Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERTANIAN

TIPOLOGI KLASSEN (TKL)

LIPUL

E1D010032

ARIS PRASETYO NUGROHO E1D010042

Co_Ass : Utari Marthadinigrum Yunia Tri Lestari

JURUSAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU
2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antardaerah dan antar sektor. Akan tetapi pada kenyataanya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selamanya diikuti pemerataan secara memadai. Di negara-negara sedang berkembang, perhatian utama terfokus pada dilema komplek antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun hampir selalu sulit diwujukan bersamaan. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankanya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan Gross national Product (GNP) yang tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasil-hasilnya. Penanggulangan kemiskinan/kesenjangan pendapatan kini merupakan masalah pokok dalam pembangunan dan sasaran utama kebijakan pembangunan di banyak Negara (Todaro,2006). Hal tersebut di atas selalau terjadi karena pembangunan, dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu berlangsung sistemik. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami peetumbuhan yang lambat. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama di sebabkan oleh karena kurangnya sumber-sumber yang di miliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki fasilitas seperti sarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga tenaga kerja yang terampil di samping itu adanya ketimpangan

redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat kepada daerah. Pemerintah Daerah di Indonesia telah mengalami perubahan seiring dengan di berlakukanya otonomi daerah, dengan mendekatkan pembuatan keputusan ke daerah, Pemerintah Pusat telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah baik untuk mengatur urusan pembangunan ekonominya sendiri. Pemberlakuan otonomi daerah juga berarti Pemerintah Daerah harus memiliki rencana ekonomi daerah yang baik untuk menyediakan kesejahteraan bagi penduduknya. UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, akan membawa

angin segar bagi daerah untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri sehingga ketimpangan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor secara bertahap dapat diperkecil.

1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahannya adalah bagai mana klasifikasi daerah 10 provinsi di Indonesia (Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah) berdasarkan Tipologi Klassen? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini berdasarkan permasalahan di atas adalah untuk mengetahui klasifikasi daerah 10 provinsi di Indonesia (Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah) berdasarkan Tipologi Klassen.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tipologi Klassen untuk Daerah Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masingmasing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (High Growth And High Income) , d a e r a h m a j u t a p i t e r t e k a n ( High Income But Low Growth) , daerah berkembang cepat (High Growth But Low Income), dan daerah relatif tertinggal (Low Growth and Low Income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro, 1993; Hil,1989) (Kuncoro,2002). Kriteria menggunakan untuk mengetahui klasifikasi daerah menurut Klassen adalah sebagai berikut : 1. Jika Ri Rn dan Yi Yn : Daerah cepat maju dan cepat tumbuh 2. Jika Ri Rn dan Yi < Yn : Daerah berkembang cepat 3. Jika Ri < Rn dan Yi Yn : Daerah maju tetapi tertekan Jika Ri < Rn dan Yi < Yn : Daerah tertinggal. (Anonim, 2013)

Tabel 1. Matrik Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Klassen Tipologi Klassen PDRB per kapita (Y) Yi Y Laju Pertumbuhan (R) Ri R Daerah berkembang Cepat Ri R Daerah relatif Tertinggal Keterangan : Ri = Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi i R = Laju Pertumbuhan Total PDRB Yi = Pendapatan PDRB/Kapita provinsi i Y = Pendapatan Perkapita

Yi Y

Daerah cepat maju dan Cepat tumbuh Daerah maju tapi Tertekan

Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perspektif mengenai tujuan dan makna pembangunan kemudian berkembang menjadi lebih luas lagi. Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual. Oleh karena itu, indikator pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan PDRB maupun PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya seperti: ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta penurunan tingkat pengangguran (Todaro dan Smith, 2006).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Penentuan Lokasi Lokasi yang dipilih adalah 10 provinsi yang ada di Indonesia yang telah ditetapkan perkelompok praktikum secara acak. Dan dalam hal ini kelompok kami kebagian di Provinsi Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah.

3.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diambil dari literatur-literatur atau pustaka dan dari instansi yang ada kaitannya dalam praktikum ini. Pengambilan data dengan cara browsing dan mengunduh di laman web http://www.bps.go.id/. Adapun data yang diunduh tersebut adalah Data PDRB, Pertumbuhan PDRB, Penduduk dan Pendapatan per Kapita di 10 Provinsi di Indonesia Tahun 2010 atas Harga Konstan. 3.3. Metode Analisis Data Dalam praktikum ini untuk mengetahui laju pertumbuhan PDRB/Kapita dari tiap provinsi menggunakan pendekatan atau kriteria Tipologi Klassen, seperti sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pendapatan PDRB/Kapita provinsi i : YProvinsi i = 2. Untuk mengetahui pendapatan PDRB/Kapita Indonesia : YNasional = Setelah menghitung dan mendapatkan persentase pertumbuhan PDRB dan nilai pendapatan PDRB/Kapita provinsi-provinsi tersebut dan juga PDRB nasional, lalu dibandingkan keduanya untuk mengetahui klasifikasi daerah dengan menggunakan kriteria dari Tipologi Klassen. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Data PDRB, Pertumbuhan PDRB, Penduduk dan Pendapatan per Kapita di 10 Provinsi di Indonesia Tahun 2010 atas Harga Konstan Tabel I Tahun 2010 Tabel II Tahun 2010 PDRB (Rp juta) 395633574,64 DKI JAKARTA pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)
6,50

PDRB (Rp juta) 41075858,84

KEPULAUAN RIAU pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)


7,19

1679,163

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 24462,103346

9607,787

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 41178,428981

Tabel III Tahun 2010 Tabel IV Tahun 2010 Tabel V Tahun 2010 Tabel VI Tahun 2010 PDRB (Rp juta) 28880686,20 BALI pertumbuhan PDRB (Ri) (%)
5,83

PDRB (Rp juta) 322223816,79

JAWA BARAT pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)


6,20

43053,732

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 7484,224986

PDRB (Rp juta) 342280765,51

JAWA TIMUR pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)


6,68

37476,757

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 9133,147927

PDRB (Rp juta) 186995480,65

JAWA TENGAH pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)


5,84

32382,657

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 5774,556444

penduduk (jiwa)
3890,757

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 7422,896418

Tabel VII Tahun 2010 Tabel VIII Tahun 2010 Tabel IX Tahun 2010 PDRB (Rp juta) 30299808,07 KALIMANTAN BARAT pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)
5,37

PDRB (Rp juta) 20069888,61

NUSA TENGGARA BARAT pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)


6,33

4500,212

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 4459,765142

PDRB (Rp juta) 12543821,97

NUSA TENGGARA TIMUR pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)


5,23

4683,827

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 2678,113852

4395,983

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 6892,612658

Tabel X Tahun PDRB (Rp juta) 6,49 2010 18803675,62 Sumber tabel I s/d X : Data Sekunder yang diolah KALIMANTAN TENGAH pertumbuhan PDRB penduduk (Ri) (%) (jiwa)
2212,089

PDRB/kap (Yi) (Rp juta) 8500,415499

4.1.2. Data PDRB, Pertumbuhan PDRB, Penduduk dan Pendapatan per Kapita Indonesia Tahun 2010 atas Harga Konstan INDONESIA Tahun PDRB pertumbuhan PDRB penduduk (Rp juta) (Rn) (%) (jiwa) 2010 2222763050,54 6,13 237641,326 Sumber : Data sekunder yang diolah 4.2. Pembahasan Dari data yang diolah di atas, untuk mengetahui klasifikasi daerah dari 10 provinsi tersebut, selanjutnya membandingkan antara pertumbuhan PDRB Provinsi i (Ri) terhadap pertumbuhan PDRB Indonesia (Rn) dan membandingkan nilai pendapatan PDRB/Kapita Provinsi i (Yi) dengan nilai pendapatan PDRB/Kapita Nasional (Yn). Rincinya adalah sebagai berikut : 1. Untuk Provinsi Kepulauan Riau, tergolong daerah cepat maju dan cepat tumbuh dimana pertumbuhan PDRB (Rkepri %) 7,19 dan pendapatan PDRB per kapita (Ykepri) 24462,103346 lebih besar dari pada pertumbuhan PDRB (Rnasional %) 6,13 dan pendpatan PDRB per kapita nasional 9353,436492. 2. Untuk Provinsi DKI Jakarta, Rjakarta Rnasional dan Yjkt Ynasional. Ini berarti DKI Jakarta tergolong daerah cepat maju dan cepat tumbuh, karena pertumbuhan dan pendapatan PDRB provinsi tersebut lebih besar dari pada pertumbuhan dan pendapatan PDRB nasional. 3. Untuk Jawa Barat, Rjabar Rn dan Yjabar < Yn menunjukan bahwa daerah tersebut tergolong daerah berkembang cepat. Hal ini dikarenakan persentase pertumbuhan PDRB-nya lebih besar dari persentase pertumbuhan PDRB nasional sedangkan pendapatan PDRB daerah lebih kecil daripada pendapatan PDRB nasional. 4. Untuk Provinsi Jawa Timur, Rjatim Rn dan Yjatim < Yn, ini juga menunjukan bahwa daerah tersebut tergolong daerah berkembang cepat. Karena persentase pertumbuhan PDRB-nya lebih besar dari persentase pertumbuhan PDRB nasional sedangkan pendapatan PDRB daerah lebih kecil daripada pendapatan PDRB nasional.

