dan hak memiliki. Ketika nabi Muhammad Saw. mendapatkan wahyu ketuhanan dan kemudian menyampaikan kepada masyarakatnya, dan hal ini merupakan hak bagi nabi Saw. untuk berpendapat dalam persoalan teologi di tengah-tengah masyarakat penyembah berhala (musyrikn), seketika itu pula musyrik Quraisy memaksa nabi Muhammad Saw. untuk tidak berpendapat lain dalam persoalan ketuhanan. Bagi musyrikin Tuhan adalah berhala dan berjumlah banyak, sementara nabi Saw. berpendapat lain, yaitu Tuhan adalah Yang Maha Esa, tidak dilahirkan dan tidak melahirkan. Pemasungan kebebasan berfikir yang dilakukan orang-orang musyrik kepada nabi Saw. kemudian berubah menjadi kekerasan fisik, nabi Muhammad Saw. dan pengikutnya diserang, hendak dibunuh hanya karena berwacana dan bertindak tidak sesuai dengan keumuman kebiasaan masyarakat saat itu. Oleh karena itu berkelindan dengan persoalan ini Allah menurunkan QS. al-Baqarah 256 untuk menegaskan bahwa sesungguhnya manusia memiliki kemerdekaan untuk berpendapat. Sehingga nabi Muhammad Saw. dan sahabatnya melakukan peperangan melawan kuffar Quraisy tidak lain bertujuan untuk menegakkan kebebasan berfikir dan berpendapat yang menjadi hak setiap manusia. Di tengah-tengah masyarakat yang memperlakukan perempuan secara tidak manusiawi, setiap kali lahir anak perempuan maka dikubur hidup-hidup, ketika suami perempuan meninggal maka perempuan dapat diwariskan kepada anak atau saudaranya, perempuan dipaksa untuk melacur, perempuan dianggap bodoh, tidak punya hak menjadi pemimpin, baik pemimpin keluarga maupun masyarakatnya, dan sederet perlakuan keji lainnya terhadap perempuan, nabi Muhammad Saw. tampil membela hak-hak perempuan sebagai manusia. Bagi nabi Saw. perempuan memiliki hak hidup (QS. Al-Nahl 58-59), perempuan memiliki martabat (QS. Al-Nisa 19), perempuan memiliki hak yang sama seperti kaum laki-laki (QS. Ghafir 40), mengurus keluarga, membina masyarakat, dan yang lainnya. Namun tindakan nabi Muhammad Saw. yang berdasarkan bimbingan wahyu ini justru ditolak secara kasar oleh musyrik Quraisy hingga akhirnya terjadi peperangan. Di tengah kondisi sosial ekonomi masyarakat Makkah yang hanya dikuasai oleh kaum borjuis yang sangat menindas kaum papa dengan mempraktikkan transaksi ekonomi yang eksploitatif, nabi Muhammad Saw. melalui wahyu ketuhanan yang telah beliau terima tampil membela kaum proletar yang tertindas dengan menyerukan penghapusan praktik-praktik lintah darat (QS. al-Baqarah 219). Namun seruan nabi Muhammad Saw. ini justru mendapat kecaman dan serangan fisik dari musyrik Makkah dan akhirnya terjadilah peperangan. Begitu juga dengan tindakan-tindakan nabi Saw. lainnya yang pada intinya bertujuan membebaskan

92

Ab Abdillah Muhammad bin Idrs al-Syfi, Al-Umm, Beirut: Dr al-Marifah, 1990, vol. IV, hal. 257.

18 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

manusia dari tindakan-tindakan zalim kuffar Quraisy bukan direspon positif, tapi malah ditolak dan diserang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa peperangan yang dilakukan nabi Muhammad Saw. adalah demi memperjuangkan hak asasi manusia, sementara tujuan yang hendak digapai oleh kafir Quraisy adalah sebaliknya, yakni menindas manusia. Oleh karena itu para ulama penganggit kitab kuning merumuskan bahwa perang dalam Islam dilakukan semata-mata hanya untuk mempertahankan diri dari serangan musuh (daf al-itid) dan untuk mengenyahkan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi (daf al-fasd fi al-`ardl). Apabila penyerangan dan kerusakan di bumi masih bisa dihadapi dengan cara-cara selain berperang, atau kezaliman tersebut sudah berhenti maka perang tidak diperbolehkan dan harus segera diakhiri. Wallahu Alam bi al-Shawb. *Pernah disampaikan di Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang. **Khoirul Anwar, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jatim. Kini aktif di Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang. Email: khoirulanwar_88@yahoo.co.id Twitter: @khoirulanwar_88

19 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

DAFTAR PUSTAKA Al` al-Dn al-Ksn al-Hanaf, Bad`i al-Shan`i f Tartb al-Syar`i, Dr al-Kutub alIlmiyyah, cet. II, 1986. Abdul Lathf mir, Ahkm al-Usr wa al-Saby f al-Hurb al-Islmiyyah, Beirut: Dr alKutub al-Libnn, cet. I, 1986. Abdul Malik bin Ibrhm al-Naisbr, Syaraf al-Mushthaf, Makkah: Dr al-Basy`ir alIslmiyyah, cet. I, 1424. Abdul Mutal al-Shad, al-Siysah al-Islmiyyah f Ahd al-Khulaf` al-Rsyidn, Kairo: Dr al-Fikr al-Arab, tt. Abdul Wans Syat dkk, al-Alqt al-Dauliyyah f al-Islm Waqt al-Harb; Dirsah li alQawid al-Munadzdzamah li Sair al-Qitl, Kairo: al-Mahad al-lim li al-Fikr Islm, 1981. Ab Abdillah Muhammad bin Idrs al-Syfi, Al-Umm, Beirut: Dr al-Marifah, 1990. Ab al-Fid` Ibn Katsr, Al-Srah al-Nabawiyyah, Beirut-Libanon: Dr al-Marifah, 1976. __________________, Al-Bidyah wa al-Nihyah, Libanon: Dr al-Marifah, 1976. __________________, Al-Fhusl f al-Srah, Mu`assasah Ulm al-Qur`n, cet. III, 1403. __________________, Tafsr al-Qur`n al-Adzm, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, tt. Ab al-Hasan Al al-Mward, Al-Ahkm al-Sulthniyyah, Kairo: Dr al-Hadts, tt. _______________________, Al-Hw al-Kabr f Fiqh Madzhab al-Imm al-Syfi, BeirutLinanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1999. Ab al-Qsim al-Thabrn, al-Du` li al-Thabrn, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1413 H. Ab Bakr al-Baihaq, Al-Sunan al-Shaghr li al-Baihaq, Pakistan: Jmiah al-Dirst alIslmiyyah, cet. I, 1989. _________________, Marifah al-Sunan wa al-tsr, Beirut: Dr Qutaibah, cet. I, 1991. Ab Dwud al-Sijistn, Mas`il al-Imm Ahmad, Mesir: Maktabah Ibn Taimiyyah, cet. I, 1999. ___________________, Sunan Ab Dwud, Beirut: al-Maktabah al-Ashriyyah, tt. Ab Ishq al-Fazr, Al-Siyar, Beirut: Mu`assasah al-Rislah, cet. I, 1987. Ab Muhammad al-Ashbihn, Akhlq al-Nabiy wa dbuh, Dr al-Muslim, cet. I, 1998. Ab Zahrah, Khtam Al-Nabiyyn Shallallah Alaih wa Sallam, Kairo: Dr al-Fikr al-Arab, 1425 H. _________, Nadzariyah al-Harb f al-Islm, Kairo: Dirst Islmiyyah, cet II, 2008. Ab Zakariyy al-Nawaw, Kitb al-Majm Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairz, Jeddah: Maktabah al-Irsyd, tt. _____________________, Riydl al-Shlihn, Mesir: Thabah al-Ysufiyyah, 1960. Ahmad Abdurrahman, Al-Islm wa al-Qitl, Dr al-Syarq al-Ausath, tt. Ahmad bin Abdul Lathf al-Khathb, Al-Nufaht al Syarh al-Waraqt, Indonesia: alHaramain, tt. Ahmad Mukhtar, Shuwar min Hayh al-Harb wa al-Jihd f al-Andalus, Mansya`ah alMarif, cet. I, 2000. Ali bin Ibrhm al-Halb, Al-Srah al-Halbiyah; Insn al-Uyn f Srah al-Amn al-Ma`mn, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. II, 1427. Al-Muzan, Mukhtashar al-Muzan, Beirut: Dr al-Marifah, 1990. Al-Rghib al-Ashfihn, Al-Mufradt f Gharb al-Qur`n, Damaskus: Dr al-Qalam, cet. I, 1412 H.

20 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Bsn Suwaid, Hurb al-Quds f al-Trkh al-Islm wa al-Arab, Beirut-Libanon: Dr alMultaq, cet. I, 1997. Hamd al-Kans, Al-Harb Tharq al-Salm, Kairo: Majallah al-Nahr, 2005. Hasan bin Muhammad al-Mlik, Inrah al-Duj f Maghz Khair al-War Shallallah Alaih wa lih wa Sallam, Jeddah: Dr al-Minhj, cet. II, 1426. Husain Athwn, Riwyah al-Symiyyn li al-Maghz wa al-Siyar f al-Qarnain al-Awwal wa al-Tsn al-Hijrain, ttp. Dr al-Jl, tt. Husain bin Muhammad Ms, Faliyah al-Qiydah f al-Islm; al-Ghazawt wa al-Ras`il wa Fann al-Tamul, tp. 1432. Ibn Hisym, Al-Srah al-Nabawiyyah, Beirut-Libanon: Dr Ihy al-Turats al-Arab, 1997. Ibn Hubaisy, Kitb al-Ghazawt, Kairo: Dr al-Ulm, cet. I, 1983. Ibn Mandzr al-Anshr, Lisn al-Arab, Beirut: Dr Shdir, 1414 H. Ibn Rusyd al-Hafdz, Bidyah al-Mujtahid wa Nihyah al-Muqtashid, Kairo: Dr al-Hadts, 2004. Ibn Syihb al-Zuhr, Al-Maghz al-Nabawiyyah, Damaskus: Dr al-Fikr, 1981. Ibnu Hisym, Al-Srah al-Nabawiyyah, Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathbaah Mushthaf al-Bb al-Halb, cet. II, 1955. Jalluddn al-Mahall dan Jalluddn al-Suyth, Tafsr al-Jallain, Kairo: Dr al-Hadts, cet. I, tt. Jamml al-Bann, Hurriyah al-Fikr wa al-Itiqd f al-Islm, Kairo: Dr al-Fikr al-Islm, tt. Kaml Adwn, Al-Qitl Huwa al-Tharq, tp. tt. Mlik bin Anas, Al-Mudawwanah, Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1994. Muhammad bin Ahmad al-Sarkhas, Syarh al-Siyar al-Kabr, al-Syirkah al-Syarqiyyah, 1971. Muhammad bin Hibbn, Al-Srah al-Nabawiyyah wa Akhbr al-Khulaf`, Beirut: al-Kutub al-Tsaqfiyah, cet. III, 1417. Muhammad bin Is al-Turmudz, Al-Syam`il al-Muhammadiyyah, Beirut: Dr Ihy` alTurts al-Arab, tt. Muhammad bin Ishq, Srah Ibn Ishq, Beirut: Dr al-Fikr, cet. I, 1978. Muhammad bin Isml al-Bukhr, Shahh al-Bukhr, Dr Thq al-Najh, cet. I, 1422 H. Muhammad bin Jarr al-Thabar, Jmi al-Bayn f Ta`wl al-Qur`n, Mu`assasah al-Rislah, cet. I, 2000. Muhammad bin Nshir al-Jawn, Al-Qitl f al-Islm; Ahkmuh wa Tasyrtuh Dirsah Muqranah, tp. cet. II, 1983. Muhammad bin Qsim al-Ghaz, Fath al-Qarb, Semarang: Thaha Putra, tt. Muhammad bin Umar al-Wqid, Al-Maghz, Beirut: Dr al-`Alam, cet. III, 1989. Muhammad bin Umar Nawaw al-Jw al-Bantan, Mirh Labd li Kasyf Man al-Qur`n alMajd, Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1417 H. Muhammad bin Ysuf al-Shlih, Subul al-Hud wa al-Rasyd, Beirut-Libanon: Dr alKutub al-Ilmiyyah, cet. I, 1993. Muhammad Fu`d Abdul Bq, Al-Mujam al-Mufahras li Alfdz al-Qur`n al-Karm, Kairo: Dr al-Hadts, 1364 H. Muhammad Khair Haikal, Al-Jihd wa al-Qitl f al-Siysah al-Syariyyah, Dr Ibn Hazm, tt. Muhammad Mashm bin Al, al-Amtsilah al-Tashrfiyyah, Surabaya: Maktabah wa Mathbaah Slim Nabhn, tt. Muhammad Sayyid Thanthw, Al-Sary al-Harbiyyah f al-Ahd al-Nabawiy, Kairo: alZuhr` li al-Ilm al-Arab, 1990. Mushthaf Mahmd, Al-Islm al-Siys wa al-Marakah al-Qadmah, Mesir: al-Syirkah alMishriyyah, tt. Muslim bin al-Hajjj Ab al-Hasan al-Qusyair al-Naisbr, Shahh Muslim, Dr Ihy` alTurts al-Arab, ttp. tt.
21 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Ndiyah Husn Shaqr, Falsafah al-Harb f al-Islm, Kairo: Wuzrah al-Auqf al-Majlis alAl li al-Syu`n al-Islmiyyah, 1990. Rghib al-Sarjn, Qishshah al-Hurb al-Shalbiyyah, Kairo: Mu`assasah Iqra` li al-Nasyr wa al-Tauz wa al-Tarjamah, cet. II, 2009. Salm Syfi Mahmd Salm, Hushn Khaibar f al-Jhiliyyah wa Ashr al-Rasl; Dirsah Trkhiyyah li Ahamm al-Hushn wa Aqdah al-Harb wa al-Qitl ind al-Yahd f Khaibar, Mesir: al-Marif al-Iskandariyyah, tt. Sayyid al-Qumn, Al-Hizb al-Hsyim wa Ta`ss al-Daulah al-Islmiyyah, Maktabah Dr alNadwah, tt. Syd Ibrhm Abdul Qdir, Al-Saby f Shadr al-Islm, Palestina: Jmiah al-Najjh, 2010. Tolstoj, Al-Harb wa al-Silm, al-Maktabah al-Arabiyyah al-Syarqiyyah Orientliy, cet. I, 1996. Zainuddn al-Malbr, Fath al-Mun, dalam Ab Bakr Utsmn al-Bakr, Hsyiyah Inah al-Thlibn, Beirut-Libanon: Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, cet. III, 2003. Zakariy al-Anshr, Fath al-Wahhb, Dr al-Fikr, 1994.

22 | Perang Demi Menjaga Hak Asasi Manusia_______________________________________Khoirul Anwar

Anda mungkin juga menyukai