Anda di halaman 1dari 11

Role of Sodium in Fluid Homeostasis with Exercise

Oleh : B 18 Ketua Sekretaris Nagusman Danil Nanda Rizky Fathiya Rachmah Kurniasari Ulfani Aprilia kartini Uthami Ulfah Vanessya Adekanov : Radi Tri Hadrian : Rahayu (1102009232) (1102009233) (1102009199) (1102009200) (1102009231) (1102009288) (1102009289) (1102009290)

UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PELAJARAN 2009-2010


1

PERANAN NATRIUM DALAM KESEIMBANGAN CAIRAN DENGAN LATIHAN


Abstrak Jurnal ini memberikan tinjauan penelitian terbaru mengenai efek interaktif natrium dan konsumsi cairan dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh selama dan setelah terekspos terhadap panas dan olahraga. Berat berkeringat selama latihan dikombinasikan dengan pemaparan panas umumnya menghasilkan defisit cairan berhubungan dengan hilangnya 1-8% massa tubuh. Baru-baru ini, banyak ditemukan kasus hiponatremia yang disebabkan karena cenderung mengonsumsi banyak air setelah latihan dan penyertaan natrium klorida dalam minuman pengganti cairan sering diusulkan sebagai cara untuk mengurangi potensi risiko hiponatremia. Studi dalam bidang ini menunjukkan bahwa air yang perlu dikonsumsi melebihi deficit cairan, sekitar 150% cairan yang hilang agar dapat mengganti cairan yang hilang. Pemasukan natrium klorida dan zat terlarut lain dalam minuman rehidrasi mengurangi pengeluaran urin sehingga dapat mempercepat pemulihan keseimbangan cairan. Pendahuluan Pada tahun 1960, banyak yang berpendapat bahwa pengeluaran natrium yang berlebihan dalam keringat selama aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan jumlah natrium dalam tubuh dan menghasilkan panas-kejang. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa keringat adalah hipotonik dan konsentrasi natrium lebih rendah daripada konsentrasi plasma. Temuan ini mengarah pada nutrisi yang lebih banyak hilang selama aktivitas dalam keadaan panas adalah air bukan natrium. Dengan popularitas yang berjalan pada tahun 1970-an, menjadi jelas bahwa penyakit panas adalah risiko besar bagi orang-orang berjalan di lingkungan yang panas dan lembab. Pedoman untuk penggantian cairan tersebut dikembangkan oleh komunitas medis, ras dan masyarakat umum. Minuman khusus dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan makanan untuk memberikan cairan, karbohidrat, dan elektrolit pengganti dan dirancang untuk digunakan sebelum, selama dan setelah latihan untuk membantu memenuhi kebutuhan peningkatan gizi. Komposisi minuman olahraga disesuaikan selama 30 tahun sebagai respon terhadap kedua hasil temuan penelitian dan preferensi selera. Kehilangan Natrium dan Air dalam Latihan Produksi keringat selama latihan pada lingkungan panas tergantung pada intensitas latihan, durasi, pakaian, status hidrasi individu, aklimasi panas individu, dan kondisi lingkungan. Ketika melakukan aktivitas fisik dalam suhu lingkungan tinggi, penguapan keringat dari kulit adalah mekanisme utama untuk pengeluaran panas. Jika kehilangan panas tidak diimbangi dengan laju produksi panas metabolik (intensitas latihan), penyimpanan panas tubuh meningkat dan suhu inti dapat dengan cepat mencapai tingkat yang berbahaya. Mempertahankan kapasitas yang tinggi untuk produksi keringat sangat penting dalam termoregulasi dan pencegahan penyakit panas.

Selama kegiatan atletik dengan intensitas tinggi, tingkat keringat yang dikeluarkan dapat mencapai hingga 3 L / jam. Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan air atau dehidrasi setara dengan 1-8% dari massa tubuh. Digabungkan dengan konsentrasi natrium keringat rata-rata berkisar antara 40-60 mEq / L. Jumlah keringat dapat menyebabkan penurunan tingkat natrium sekitar 150 mmol / jam dengan ditambah pengeluaran natrium melalui urin Menurut Mao dalam studinya pada 13 remaja (16-18 tahun) pemain sepak bola yang mengukur konsentrasi dan ekskresi elektrolit keringat dan elektrolit urinnya selama 1 jam praktek sepak bola yang dilakukan pada panas (32-37C, kelembaban relatif 30-50%) pada delapan hari yang menunjukkan konsentrasi natrium dalam keringat adalah 55 mmol / L. Kerugian keringat rata-rata selama 1 jam sesi latihan adalah 1,54 L (SD = 2,06 L). Dalam keringat, rata-rata kehilangan natrium sebanyak 82 mmol (SD = 62 mmol). Urin rata-rata kehilangan natrium 110 mmol (SD = 36 mmol). Jadi rata-rata ekskresi natrium oleh keringat dan ekskresi urin adalah 192 mmol. Asupan makanan tidak dapat dihitung. Meskipun demikian, ini menunjukkan pengeluaran natrium dan air dalam jumlah besar selama latihan di panas. Ada kemungkinan bahwa metode pengumpulan keringat yang digunakan oleh Mao terlalu melebihlebihkan seluruh pengeluaran natrium tubuh akibat variasi regional dalam konsentrasi natrium keringat. Dalam studinya, keringat dikumpulkan dari punggung dan dada dari masing-masing subjek selama 5 menit selama sesi latihan. Data Mao hampir mirip dengan data Shirreffs. Menurut Shirreffs, konsentrasi natrium yang diukur dalam keringat adalah 51,6 mmol / L selama latihan menghasilkan 2% dehidrasi subyek. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Sanders, pengeluaran air dan natrium yang diukur selama 4 jam latihan bersepeda pada suhu 20C setara dengan 55% dari puncak VO2. Selama latihan, subjek mengonsumsi 3,85 L, 8% karbohidrat-elektrolit minuman yang mengandung 5, 50, atau 100 mmol / L natrium. Pengeluaran keringat rata-rata antara 3,7 dan 3,9 L untuk setiap percobaan. Konsentrasi natrium keringat berkisar 43-48 mmol / L. Selama 4 jam latihan, natrium yang dikeluarkan berkisar antara 150 190 mmol / L. Digabungkan dengan pengeluaran natrium dalam urin, subjek kehilangan natrium sebanyak 198 mmol ketika mengonsumsi 5 mmol / L natrium , 36 mmol ketika mengonsumsi 50 mmol / L Natrium, dan mengalami keseimbangan natrium positif 159 mmol ketika mengonsumsi minuman mengandung 100 mmol / L natrium. Selain menjamin keseimbangan natrium positif selama latihan, asupan minuman yang mengandung 100 mmol / L natrium mengurangi total cairan yang hilang selama latihan dibandingkan dengan minuman lain. Meskipun penggantian cairan lebih baik pada konsentrasi natrium 50 dan 100 mmol / L, respon kardiovaskular (misalnya denyut jantung) serupa antara ketiga percobaan. Hiponatremia Selama 20 tahun terakhir, orang percaya bahwa setelah melakukan latihan dalam keadaan panas, disarankan agar lebih banyak mengkonsumsi air untuk mencegah dehidrasi, menjaga jumlah pengeluaran keringat dan mempertahankan kapasitas termoregulasi. Tetapi, saran itu ternyata menaikkan resiko terserang hiponatremia pada sejumlah atlet. Hiponatremia dapat disebabkan oleh kehilangan natrium yang berlebihan karena pengeluaran keringat dalam jumlah besar atau pengenceran natrium plasma sebagai akibat dari hidrasi berlebihan. Mengurangi penekanan pada proses mengkonsumsi cairan dan meningkatkan isi natrium yang terkandung
3

dalam minuman selama latihan adalah salah satu cara untuk mencegah hiponatremia. Sebagian besar kelebihan cairan adalah penyebab hiponatremia. Prevalensi hiponatremia

Hiponatremia mungkin menjadi faktor risiko yang signifikan dalam beraktivitas fisik seperti berlari maraton dan triatlon yang berlangsung selama 4 jam atau lebih. Penyebab dari kasus ini adalah pengenceran natrium plasma atau efek kehilangan natrium yang berlebihan selama latihan dan respons yang tidak tepat-arginin vasopresin berlebihan yang menyebabkan tertelan retensi cairan. Menurut speedy, dalam studinya yang dipelajari pada 330 finishers dari sebuah kompetisi triathlon (6-9 jam), berdasarkan pada konsentrasi natrium plasma kurang dari 135 mmol / L yang berarti mengalami hiponatremia, sebelas subjek digambarkan sebagai sangat hiponatremia (<130 mmol / L) dan tujuh di antaranya masih gejala. Penulis juga mencatat bahwa kelebihan cairan adalah penyebab hiponatremia di sebagian besar kasus. Menurut Noakes, Semakin lama durasi latihan ditambah dengan total lebih besar asupan cairan sebagai akibat dari durasi yang lebih lama, semakin besar orang-orang ini terkenaresikohiponatremia. Prevalensi hiponatremia lebih besar menuju kepada perempuan. Secara biologis menunjukkan efek seks pada homeostasis cairan atau perbedaan perilaku pria dan wanita yang mungkin menyebabkan perempuan untuk menjadi lebih kompatibel dengan disarankan untuk lebih banyak minum selama latihan ketahanan tubuh. Pencegahan Hiponatremia

Menurut Gisolfi, Orang yang berolahraga selama 1-3 jam disarankan mengonsumsi antara 800-1.600 ml / jam dari cairan yang mengandung 10-20 mmol / L natrium dan orangorang berolahraga selama lebih dari 3 jam harus mengkonsumsi 500-1.000 ml / jam cairan mengandung 20-30 mmol / L natrium. Menurut Lutkemeier, menyarankan agar mengonsumsi garam sebelum latihan karena dapat membantu mempertahankan volume plasma dan dapat menyebabkan perubahan yang bermanfaat dalam latihan ketahanan kinerja. Menurut Rehrer, Natrium dalam minuman pengganti cairan pada konsentrasi berkisar antara 30 dan 50 mmol / L ini disarankan yang mungkin akan bermanfaat bagi mereka yang terlibat dalam latihan jangka panjang (3 jam atau lebih) dalam lingkungan panas. Konsisten dengan hipotesis bahwa kerugian natrium berlebihan adalah penyebab utama hiponatremia. Karena itu Hiller menyarankan konsumsi 1-2 g Natrium per jam latihan untuk Mencegah hiponatremia. Namun dalam studi lain memberi bukti bahwa mengkonsumsi suplemen yang mengandung natrium selama latihan tidak diperlukan jika melakukan latihan fisik kurang dari 6 jam.
4

Ada juga beberapa studi yang memberi bukti bahwa suplemen natrium selama latihan bersama dengan penggantian cairan tidak diperlukan. Barr, dengan 8 subjek yang melakukan 6 jam latihan di 55% VO2max dalam ruang panas pada suhu 30C. Setiap subjek menyelesaikan latihan ini pada kesempatan terpisah untuk mengevaluasi dampak yang mungkin dari mengonsumsi air, mengonsumsi air ditambah natrium (25 mmol / L), atau tidak mengonsumsi cairan. Ketika subjek tidak diberikan dengan cairan selama latihan, temperatur inti dan denyut jantung meningkat pesat sementara volume plasma menurun selama latihan. Dalam kondisi ini, hanya satu subjek mampu menyelesaikan latihan 6 jam penuh dan waktu rata-rata latihan adalah 4,5 jam. Dalam percobaan dengan mengonsumsi air dan garam, tujuh dari delapan subjek menyelesaikan latihan 6 jam. Tidak ada perbedaan dalam detak jantung atau suhu inti antara mengonsumsi air dan garam, tetapi menghasilkan peningkatan yang lebih kecil daripada jika tidak mengonsumsi cairan. Volume plasma berkurang ketika mengonsumsi minuman saline (-3,0 mmol / L) daripada ketika mengonsumsi air (-3,9 mmol / L). Perhitungan keseluruhan keseimbangan natrium memperlihatkan defisit natrium dalam mengonsumsi air (-207 mmol) yang secara signifikan lebih besar daripada yang diamati dalam mengonsumsi saline (-91,3 mmol). Berdasarkan hasil ini, para penulis menyimpulkan bahwa konsentrasi natrium setara dengan yang ditemukan dalam minuman olahraga yang tidak mencegah turunnya konsentrasi natrium plasma selama latihan ketika asupan cairan sesuai dengan cairan yang hilang karena berkeringat. Penggantian natrium tidak diperlukan dalam latihan yang berlangsung kurang dari 6 jam. Berdasarkan penelitian, jelas bahwa penyertaan natrium dalam minuman pengganti cairan dapat mengimbangi beberapa kerugian natrium yang terjadi. Hal ini kurang jelas bahwa hal tersebut akan mencegah hiponatremia atau tidak. Seperti yang disarankan oleh Sanders, Bagaimanapun, kemungkinan konsumsi natrium mempertahankan volum plasma selama latihan. Peran Nitrogen dalam Rehidrasi Setelah Olahraga Meskipun usaha untuk mengganti cairan yang hilang selama kita berolahraga sudah dilakukan,dehidrasi ringan setelah latihan biasanya tetap ditemukan. Dehidrasi setara dengan kurang dari 2% massa tubuh kita hilang. Jika kekurangan cairan tidak bisa diatasi akan mengurangi gangguan termoregulasi selama latihan berikutnya. Dalam mempelajari rehidrasi para peneliti menggunakan tiga model untuk rehidrasi:
1. memungkinkan subjek untuk minum cairan libitum selama periode rehidrasi, 2.

Menyarankan mengkonsumsi cairan selama periode rehidrasi sesuai dengan jumlah cairan yang keluar, dan latihan.

3. menyarankan asupan cairan yang dikonsumsi melebihi cairan yang hilang sebelum

Keuntungan dari rehidrasi libitum adalah faktor-faktor yang mengatur rasa haus dapat dipelajari sedangkan keuntungan dari mengkonsumsi cairan melebihi asupan cairan yang hilang bisa mengembalikan volume plasma.
5

Libitum Iklan Rehidrasi Menurut Nose, enam subjek yang dehidrasi setelah latihan selama lebih dari 3 jam, subjek duduk dalam sebuah lingkungan netral, diperbolehkan libitum iklan rehidrasi menggunakan air keran (15C), kapsul berisi plasebo atau NaCl untuk menghasilkan konsentrasi natrium 75 mmol / L. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk memeriksa efek dari mengonsumsi natrium dan pemulihan kompartemen cairan tubuh. Subjek rata-rata kehilangan cairan 1550 ml diikuti oleh mengonsumsi 1100 ml air dan 1216 ml air ditambah natrium. Ketika produksi urin dikurangi dari cairan pencernaan, cairan rehidrasi yang dibutuhkan adalah 826 ml air dan 1045 ml air ditambah natrium. Meskipun keseimbangan cairan negatif terus-menerus bahkan setelah 180 menit, volume plasma telah pulih kembali dengan mengonsumsi air ditambah natrium dalam waktu 90 menit . Perhitungan pemulihan kompartemen cairan didasarkan pada ruang klorida menunjukkan bahwa pada akhir periode rehidrasi, total cairan tubuh telah kembali 52% dengan mengonsumsi air dan telah kembali 76% dengan mengonsumsi air ditambah natrium. Pemulihan cairan intraselular tidak berbeda antara mengonsumsi air dengan mengonsumsi air ditambah natrium. Baik cairan ekstraseluler maupun volum plasma dapat lebih pulih jika mengonsumsi air ditambah natrium (84% dan 100%, masing-masing) dibandingkan dengan hanya mengonsumsi air (44% dan 77%, masing-masing). Studi ini mengilustrasikan poin-poin berikut:
1. Haus tidak menjamin pemulihan lengkap dari total defisit air tubuh. Hal ini mungkin