PDRB/kap (Yn) (Rp juta) 9353,436492

5. Untuk Provinsi Jawa Tengah, Rjateng < Rn dan Yjateng < Yn. Menunjukan daerah ini tergolong daerah tertinggal, dimana persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita daerah tersebut lebih kecil dari pada persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita nasional. 6. Untuk Provinsi Bali, Rbali< Rn dan Ybali < Yn. Daerah ini juga tergolong daerah tertinggal, dimana persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita daerah tersebut lebih kecil dari pada persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita nasional. 7. Untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat, RNTB Rn dan YNTB < Yn. ini juga menunjukan bahwa daerah tersebut tergolong daerah berkembang cepat. Karena persentase pertumbuhan PDRB-nya lebih besar dari persentase pertumbuhan PDRB nasional sedangkan pendapatan PDRB daerah lebih kecil daripada pendapatan PDRB nasional. 8. Untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur, RNTT < Rn dan YNTT < Yn. Daerah ini juga tergolong daerah tertinggal, dimana persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita daerah tersebut lebih kecil dari pada persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita nasional. 9. Untuk Provinsi Kalimantan Barat, Rkalbar< Rn dan Ykalbar < Yn. Daerah ini juga tergolong daerah tertinggal, dimana persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita daerah tersebut lebih kecil dari pada persentase pertumbuhan dan pendapatan PDRB per kapita nasional. 10. Untuk Provinsi Kalimantan Tengah, Rkalteng Rn dan Ykalteng < Yn. Daerah ini menunjukan daerah berkembang cepat. Karena persentase pertumbuhan PDRB-nya lebih besar dari persentase pertumbuhan PDRB nasional sedangkan pendapatan PDRB daerah lebih kecil daripada pendapatan PDRB nasional.

V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari penjelasan-penjelasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masingmasing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. 2. Daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (High Growth And High Income) , d a e r a h m a j u t a p i t e r t e k a n

( High Income But Low Growth) , daerah berkembang cepat (High Growth But Low Income), dan daerah relatif tertinggal (Low Growth and Low Income). 3. Dari 10 provinsi yang diamati, adapun klasifikasinya : Daerah yang tergolong cepat maju dan cepat tumbuh adalah Provinsi Kepulauan Riau dan DKI Jakarta, Daerah berkembang cepat adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa tenggara Barat, dan Kalimantan Tengah. Sedangkan kategori untuk daerah tertinggal terdapat di provinsi Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat. Dan tidak ada dari hasil praktikum tersebut menunjukan daerah yang masuk kategori daerah maju tetapi tertekan.

5.2. Implikasi Kebijakan Sebaiknya pemerintah Indonesia mengutamakan pembangunan ekonomi wilayah pada tiap daerah tertinggal, misalkan memulai pembangunan dari sektor wilayah terkecil yakni pedesaan. Pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual. Oleh karena itu, indikator pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan PDRB maupun PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya seperti: ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta penurunan tingkat pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Materi Praktikum PPWP. Jurusan Sosek, Faperta UNIB, Bengkulu. http://www.bps.go.id/. Data PDRB, Pertumbuhan PDRB, Penduduk dan Pendapatan per Kapita di 10 Provinsi di Indonesia Tahun 2010 atas Harga Konstan. Diakses 29 April 2013.. Modul 4, Tipologi Klassen, http://www.scribd.com/doc/2908449/Modul-4-Tipologi- Klassen, diakses 29 April 2013 Syafrizal, 1997. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang. Todaro dan Smith. 2006. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai