Nama lengkap dari ath-Thabari ialah Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Katsir ibn
Ghalib ath-Thabari al-Amuli, beliau dilahirkan di kota Amul yang merupakan ibukota Thabaristan, di negara
Iran. Beliau lahir pada akhir tahun 224 H awal tahun 225 H.
Sejak kecil ath-Thabari sudah hafal Alquran dan pada umur tujuh tahun beliau mendapatkan
kepercayaan untuk menjadi imam sholat pada masa itu. Beliau pun menulis hadis dimulai pada umur sembilan
tahun.
Ath-Thabari mengetahui berbagai macam cara membaca Alquran, memahami makna yang
terkandung di dalamnya serta memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hukum-hukum di dalam
Alquran.
Beliau memulai pendidikannya pada tahun 236 H saat beliau berusia 12 tahun di kota kelahirannya,
kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke kota Rayy dengan berguru kepada Ibnu Humaid Ar-Razi.
Beliau wafat di kota Baghdad pada tahun 310 H bertepatan dengan akhir bulan Syawal.
Guru at-thabari dalam ilmu Tarikh
Buku ini diawali oleh pembukaan sang penulis yaitu Imam Ath-Thabari, dimana pertama-tama
beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT, serta rasa terimakasih sang penulis kepada Allah SWT,
kemudian selanjutnya Imam Ath-Thabari menjelaskan bahwa dalam bukunya ini ia akan menyebutkan siapa
saja raja pada setiap zamanya, dengan periwayatan yang sampai kepadanya, bagaimana mereka menjalankan
kekuasaannya, siapa sajakah diantara mereka yang bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Setelah itu
Imam Ath-Thabari menjelaskan bahwa dalam bukunya ini juga ia akan menjelaskan berapa lama raja-raja
tersebut berkuasa dan kapan ajal menjemput mereka.
Jilid 1
Kitab/buku yang bertemakan sejarah para rasul dan raja ini mereupakan hasil karya
sejarah paling sukses. Ketika itulah kaum muslimin mulai menulisakan tentang kisah perjalanan
hidup nabi dan saling meriwayatkan sesame mereka dari mulai lahirnya, hari pengangkatannya
sebagai rasul, hijrahnya, peperangan yang terjadi di masanya, tetapi saat itu tulisan tersebut
masih mereka sembunyikan. Lalu ada orang pertama yang menysusun kisah-kisah tersebut
dalam sebuah buku Urwah bin Zubair bin Awam dilanjutkan oleh Abban bin Utsman bin Affan
hingga akhirnya menjadi biografi berkat tulisan yang disusun Ibnu Ishaq. Kesempatan itu
banyak dimanfaatkan oleh para ulama yang mulia untuk menyusun sejarah itu dalam sebuah
buku, hingga akhirnya sampai kepada Imam Muhammad bin Jarir At-Thabari yang menulis buku
Tarikh yang sangat berharga ini pada buku ini diawali pembahasan seputar waktu mencakup
definisi waktu, jumlah waktu yang diciptakan dari awal hingga akhir, dalil kegunaan waktu,
Allah Maha Qadim dan Maha pencipta, serta pembahasan mengenai makhluk, apakah yang
diciptakan sebelum qalam, dan manakah yang lebih dahulu siang ataukah malam.
Sumber-sumber
Tentang Perang Riddah pada masa Khalifah Abu Bakr dan ekspansi Islam pada masa Khulafa al-Rasyidin,
sumber utama al-Thabari adalah tulisan-tulisan Sayf ibn Umar al-Asadi dan al-Mada’ini. Tentang Perang
Jamal dan Perang Shiffin, al-Thabari banyak mengutip karya Abu Mikhnaf, al-Mada’ini, dan Sayf ibn
Umar.
Berkenaan dengan sejarah bani Umayyah, al-Thabari bersandar pad tulsian-tulisan ‘Awwanah ibn al-
Hakam, Abu Mikhnaf, al-Mada’ini, al-Waqidi, ‘Umar ibn Syabah al-Bashari, dan Hisyam al-Kalibi.
Adapun berkenaan denhan sejarah Bani Abbas, al-Thabari banyak berhutang budi pada karya-karya
sejarah Ahmad ibn Abi Khaytsamah, Ahmad ibn Zubayr, al-Mada’ini, ‘Umar ibn Rasyid, al-Haystsam ibn
‘Adi, dan al-Waqidi.
kelebihan
Ath-Thabari menutup setiap masa kekhalifahan dengan riwayat hidup para khalifah
tersebut secara singkat, di luar dari metode yang digunakannya, yakni per-tahun.
Ath-Thabari mampu menghimpun syair dan karya sastra lainnya dari peradaban bangsa
Arab untuk menambah dan memperkuat dalil-dalil riwayat yang dicantumkannya.
Menceritakan sejarah yang terkait dengan bangsa Romawi dan Persia.
kekurangan
Ath-Thabari jarang sekali melakukan Analisa sehingga perbandingan itu harus dilakukan oleh para
pembaca sendiri. Prof. Syakir Mustafa ketika menilai metode yang digunakan oleh Ath-Thabari dalam
menyusun kitabnya mengatakan: Nilai minus paling nyata dari metode Ath-Thabari adalah tidak adanya
analisa terhadap riwayat-riwayat yang dia cantumkan, dia hanya memindahkan riwayat dari para
periwayat ke dalam kitabnya, dan dia seakan tidak mau ambil pusing dengan kebenaran riwayat-riwayat
itu ataupun dengan kejadian yang sebenarnya.
Tidak fokus atau perhatian pada fakta sejarah yang paling penting.
Menggunakan metode per-tahun, sehingga menjadikan pembahasan peristiwa yang panjang tidak
terselesaikan.
Ath-Thabari terkadang memotong riwayat dari akhbari tertentu.
Banyak sekali cerita hayalan (dongeng/ mitos) dalam kitab sejarah Ath-Thabari, terutama ketika
membahas tentang awal mula penciptaan, kisah para Nabi, dan sejarah masyarakat Arab sebelum Islam.
Ath-Thabari terlalu ringkas dalam mengisahkan peristiwa yang terjadi di zamannya sendiri, dan dia juga
tidak mencantumkan nama-nama orang yang memberitahukan peristiwa tersebut kepadanya dengan
alasan-alasan tertentu.
Ath-Thabari juga tidak menyebutkan judul buku-buku yang dikutipnya dari hasil bacaan, atau dari
pembelajarannya melalui guru mata rantai yang menghubungkannya dengan para penulis buku-buku
tersebut, seperti Al-Madaini, Awanah bin Hakam, Ibnu Sa’ad, dan guru-guru lainnya.
Ath-Thabari terlalu banyak mengutip riwayat dari para periwayat yang tidak berkualitas, dianggap tidak
layak, ataupun dituding pemalsu.