Anda di halaman 1dari 28

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

MODUL TRAINING OF TRAINER (TOT) BAGI FASILITATOR PELATIHAN TPM Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM)

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI


Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas perkenan dan ridhoNya, Modul Training of Trainers (TOT) Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik. Modul Training of Trainers (TOT) TPM bertujuan untuk membantu para trainers yang ditugaskan untuk menfasilitasi pelatihan TPM program PLKSDABM dan membantu proses fasilitasi dalam rangka membangun kesadaran TPM sebagai pendamping masyarakat di tingkat desa. Selain itu dapat mengembangkan kemampuan dan penguatan kapasitas TPM untuk menjadi community development di lokasi-lokasi sasaran PLKSDA-BM. Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan modul TOT TPM, mudahmudahan memberikan manfaat bagi semua pihak.

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DAFTAR ISI
Hal Kata Pengantar.................................... Daftar Isi............................................... Gambaran Umum Modul................... A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Modul ... C. Metode Pelatihan .. D. Pendekatan Pelatihan . E. Peserta Pelatihan . F. Kerjasama Tim Fasilitator . G. Kerjasama dengan Panitia Penyelenggara .. H.Penggunaan dan Pemanfaatan Peralatan I. Memilih dan Menyiapkan Permainan dan Penyegaran Suasana J. Susuna Pokok Bahasan Modul 1 Orientasi Pelatihan .. Materi 1 Penciptaan Suasana Materi 2 Pengenalan Jati Diri ... Materi 3 Kontrak Belajar 2 3 4 4 4 5 6 8 9 10 10 10 11 20 22 24 26

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

GAMBARAN UMUM MODUL

A. Latar Belakang Salah satu fokus program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM) adalah penguatan kapasitas Kelompok Tani yang berfungsi sebagai wadah pembelajaran bersama petani, guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuhnya kemandirian dalam berusaha tani. Kelompok Tani juga diharapkan dapat menjadi wadah peranserta dan kerjasama petani dalam penanganan lahan kritis. Dengan demikian Kelompok Tani merupakan organisasi sebagai wadah artikulasi kepentingan dan bekerja sama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan berusaha tani, pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil. Oleh sebab itu, penguatan Kelompok Tani melalui pelatihan dan pendampingan, agar mereka memiliki pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), ketrampilan (skill) dan nilai nilai (values) yang dibutuhkan dalam menjalankan fungsinya tersebut, terurama dalam pelaksanaan program PLKSDA-BM. B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Modul Penyusunan modul Training Of Trainers (TOT) ini dimaksudkan untuk membantu para trainers yang ditugaskan untuk menfasilitasi pelatihan TPM program PLKSDA-BM. Sedangkan tujuan penyusunan modul pelatihan ini adalah sebagai berikut: 1. Panduan proses fasilitasi dalam rangka membangun kesadaran kritis TPM PLKSDA-BM sebagai pendamping masyarakat ditingkat desa; 2. Panduan fasilitasi pelatihan TPM sebagai pendamping penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani program PLKSDA-BM;

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

3. Panduan fasilitasi pelatihan dalam upaya mendorong Self Governing Community melalui pengembangan kapasitas TPM sebagai penggerak dan motivator masyarakat dalam penanganan lahan kritis di tingkat desa; 4. Mengembangkan kemampuan dan penguatan kapasitas TPM untuk menjadi community developmnet di lokasi-lokasi sasaran PLKSDA-BM; C. Metode Pelatihan Seluruh kegiatan pelatihan TPM PLKSDA-BM akan mengambil model Values Based Training Program (VBTP), yaitu model pelatihan yang metode penyampaiannya didasarkan pada upaya transformasi nilai-nilai utama (kemanusiaan) yang bersifat universal dan diyakini sebagai inti bagi terjadinya perubahan perilaku/sikap dari seseorang. Pendekatan pelatihan yang diterapkan dalam rangka mencapai tujuan terjadinya Perubahan Prilaku Kolektif dari berbagai pihak dalam berinteraksi di masyarakat, terutama dalam merespon kondisi social ekonomi maupun pembangunan disekitarnya. Prosesnya dimulai dengan memotivasi peserta untuk mau melakukan perubahan perilaku masing-masing berdasarkan nilai-nilai yang diyakini atau dipercaya akan lebih baik, menjamin situasi perubahan yang diharapkan. Dengan nilai-nilai yang dikembangkan didalam sistem kepribadiannya tersebut, diharapkan akan terjadi kebiasaan-kebiasaan baru bermasyarakat yang kemudian melembaga dan disepakati sebagai acuan dalam berinteraksi. Inilah yang kelak menjadi Sistem Sosial yang baru. Model ini berangkat dari pemikiran bahwa seseorang sebagai individu diyakini merupakan komponen dasar terjadinya perubahan perilaku kolektif di masyarakat. Pelatihan ini dibangun dengan etika dan filosofi yang didasarkan pada usaha mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman peserta sendiri, karena mereka merupakan bagian terpenting dalan proses yang terjadi di dalam proses pelatihan. Hal ini dapat dicapai dalam diskusi kelompok besar maupun kecil, curah pendapat, studi kasus, permainan-peranan (roleplaying).