disebabkan oleh pemulihan awal volume plasma, sehingga menghilangkan dipsogenic tergantung volume drive, 2. Penambahan natrium dalam minuman rehidrasi cenderung merangsang lebih besar minum yang mungkin disebabkan oleh drive dipsogenic osmotik yang lebih besar
3. Penambahan natrium dalam minuman rehidrasi mempercepat pemulihan cairan

ekstraselular dan volume plasma pada khususnya, dan


4. Natrium dalam minuman rehidrasi mengurangi pengeluaran urin.

Rehidrasi dengan Fluid Intake = Keringat Rugi

Beberapa studi telah meneliti dengan menyediakan cairan dalam jumlah yang sama dengan jumlah air yang hilang selama latihan akibat berkeringat untuk mencoba mencapai rehidrasi lengkap dalam jangka waktu yang relatif singkat antara 2 dan 4 jam. Studi awal oleh Costill dan Spark,dengan subyek delapan orang laki-laki pada lingkungan dengan suhu panas (70C) mengalami dehidrasi sampai 4% dari massa tubuh hilang. Setelah dehidrasi yang ditentukan tercapai, orang-orang kembali ke lingkungan netral untuk memulai periode rehidrasi. Pada awal rehidrasi dan pada interval 15 menit, subyek mengonsumsi air setara dengan 7,7% dari volume hilang selama dehidrasi. Hal ini berlangsung selama 3 jam, sehingga pada akhir dari periode 3 jam rehidrasi, subjek telah diberikan cairan yang sama dengan total volum cairan yang
7

hilang dalam dehidrasi. Prosedur ini diulang pada saat mengonsumsi air putih sebagai cairan rehidrasi dan pada saat menggunakan cairan rehidrasi. Cairan rehidrasi mengandung 22 mmol / L natrium, 17 mmol / L klorida, 2.6 mmol / L kalium, 3,9 mmol / L fosfat, dan 10,6 g/100ml glukosa dengan osmolalitas 444 mOsm / L. Produksi urin secara signifikan lebih tinggi ketika subjek mengonsumsi air (602 ml) daripada ketika mengonsumsi cairan rehidrasi (367 ml). Meskipun volume minum cairan sama dengan cairan yang telah hilang dalam dehidrasi, subjek hanya dapat memulihkan 62% dari massa tubuh yang hilang selama rehidrasi. sebagian besar disebabkan oleh pengeluaran urin dan tak disadari kehilangan air selama periode rehidrasi. Volum plasma akan kembali ketika minum minuman yang mengandung cairan elektrolit. Para penulis menyimpulkan bahwa kehadiran elektrolit dan karbohidrat dalam rehidrasi dapat mengisi ulang volume plasma, tetapi minuman itu belum begitu benar-benar memulihkan volume plasma atau total air tubuh 100% dari volume dehidrasi yang dikonsumsi selama lebih dari 3 jam. Memasukkan Cairan Rehidrasi > Cairan yang dikeluarkan Penulis mengakui bahwa cairan tambahan dibutuhkan untuk mengimbangi pengeluaran urin, keringat terus kehilangan air, dan hilangnya air melalui pernapasan. Metode yang aman adalah dengan memilih makanan atau minuman rehidrasi yang mengandung cairan dan natrium serta nutrisi lain (karbohidrat dan potasium, misalnya) yang mungkin penting dalam mengembalikan fungsi normal setelah dehidrasi. Maughan dan Leiper meneliti bermacam-macam peran konsentrasi natrium dalam minuman rehidrasi dalam mencapai euhydration setelah dehidrasi ringan sekitar 2%. Pendekatan mereka terlibat mengonsumsi 150% dari cairan yang hilang selama 30 menit dari latihan bersepeda pada lingkungan 32C. Pemulihan fisiologis tanda-tanda dehidrasi terlihat 5,5 jam setelah mengonsumsi minuman rehidrasi. Keempat minuman dibandingkan konsentrasi natrium termasuk 2, 26, 52, dan 100 mmol / L. Meskipun asupan cairan itu jauh lebih besar daripada yang digunakan dalam penelitian sebelumnya, baik 2 mmol / L atau 26 mmol / L tidak dapat memulihkan cairan sepenuhnya (66% dan 82% , masing-masing). Kedua minuman natrium yang lebih tinggi dapat mengganti seluruh cairan tubuh yang hilang (100%).

Menurut Shirrefs, berdasarkan pada percobaannya yang menggunakan cairan rehidrasi 50%, 100%, 150%, atau 200% dari volum cairan yang hilang dengan konsentrasi natrium 23 mmol / L atau 61 mmol / L, 150% dan 200% cairan rehidrasi dari volum cairan yang hilang dengan konsentrasi natrium yang rendah (23mmol / L) akan mengganti cairan tubuh mendekati sepenuhnya (91%) sedangkan yang lain, masih belum dapat mengganti cairan yang hilang. Seperti pada grafik di bawah ini :

Beberapa Pemulihan konsentrasi Natrium dan Volume Cairan Pemulihan dari total cairan tubuh akan bergantung pada asupan natrium dan volume cairan yang dikonsumsi. Untuk tujuan analisis ini, seluruh rehidrasi tubuh (variabel dependen)
9

dinyatakan sebagai persentase dari pemulihan kerugian cairan tubuh yang telah terjadi selama dehidrasi. Natrium yang ditulis sebagai digunakan sebagai variabel independen. Awalnya, variabel tambah yang masuk ke dalam model regresi. Variabel variabel yang tidak signifikan berkontribusi pada prediksi pemulihan cairan yaitu volume urine selama dehidrasi, massa tubuh (karena rendahnya jangkauan massa tubuh dalam studi yang dilaporkan), dan lamanya periode rehidrasi ( yang berkisar antara 2-6 jam). Model regresi akhir termasuk konsentrasi natrium (mmol/L) dari cairan rehidrasi dan volume dari zat terlarut ini dikonsumsi selama periode rehidrasi (ml) sebagai prediktor signifikan persen pemulihan keseimbangan cairan. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah % rehidrasi = 22,7 + ( 0,406*[Na] + (0,021*volume) Dalam contoh orang yang mempunyai berat tubuh 75 kg mengalami dehidrasi sebesar 2,5% dan menelan 100% dari volume hilang selama rehidrasi, konsentrasi natrium sekitar 93 mmol/L akan diperlukan untuk mencapai keseimbangan cairan dalam waktu 6 jam. Disisi lain, jika asupan cairan meningkat menjadi 150% dari cairan tubuh yang hilang, model regresi memprediksikan bahwa rehidrasi penuh dapat dicapai dengan konsentrasi natrium sekitar 50 mmol/L. Namun, harus dicatat bahwa model ini hanya untuk menghitung 66% dari varians dalam pemulihan cairan tubuh. Kemungkinan variabel tambahan termasuk suhu cairan yang dicerna, kehadiran elektrolit lain (kalium, kalsium, magnesium) dan nutrisi (karbohidrat, asam aminol, arginin vasopressin dan aldosteron) dan osmolalitas dari cairan rehidrasi juga memainkan peran penting tetepi tidak termasuk dalam model regresi ini. Rehidrasi dengan Makanan Satu penelitian dari laboratorium[38] memeriksa pertanyaan apakah asupan makanan yang mengandung cairan dan natrium efektif dalam memulihkan keseimbangan cairan dan natrium setelah dehidrasi pada saat latihan. Subjek mengalami dehidrasi sebesar 2,5%, setelah kehilangan cairan yang ditentukan tercapai, subjek diberikan 355 ml kaldu ayam, sup ayam dengan mie, karbohidrat-elektrolit minuman, atau air keran. Setelah itu, subjek mengkonsumsi rata-rata 290 ml air setiap 20 menit sehingga total asupan cairan dalam waktu 2 jam setara dengan kehilangan cairan. Berkenaan dengan asupan natrium, sup ayam dan kaldu ayam diberikan pada konsumsi natrium 50 mmol dan 39 mmol, pada masing-masingnya. Ini jauh lebih kecil dari asupan natrium yang terkait dengan penelitian sebelumnya di mana subjek mengkonsumsi 150% dari kehilangan cairan dengan konsentrasi natrium 50-100 mmol / L. Cairan pemulihan sebesar 76% dan 78% untuk kaldu ayam dan sup ayam, pada masing-masingnya. Meskipun keseimbangan cairan total tubuh tidak sepenuhnya pulih , namun volume plasma telah sepenuhnya pulih dengan mengkonsumsi kaldu ayam dan sup ayam pada. Temuan ini menggambarkan pentingnya asupan natrium selama periode rehidrasi tidak hanya untuk mendorong peningkatan retensi cairan yang di ingesti, tetapi juga untuk pemulihan volume plasma. Ringkasan dan Kesimpulan

Cairan dan natrium memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan dan fungsi fisiologis selama kegiatan fisik di lingkungan yang panas. Penelitian tersebut untuk
10

menguji apakah orang-orang terlibat dalam latihan seperti maraton dan triathlons atau jika mereka berada dalam paparan panas selama aktivitas fisik, penting bahwa cairan dan natrium disediakan untuk mengimbangi pengeluaran keringat .

Orang yang melakukan latihan fisik di lingkungan panas kehilangan sampai dengan 3L air dan 3,5 gr natrium per jam melalui keringat. Cairan dan natrium membantu untuk mempertahankan kinerja tubuh dan termoregulasi pada lingkungan panas. Kehilangan cairan dapat menyebabkan hiponatremia pada beberapa individu yang beraktivitas fisik 4 jam latihan. Dengan demikian, direkomendasikan untuk mengkonsumsi minuman dengan konsentrasi natrium 20-50 mmol / L selama aktivitas fisik. Hubungan antara volume cairan dan asupan natrium tercermin dalam rekomendasi untuk mengkonsumsi cairan lebih dari yang hilang selama latihan sebelumnya dan memasukkan natrium untuk meningkatkan retensi cairan yang di ingesti dengan meminimalkan produksi urin. Selain itu, volume plasma dapat pulih sepenuhnya sebelum defisit air tubuh total bila asupan natrium dikonsumsi baik sebagai komponen dari minuman rehidrasi dengan konsentrasi natrium sekitar 20 mmol / L atau dengan makanan yang dikonsumsi di awal bagian dari periode rehidrasi. Pemulihan penuh dari defisit cairan dalam 6 jam yang dikonsumsi memerlukan suatu larutan rehidrasi yang mengandung 100 mmol / L natrium. Atau, koreksi defisit cairan juga dapat dicapai dengan menginesti 150% dari volume yang hilang jika larutan rehidrasi mengandung 50 mmol / L natrium.

11

Anda mungkin juga menyukai