Shohibul Hilmi, SpOT Orthopaedi & Traumatologi RUMKIT Tingkat II Putri Hijau Medan
A. Definisi Orthopaedi Cabang Ilmu Kedokteran yang mempelajari tentang kelainan sistem lokomotorius dan tulang belakang dalam hal diagnosis, terapi, rehabilitasi, prevensi dan investigasi yang disebabkan oleh karena trauma, kelainan kongenital, infeksi dan inflamasi, degenerative, immunologi, tumor dan endokrin metabolik.
Definisi fraktur :
C. Definisi dislokasi :
Keadaan dimana kedua permukaan sendi sudah tidak ada kontak (a complete loss of
A. Kategori fraktur
1. Menurut garis frakturnya :
a. Menurut lokasi anatomi : proksimal, distal. 1/3 tengah. Shaft, supracondylar, subtrochanter b. Arah garis fraktur : transverse, oblique, spiral c. Jumlah garis fraktur : simple, segmental., butterfly, komunitif d. Ekstensi garis fraktur : komplit, inkomplit, greenstick
forbest/hms/2003
3. Menurut posisi/hubungan antar fragmen: a. Fraktur angulasi-rotasi b. fraktur kontraksionum c. fraktur distraksionum 4. Menurut kekerasan ruda paksa : a. normal/keras disebut traumatik fraktur b. yang abnormal/tidak keras disebut patologis fraktur c. terus-menerus (repeated loading) disebut stress fraktur
11
b. Pemeriksaan klinis : - keadaan umum : kesadaran, pupil, vital sign (tensi, nadi, respirasi, suhu) - status lokal : tergantung daerah yang terkena ruda paksa - Look : a. luka pada kulit (bentuk, ukuran, sifat) b. sendi yang terdekat : posisi, pembengkakan (deformitas) - Feel : a. krepitasi b. false movement c. nyeri tekan d. massa +/e. pulsasi arteri f. sensorik - movement :gerakan sendi aktif gerakan sendi pasif kekuatan otot
12
- measurement : - panjang ektremitas (kiri dan kanan) - gerakan sendi (sudutnya) - ukuran luka - lingkaran ekstremitas (kiri dan kanan) - Cara mengukur panjang kaki 1. True length : dari SIAS sampai maleolus medial tibia (syarat SIAS satu level dan 2 kaki simetris) 2. Apparent length : dari mid line (xyphoid) ke maleolus medial tibia (syarat 2 kaki simetris) 3. Anatomical length dari throchanter mayor ke condylus lateral femur ditambah condylus medial tibia ke maleolus medial tibia
15
c. Pemeriksaan penunjang 1. Radiologi : - plain foto - CT scan/tomogram - MRI Syarat pemeriksaan : - terlihat 2 sendi - minimal 2 arah - bila perlu dilakukan : 2 kali dan atau 2 sisi 2. Laboratorium - HB - Golongan darah
16
a. Reposisi
- menarik pada axis tulang dan melawan mekanisme ruda paksa (MOI) - dapat dilakukan secara tertutup (closed reduction) atauterbuka (open reduction /operasi) - tujuannya : mengembalikan pada posisi seanatomis mungkin (realignment, koreksi angulasi dan rotasi, koreksi level permukaan sendi)
17
b. Imobilisasi
- prinsipnya mempertahankan hasil reposisi sampai terjadi penyembuhan tulang (bone union) - melalui 2 sendi ( 1 sendi diatas dan 1 sendi dibawah fraktur) - dibagi menjadi : 1. External support : - splinting/spalk - braching - casting/circular cast - mitella/collar and cuff 2. Internal fixasi : - intramedula nailing - extramedulla plating
18
3. External fixasi diluar kulit dengan memakai alat khusus 4. Traksi - skeletal traksi : bila beban >5 kg dan > 4minggu - skin traksi : bila beban < 5 kg dan < 4 minggu
c. Rehabilitasi
- prinsipnya dilakukan sedini mungkin setelah nyeri hilang atau keadaan umum memungkinkan - tujuannya : mencegah terjadinya komplikasi dengan melakukan mobilisasi dini (joint motion dan body moving)
19
Dilakukan :
1.
2. 3.
Latihan otot dapat secara isotonik atau isometrik Latihan gerakan sendi secara pasif dan aktif Latihan berdiri dan berjalan (two point gait, three point gait, four point gait, pelvic swing)
b. atrophi tulang d. non union f. compartment syndrome h. infeksi terutama pada open fraktur j. malunion
3. Komplikasi :
20
4. Prognosis :
Pada umumnya baik kecuali pada penderita dengan komplikasi atau penyakit penyerta pada sistem muskuloskeletal
D. Fraktur pada anak Dibagi menjadi : 1. Torus : ditemukan garis fraktur pada satu cortex tanpa pembengkokan tulang 2. Plastic deformity : bentuk tulang bengkok tapi tak ditemukan garis fraktur 3. Greenstick fracture/incomplete fracture : pada satu cortex ditemukan garis fraktur dengan satu sisinya bengkok 4. Epiphysiolisis fraktur oleh Salter Haris dibagi menjadi 5 . Salter Haris I (SH I) : garis fraktur sepanjang physis akibat gaya traksi atau shear
21
Salter Haris II (SH II) : garis fraktur pada metaphysis kemudian berjalan sepanjang physis Merupakan 80% kasus Salter Haris III (SH III) Garis fraktur dari epilysis (intraartikular) kemudian berjalan sepanjang physis Salter Haris IV (SH IV) Garis fraktur dari metaphypisis menyeberang physis menuju epiphysis Salter Haris V (SH V) Garis fraktur sepanjang physis akibat gaya kompresi. Komplikasi : terjadi growth arrest (berhenti tumbuh)
22
Anak-anak (1-12 tahun) : nya dewasa muda Bayi (0-1 tahun) : nya anak-anak Orang tua : 1 nya dewasa muda
forbest/hms/2003
23
pada tulang panjang dipakai klasifikasi dari Anderson-Gustilo Prinsip dasar : merubah luka kontaminasi menjadi luka bersih Strategi : dilakukan tindakan debridement sebelum 6-8 jam (golden period) Persiapan : - Penderita dipuasakan dan diterangkan apa yang akan dilakukan dan menanda tangani persetujuan tindakan bedah - Pasang infus RL tetesan maintenance (tergantung keadaan umum), siapkan darah (bila diperlukan)
24
Diberikan antibiotika profilaksis (skin test dulu) dan analgesik, jenis antibiotika :
Grade I dan II : Cefalosporin generasi I Grade III : Cefalosporin generasi I + aminoglycoside dan penicilline
Dapat diberikan ATS
25
Teknik debridement : a. Scrubbing & cleaning dengan antiseptik dan air matang yang bersih serta cukur rambut b. desinfeksi dengan desinfectan c. drapping untuk mempersempit lapangan operasi d. necrotomi dan trimming : mengangkat jaringan mati dan kotoran serta meratakan tepi luka e. washing & irigasi (cuci & irigasi) dengan H2O2 dan PZ 2-10 lt f. reduction & immobilization (Stabilisasi) g. suturing h. dressing
26
Tanda/ciri-ciri jaringan yang viable : 1. Colour/warna merah segar 2. Consitensi (yang normal padat kenyal tidak fitting) 3. Capasity of blood ( berdarah) 4. Contractility (kemampuan kontraksi)
27
Indikasi operasi
1. Fraktur multiple 2. Fraktur intraartikular 3. Fraktur dengan terapi konservatif gagal
Tujuan operasi
1. Mobilisasi dini 2. Mengembalikan pada posisi anatomis 3. Mencegah komplikasi
28
Klasifikasi :
forbest/hms/2003
29
Diagnosis : Keluhan riwayat ruda paksa dan kaki tak dapat digerakkan Klinis : crepitasi dan false movement Radiologi : ditemukan garis fraktur
1. Konservatif : Dipakai tibia skeletal traksi beban awal 5 kg sampai beban adekuat (tereposisi) dipertahankan sampai klinikal union (sticky) rata-rata 4-6 minggu Dipasang hemispica setelah klinikal union sampai 16 minggu 2. Operatif : Intramedullary nailing atau plating (tergantung indikasi)
Terapi :
forbest/hms/2003
30
Komplikasi :
1. 2. 3. 4.