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Bagan 1 Bagan Pendekatan Pelatihan untuk Perubahan Perilaku Kolektif

Nilai-nilai dan Prinsipprinsip Kemanusiaan

Motivasi menuju Situasi yang lebih baik

SISTEM SOSIAL (Disepakati sebagai acuan dalam berinteraksi)

SITUASI PERUBAHAN YANG DIHARAPKAN

Situasi yang di percaya lebih baik

Proses pelembagaan di masyarakat

Norma, Nilai, Aturan main

Kebiasaan baru bermasyarakat

SISTEM KEPRIBADIAN (Perilaku Positif)

D. Pendekatan Pelatihan Berdasarkan metode pelatihan seperti tersebut diatas, maka pendekatan pelatihan yang digunakan adalah dengan mengadopsi pendekatan pendidikan pemberdayaan, yaitu pendekatan pendidikan orang dewasa (Andragogy), yang terdiri dari empat unit: Komunikasi yang Berhasil, Dialog Bervariasi, Mengatur diri sendiri-berkolaborasi dengen orang lain. Setiap unit mengandung sejumlah latihan yang dijabarkan dalam manual ini, yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti seminar pelatihan, pertemuan, diskusi terbatas, dsb.

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Bagan 2 Metode Pendidikan Orang Dewasa

Pendekatan ini berdasarkan kepercayaan bahwa proses belajar akan lebih efekt bila pengetahuan dan ketrampilan peserta dihargai dan mereka memiliki kesempatan untuk mengungkapkan dan menganalisa pengalaman mereka sendiri dalam lingkungan yang nyaman. Isi dari pelatihan ini harus memenuhi kebutuhan peserta dan dapat diteima dalam kerangka pengalaman mereka. Peranan pelatih lebih ke arah memasilitasi proses pelatihan dari pada melatih (mengajar) dalam arti baku kata tersebut. Pelatihan akan menggunakan berbagai teknik, latihan dan permainan peran untuk melibatkan peserta dalam menganalisa dan merefleksikan pengalaman mereka sendiri. Materi dikompilasi sedemikian rupa agar setiap teori atau cara yang akan dipelajari disertai dengan latihan praktikal. Belajar melalui pengalaman artinya bahwa dalam setiap kelompok setiap orang memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman atau masalahnya serta mencari penyelesaian bagi hal tersebut dan juga berarti membentuk iklim saling percaya dalam kelompok tersebut sangatlah penting bagi kesuksesan proses ini secara keseluruhan.

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Peranan pelatih dalam hal ini adalah

membantu peserta agar dapat

berperan seaktif mungkin dan agar mengerti konsep dan gagasan kunci dengan benar. Ia juga harus siap untuk menyesuaikan jadwal dengan kebutuhan dan gagasan yang muncul selama pelatihan berlangsung. Dilakukan dengan suatu proses pendidikan orang dewasa (andragogi), di mana peserta dan fasilitator pelatihan (trainer) merupakan mitra/rekan belajar yang secara partisipatif bersama-sama menggali pengalaman-pengalaman secara terstruktur yang kemudian disintesiskan bersama untuk mendapatkan nilai-nilai baru yang ingin diterapkan. Sejalan dengan metode yang dipilih, maka proses pelatihan dirancang agar praktek-praktek kuncinya dapat menyediakan keseimbangan dan dinamika kelompok yang diperlukan. Setiap sesi harus mencakup elemen-elemen kunci: mengenali agenda (mendengar usulan-usulan yang diajukan); memperkenalkan para peserta, mengungkapkan pengharapan (ekspektasi), pertemuan kelompok setelah setiap kala istirahat (break); paling tidak satu kali permainan peranan (role-playing) untuk mengimbangkan energi dan menghibur; mengkaji ulang pelatihan (untuk mengerti pendapat kelompok). E. Peserta Pelatihan Pelatihan yang dilaksanakan dengan metode dan pendekatan partisipatif, para peserta dituntut untuk mengembangkan hubungannya antara peserta dengan peserta lainnya maupun dengan fasilitator berdasarkan kepercayaan, kemitraan dan kesetaraan dalam membagi pengalaman, pengetahuan dan informasi, tetapi juga proses pembentukan sikap, perilaku dan komitmen. Sehingga seringkali proses interaksi melibatkan aspek psyikologis, norma, ideologi maupun paradigma berpikir, terutama terkait dengan tugas dan fungsi peserta setelah mengikuti pelatihan tersebut. Demikian juga halnmya peserta Training Of Trainer (TOT) bagi Fasilitator Pelatihan TPM Program PLKSDA-BM ini, yang merupakan calon trainers yang diharapkan akan menfasilitasi pelatihan TPM di daerahnya masingmasing. Oleh sebab itu, melalui TOT ini mereka harus benar memahami
Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

metodologi dan pendekatan pelatihan partisipatif, serta benar-benar harus memiliki keterampilan dalam menfasilitasinya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peserta TOT harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Staf SKPD terkait program PLKSDA-BM yang memiliki pengalaman dasar pelatihan partisipatif dan penguatan kapasitas kelembagaan di daerahnya masing-masing; 2. 3. TPM atau KTPM yang telah memiliki Pengalaman dasar dalam menfasilitasi pelatihan dengan metode dan pendekatan partisipatif; Memiliki minat, kemauan dan bersedia untuk menfasilitasi pelatihanpelatihan yang dilaksanakan oleh pelaku program PLKSDA-BM di daerahnya masing-masing; 4. 5. Bersedia dan sanggup untuk mengikuti TOT dan kunjungan lapangan sesuai dengan ketentuan penyelenggara; Memahami dasar-dasar pengembangan masyarakat yang menjadi basis metodolgi dalam pendekatan pelaksanaan TOT maupun pelatihan yang akan difasilitasi di daerahnya; 6. 7. Membawa mandat dari pimpinan SKPD yang mengutusnya; Bersedia dan sanggup untuk menfasilitasi pelatihan TPM dan KTPM di daerahnya sesuai dengan harapan program PLKSDA-BM. F. Kerjasama Tim Fasilitator Kerja tim fasilitator yang baik adalah menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan pelatihan. Berdasarkan pengalaman fasilitator akan mengalami kerepotan apabila sebuah pelatihan dicakup oleh fasilitator secara sendirian sebab fasilitator adalah bukan segalanya tahu tentang segala hal menyangkut PLKSDA-BM. Sebelum fasilitator melakukan fasilitasi, pastikan anda telah membaca dan mengikuti proses yang dituangkan dalam buku ini. Diskusikan dengan anggota fasilitator yang lain langkah demi langkah fasilitasi yang akan dilaksanakan oleh setiap fasilitator setiap pokok bahasan. Pentingnya saling memahami proses fasilitasi setiap fasilitator adalah untuk saling mengisi dan memperkuat fasilitatasi.
Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Untuk memastikan masing-masing fasilitator telah memahami proses sebaiknya dilaksanakan mikro teaching diantara fasilitator yang lain, masingmasing fasilitator penting untuk mengetahui setiap kata kunci akhir fasilitasi (ending) sehingga fasilitator berikutnya dapat menghubungkan dengan topik yang akan dibahas. G. Kerjasama dengan Panitia Penyelenggara Disamping itu fasilitator sangat diperlukan kerjasama yang baik dengan panitia penyelenggara untuk memastikan segala kebutuhan dan pengaturan tempat pelatihan sesuai dengan skenario sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan. Sebelum pelatihan dimulai fasilitator sebaiknya melaihat seluruh persiapan dan alat-alat yang dipersiapkan mulai dari spidol, flip chart, OHP apabila diperlukan, pengaturan tempat duduk, penyinaran ruang. Dari sini fasilitator dapat menentukan cara bagaimana memanfaatkan peralatan atau media yang tersedia berdasarkan keadaan ruangnya dengan proses yang separtisipatif mungkin. H. Penggunaan dan Pemanfaatan Peralatan Bahan atau alat bantu fasilitasi adalah merupakan faktor pendukung dalam fasilitasi seperti lembar bacaan, lembar tugas, studi kasus, bahan penyegar suasana (ice breaking) dan oleh karena itu perlu dipersiapkan sebaik mungkin. Pada akhirnya penguasaan materi dan pengalaman fasilitatasi akan sangat membantu dan mengembangkan penerapan buku panduan ini. I. Memilih dan Menyiapkan Permainan dan Penyegaran Suasana Suasana belajar yang akrab dan tidak tegang akan membantu proses penyerapan dan penguasaan peserta terhadap materi bahasan. Untuk menghindari kejenuhan diperlukan alat bantu permainan atau penyegaran suasana (ice breaking). Pemilihan permainan dan penyegaran suasana perlu dipersiapkan dengan baik dan dalam pelaksanaannya memegang prinsip semuanya terlibat dalam proses.

Orientasi Pelatihan

10

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Setiap permainan bisa dilaksanakan dengan memperhatikan kesesuaian dengan materi dan waktu yang tepat. Adakalanya cukup dengan cerita lucu pengalaman seseorang yang terkait dengan topik namun ada yang memerlukan gerakan anggota badan untuk memperlancar sensoris dan motorik peserta. Yang terpenting dalam penggunaan alat permainan atau penyegaran suasana adalah analisa, pelajaran apa yang diperoleh dari permainan atau ceritera kaitannya dengan materi yang sedang, sudah atau yang akan dibahas. J. Susunan Pokok Bahasan Modul TOT ini dirancang secara sistimatik mencakup materi-materi pokok meliputi: Pengertian Fasilitator dan fasilitasi, kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator pelatihan, dan teknik fasilitasi pelatoihan serta Tips dan trik dalam menfasilitasi pelatihan TPM PLKSDA-BM. Penyajian modul ini mencakup tujuan fasilitasi setiap pokok bahasan, alat dan bahan yang diperlukan, langkah-langkah fasilitasi dan disertai dengan inti pesan berikut contohnya, serta lembar tugas sesuai dengan kebutuhan masingmasing materi. Dari keseluruhan materi yang akan disampaikan dituangkan dalam jadual dan hari efektif yang akan gunakan. Penyajian materi setiap pokok bahasan dilaksanakan secara reflektif dan analisis, artinya masing-masing peserta akan melakukan refleksi pengalaman peserta ketika melihat, merasakan dan atau mengalami sebagai TPM atau pada saat melaksanakan fungsi dan peran sekarang sebagai anggota TPM. Secara berurutan pokok bahasan dalam pelatihan penguatan kapasitas kelompok tani ini dibagi menjadi 4 bagian: 1. Orientasi Pelatihan, meliputi: a. Penciptaan suasana belajar; b. Pengenalan jati diri; dan c. Membangun Kesepakatan Belajar. 2. Kebijakan Penanganan Lahan Kritis dan Tata Kelola Program Penanganan Lahan Kritis Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (PLKSDABM), membahas tentang:
Orientasi Pelatihan

