Anda di halaman 1dari 27

Afrian Danny Santoso Apen Aryansyah Ari Setyo Rini Rizsa Aulia Danesty

Hipertensi : kelainan yang ditandai dengan adanya peninggian TD sistolik dan atau diastolik yang menetap Klasifikasi menurut JNC VII tahun 2003
Stage Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal
Pre Hipertensi Hipertensi stage I

<120
120-139 140-159

Dan
Atau Atau Atau

<80
80-89 90-99 100

Hipertensi stage II 160

Penatalaksanaan farmakologi dengan menggunakan obat-obatan Penatalaksanaan nonfarmakologi berupa pengaturan pola makan dan latihan fisik

Penurunan BB jika berlebih Pembatasan konsumsi alkohol tdk lebih dari 1 ons etanol per hari Pengurangan konsumsi sodium kurang dari 100 mol/hari (<2,3 gram sodium atau <6 gram sodium klorida) Pertahankan masukan potasium, kalsium, dan magnesium dari makanan yg cukup Berhenti merokok dan pengurangan lemak jenuh serta konsumsi kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara menyeluruh

Tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg Uji Treadmill untuk menentukan kapasitas fisik dan dosis OR Saat uji treadmill, obat yang diminum tetap digunakan agar mengetahui efektifitas terhadap penambahan beban Latihan yang dilakukan endurance bukan pressure Hipertersi berhubungan dengan stress -> manajemem stress

Frekuensi 3-5 kali seminggu Intensitas 60-70% frekuensi denyut nadi maksimal Lama : 20-60 menit Jenis latihan : berjalan kaki, bersepeda atau renang Latihan beban dapat dilakukan dengan beban 75% x 1 RM (1 RM= 1 repetisi maksimal = besarnya beban maksimal yang dapat diangkat hanya sekali saja) dengan pengangkatan ulang sebanyak 10-15 kali setiap sesi latihan dan dilakukan sebanyak 2-3 kali sesi per minggu Obat anti hipertensi diminum 6 jam setelah latihan

Jika pembuluhnya mengecil tekanannya akan meningkat, sebaliknya jika pembuluh melebar tekanan akan turun. Pembuluh yang mengecil menyebabkan semakin tinggi tekanan darah, dan semakin keras kerja jantung memompa darah Salah satu hasil latihan fisik yang teratur adalah pelebaran pembuluh darah sehingga tekanan darah yang tinggi akan menurun. Dengan latihan olahraga akan menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada hipertensi ringan Hal lain adalah hormonal yang biasa memacu tekanan darah semakin sedikit dikeluarkan atau dipakai. Semua faktor diatas memberi kontribusi atas turunnya tekanan darah.

Jalan cepat, bersepeda, joging, berenang, atau mengikuti aktivitas aerobik lainnya tekanan darah naik cukup banyak. Misalnya selama melakukan latihan-latihan aerobik yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik menjadi 150 - 200 mmHg dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 - 120 mmHg. Sebaliknya, segera setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Penurunan ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi.

Menimbulkan efek seperti beta blocker yang dapat menenangkan sistem saraf simpatikus dan melambatkan denyut jantung. Olahraga juga dapat menurunkan jumlah keluaran noradrenalin dan hormomg lain penyebab stress, yang menyebabkan pembuluh darah menciut dan menaikkan tekanan darah (Sadoso Sumosardjuono, 1995; 93-94)

Olahraga teratur pada penderita hipertensi penurunan tekanan darah. Dari hasil penelitian, penderita hipertensi tingkat ringan yang latihan olahraga earobik secara teratur dan cukup takarannya, tekanan darah sistoliknya dapat turun 8 - 10 mmHg dan diastoliknya turun 6 - 10 mmHg. Contoh kasus penderita hipertensi ringan (tensi 160/95 mmHg tanpa obat), maka olahraga disertai pengaturan makan (mengurangi konsumsi garam) dan penurunan berat badan berlebih, menurunkan tekanan darah sampai tingkat normal (140/80 mmHg).

Pengobatan tekanan darah tinggi memang multifaktoral yakni mulai dari mengurangi garam, menurunkan berat badan, dan olahraga. Pada penderita hipertensi, faktor tekanan darah memegang peranan penting di dalam menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga. Jenis olahraga yang efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang (60-70%). Frekuensi latihannya 3 - 5 kali seminggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali latihan. Olahraga seperti jalan kaki atau joging, yang dilakukan selama 16 minggu akan mengurangi kadar hormon norepinefrin (noradrenalin) dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang dapat menaikkan tekanan darah.

Penyempitan pembuluh darah koroner sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Penyempitan timbul total atau sebagian dan disebabkan oleh penumpukan lemak dan zat lainnya pada permukaan internal dinding pembuluh darah.

Menghambat proses aterosklerosis Mengurangi kemungkinan trombosis Meningkatkan aliran darah koroner Meningkatkan efisiensi kardivaskular Meningkatkan kapasitas metabolisme aerobik Meningkatkan pertahanan jantung terhadap fibrilasi ventrikel Menurunkan tahanan perifer

Frekuensi : 3-5 kali seminggu Intensitas : bergantung pada hasil uji pembebanan Lama : 30-60 menit Jenis olahraga : berjalan, latihan beban dianjurkan, sedangkan renang perlu dihindari Latihan dilakukan di bawah pengawasan dokter Persiapan fasilitas untuk memberikan pertolongan gawat darurat

Pasca MI yang stabil Angina yang stabil Operasi CABG Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) Gagal jantung kongestif yang terkompensasi Kardiomiopati Transplantasi jantung

Angina yang tidak stabil Penurunan tekanan darah ortostatik >20 mmHg Stenosis aorta kritis Aritmia atrium atau ventrikel yang tidak terkontrol Perikarditis atau miokarditis Takikardia yang tidak terkontrol > 120 denyut/menit

CABG atau operasi katup


Ketidaknyamanan dengan kualitas insisi Proses infeksi Anemia

Miokard Infark/Angina
Tanda atau gejala iskemia Kecemasan Unstable angina

Iskemia yang tidak bergejala


Tanda yang berhubungan (nafas pendek, mual, muntah) Penurunan kapasitas latihan yang mendadak Perasaan sehat yang mendadak

Disfungsi LV dan CHF berat


Peningkatan berat badan yang nyata dalam 1-2 hari Penurunan tekanan darah selama latihan Pemendekan nafas saat istirahat

Pacu jantung
Takikardi ektopik atau ventrikel Jenis dan metode fungsi alat pacu jantung

Transpantasi jantung
Respon HR yang terlambat dan melemah Peningkatan HR saat instirahat Infeksi

Peresepan
Program disusun secara individu. Oleh karena setiap individu memiliki kapasitas aerobik yang berbeda. Latihan berupa gerakan dinamik. Latihan untuk meningkatkan kapasitas aerobik harus berupa gerakan yang melibatkan kelompok otot besar seperti jalan kaki, berlari, bersepeda, mendayung dan sepak bola. Latihan dinamik akan menyebabkan aliran darah ke otot yang bekerja meningkat dan respon sirkulasi ini berhubungan secara langsung dengan kebutuhan oksigen. Latihan ditingkatkan secara progresif. Sistem kardiovaskular dan sistem lain yang telah beradaptasi dengan suatu beban tertentu harus diberi beban yang lebih besar dari latihan sebelumnya agar dicapai tingkat adaptasi yang lebih besar lagi.

Walaupun volume total aktivitas fisik merupakan faktor utama dalam mencapai manfaat latihan, namun frekuensi aktivitas fisik juga dianggap penting. Manfaat latihan bisa didapatkan pada pasien dengan frekuensi latihan minimal 1 hingga 2 sesi latihan per minggu dengan intensitas sedang atau tinggi. ACSM merekomendasikan frekuensi latihan 3-5 kali per minggu. Terdapat peningkatan kebugaran fisik dengan frekuensi >3 kali per minggu dan mencapai peningkatan yang plateau jika latihan dilakukan >5 kali per minggu. Latihan dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan kejadian cedera, sehingga dosis aktivitas fisik ini tidak disarankan untuk orang dewasa pada umumnya.

Terdapat peningkatan manfaat latihan dengan peningkatan intensitas latihan. Ada batasan intensitas minimum yang dapat menghasilkan manfaat kebugaran untuk kebanyakan pasien. Latihan dengan intensitas sedang (40 60% VO2R) yang dapat dilihat peningkatan denyut jantung dan pernapasan direkomendasikan sebagai intensitas minimum bagi orang dewasa untuk bisa mendapatkan manfaat latihan.

Durasi latihan merupakan penilaian waktu aktivitas fisik dilakukan misalnya per sesi, per hari atau per minggu, atau dapat juga berdasarkan kalori total yang dikeluarkan. Kuantitas aktivitas fisik dapat dilakukan terus menerus atau intermiten dan diakumulasikan dalam 1 hari dengan durasi aktivitas fisik minimal 10 menit. Jika lama latihan rendah (kurang dari 20 menit per sesi) atau intensitas latihan rendah (kurang dari 60% dari denyut jantung maksimal) maka frekuensi latihan dapat ditingkatkan. Berdasarkan data epidemiologi menyatakan bahwa frekuensi/ durasi latihan minimal yang dibutuhkan untuk mendapatkan manfaat latihan dari aktivitas fisik adalah selama 30 menit dan dilakukan 3 kali/minggu, setara dengan pengeluaran energi 700kcal/minggu; dan aktivitas fisik optimal dilakukan selama 15 menit dilakukan 5-7 kali/minggu, setara dengan pengeluaran energi 2000-3500 kcal/minggu.

Afriwardi 2010. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : EGC. Dustan HP. 1980.Hypertension In : Heart Book. USA : American Heart Association Kusmana, Dede. 1997. Olahraga Bagi Kesehatan Jantung. Jakarta : FK UI. Mahler, Donald A. 2003. American College of Sport Medicine : Panduan Uji Latihan Jasmani dan Peresepannya. Jakarta : EGC Sadoso Sumosardjuono. (1995). Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 3. jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai