Sak Psikososial
Sak Psikososial
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan rahmatNya buku Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Diagnosa Fisik dan Diagnosa Psikososial ini dapat terwujud. Buku ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa keperawatan dan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara profesional sehingga tujuan terapi dapat tercapai. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat : 1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Prof. DR. Budi Anna Keliat, SKp, M.App.Sc. Koordinator sekaligus Supervisor Utama Mata Ajar Praktik Klinik Keperawatan Jiwa III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian SAK ini. Kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk dapat mengembangkan SAK ini sehingga dapat digunakan dalam semua seting pelayanan keperawatan.
1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
Respons fisik: a. Sering napas pendek b. Nadi dan tekanan darah naik c. Mulut kering d. Anoreksia e. Diare/konstipasi f. Gelisah g. Berkeringat h. Tremor i. Sakit kepala j. Sulit tidur Respons kognitif: a. Lapang persepsi menyempit b. Tidak mampu menerima informasi dari luar c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya Respons perilaku dan emosi: a. Gerakan meremas tangan b. Bicara berlebihan dan cepat c. Perasaan tidak aman dan menangis
3.
2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi 3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
b.
Tindakan keperawatan:
1) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi
SP1 Pasien: Asesmen ansietas dan latihan relaksasi: 1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
ansietas
3) Bantu pasien mengenal ansietas: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas 4) Latih teknik relaksasi:
a) Tarik napas dalam b) Distraksi
SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan h ipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual 1) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi b) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi 2)
3)
b. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow up
SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan cara
akibatnya
d) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah
(stres) dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat pada pasien
e) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta
SP 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up 1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien 2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up 3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual
4) Diskusikan
dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasien
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna ; suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2005).
2. Tanda dan Gejala a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p.
mengendalikan atau mempengaruhi situasi. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika mendapat perlawanan Apatis dan pasif Ekspresi muka murung Bicara dan gerakan lambat Tidur berlebihan Nafsu makan tidak ada atau berlebihan Menghindari orang lain
3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan Umum 1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya 2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya. 3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif
8
b.
Tindakan Keperawatan
SP1 Pasien: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif 1) Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
ketidakberdayaan
3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan: a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan c)
Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subtitusi
d) Bantu
e) Bantu
f)
g) Identifikasi
j)
Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional
4)
SP2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan 1) Pertahankan rasa percaya pasien
a. b.
Mengucapkan salam dan memberi motivasi Asesmen ulang ketidakberdayaan dan kemampuan mengembangkan pikiran postif
2) 3)
Membuat kontrak ulang: latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien (Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan kekuatan diri yang dapat di identifikasi oleh klien) misalnya klien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.
mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota keluarganya mampu ketidakberdayaan merawat anggota keluarga yang mengalami
2) Keluarga
3) Keluarga
b. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
10
2) Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
serta akibatnya
b) Menjelaskan
cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada pasien
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up 1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien 2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up 3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol perasaan tidak berdaya 4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasien.
11
12
Keputusaasan merupakan perasaan seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan dalam menyelesaikan masalahnya.
2. Tanda dan Gejala a. Ungkapan kliententang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
(Saya tidak dapat melakukan sesuatu) Sering mengeluh dan nampak murung Kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul. Menarik diri dari lingkungan Kontak mata kurang Mengangkat bahu tanda masa bodoh Nampak selalu murung atau blue mood Menurun atau tidak adanya selera makan Peningkatan waktu tidur Penurunan keterlibatan dalam perawatan Bersikap pasif dalam menerima perawatan Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna Dapat merupakan lanjutan ansietas
3. Intervensi Generalis Pada Pasien: a. Tujuan: 1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya 2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas
13
Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa, perasaan/pikiran/perilaku yang berubah Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup.
2) 3)
SP 1 Pasien : Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup 1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/ kesendirian/ keputusasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap kondisinya dengan kondisi real kondisi klien d) Bantu pasien menyadari akibat putus asa e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran, perasaan dan perilaku positif
4)
Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan mengidentifikasi harapan dan penemuan makna hidup
SP 2 Pasien : Evaluasi keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup
14
1)
dan
kemampuan
melakukan
2) 3) 4) 5) 6)
Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan Diskusikan kemampuan positif diri sendiri Latih satu kemampuan positif Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup
4.
keluarganya
2) Keluarga
keputusasaan
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
keputusasaan b. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
15
terjadi,
pasien dan
pasien dengan keputusasaan 3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,
serta akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa: menumbuhkan
harapan positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan makna hidup serta melatih kemampuan positif
c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan
kemampuan positif
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up
a.
Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan cara merujuk pasien
b. c. d.
16
17
Keluarga SP 1 Keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up
Pengertian Citra tubuh merupakan komponen dari konsep diri yang dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termaksud persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
2.
Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada gangguan citra tubuh adalah a. Hilangnya bagian tubuh b. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi c. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu
18
d. Menolak melihat bagian tubuh e. Menolak menyentuh bagian tubuh f. Aktifitas sosial menurun.
Beberapa penyebab gangguan citra tubuh: tindakan invasif (pasang infus, cateter, mag slang, oksigen), operasi, perubahan fungsi (lumpuh, sesak nafas, buta, tuli) Sedangkan data yang bisa didapatkan saat wawancara adalah pasien : a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi b. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi. c. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan. d. Menolak berinteraksi dengan orang lain. e. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu. f. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi. g. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
3.
Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan 1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya 2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya 3) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 4) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh 5) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu b. Tindakan keperawatan
1) Asesmen
citra tubuh (gangguan dan potensi) dan menerima keadaan tubuh saat
ini
2) Latih cara meningkatkan citra tubuh
19
SP 1 Pasien : Assesmen dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra tubuh 1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu. Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehatBantu pasienmelihat, menyentuh bagian tubuh yang terganggu
5) 6) 7)
SP2 Pasien: Evaluasi citra tubuh & latihan peningkatan citra tubuh dan sosialisasi 1) Pertahankan rasa percaya pasien a. Mengucapkan salam dan memberi motivasi b. Asesmen ulang citra tubuh dan hasil latihan peningkatan citra tubuh
2) Membuat kontrak ulang: latihan peningkatan citra tubuh 3) Motivasi
pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal
a)
Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan pakaian yang baru (jika diperlukan)
Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap. 5) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
b) a. Susun jadual kegiatan sehari-hari b. Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas dalam
keluarga dan sosial c. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai peran penting baginya. d. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi 4. Intervensi Generalis pada Keluarga a. Tujuan:
1) Keluarga
mampu mengenal masalah gangguan citra tubuh pada anggota keluarganya mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan citra ketidakberdayaan tubuh
2) Keluarga
b. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Mendiskusikan kondisi pasien gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat gangguan citra tubuh pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow up
SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan gangguan citra tubuh pasien
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
gangguan citra tubuh pasien 3) Bantu keluarga mengenal gangguan citra tubuh:
a) Menjelaskan gangguan citra tubuh, penyebab, proses terjadi, tanda dan
gangguan citra tubuh pasien: membantu mengembangkan motivasi bahwa pasien untuk menerima kondisi tubuhnya yang telah dilatih perawat pada pasien
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal dan follow up 1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien 2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up 3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien mengatasi gangguan citra tubuh melalui aktifitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal 4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (penolakan terhadap perubahan diri bersifat menetap dan tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk pasien
22
EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
Penilaian No A Pasien SP 1 Pasien Assesmen dan penerimaan citra tubuh SP 2 Pasien Evaluasi latihan peningkatan citra tubuh B Keluarga SP 1 Keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
23
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
2. Tanda dan Gejala a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah b. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri c. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan) d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif e. Kesulitan dalam membuat keputusan
3. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan 1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara
yang efektif
4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan
kesehatan fisik
b.
Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah,
kegiatan positif
24
SP1 Pasien: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif: 1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
ansietas
3) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. b) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah c) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah d) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang positif yang terdahulu 4) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan, keterbatasan serta potensi yang dimiliki 5) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan masalah yang efektif 6) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan 7) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki 8) Latih kemampuan positif yang lain 9)Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harga diri positif SP 2 Pasien : Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2
1)
25
b) Asesmen
positif
2) 3) 4)
Membuat kontrak ulang: cara mengatasi harga diri rendah Latih kemampuan positif ke 2 Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan positif untuk meningkatkan harga diri Tekankan kembali bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan harga diri
5)
4.
pada anggota
2) Keluarga
3) Keluarga
b. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat 2) Melatih keluarga merawat pasien dengan harga diri rendah 3) Melatih keluarga melakukan follow up SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat: 4. Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara
serta akibatnya
b) Menjelaskan
cara merawat pasien dengan harag diri rendah: menumbuhkan harga diri positif melalui melakukan kegiatan positif
SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up
a) Pertahankan
rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif ke 2 dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (kondisi pengabaian diri dan perawatan dirinya) dan cara merujuk pasien
d) Diskusikan
27
EVALUASI KINERJA PERAWAT MELAKSANAKAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
Penilaian No A Pasien SP 1 Pasien Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif SP 2 Pasien Evaluasi harga diri rendah, manfaat latihan melakukan kemampuan positif 1, melatih kemampuan positif 2 B Keluarga SP 1 keluarga Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat SP 2 Keluarga Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara Kemampuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
28
29