11

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

a. Arah Kebijakan penanganan lahan kritis dan Sumberdaya Air; b. Apa itu Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumberdaya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM); c. Strategi dan pendekatan pelaksanaan program PLKSDA; d. Tahapan Pelaksanaan PLKSDA-BM; e. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat maupun Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan PLKSDA-BM; f. Struktur Organisasi Pelaksana PLKSDA-BM; g. Tugas dan tanggungjawab pelaku dalam pelaksanaan program PLKSDA-BM; 3. Membangun kapasitas kelembagaan pemerintah daerah menuju sinergi keberlanjutan penanganan lahan kritis, membahas tentang: a. Penanganan lahan kritis sebagai urusan wajib sesuai dengan kewenangan otonominya; b. Membangun Sistem dukungan Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan penanganan lahan kritis; c. Mendorong Kerlompok Tani mengintegrasikan Perencanaan PLKSDABM dalam Musrenbang; dan d. Mengorganisasikan sistem dukungan dunia usaha dan kelompok peduli setempat untuk keberlanjutan penanganan lahan kritis di daerah; 4. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam PLKSDA-BM, membahas tentang: a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat; b. Pemberdayaan pembangunan; c. Visi dan Misi pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan PLKSDA-BM; d. Strategi pemberdayaan masyarakat dalam Program PLKSDA-BM; e. Pemberdayaan masyarakat sebagai komponen program PLKSDA-BM ditingkat desa; f. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam PLKSDA-BM;
Orientasi Pelatihan

Pemerintah Daerah

Pelaksanaan Program

masyarakat

merupakan

jalur

utama

dalam

12

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

g. Metode pemberdayaan masyarakat dalam PLKSDA-BM; h. Peran strategis TPM dalam upaya pemberdayaan masyarakat; 5. Penguatan Kapsitas Fasilitator Pelatihan TPM PLKSDA-BM, membahas tentang: a. Pengetahuan Dasar Fasilitator Pelatihan (Pengertian Fasilitasi dan Fasilitator, Peran dan fungsi fasilitator); b. Kompetensi yang harus dimiliki fasilitator (Pengetahuan, Keterampilan, Sikap serta Apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang fasilitator pelatihan); c. Teknik Fasilitasi Pelatihan (Persiapan Failitasi, Teknis Dasar fasilitasi melalui ToP (Technology of Participation); d. Teknik bertanya melalui metode ORID (Objective, Reflective, Interpretive, Decisional); e. Mengelola Workshop dan Membuat Action Plan Pelatihan; f. Tips and Tricks (Tips menghadapi situai sulit, Tips menghadapi pertanyaan yang sulit dan Tpis menghadapi audience); g. Motivasi Personal dan Kelompok; 6. Penguatan Kapasitas TPM, membahas tentang: a. Pengertian TPM; b. Peran dan fungsi TPM; c. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang TPM; d. Proses Penyiapan Kerangka Kegiatan TPM; e. Profil dan Citra diri seorang TPM; dan f. Teknik dan strategi pendampingan Kelompok Tani PLKSDA-BM 7. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani dalam program PLKSDA-BM, mencakup: a. Pengertian Kelompok Tani PLKSDA-BM; b. Pembentukan dan pengaturan Kelompok Tani PLKSDA-BM; c. Administrasi Umum Kelompok Tani PLKSDA-BM, d. laporan keuangan Kelompok Tani PLKSDA-BM, dan; e. Penyusunan Rencana Kerja Kelompok Tani PLKSDA-BM.

Orientasi Pelatihan

13

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

8. Memahami penyelesai Konflik, membahas tentang: a. Pengertian Konflik (Apakah yang dimaksud konflik, Mengapa konflik terjadi, Apakah konflik sama dengan kekerasan); b. Penyebab konflik: Konflik data dan penafsiran (Konflik hubungan antar manusia, Konflik kepentingan, Konflik nilai, Konflik structural); c. Metode/teknik mediasi penyelesaian konflik (Pendekatan menghindar, Pendekatan d. Membangun dalam dominasi, Strategi Pendekatan dalam konflik mewajibkan, Konflik Pendekatan (Bagaimana dalam kompromi dan Pendekatan kerjasama); Penyelesaian dan Kendala membangun strategi, pemecahan penyelesaian konflik); e. Prinsip-prinsip menjadi pihak ketiga netral 9. Evaluasi dan Penyusunan Rencana Tindaklanjut, membahas tentang: Pree test dan post test, evaluasi harian dalam pelatihan serta penyusunan Rencana Kerja Tindaklanjut (RKTL) Pelatihan. Langkah-langkah membangun kerjasama penghalang

Orientasi Pelatihan

14

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Tabel 1. Silabus/Kurikulum Training Of Trainer (TOT) bagi Fasilitator Pelatihan TPM Program PLKSDA-BM NO 1 TOPIK/Sub-TOPIK Orientasi Pelatihan dan Bina suasana TUJUAN PEMBELAJARAN METODE 1. Peserta memahami prinsip-prinsip serta proses pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan metode partisipatif; 2. Peserta saling kenal mengenal dengan sesame peserta, dengan fasilitator maupun dengan panitia pelaksana; 3. Peserta memahami pentingnya mengidentifikasi harapan peserta dalam permainan Tanya jawab pelaksanaan pelatihan; 4. Peserta memahami perlunya membangun keseopakatan dan kerjasama secara partisipatif dengan peserta selama pelaksanaan pelatihan berlangsung; 1. Peserta memahami arah Kebijakan dan Strategi Nasional penanganan lahan kritis dan Sumberdaya Air di Indonesia; 2. Peserta memahami apa itu Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumberdaya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA-BM); 3. Peserta memahami strategi dan pendekatan pelaksanaan program PLKSDA; 4. Peserta memahami tahapan dan target penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat maupun Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan PLKSDA-BM; 5. Peserta memahami Struktur Organisasi Pelaksana PLKSDA-BM mulai dari pusat sampai ditingkat desa; 6. Peserta memashami tugas dan tanggungjawab pelaku dalam pelaksanaan program PLKSDA-BM;

Kebijakan Penanganan Lahan Kritis dan Tata Kelola Program Penanganan Lahan Kritis Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (PLKSDABM);

Presentasi Tanya jawab

Orientasi Pelatihan

15

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

NO 3

TOPIK/Sub-TOPIK Membangun Kapasitas kelembagaan Pemerintah Daerah Menuju Sinergi Keberlanjutan Penanganan Lahan Kritis;

TUJUAN PEMBELAJARAN METODE 1. Peserta memahami Penanganan lahan kritis sebagai urusan wajib Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan otonominya. 2. Peserta memahami bagaimana upaya membangun Sistem dukungan Presentasi Pemerintah Daerah untuk keberlanjutan penanganan lahan kritis; 3. Peserta upaya mendorong Kelompok Tani PLKSDA-BM Tanya jawab Berbagi mengintegrasikan Perencanaan PLKSDA-BM dalam (Musrenbang; Pengalaman 4. Peserta memahami bagaimana mengorganisasikan sistem dukungan dunia usaha dan kelompok peduli untuk keberlanjutan penanganan lahan kritis di daerah; 1. Peserta memahami Pengertian Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat 2. Peserta memahami Model-model Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan; 3. Peserta memahami Pemberdayaan masyarakat merupakan jalur utama dalam pembangunan; 4. Peserta memahami Visi dan Misi Pemberdayaan Masyarakat dalam Mini presentasi pelaksanaan program PLKSDA-BM; Curah 5. Peserta memahami Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program pendapat PLKSDA-BM; Tanya jawab 6. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam PLKSDA-BM; 7. Peserta memahami metode pemberdayaan masyarakat Dalam pelaksanaan program PLKSDA-BM; 8. Peserta memahami substansi keterlibatan perempuan dan kesetaraan Gender dalam program PLKSDA-BM; 9. Peserta memahami Peran strategis TPM dalam pemberdayaan masyarakat; 1. Peserta memahami tentang Pengetahuan Dasar Fasilitator Pelatihan, Mini Presentasi terutama terkait dengan: Pengertian Fasilitasi dan Fasilitator, Peran dan Curah 16

Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program PLKSDA-BM

Penguatan Kapasitas Fasilitator Pelatihan TPM

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

NO

TOPIK/Sub-TOPIK PLKSDA-BM

Memahami Tenaga 1. Pengertian TPM Dalam program PLKSDA-BM; Pendamping Masyarakat 2. Peran dan fungsi TPM dalam program PLKSDA-BM; Curah pendapat (TPM) dalam pelaksanaan 3. Kompetensi yang harus dimiliki oleh TPM dalam program PLKSDA-BM; Presentasi PLKSDA-BM; 4. Profil dan Citra diri seorang Fasilitator Masyarakat Masyarakat; Diskusi 5. Teknik dan Strategi Pendampingan Masyarakat untuk keberlanjutan kel;ompok program PLKSDA-BM; Penguatan Kelembagaan Masyarakat (Kelompok Tani) Dalam Program PLKSDA-BM; 1. Peserta memahami Pengertian Kelompok Tani dalam pelaksanaan PLKSDA-BM; 2. Peserta memahami Tujuan dan Sasaran kelompok tani dalam PLKSDFA- BM; 3. Peserta memahami Proses Pembentukan serta Pengaturan kelembagaan kelompok tani PLKSDA-BM; 4. Peserta memahami Peran dan Fungsi kelompok tani dalam pelaksanaan Mini presentasi Curah pendapat Tanya Jawab

TUJUAN PEMBELAJARAN METODE fungsi fasilitator; Pendapat 2. Peserta memahami tentang kompetensi apa yang harus dimiliki oleh Diskusi seorang fasilitator (Pengetahuan, Keterampilan, Sikap serta Apa yang Kelompok harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang fasilitator Praktek pelatihan); fasilitasi 3. Peserta memahami dan memiliki keterampilan tentang Teknik Fasilitasi pelatihan Pelatihan (Persiapan Failitasi, Teknis Dasar fasilitasi melalui ToP (Technology of Participation), Teknik bertanya melalui metode ORID (Objective, Reflective, Interpretive, Decisional), Mengelola Workshop dan Membuat Action Plan Pelatihan; 4. Peserta memahami tentang TIPS AND TRICKS (Tips menghadapai situai sulit, Tips menghadapi pertanyaan yang sulit dan Tpis menghada[pi audience); 5. Peserta memahami dan mampu melakukan motivasi Personal dan Kelompok. 6. Peserta memiliki keterampilan melakukan fasilitasi pelatihan

