Anda di halaman 1dari 7

.

Deiksis Persona Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa (Lyons, 1977: 638 via Djajasudarma, 1993: 44). Deiksis perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yanng lain. Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka. Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan (Purwo, 1984: 106). Oleh karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. (Setiawan, 1997: 8). Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat eksofora. Hal ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang berupa bentuk kita maupun bentuk kami masih mengandung bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal. Berbeda dengan kata ganti persona pertama dan kedua, kata ganti persona ketiga, baik tunggal, seperti bentuk dia, ia, -nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk sekalian dan kalian, dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora (Setiawan, 1997: 9). Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu dan deiksis tempat adalah deiksis jabaran. Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu. Deiksis perorangan menunjukan subjektivitas dalam struktur semantik. Deiksis perorangan hanya dapat ditangkap jika kita memahami peran dari pembicara, sumber ujaran, penerima, target ujaran, dan pendengar yang bukan dituju atau ditarget. Dengan demikian kita dapat mengganti kata ganti dan kata sifat pada contoh (6) dengan contoh (7) atau (8) dalam proses ujaran. (6) give me your hand (7) give him your hand (8) I give him my hand Berikutnya, penting kiranya melihat jumlah jamak yang berbeda maknanya ketika kita terapkan pada orang pertama dan orang ketiga. Pada orang pertama, bukan berarti multiplikasi dari pembicara. Juga, we dapat menjadi inklusif atau eksklusif dari yang ditunjuk. Sistem kata ganti berbeda dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain karena ragam perbedaan ditambahkan seperti jumlah dua, jenis kelamin,

status sosial, dan jarak sosial. Lebih-lebih, istilah keturunan juga menunjuk pada deiksis. Misalnya, dalam bahasa Aborigin Australia ada istilah yang digunakan untuk seseorang yang merupakan bapak pembicara dan merupakan kakek pembicara. Bapak pembicara yang bukan kakek pembicara akan ditunjukan dengan istilah yang lain. Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain. Jika dilihat dari segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan -dalam macam kalimat tertentu- juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan (Moeliono, 1997: 170). Dalam bahasa Inggris dikenal tiga bentuk kata ganti persona, yaitu persona pertama, persona kedua dan persona ketiga (Lyons, 1997: 276 via Setiawan, 1997: 9). Bahasa Indonesia juga mengenal tiga bentuk persona seperti dalam bahasa Inggris (P&P, 1988: 172 via Setiawan, 1997: 9). Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang. Pronomina dapat mengacu pada diri sendiri (persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (persona ketiga) (Moeliono, 1997: 172). 1. Pronomina Persona Pertama Dalam Bahasa Indonesia, pronomina persona pertama tunggal adalah saya, aku, dan daku. Bentuk saya, biasanya digunakan dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Bentuk saya, dapat juga dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya, misalnya: rumah saya, paman saya. Pronomina persona pertama aku, lebih banyak digunakan dalam situasi non formal dan lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Pronomina persona aku mempunyai variasi bentuk, yaitu -ku dan ku-. Sedangkan untuk pronomina persona pertama daku, pada umumnya digunakan dalam karya sastra. Selain pronomina persona pertama tunggal, bahasa Indonesia mengenal pronomina persona pertama jamak, yakni kami dan kita. Kami bersifat eksklusif; artinya, pronomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar/pembacanya. Sebaliknya, kita bersifat inklusif; artinya, pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain. 2. Pronomina Persona Kedua Pronomina persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu Anda, dikau, kau- dan -mu. Pronomina persona kedua engkau, kamu, dan -mu, dapat dipakai oleh orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama; orang yang status sosialnya lebih tinggi; orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial. Pronomina persona kedua Anda dimaksudkan untuk menetralkan hubungan. Selain itu, pronomina Anda juga digunakan dalam hubungan yang tak pribadi, sehingga Anda tidak diarahkan pada satu orang khusus; dalam hubungan bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal ataupun terlalu akrab. Pronomina persona kedua juga mempunyai bentuk jamak, yaitu bentuk kalian dan bentuk pronomina persona kedua ditambah sekalian: Anda sekalian, kamu sekalian. Pronomina persona kedua

yang memiliki varisi bentuk hanyalah engkau dan kamu. Bentuk terikat itu masing-masing adalah kaudan -mu. 3. Pronomina Persona Ketiga Pronomina persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, -nya dan beliau. Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia dan -nya yang dapat muncul. Pronomina persona ketiga tunggal beliau digunakan untuk menyatakan rasa hormat, yakni dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang yang dibicarakan. Dari keempat pronomina tersebut, hanya dia, -nya dan beliau yang dapat digunakan untuk menyatakan milik. Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Pada umumnya mereka hanya dipakai untuk insan. Benda atau konsep yang jamak dinyatakan dengan cara yang lain; misalnya dengan mengulang nomina tersebut atau dengan mengubah sintaksisnya. Akan tetapi, pada cerita fiksi atau narasi lain yang menggunakan gaya fiksi, kata mereka kadangkadang juga dipakai untuk mengacu pada binatang atau benda yang dianggap bernyawa. Mereka tidak mempunyai variasi bentuk sehingga dalam posisi mana pun hanya bentuk itulah yang dipakai, misalnya usul mereka, rumah mereka. 2potensiataubekalkodratiuntukmenguasaibahasayangdominandilingkungannya.Bahasaadalahsistemlambangbunyiyangarbitreryangdigunakanolehanggota kelompoksosialuntukbekerjasama,berkomunikasi,danmengidentifikasidiri(HarimurtiKridalaksanadalamChaer,2003:32).Bahasadalamkontekswacana,terutama dalamkontekswacanakomunikasi,sebetulnyamencakuppengirimanpesandarisistemsyarafsatuorangkepadayanglain,denganmaksuduntukmenghasilkansebuah makna.Komunikasiverbalselalumenggunakankata.Kataselalumerujukpadakeberadaansebuahbahasa.Iniberartibahwamanusiamenggunakansimbolbahasa dalamaktifitaskomunikasi.Bahasasebagaialatkomunikasimemegangperananpentingdalamkehidupanmanusia.Denganbahasa,manusiadapatberbicaraapasaja, yangsengajamaupuntidak.Denganbahasapulamanusiadapatmencerminkanperasaannyasehinggapembicaraandapatmenimbulkansuasanagembira,marah,merayu, dsb.Bahasasebagaialatkomunikasijugadapatdigunakanuntukmenyampaikaninformasiatauberitadanpendapatdariseorangpenuturkepadapendengar.Maknabahasa merupakanwujuddaripenggunaanbahasayangbergantungpadasituasipenggunaanbahasa.Dalammerinciketergantunganmaknabahasapadakontekssituasiberbahasa, parapakarantaralainmenyarankanciri-ciriyangmelekatpadasituasiharusteridentifikasi.Ciriyangmenyangkutpenuturdanpendengar,tempatbertutursertaobyekyang 3dibicarakan,misalnyamerupakanunsur-unsursituasiberbahasa.Kajianyangmenekankanpadaunsurinilazimnyatercakupdalambidangpragmatik(Sofa,2008: 3).Memahamisituasipenggunaanbahasaadalahsesuatuyangpentingdalamberkomunikasi.Apabilaseseorangtidakmemahamisituasitersebut,nantinyapastiakanada kesalahpahamanantarapembicaradanpendengar.Dalampembicaraanlangsung,sepertibercakap-cakap,orangdapatbertanyalangsung,apabilaorangtersebuttidak mengertidengantopikyangsedangdibicarakan.Tetapidalambahasatulisorangharusmemperhatikanapayangsebenarnyaingindisampaikanolehteksterebut.Kataganti seringdigunakansebagaipenggantiungkapannominal.Karenaituseringmunculpertanyaan,apayangdimaksuddengankatagantiituataumengapakatagantiitu muncul.Pertanyaan-pertanyaansepertiinimengacukepadadeiksis.Deiksismerupakanbagiandaripragmatik.Dalampragmatikkitamengenalyangdisebutinteraksidan sopansantun,implikaturpercakapan,pertuturan,referensidaninferensisertadeiksis.Pragmatikberhubungandenganpemahamankitaterhadaphal-haldiluarbahasa.Akan tetapi,hal-halyangdibicarakandidalampragmatiksangateratpulakaitannyadenganhal-haldidalambahasa(Ramadhani,2007:10).KajiandeiksismenurutBambangYudi Cahyono(2002:217)merupakankajiantentangsuatucarauntukmengacuhakikattertentumenggunakanbahasayanghanyadapatditafsirkanmenurutmaknayang diacuolehpenuturdandipengaruhiolehsituasipembicaraan.Sidon(dalam 4 Tarmiyanti, 2008: 2) menyebut deiksis merupakan suatu gejala semantis yangterdapatpadakataataukonstruksiyang acuannyadapatditafsirkansesuaidengansituasipembicaraandanmenunjukpadasesuatudiluarbahasasepertikatatunjuk,pronominal,dansebagainya.Penunjukkandapat ditujukanpadakonstituensebelumnyayangdisebutanafora.Penunjukkandapatpuladitujukanpadakonstituenyangdisebutkemudianbentukpenunjukkansepertiitudisebut katafora(Sumarlam,2003:23).Deiksisberkaitandenganpengungkapansesuatuyangmenjadiacuandidalamkomunikasidenganmenggunakansaranabahasa.Deiksis merupakancarayangpalingjelasuntukmenggambarkanhubunganantarabahasadankonteksdalamstrukturbahasaitusendiri.Deiksisbarudapatdiketahuimaknanyajika diketahuipulasiapa,dimana,dankapankataitudiucapkan. Jadi pusat orientasi deiksis adalah penutur (Tarmiyanti, 2008: 2).

Dengandemikian,deiksismerupakanidentifikasimaknasebuahbahasayanghanyadapatdiketahuibilasudahberadadalamperistiwabahasakarenadipengaruhioleh kontekssituasipembicaraanyangdiacuolehpenutur(Tarmiyanti,2008:3

Clitik dalam Bahasa Lamaholot Dialect Solor Barat Oleh : Yosep B. Kroon dan Adelgonda Saja Abstrak Penelitian terdahulu terhadap Bahasa Lamaholot menemukan fenomena linguistik yangdisebut klitik, akan tetapi dari penelitian-penelitian ini, temuan yang menarik ini belum didiskusikansecara lebih mendalam. Penelitian ini mencoba menganalisis fenomena klitik ini secara lebihkomprehensif dan mendalam agar dapat menjawab (a) apakah gejala itu dapat dibuktikan sebagaiklitik berdasarkan teori yang ada; (b) jika klitik, bagaimana bentuknya dan apa jenisnya; (c) apa cirisintaksis dan semantiknya; dan (d) jenis kata apa sajakah yang dapat dilekati.Untuk menjawab pertanyaanpertanyaan di atas, pendekatan struktural fungsional digunakandalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan di Desa Karawatung, Kecamatan Solor Barat,melalui teknik pengumpulan data-data tertulis, elisitasi dan wawancara terhadap 5 informan penuturasli Bahasa Lamaholot Dialek Solor Barat. Data-data yang diperoleh, kemudian dianalisis secaramorfo-sintaksis. Analisis ini dimulai dengan mentranskrip data-data audio, membuat daftar kalimat,yang selanjutya dianalisis morfem per morfem dengan mengacu pada teori-teori yang ada.Hasil analisis ini membuktikan bahwa fenomena yang menjadi pertanyaan penelitian initernyata klitik yang dapat dibuktikan secara fonologis, morfologis, sintaksis, semantik dan leksikal.Ada dua jenis klitik yang diidentifikasi dari analisis ini, yakni proklitik dan enklitik. Proklitik selalumelekat pada akar kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata lepas. Klitik jenis ini hanyamempunyai satu alomorf dan merupakan bentuk reduksi secara fonologis dari bentuk pronominapenuh. Enklitik, di lain pihak, dapat melekat pada semua jenis kata termasuk nomina, adjektiva danadverbia. Jika host berupa verba, maka enklitik hanya dapat melekat pada verba intransitif. Secarasintaksis, kehadiran klitik dalam BL Dialek Solor Barat berfungsi sebagai pemarka subjek kalimat,sebagai morfem detransitif dan sebagai morfem verbalisasi. Secara semantik, peran kehadiran klitik dalam struktur kalimat BL Dialek Solor Barat adalah untuk menyatakan koreferensial dan penekananatau emfasis. ============================================= 1. Pendahuluan Bahasa Lamaholot (selanjutnya BL), oleh Blust (1978), dikelompokan ke dalam sub-rumpunbahasa Central-Malayo Polynesian , dari rumpun besar bahasa Malayo Polynesian . Berbeda denganbahasa Melayo Polynesian lain di wilayah Indonesia Bagian Barat, seperti bahasa Jawa, Sunda,Minangkabau, dll., BL, sama seperti bahasa lain di Nusa Tenggara (Tryon, 1994), mempunyai sistemmorfologi yang relatif sederhana. Salah satu ciri morfologi BL yang menarik untuk dikaji adalahfenomena seperti yang ditunjukkan dalam contoh (1) di bawah ini. Ciri ini merupakan satu-satunyaunsur morfologi bahasa ini yang sangat erat kaitannya dengan predikat atau verba kalimat. Untuk kepentingan kajian ini, fenomena ini diasumsi sebagai klitikalisasi. Unsur yang akan menjadi pusatperhatian adalah morfem- morfem yang selalu muncul pada kata kerja tertentu (yang dicetak tebaldalam contoh (1) di bawah ini). Selain melekat pada kata kerja bentuk-bentuk ini juga melekat pada jenis kata lain yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Bentuk-

bentuk ini menyatakan pelaku dariperbuatan yang disebutkan pada kata kerja. Paradigma di bawah ini merupakan contoh fenomenatersebut: 2 (1) 1 . Go() 2 k -nu wai (Saya 1sg-minum air) Saya minum air. Mo() m -nu wai (Engkau 2sg-minum air) Engkau (Anda) minum air. Na() n -nu wai (Dia 3sg-minum air) Dia minum air. Tit() t -nu wai (Kita 1pl(inc)-minum air) Kita minum air. Kam() m -nu wai (Kami 1pl(exc)-minum air) Kami minum air. Mio m -nu wai (Kamu 2pl-minum air) Kamu minum air. Ra() r -nu wai (Mereka 3pl-minum air) Mereka minum air. Morfem kpada kata knu ` 1sg minum ' di atas misalnya, secara sintaksis merupakanrepresentasi dari pelaku dalam kalimat tersebut. Hal ini jelas terlihat apabila kata ganti go() saya dihilangkan. Predikat knu walaupun berdiri sendiri mempunyai makna yang lengkap sebagaisebuah klausa, yang artinya

saya minum. Di dalam morfem seperti kini terdapat dua unsur yangakan menjadi pokok kajian dalam tulisan ini, yakni fungsi dan maknanya.Penelitian linguistik terhadap bahasa ini dapat dikatakan cukup banyak. Penelitian awaldilakukan oleh seorang pastor Eropa, bernama Arndt, SVD (1937) terhadap unsur-unsur tatabahasanya. Sayangnya hasil penelitian ini sudah langkah dan susah diperoleh dewasa ini. Penelitianselanjutnya dilakukan oleh Fernandez (1977) terhadap struktur dialek Ile Mandiri, dan Keraf (1978),terhadap morfologi dialek Lamalera. Mandaru, dkk. (1997) mengadakan penelitian terhadap dialek Nusa Tadon (Adonara) 3 dari aspek fonologi, morfologi dan sintaksis. Penelitian terakhir dilakukanoleh Kroon (1998) terhadap unsur sintaksis dan relasi gramatikal bahasa itu secara keseluruhan(tidak berdasarkan dialek tertentu).Dari penelitian-penelitian ini belum terlihat adanya gambaran secara rinci yang berkaitandengan fenomena seperti yang digambarkan dalam contoh (1) di atas, khususnya, menyangkut (a)fungsi gramatikal, serta (b) maknanya, walaupun dari laporan penelitian itu ditemukan adanyaparadigma yang teratur pada kata kerja, di mana terdapat perubahan yang konsisten dan teratursesuai dengan subyek kalimat itu. Di samping itu, penelitian-penelitian ini juga tidak merinci dengan jelas jenis kata yang menjadi tempat melekatnya klitik ini. Fenomena linguistik ini menjadi semakinmenarik untuk dianalisis karena ternyata klitik dalam BL tidak hanya melekat pada kata kerja,melainkan juga pada jenis kata lain, termasuk kata benda dan kata sifat (Kroon, 1998).Keraf (1978: 59-119) menemukan bentuk yang teratur pada kata kerja. Walaupun demikian,ia tidak menjelaskan secara rinci nama serta fungsi dan makna dari unsur-unsur yang ditemukannyaitu. Yang menonjol dari temuannya ini adalah bahwa ia telah menggolong-golongkan kata kerjadalam BL ke dalam tiga kelas berdasarkan ada tidaknya klitik itu. Penelitian terakhir terhadap BLoleh Kroon (1998) sedikit menyinggung klitik ini. Ia menyebut unsur-unsur linguistik yang melekatpada predikat-predikat dalam BL dengan pronominal clitic (klitik pronomina) dan membeda-bedakannya ke dalam tiga jenis. Yang pertama adalah proklitik yang melekat pada akar kata kerjayang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata lepas. Yang kedua adalah enklitik yang melekat padakata kerja intransitif, kata sifat dan kata benda; dan yang ketiga adalah gabungan antara proklitik danenklitik yang hanya melekat pada kata kerja intransitif yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata 1 Contoh-contoh yang diajukan di sini akan diberi nomor secara berurutan untuk keseluruhan tulisan ini. Agar pembaca dapat dengan mudahmemahami pemerian ini, contoh-contoh kalimat akan diuraikan ke dalam tiga baris, masing-masing baris pertarna adalah contoh kalimat dalam BLdialek Solor Barat beserta penggalan-penggalan secara morfologis; baris kedua merupakan gloss afau terjemahan kata perkata atau morfem permorfem; baris ketiga merupakan terjemahan bebas dalam BI yang dicetak miring. Apabila ada contoh-contoh disajikan tidak terpisah dari uraian,yakni jika disajikan di dalam paragraf urian maka contoh kalimat atau kata dalam BL akan dicetak tebal, terjemahan kata perkata atau morfem permorfem akan diberi kurung (jika ada), dan terjemahan bebas dalam BI akan dicetak miring. Notasi gloss yang digunakan: 1,2 dan 3 menyatakanpersona pertama, kedua dan ketiga, sg = singular (tunggal), pl = plural (jamak), inc = inklusif (termasuk pendengar), exc = ekslusif (tidak termasuk pendengar). 2 Adanya variasi penggunaan pronomina dalam BL dialek Solor Barat dan juga dialek-dialek lain dalam BL. Ada yang mengucapkan dengan akhiran dan ada yang tanpa

. Penggunaan dalam kurung dalam contoh ini menunjukan variasi penggunaan itu. 3 Klasifikasi dialek-dialek dalam Bahasa Lamaholot tampaknya masih simpang siur. Beberapa peneliti mengolong-golongkan dialek-dialek BL sesukahatinya tanpa menyatakan batasan dan kriteria yang jelas, dan justru serirg menimbulkan kebingungan di pihak pernbaca, karena dialek dari lokasiyang sama disebut dergan nama-nama yang berlainan oleh penelitinya. Untuk kepentingan kajian ini, penulis akan menggunakan klasifikasi dariKeraf (1978) yang lebih konsisten.

3 mandiri. Namun oleh karena alasan keterbatasan ruang, ia tidak menggambarkan secara mendetailfungsi gramatikal dan makna dari klitik-klitik hasil temuannya.Yang menarik dari fakta tuturan sehari-hari oleh penutur BL adalah bahwa mereka selalumengabaikan atau menghilangkan kata ganti orang sebagai pelaku dalam sebuah kalimat bilamanaterdapat klitik pada predikat atau verba kalimat tersebut. Misalnya bentuk lengkap Mo molo (Mom-olo = engkau 2sg-duluan) engkau (pergi) duluan , sering diucapkan molo engkau (pergi) duluan saja. Tanpa menyebutkan kata ganti orang mo pun lawan bicara memahami ujaran itu. Fenomenamenarik ini menunjukkan betapa pentingnya peran sebuah klitik dalam konstruksi kalimat-kalimatBL baik secara sintaksis maupun semantik, namun sayang fenomena ini justru nyaris tidak mendapatsentuhan linguistik secara lebih serius oleh para peneliti. Penelitian ini kiranya dapat menguraifenomena linguistik ini yang kemudian memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitandengannya

Gandasil D dengan dosis 10 30 grm dilarutkan dalam air dan disemprotkan ke tanaman selada. Pupuk daun diberikan pada umur 30 hari setelah tanam, lalu diulangi setiap 10 hari kemudian sampai tanaman berumur 50 hari setelah tanam.

Anda mungkin juga menyukai