DINAS SOSIAL
UPTD PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Jalan. Jend. H. Amir Machmud No.331 A Telp. 022-6652355 Fax. 022-6631801
KOTA CIMAHI
KAJIAN EKSISTENSI UPTD PPKS
SEBAGAI UPTD PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Output dan Outcome
D. Ruang Lingkup
A. LATAR BELAKANG
Pengembangan lebih berkonotasi pada ruang lingkup yang lebih luas, bisa untuk
memenuhi kebutuhan sekarang maupun yang akan datang, namun umumnya
lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan lembaga dalam jangka panjang.
Pelatihan, pendidikan dan pengembangan merupakan paket pemberdayaan
(empowerment) sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi untuk memperluas
dan memperdalam wawasan, wacana, intelegensi, analitik, daya nalar, logika,
filosofi, sintesa, kronologis, sistimatika, prediksi, asumsi, memori, akademika dan
sebagainya yang berhubungan dengan karya otak manusia. Pelatihan mengemban
tiga unsur kurikuler yang berfungsi untuk pemberdayaan individu maupun
kelompok dalam misi tertentu sebagai berikut :
a. Pendidikan menyangkut pengetahuan- pengetahuan yang bersifat umum
dan harus dimiliki setiap individu dalam lembaga.
Contoh; Seorang Pekerja Sosial Masayarakat (PSM) atau Pekerja Sosial (
Peksos) wajib mengetahui tujuan, manfaat dan langkah-langkah teknik
ilmu pekerjaan sosial.
b. Ketrampilan menitik beratkan pada aplikasi lapangan agar output yang
dihasilkan sesuai standar kebutuhan seperti kualitas, kuantitas dan tepat
waktu. Contoh; keterampilan asesmen, pemecahan masalah, ketrampilan
melakukan komunikasi dan lain sebagainya
c. Sikap menyangkut cara pandang, pola pikir atau konsep diri yang
teraktualisasi melalui prilaku (action) seperti berani mencoba, berani
gagal, berani tanggung resiko dan percaya diri. Contoh; Seorang pekerja
sosial perlu sikap dinamis, inisiatif, kreatif, inovatif serta memiliki jiwa juang
yang tinggi. Prinsip dari pelatihan adalah proses pembentukan individu
mulai dari belum tahu menjadi tahu, sesudah tahu menjadi terampil dan
sesudah terampil dapat bertanggungjawab
Menurut Purwadi (2001), Pelatihan diadakan berdasarkan hasil koreksi kinerja
masa lalu yang tidak /belum memuaskan, lalu ditelusuri untuk menentukan faktor
penyebab yang signifikan dan salah satu solusinya adalah pelatihan. Pelatihan
pada prinsipnya adalah untuk mengatasi masalah, dimana masalah dikonotasikan
sebagai perbedaan antara fakta dan harapan sehingga pelatihan merupakan alat
solusi yang ditawarkan.
Kegiatan pelatihan secara makro dibagi atas empat komponen yaitu;
komponen pelatihan, peserta pelatihan, kebijakan dan lingkungan kerja. Keempat
komponen tersebut dirinci sebagai berikut :
1. Komponen pelatihan terdiri dari :
Modul / materi pelatihan
Fasilitas pelatihan
Widyaiswara
SDM penyelenggara
Perilaku Instruktur
Metode pelatihan
Waktu pelatihan
Monev pelatihan
Suasana pelatihan
2. Komponen peserta pelatihan :
Pendidikan
Pengalaman
Usia
Sikap peserta
3. Komponen kebijakan lembaga
Peraturan lembaga
Tanggung jawab
Fasilitas pendukung
4. Komponen lingkungan kerja
Keamanan kerja
Kondisi tempat kerja
Sikap atasan terhadap bawahan
UPTD Pengembangan Pelatihan Kesejahteraan Sosial adalah salah satu
Unit Pelayanan Teknis Daerah yang berada dibawah Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat adalah satu satunya UPTD yang Menyelenggrakan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial bagi Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dan
Pekerja Sosial di Provinsi Jawa Barat.
Fungsi dan peran UPTD Pengembangan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial (PPKS) Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat adalah penyelenggaraan
pengembangan dan pelatihan bagi stake holder ( LKS/ Lembaga Kesejahteraan
Sosial) baik swata maupun pemerintah yang bergerak dalam bidang usaha
kesejahteaan sosial. Hal ini prinsip sekali untuk penanganan berbagai
permasalahan sosial yang ada di Jawa Barat, sehingga memerlukan SDM unggulan
yang terlatih dan terampil. Sejalan dengan Visi dan Misi Dinas sosial Provinsi jawa
barat UPTD PPKS mensinergikan program kerja dalam bidang pelatihan yang
mempunyai tujuan mewujudkan sumber daya manusia yang mantap dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui inovasi dan kolaborasi.
Pelatihan sebagai bagian integral dari kebijakan personil dalam rangka
pembinaan pegawai disamping sebagai sarana pembinaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi/SDM, juga untuk memantapkan sikap mental Aparatur
Pelatihan merupakan alat untuk menyesuaikan antara tanggung jawab dan
pekerjaan dengan kemampuan, keterampilan dan kecakapan serta keahlian dari
Aparatur Pelatihan merupakan salah satu instrumen utama dalam pembinaan
Pelaksanaan pemerintahan daerah. Hal tersebut secara legal formal tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pelatihan
menjadi instrumen utama dalam pembinaan pemerintahan daerah untuk
meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia/ Aparatur penyelenggara
pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas, efektif,
dan efisien kepada masyarakat yang dilandasi semangat kebangsaan.
Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan Aparatur yang
profesional sebagai bagian dari proses peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM
Aparatur agar mampu menghasilkan kinerja yang optimal melalui transformasi
pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Oleh karena itu program pelatihanan
harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi berbagai perubahan baik lokal
maupun global yang dihadapi dalam pelaksanaan pemerintahan pada masa yang
akan datang. Oleh karenanya, aparat yang memiliki kompetensi profesional sesuai
dengan tuntutan global menjadi prasyarat mutlak bagi pemerintah dalam
menghadapi tantangan tersebut. Guna melindungi stabilitas ekonomi, sosial,
budaya, politik dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah harus sejak dini
menyiapkan Aparatur yang akan mengayomi dan melindungi masyarakat dari
berbagai dampak negatif globalisasi. Pemerintah harus segera menyiapkan berbagai
komponen sistem pengembangan kompetensi SDM Aparatur yang efektif dan efisien
yang berpihak pada profesionalisme, wawasan global dan keintegritasan baik dari
aspek regulasi, kebijakan, pembiayaan, maupun kelembagaan.
Untuk mendukung tercapainya Pelatihan yang sesuai dengan tujuan maka
dipandang penting pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Dalam kenyataan yang ada persepsi terhadap harapan tersebut tidak selamanya
dapat berjalan sesuai dengan tujuan utama dari penyelenggaraan pelatihan.
Dikarenakan masih banyak ditemukannya kelemahan-kelemahan dari pelatihan
yang ada. Salah satunya adalah terkait kurang maksimalnya pemenuhan kebutuhan
pelatihan yang mengakibatkan ketidak efektivitas dari program-program pelatihan
yang telah diselenggarakan.
Terdapat beberapa kelemahan-kelemahan yang ada di dalam
pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pelatihan,
sebagaimana yang terdapat pada UPTD Pengembangan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat antara lain adalah
perencanaan pelatihan yang masih belum baik, hal ini menyangkut tentang peran
Sumber daya Manusia yang belum profesional. Peran SDM yang belum memadai
ini menyangkut SDM penyelenggra pelatihan dalam hal ini kepanitian atau
penyelenggara yang ada belum memadai, misalnya : kurang koordinasi, kurangnya
rasa bertanggung dan kurangnya kekompakan dalan dalam menjalankan
pelaksanaan tugasnya sebagai penyelenggra pelatihandan sdm yang
pendidikannya hampir 80 % setingkat SMA. selain itu Fasillitas sarana dan prasaran
yang belum terpenuhi ini, menyangkut banguna fisik tempat pelaksanaan pelatihan
berlangsung. Kendala seperti penyediaan fasilitas pembelajaran yang minim
mengakibatkan beberapa peserta pelatihan sulit memahami materi ajar yang
diberikan. Berkaca dari hal tersebut diatas dapat disiimpulkan bawah materi
pelatihan yang sulit untuk dipahami dapat mengakibatkan rendahnya efektivitas
program pelatihan, yang terbukti dengan adanya peserta pelatihan yang tidak
mampu menunjukkan peningkatan hasil belajar yang baik.
Dari uraian diatas dapat ambil kesimpulan bahwa hambatan yang
mempengaruhi tingkat efektivitas dalam pelatihan di UPTD Pengembangan
Pelatihan Kesejahteraan Sosial di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat
yang paling dominan ada pada proses penyelenggaraan pelatihan seperti
dipengaruhi oleh aspek sdm pengelenggara pelatihan ( panitia penyelenggra) yang
belum memahami unsur-unsur pengetahuan tentang penyelenggaraan pelatihan
yang baik dan benar , seleksi peserta pelatihan, dan pengelolaan sarana pelatihan
yang belum optimal. Sehingga perlu dilakukan upaya “ KAJIAN EKSISTENSI
UPTD PENGEMBANGAN PELATIHAN KESEJATERAAN SOSIAL (PPKS)
SEBAGAI UPTD PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PADA DINAS SOSIAL
PROVINSI JAWA BARAT”
B. TUJUAN
Tujuan umum dari Kajian ini adalah dapat terselenggaranya program
pelatihan yang berdampak pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya dalam tugas jabatan secara
operasional dengan didasari kepribadian etika peserta sesuai dengan kebutuhan
instansi; Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan
perekat persatuan dan kesatuan bangsa; Memantapkan sikap dan semangat
kepribadian yang berorientas pada pelayanan, pengayoman, pemberdayaan
masyarakat; Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola berpikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan demi terwujudnya
pemerintahan yang baik.
Memberikan masukan, langkah-langkah dan menemukan cara-cara
penyelesaian yang terjadi pada Pelaksanaan Pelatihan agar sesuai dengan tuntutan
pengembangan kompetensi/ SDM, berikut alternatif intervensi atau solusi
penyelesainnya. Kajian ini sebagai bentuk upaya dalam pengembangan
kompetensi/SDM aparatur diunit kerjanya, khususnya peningkatan peran dalam
meningkatkan kompetensi aparatur dalam peningkatan kualitas pengelolaan kegiatan
dan pekerjaan di UPTD Pengembangan Pelatihan Kesejahteraan Sosial di
lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Dari tujuan umum diatas dapat di
jabarkan menjadi tiga tahap sebagai berikut:
1) Tujuan Jangka Pendek
Penyelenggaran pelatihan yang benar
2) Tujuan Jangka Menengah
Teciptanya SDM baik penyelenggara diklat
3) Tujuan Jangka Panjang
Mewujudkan UPTD Pengembangan Pelatihan Kesejahteraan Sosial di
lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga
penyelenggara pelatihan Kesejahteraan sosial yang handal dan terpercaya
D. RUANG LINGKUP
Pendidikan dan Latihan yang baik adalah dengan tercapainya tujuan dari
penyelenggaraan pelatihan, yaitu dengan memenuhi aspek aspek kepelatihanan
yang sesuai dengan standar, baik itu aspek SDM penyelenggara pelatihan, sarana
dan prasaran pelatihan, maupun instruktur/ pemateri dan materi atau bahan ajar
yang disampaikan oleh fasilitator
Ruang lingkup Kajian Eksistensi UPTD Pengembangan Pelatihan
Kesejateraan Sosial (PPKS) Sebagai UPTD Pendidikan Dan Pelatihan Pada Dinas
Sosial Provinsi Jawa Barat adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia
merupakan prioritas utama yang harus ditingkatkan, sehingga dengan demikian ia
dapat memiliki segala kemampuan yang dibutuhkan dalam segala bidang,
terutama pada bidang penyelenggraaan kepelatihanan. Upaya pengembangan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur,
diantaranya melalui pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas
dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan,
kreativitas dan sebagainya. Dalam pengembangan SDM, pendidikan memiliki nilai
strategis dan mempunyai peran penting sebagai suatu investasi di masa depan.
Sehingga akan tercipta SDM yang Profesional dalam bidang pendidikan dan
pelatihan
Ruang lingkup Penyelenggaraan Kepelatihanan di UPTD Pengembangan
Pelatihan Kesejateraan Sosial sebaga pokok pikiran diatas menggambarkan bahwa
Sumber daya Manusia bukan sekedar faktor produksi atau obyek mobilisasi untuk
merampungkan suatu tugas, melainkan Sumber daya Manusia merupakan Pribadi
yang memiliki unsur rasio dan rasa sehingga dalam suatu lembaga penting sekali
mengelola kedua unsur ini dengan tepat cara dan tepat waktu sehingga Sumber
daya tersebut dapat bermanfaat bagi lembaganya. Dari aspek kebutuhan manusia,
Abraham Maslow mengklasifikasinya kedalam lima tingkatan sebagai berikut :
Kebutuhan fisiologis (makan, minum dan biologis)
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan bermasyarakat
Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan aktualisasi diri (mewujudkan cita-citanya)
Apabila kebutuhan ini terpenuhi maka seseorang dapat bermanfaat bagi
dirinya, orang lain dan lembaganya. Dalam aktifitas harian, seseorang bisa dilihat
apakah bermanfaat atau tidak, dapat diukur dari kinerjanya. Oleh sebab itu betapa
penting arti kinerja dalam suatu lembaga. Kinerja dapat diukur dan dilihat hasilnya
sehingga secara teoritis kineja dapat dibuat suatu standar baku dengan memenuhi
persyaratan antar lain sabagai berikut :
Standar kinerja haruslah relevan dengan individu dan lembaga
Standar kinerja haruslah stabil dan dapat diandalkan
Standar kinerja haruslah membedakan pekerjaan (baik-sedang-buruk)
Standar kinerja haruslah dinyatakan dalam angka
Standar kinerja haruslah mudah diukur
Standar kinerja haruslah dipahami oleh staf dan pimpinan
Standar kinerja dan persyaratan kineja merupakan salah satu unsur dari
manajemen kinerja. Oleh sebab itu suatu lembaga agar tetap eksis dan survive
maka manajemen kinerja mutlak diperlukan, apalagi lembaga/instansi pemerintah
yang tidak berorientasi profit sangatlah potensial terhadap kinerja yang rendah
BAB II
TINJAUAN UPTD PPKS
A. DESKRIPSI LOKUS
Visi dan Misi Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat
Visi: “Terwujudnya jawa barat juara lahir batin dengan inovasi dan
kolaborasi”. (nilai religius, nilai bahagia, nilai adil, nilai kolaboratif dan nilai inovatif)
Yang dijabarkan ke dalam lima misi pembangunan dan sembilan program
unggulan, yaitu:
Misi pertama, membentuk manusia pancasila yang bertaqwa; melalui peningkatan
peran masjid dan tempat ibadah sebagai pusat peradaban, dengan sasaran misi
yaitu pesantren juara, masjid juara, dan ulama juara.
Misi kedua, melahirkan manusia yang berbudaya, berkualitas, bahagia dan produktif
melalui peningkatan pelayanan publik yang inovatif, dengan sasaran misi yaitu
kesehatan juara, perempuan juara, olahraga juara, budaya juara, sekolah juara, guru
juara, ibu juara, millenial juara, perguruan tinggi juara, dan smk juara.
Misi ketiga, mempercepat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan berbasis
lingkungan dan tata ruang yang bekelanjutan melalui peningkatan konektivitas
wilayah dan penataan daerah, dengan sasaran misi yaitu transportasi juara, logistik
juara, gerbang desa juara, kota juara, pantura juara, pansela juara, dan energi juara;
Misi keempat, meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi umat yang
sejahtera dan adil melalui pemanfaatan teknologi digital dan kolaborasi dengan
pusat-pusat inovasi serta pelaku pembangunan, dengan sasaran misi yaitu nelayan
juara, pariwisata juara, lingkungan juara, kelola sampah juara, tanggap bencana
juara, ekonomi kreatif juara, buruh juara, industri juara, pasar juara, petani juara,
umat juara, umkm juara, dan wirausaha juara; serta
Misi kelima, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang inovatif dan kepemimpinan
yang kolaboratif antara pemerintahan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, dengan
sasaran misi yaitu birokrasi juara, APBD juara, ASN juara, dan BUMD juara.
PERAN MASYARAKAT
Peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
pada Bab VII, Pasal 38:
(1) Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh:
Perseorangan
Keluarga
Organisasi Keagamaan
Organisasi sosial kemasyarakatan
Lembaga swadaya masyarakat
Organisasi profesi
Badan usaha
Lembaga kesejahteraan sosial
Lembaga kesejahteraan sosial asing.
(3 ) Peran sebagai mana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk
mendukung keberhasilan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Dalam Undang Undang Nomor 11 tahun 2009 dijelaskan pula bahwa
pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk memberdayakan seseorang, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar
mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri; serta meningkatkan peran serta
lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. pemberdayaan sosial ditujukan bukan hanya
pada mereka yang mengalami masalah sosial, tetapi juga untuk mendorong potensi
dan sumber daya yang ada baik perorangan maupun lembaga agar berperan aktif
dalam mengatasi masalah- masalah sosial
No Masalah
3 Pelibatan peran Widyaiswara yang belum optimal dalam program penyelenggaraan pelatihan
di UPTD Pengembanagn dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
4 Penyedian fasilitas sarana yang belum tercukupi
1. Prioritas Masalah
Dalam menetapakan prioritas masalah yang telah dijabarkan pada tabel di
atas, metode yang digunakan adalah metode USG (urgency, seriousness, growth).
Dalam metode USG, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi skor
untuk masing-masik variabel (urgency, seriousness, growth) maka semakin tinggi
prioritas permasalahan tersebut. Untuk megurangi subjektivitas dalam menentukan
prioritas masalah, maka ditetapkan skala 1 sampai dengan 5 yang ditujukan untuk
mengukur tingkat permasalahan yang ada.
Strength/ Kekuatan Opportunities/ Peluang
Eksternal
1. UPTD PPKS Dinas Sosial 1. Dimungkinkan mengelola
Prov. Jawa Barat merupakan Pelatihan sesuai
satu-satunya Lembaga kebutuhan
Pelatihan Pemerintah yang (berakreditasi/
bergerak di bidang berstandar).
Kesejahteraan Sosial 2. Banyaknya permintaan
2. Adanya UraianTugas terhadap pelaksanaan
Jabatan yang jelas Pelatihan dari
3. SDM (Sumber Daya LKS/Lembaga
Manusia) memadai Kesehateraan Sosial
Internal 3. Program Peningkatan
4. Besarnya dukungan dan Kapasitas SDM
komitmen pimpinan Penyelenggaraan
5. UPTD PPKS Dinas Sosial Pelatihan di UPTD
Prov. Jawa Barat berpeluang Pengembangan Pelatihan
menyelenggarakan berbagai Kesejateraan Sosial
jenis pelatihan Kesejahteraan Dinas Sosial Provinsi
sosial baik pelatihan teknis dan Jawa Barat
fungsionalsesuai dengan
kebutuhan
Aspirasi/Harapan Strategi SA Strategi OA
1. Terselenggaranya 1. Menyelenggarakan Pelatihan 1. Adanya sosialiasi guna
UPTD berbasis kompetensi peningkatana kesadaran
penyelenggara tentang pentingnya Diklat
pelatihan yang benar 2. Meningkatkan kerjasama peningkatan kapasitas
2. Teciptanya SDM penguatan kelembagaan baik SDM
penyelenggara nasional maupun internasional. 2. Adanya dukungan
pelatihan yang baik Regulasi dari Dinaas
3. Tersedianya Sarana 3. Mengembangkan tahapan uji Sosial yang mendukung
dan prasarana yang coba kompetensi dalam sistem tentang Peningkatan
lengkap Pelatihan Kompetensi bagi SDM
4. Tersedianya diklat UPTD PPKS
pengembangan 4. Memanfaatkan teknologi 3. Adanya pengembangan
pengetahuan bagi informasi dalam Pelaksanaan pemetaan kompetensi
Sdm penyelenggara Pelatihan pegawai
pelatihan 4. Adanya Meningkatkan
5. Mewujudkan UPTD kapasitas manajemen
Pengembangan Pelaksanaan Pelatihan.
PelatihanKesejahter 5. Adanya peluang Kerja
aan Sosial di sama dengan Instansi
lingkungan Dinas lain
Sosial Provinsi Jawa
Barat sebagai
lembagapenyelengg
ara pelatihan yang
handal dan
terpercaya
Result Strategi SR Strategi OR
1. SDM Penyelenggara 1. Adanya Sprint/arahan dari 1. Adanya kerjasama
Pelatihan yang Kepala UPTD PPKS kepada UPTD PPKS dengan
memadai ( Pegawai /SDM lembaga di luar
berstandar) penyelenggra pelatihan insatasi dan pihak
2. Adanya pelaksanaan untuk ikut diklat peningkatan Perguruan Tinggin
program pelatihan kapasitas dalam diklat
yang komprehensif. peningkatan
3. Terwujudnya 2. Adanya kerjasama dan kapasitas sdm
tahapan koordinasi yang baik antara penyelenggara
penyelenggaraan kepala UPTD PPK dengan pelatihan
pelatihan sesuai Pegawai /SDM
dengan penyelenggra pelatihan 2. Adanya peran dari
harapan/rencana untuk ikut diklat peningkatan kepala UPTD
4. Kemitraan dengan kapasitas PPKSterkait dengan
instansi pemerintah hasil dari program
maupun swasta diklat peningkatan
lainnya. kapasitas sdm
5. Kemitraan dengan penyelenggara
Perguruan Tinggi pelatihan
(Poltekessos)
D. SOLUSI PENYELESAIAN
Dari analisis SOAR tersebut, lebih besar kekuatan dan peluangnya UPTD PPKS
eksis/ tetap menjadi lembaga pelatihan peningkatan kualitas SDM Kessos
dibandingkan dengan kelemahan dan ancamannya. Sehingga kedepan sangat
diharapkan keberadaan UPTD PPKS tetap menjalankan tupoksi peningkatan
kualitas SDM kessos melalui pendidikan dan latihan
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam mewujudkan UPTD Pengembangan Pelatihan Kesejateraan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Jawa Barat sebagai satu satunyaUPTD pengembangan dan
pelatihan kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa barat sebagai , maka.perlu ada
perbaikan dan peningkatan etis kerja dari staf UPTD Pengembangan Pelatihan
Kesejateraan Sosial (PPKS). Etos kerja yang akan di tingkatkan adalah etos kerja
PRIMA sesuai nilai dari UPTD PPKS yaitu Profesional, Responsif, Inovatif, Modern
dan Akuntabilitas.
Untuk mewujudkan etos kerja dimaksus maka solusi yang dilakukan adalah dengan
membangun sebuah wadah pengembangan SDM yang mengharuskan ASN untuk
berkinerja yaitu dengan membangun peningkatan Kapasitas SDM yang profesional .
B. SARAN
Agar program ini berjalan efektif maka kegiatan ini akan di jadikan sebagai program
UPTD PPKSuntuk mereposisi diri dalam penyelenggaraan pengembangan SDM.
Langkah konkritnya adalah dengan menganggarkan kegiatan tersebut kedalam DIPA
UPTD PPKS. Langkah selanjutnya adalah dengan mensosialisakan program ini
kepada seluruh stakeholder baik pemerintah maupun swasta selaku jejaring dan
mitra kerja