Atrophy otot quadriceps Atrophy tulang femur dan tibia Kaku sendi lutut Infeksi
forbest/hms/2003
31
2. Compresi fraktur
Fraktur dimana terkena pilar tengah (midle collumn) sehingga terjadi penyempitan canalis medulla spinalis atau melebarnya facies articularis (pedicle)
Fraktur pada corpus vertebra sehingga terjadi penipisan tebal corpus umumnya pada bagian anterior
32
A.
Sering pada anak-anak dibawah 12 tahun Klasifikasi 1. Traumatik dislokasi a. anterior dislokasi (lebih sering) b. posterior dislokasi (jarang) 2. Traumatik dislokasi a. congenital/kelainan tulang/soft tissue b. joint laxity c. psychiatric/emosi
33
Mekanisme gaya pada saat tangan abduksi, exorotasi Sering karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian Klinis :
Posisi lengan atas exorotasi dan abduksi Nyeri dan bengkak pada bahu Acromion menonjol Deltoid datar Teraba massa caput humerus pada pectoral Dapat terjadi gangguan sensoris pada daerah deltoid (badge anaestesia oleh karena lesi n.axilaris)
Radiologi : fossa glenoid kosong, caput humerus dibawah rim glenoid, terputusnya shenton line, hill sacks lesion atau bankart lesion
34
b. Posterior dislokasi
Mekanisme gaya pada saat tangan abduksi, endorotasi Sering karena kejang saat ECT Klinis : Posisi lengan atas endorotasi dan adduksi Pectoral datar Pada scapula posterior teraba massa caput humerus
Radiologi :
Terapi
35
Immobiliasi :
b. Posterior dislokasi :
-
Reposisi :
Immobilisasi : Komplikasi :
1. Lesi n. dan a.axillaris 2. Post traumatik arthritis 3. Recurrens dislokasi 1. Gagal dengan terapi konservatif 2. Ditemukan komplikasi
36
Indikasi operasi :
1. Dislokasi anterior (jarang) 2. Dislokasi posterior (tersering 10x dibanding anterior) 3. Dislokasi central (jarang)
-
Posisi kaki ekstensi, exorotasi dan abduksi ringan Kaki kesan lebih panjang dari yang sisi normal Gerakan sendi terbatas
37
2. Dislokasi posterior
Radiologi :
3. Dislokasi/central
Terputusnya shenton line Caput femoris overlap dengan posterior lip acetabulum
Mekanisme gaya dari lateral Sering disertai fraktur acetabulum anterior dan posterior
38
Klinis : Posisi kaki netral, kesan lebih pendek Nyeri tekan pada trochanter Radiologis Shenton line masih baik Caput femoris dalam cavum pelvis Fraktur dinding medial acetabulum Terapi : Reposisi : 1. Dislokasi anterior :
2. Dislokasi posterior :
a. reverse Stimpson maneuver b. reverse Bigelow maneuver (dianjurkan) c. Hypocrates maneuver a. Stimpson maneuver b. Bigelow maneuver c. Hypocrates maneuver
39
Komplikasi : 1. Fraktur acetabulum 2. Lesi n. ischiadicus (drop foot) 3. Traumatik osteoarthritis 4. Avascular necrosis caput femoris 5. Recurens dislokasi 6. Subluxasi karena interposisi
40
Adam Greenspan : Orthopaedic Radiology 3rd ed. Lippincott William & Wilkins, 2000 Appley, Salomon : Appleys System of Orthopaedic and Fractures 7th ed, Butterworth-Heinemann, 1993 Rockwood CA : Fractures in Adult, 4th ed. Lippincott William & Wilkins, 1996 Rockwood CA : Fractures in Children, 4th ed. Lippincott William & Wilkins, 1996 Salter RB : Text Book of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal System 2nd ed, William & Wilkins, 1983
41