Orientasi Pelatihan

17

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

NO

TOPIK/Sub-TOPIK

Sistem Administrasi Kelompok Tani PLKSDABM;

Laporan Keuangan Poktan PLKSDA-BM;

10

Memahami Konflik Dalam suatu Organisasi atau

TUJUAN PEMBELAJARAN METODE program PLKSDA-BM; 5. Peserta memahami Struktur Organisasi kelompok tani PLKSDA-BM; 6. Peserta memahami Persyaratan menjadi pengurus kelompok tani program PLKSDA-BM; 7. Peserta memahami Strategi dan tahapan Penguatan kelembagaan kelompok tani PLKSDA-BM; 8. Peserta memahami Muatan substansi Dasar dalam AD/ART kelompok tani PLKSDA-BM; 9. Peserta memahami penyusunan Program Kerja kelompok tani PLKSDABM; 1. Peserta memahami pengertian Administrasi Umum Kelompok Tani Curah pendapat PLKSDA-BM; 2. Peserta memahami Tujuan dan Kegunaan Administrasi Kelompok Tani Paparan PLKSDA-BM; ringkas 3. Peserta memahami Prinsip Pelaksanaan Administrasi Kelompok Tani Tanya Jawab PLKSDA-BM; Diskusi 4. Peserta memahami Inventarisasi Pengurus Kelompok Tani PLKSDA-BM; kelompok 5. Peserta memahami Inventarisasi asset/Kekayahaan Organisasi Kelompok Tani PLKSDA-BM; 1. Peserta memahami Pengertian dan tujuan penyusunan laporan keuangan Kelompok Tani; 2. Peserta memahami Prosesdur pelaporan keuangan Poktan sesuai Curah pendapat dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas; Paparan 3. Peserta memahami Jenis transaksi keuangan Poktan; ringkas 4. Peserta memahami Prinsip Buku Kas Poktan (Kas Harian, Kas Bulanan Tanya Jawab dan Buku Besar); Penugasan 5. Peserta memahami Penyimpanan keuangan organisasi; 6. Peserta memahami prinisp-prinsip Pemeriksaan keuangan kelompok tani 1. Peserta memahami dan mampu menjelaskan tentang pengertian konflik Curah pendapat dalam suatu kelompok atau lembaga; Paparan 18

Orientasi Pelatihan

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

NO

TOPIK/Sub-TOPIK Kelompok Tani

11

Kunjungan lapangan

12

Penyusunan Rencana Kerja Tindaklanjut

TUJUAN PEMBELAJARAN METODE 2. Peserta dapat menjelaskan dan memberikan contoh konflik berdasarkan ringkas penyebabnya; Tanya jawab 3. Peserta memahami teknik-teknik pendekatan dalam penyelesaian konflik; Diskusi 4. Peserta memahami cara membangun kerjasama dalam penyelesaian kelompok konflik; 5. Peserta memahami prinsip-prinsip menjadi pihak ketiga netral 1. Peserta memahasmi tujuan kunjungan lapangan; 2. Peserta mengetsahui dan ikut terlibat dalam pembagian kelompok Curah pendapat kunjungan lapangan (kegiatan pra kunjungan lapangan); Paparan 3. Peserta mengetahui kelompok masing dan tugas kelompok dalam ringkas kunjungan lapangan; Tanya jawab 4. Peserta mengikuti perjalanan ke lokasi kunjungan lapangan; Diskusi 5. Peserta mengikuti orientasi lapangan, diskusi dan Tanya jawab dilokasi kelompok kunjungan dengan kelompok tani; 6. Peserta merumuskan hasil hasil diskusi dan orientasi lapangan; 7. Pserta melakukan presentasi hasil diskusi dan orientasi lapangan; Curah pendapat 1. Peserta dibagi berdasarkan kabupaten atau propinsi masing-masing; Paparan 2. Peserta menyusun rencana kegiatan pelaksanaan pelatihan TPM di Tanya jawab daerah masing-masing; 3. RKTL yang telah disusun oleh daerah ditanda tangani dan diketaui oleh Diskusi kelompok Satker PLKSDA-BM Pusat;

Orientasi Pelatihan

19

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Modul 1 ORIENTASI PELATIHAN


Gambaran : Pelatihan dengan menggunakan pendekatan Andragogy, Umum menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa, artinya peserta ditempatkan sebagai subyek, dan diasumsikan memiliki pengalaman hidup yang mesti diungkapkan, lalu dianalisis bersama, juga memiliki kemampuan aktif untuk memikirkan cara terbaik yang diangaap efektif untuk belajar. Metode pendidikan orang dewasa didasarkan pada upaya membangun persepsi melalui pengalaman masing-masing, dan terkadang lewat bermain bersama-sama (dengan logika Saya dengar, saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya lakukan, saya akan paham). Pendekatan pelatihan seperti tersebut mengadopsi pendekatan pendidikan pemberdayaan, yang terdiri dari empat unit: Komunikasi yang Berhasil, Dialog Bervariasi, Mengatur diri sendiri-berkolaborasi dengen orang lain. Setiap unit mengandung sejumlah latihan yang dijabarkan dalam manual ini, yang dikumpulkan dari berbagai sumber seperti seminar pelatihan, pertemuan, diskusi terbatas, dsb. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pelatihan ini harus diawali dengan penciptaan suasana yang kondusif. Semua orang yang terlibat didalam pelatihan tersebut, baik peserta, panitia maupun fasilitator harus saling kenal mengenal, aturan main dalam pelatihan harus disepakati bersama, sehingga meningkatkan kerjasama dan partisipasi semua pihak dalam pelaksanaan pelatihan tersebut.

Orientasi Pelatihan

20

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Tujuan

: 1. Menciptakan situasi dan suasana mental peserta belajar yang nyaman dan menyenangkan. 2. Meyakinkan kepada peserta bahwa keaktifan peserta dapat membentuk suasana belajar yang menyenangkan. 3. Peserta saling melakukan perkenalan dengan peserta lainnya. 4. Peserta mengenali kekuatan dan kelemahannya dalam melakukan pemberdayaan masyarakat; 5. Memperjelas harapan-harapan peserta terhadap latihan. 6. Membangun kesepakatan-kesepakat peserta dalam mengikuti proses pelaksanaan pelatihan.

Pokok Bahasan

: 1. Orientasi Pelatihan; 2. Pengenalan Jati Diri; 3. Membangun Kesepakatan Belajar;

Orientasi Pelatihan

21

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Materi 1

Penciptaan Suasana
Tujuan : 1. Menciptakan situasi dan suasana mental peserta belajar peserta yang nyaman dan menyenangkan. 2. Meyakinkan kepada peserta bahwa keaktifan peserta dapat membentuk suasana belajar yang menyenangkan. Metode Bahan Waktu : : : Olah raga ringan Potongan kertas 45 menit.

Proses Fasilitasi:
Langkah-langkah 1. Mintalah semua peserta berdiri dan membuat lingkaran. 2. Setelah peserta membentuk lingkaran bagikan kepada peserta masingmasing 1 lembar kertas. 3. Mintalah peserta mengandaikan kertas yang anda pegang adalah sertifikat tanah dan rumah anda, dimana untuk mendapatkannya anda memerlukan perjuangan yang sangat berat. Catatan: Dalam permainan ini fasilitator ikut menjadi peserta. Aturan permainan: 1. Setiap komandan (fasilitator) memberikan aba-aba air mengalir , maka semua peserta akan bertanya secara serempak mengalir kemana ?. 2. Fasilitator/komandan akan menjawab jewaban misal, mengalir ke rumah orang yang berkaca mata. Maka bagi peserta yang memakai kaca mata harus bergeser pindah ke tempat lain dengan meninggalkan kertas yang dianggap sertifikat diatas dan fasilitator ikut bergeser mencari tempat pada lingkaran peserta. Dengan demikian akan ada 1 peserta yang kehilangan tempat dan mereka akan berganti bertindak sebagai komandan. Sebagai mana komandan yang pertama mereka juga mengatakan air mengalir dan peserta balik bertanya mengalir kemana ? dan komandan akan menjawab
Orientasi Pelatihan

22

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Langkah-langkah dengan tipe jawaban yang sama dengan jawaban sebelumnya dengan mengambil ciri-ciri spesifik yang ada pada peserta misalnya mengalir ke rumah yang memakai jam tangan, berambut kriting, berbaju kotak-kotak dll. 3. Setelah semua peserta memahami aturan mainnya, mulailah bermain dengan suasana yang riang paling tidak 7 kali putaran. Analisa 1. Mintalah peserta memberikan komentar pelajaran apa yang diperoleh dari permainan ini. Tulislah pokok-pokok komentar peserta pada kertas flip chart. 2. Katakan kepada peserta mari kita renungkan berapa banyak orang kehilangan hak-haknya sebagai akibat dari sebuah aturan sebagaimana permainan ini. Mereka selalu dipinggirkan dan tidak pernah di perhatikan. Tanyakan apakah anda pernah mengalami atau melihat kejadian ini. 3. Tanyakan kepada peserta apa saja yang biasanya dijadikan alasan oleh pembuat kebijakan bagi mereka yang kehilangan haknya tadi, pastikan dari jawaban peserta ada yang mengarah pada pernyataan masyarakat susah diatur, susah diajak maju. 4. Tanyakan kepada peserta benarkah masyarakat susah diajak maju dan susah diatur. Tanyakan pula kalau masyarakat dianggap tidak bisa diajak maju mengapa hal ini terjadi ?. 5. Jelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat ingin maju, tidak ada satupun masyarakat yang tidak ingin maju, persoalannya adalah apakah benar masyarakat telah diajak berfikir untuk maju melalui pelibatan dalam proses pembangunan. Dengan kata lain apakah masyarakat selama ini sudah DIBERDAYAKAN ?. Sebelum mengkhiri permainan ini jelaskan kepada peserta bahwa Kelompok Tani sebagai lembaga/ wadah pemberdayaan masyarakat memegang amanat untuk terselenggaranya pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat akan memahami hak-hak dan kewajibannya dalam pembangunan dan tidak menjadi korban pembangunan sebagai akibat kebijakan yang proses pembuatannya tidak melibatkan peranserta masyarakat.

Orientasi Pelatihan

23

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Materi 2

Pengenalan Jati Diri


Tujuan : 1. Peserta saling melakukan perkenalan dengan peserta lainnya. 2. Peserta mengenali kekuatan dan kelemahannya dalam melakukan pemberdayaan masyarakat Metode Bahan : : Penugasan dan diskusi kelompok Spidol, kertas name tag (kartu nama kosongan), kertas flip chart dan cello tape Waktu : 45 menit.

Proses Fasilitasi: Langkah-langkah 1. Jelaskan tujuan dan hasil yang akan dicapai dalam sesi ini dan proses yang akan ditempuh. 2. Bagikan potongan kertas (name tag) dan mintalah masing-masing menuliskan nama lengkap, nama panggilan, asal desa/ kelurahan dan mintalah menempelkan di dada masing-masing dan orang bisa membaca dengan mudah 3. Bagilah peserta menjadi tiga kelompok atau lebih dengan batasan setiap kelompok tidak lebih dari 10 anggota. 4. Mintalah setiap peserta saling mengenalkan dirinya dalam kelompok dengan suasana yang santai. Mintalah masing masing kelompok memilih 1 orang ketua kelompok dan memimpin diskusi, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok dalam rangka pemberdayaan masyarakat, dan minta pula masing-masing kelompok mendiskusikan masalah-masalah apa saja yang biasanya dihadapi (dari sisi masyarakat) dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Orientasi Pelatihan

24

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Langkah-langkah 5. Mintalah masing-masing kelompok kembali ke kelas, tanyakan apa yang dirasakan selama perkenalan dalam kelompok, susah atau mudah mengemukakan kekuatan dan kelemahan kita. 6. Mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya diawali mengenalkan anggota kelompoknya. Hasil presentasi masingmasing kelompok ditempelkan pada dinding secara berurutan dari kelompok 1 sd. Kelopok terakhir. 7. Mintalah semua berdiri dan melihat hasil diskusi kelompok. Mintalah masingmasing membaca dalam hati dan merenungkan bahwa saya punya kekuatan sekaligus memiliki kelemahan dalam rangka memberdayakan masyarakat, kelemahan masyarakat adalah merupakan tantangan yang harus kita hadapi bersama. 8. Setelah selesai melakukan napak tilas mintalah peserta kembali ke tempat duduk masing-masing. Jelaskan dari seluruh proses perkenalan yang baru saja kita laksanakan kita telah mengenal jati diri kita sendiri dan jati diri orang lain. Dengan saling mengenal kita bisa saling belajar dan menimba pengalaman.

Orientasi Pelatihan

25

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Materi 3

Kontrak Belajar
Tujuan : 1. Memperjelas harapan-harapan peserta terhadap latihan. 2. Membantu peserta dalam merumuskan harapan-harapan terhadap pelatihan Metode : 1. Penjelasan dan curah pendapat 2. Pengisian daftar pertanyaan harapan pelatihan Bahan : 1. Daftar pertanyaan 2. Bahan bacaan : Pendekatan Pelatihan Partisipatif 3. Bagan alir proses dan silabus pelatihan Waktu : 45 menit.

Proses Fasilitasi:
Langkah-langkah 1. Jelaskan tujuan dan hasil yang akan dicapai dalam sesi ini dan proses yang akan ditempuh. 2. Bagikan daftar pertanyaan Harapan saya dari pelatihan ini 3. Bagi peserta menjadi tiga kelompok masing-masing mendiskusikan harapan saya dari pelatihan ini sesuai dengan pertanyaan, selanjutnya setiap kelompok menyalin jawaban masing-masing pertanyaan sesuai dengan jawaban peserta. Saya mengikuti pelatihan ini karena: a. b. c. dst. Latihan ini akan berhasil apabila : a.

Orientasi Pelatihan

26

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Langkah-langkah b. c. dst. Dengan pelatihan ini saya berharap akan mendapat : a. b. c. dst. Kekhawatiran saya dalam pelatihan ini adalah : a. b. c. Untuk mendukung pelatihan ini berjalan baik dan partisipatif sebaiknya yang harus dilakukan peserta dan fasilitator adalah : a. b. c. Yang sebaiknya tidak dilakukan peserta dan fasilitator adalah: a. b. c. 4. Bagikan silabus, bagan alir pelatihan dan bahan bacaan pendekatan pelatihan partisipatif. 5. Bagikan kertas flip chart (plano) mintalah setiap kelompok menggambar aliran sungai dari hulu sampai hilir (pada titik hulu beri tanda start dan pada hilir beri tanda stop). 6. Dari masing-masing topik yang akan dibicarakan dalam pelatihan salinlah ke dalam potongan kertas dan mintalah masing-masing menempatkan sesuai dengan urutannya pada bagian atas aliran sungai dan pada bagian bawah
Orientasi Pelatihan

27

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Langkah-langkah aliran sungai tempelkan kertas kosong mintalah setiap kelompok mengisikan apa yang ingin kita dapatkan. Lihat contoh. 7. Sebelum mengakhiri sesi ini tanyakan pelajaran apa yang kita dapatkan dalam proses ini. Tegaskan apa yang kita hasilkan dalam diskusi ini merupakan kesepakatan yang perlu kita usahakan bersama pelaksanaannya.

Contoh : Alir pelatihan penguatan TPM PLKSDA-BM

Strart

Materi I Materi II Materi III Materi IV , dst

Hasil Hasil
Hasil Hasil Hasil Hasil Stop

Orientasi Pelatihan

28

Anda mungkin juga menyukai