Anda di halaman 1dari 30

SENYAWA AROMATIK - ALIFATIK

Makalah Tugas Mata Kuliah Kimia Organik T18

Disusun oleh :

1. Robiansah

(08334002)

2. Dewi Fitriawatiwati

(08334013)

3. Pebrina

(08334033)

4. Ratna Puji Lestari

(08334043)

5. Sariyati

(08334037)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat mengikuti perkuliahan di institute sains dan teknologi nasional pada mata kuliah kimia oganik.. Dalam penyusunan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan data dan keterangan yang diperoleh dalam penulisan makalah tersebut. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam menyusun makalah ini, karena ilmu pengetahuan yang penulis dapat belum maksimal. Demikian akhir kata bukan pujian yang penulis harapkan, melainkan kritik dan saran yang penulis harapkan guna memperbaiki makalah ini, akhirnya, penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing serta seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Jakarta, 7 Juli 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Benzena merupakan senyawa aromatik paling sederhana dan seringkali ditemukan dalam kimia organik. Untuk pertama kalinya benzena diisolasi pada tahun 1825 oleh Michael Faraday dari residu berminyak yang tertimbun dalam pipa induk gas di London. Sumber utama benzena, benzena tersubstitusi dan senyawa aromatik lain adalah petroleum. Senyawa yang mengandung cincin benzena dan cincin heterosiklik aromatik dalam sistem-sistem biologi juga sangat sering ditemukan. B. TUJUAN Di samping untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si dan Ibu Dra. Herdini, M.Si selaku dosen mata kuliah Kimia Organik sebagai syarat memperoleh nilai tugas semester, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar penyusun dan pembaca dapat menambah wawasan dan memiliki pemahaman yang baik terhadap senyawa aromatik-alifatik. C. OBYEK GARAPAN Obyek yang menjadi garapan dari makalah ini, meliputi senyawa alifatik dan aromatik; struktur benzena; rumus molekul, jumlah isomer, dan struktur Kekule; stabilitas cincin benzena dan reaksi benzena; resonansi struktur benzena; Representasi cincin benzena; ciri-ciri senyawa aromatik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Sumber : Organic Chemistry oleh Morrison and Boyd (chapter 10, halaman 318) Meliputi : 1. Senyawa alifatik dan aromatik (Sub BAB 10.1, halaman 318) 2. Struktur benzena (Sub BAB 10.2, halaman 319) 3. Rumus molekul, jumlah isomer, dan struktur Kekule (Sub BAB 10.3, halaman 319-321) 4. Stabilitas cincin benzena dan reaksi benzena (Sub BAB 10.4, halaman 321-323) 5. Struktur resonansi benzena (Sub BAB 10.7, halaman 324-325) 6. Representasi cincin benzena (Sub BAB 10.9, halaman 327) 7. Ciri-ciri senyawa aromatik (Sub BAB 10.10, halaman 327-331)

BAB III PEMBAHASAN


A. SENYAWA ALIFATIK DAN AROMATIK Para ahli kimia menggolongkan senyawa organik menjadi dua bagian yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik. Senyawa alifatik merupakan senyawa dengan rantai terbuka maupun senyawa siklik yang sifatnya menyerupai senyawa rantai terbuka. Hingga saat ini diketahui bahwa alkana, alkena, alkina, dan analog sikliknya termasuk golongan senyawa alifatik. Senyawa aromatik yaitu benzena dan senyawa lainnya yang memiliki sifat kimia seperti benzena. Sifat aromatik merupakan sifat dari benzena yang membedakannya dari hidrokarbon alifatik. Beberapa senyawa yang memiliki sifat aromatik mempunyai struktur yang nampak berbeda sekali dari struktur benzena. Sebenarnya bagaimanapun ada kesamaan dasar dalam konfigurasi elektron. Hidrokarbon alifatik, seperti yang kita ketahui sebagian besar dapat mengalami adisi, substitusi radikal bebas. Adisi terjadi pada ikatan rangkap dan substitusi radikal bebas terjadi pada titik lainnya sepanjang rantai alifatik. Perbedaannya, kita dapat menemukan bahwa hidrokarbon aromatik digolongkan dalam sebuah kecendrungan untuk mengalami sustitusi ionik. Kita dapat menemukan perbedaan ini dalam kelompok senyawa seperti asam amino, aldehida, dan lain-lain. Peranan hidrokarbon dalam molekul yang mengalami reaksi digolongkan menjadi alifatik atau aromatik hidrokarbon.

B. STRUKTUR BENZENA Benzena telah diketahui sejak tahun1825, sifat kimia dan fisikanya lebih baik daripada senyawa organik lainnya. Walaupun begitu, struktur yang tidak memuaskan dari benzena berlanjut hingga sekitar tahun1931, dan hal ini terjadi 10 15 tahun sebelum struktur benzena digunakan secara umum oleh ahli kimia. Kesulitannya bukan karena kerumitan dari molekul benzena, tetapi lebih dikarenakan batasan dari teori molekul yang sejauh ini berkembang. Semenjak kesalahpahaman tentang struktur benzena menjadi penting diantara

pembelajaran mengenai senyawa aromatik dan dalam penyampaian ilmu pengetahuan mengenai teori struktur, kita dapat menguji dengan rinci beberapa fakta bagaimana struktur benzena ini terbentuk. Meskipun rumus molekul benzena (C6H6) ditetapkan segera setelah penemuannya dalam tahun 1825, diperlukan 40 tahun Kekul mengusulkan struktur heksagonal untuk benzena. Struktur yang mula-mula diusulkan tidak mengandung ikatan rangkap (karena benzena tidak bereaksi dengan karakteristik alkena). Agar taat asa terhadap tetravalensi karbon, Kekul mengusulkan pada tahun 1872 bahwa benzene mengadung tiga ikatan tunggal dan tiga ikatan rangkap yang berselang-seling. Untuk menerangkan adanya hanya tiga (tiga lima) benzena terdisubstitusi, Kekul menyarankan bahwa cincin benzena berada dalam kesetimbangan yang cepat dengan struktur dimana ikatan rangkap berada dalam posisi alternatifnya. Gagasan ini bertahan selama 50 tahun sebelum digantikan oleh teori resonasi dan orbital molekul.

Rumus-rumus Kekul untuk benzena, yang menunjukan tiga ikatan rangkap dan bukan lingkaran dalam cincin, tidak menjelaskan kestabilan yang unik dari cincin benzena. Rumus-rumus ini memiliki kelebihan, yaitu memungkinkan menghitung banyaknya elektron pi dengan cepat. Sehubungan dengan teori resonansi formula ini sangat berguna, oleh karena itu rumus Kekul digunakan dalam membahas reaksi- reaksi benzene. H C H C C H C H Benzen pada tahun 1872 Benzen pada tahun 1940 Perhatikan orbital molekul benzena. Benzen mempunyai enam karbon sp dalam sebuah cincin. Cincin itu datar adan tiap atom karbon memiliki orbital p tegak lurus dengan cincin ini. Tumpang tindihnya keenem orbital p mengakibatkan terbentuknya enam orbital molekul . Bila diperhatikan keenam orbital molekul yang mungkin bagi benzene, akan nampak bahwa representasi awan pi aromatic sebagai suatu donat rangkap barulah mewakili (menyatakan) satu, 1 dari enam orbital molekul itu. Dalam orbital 1 ini, keenam orbital p dari benzena bersifar sefase (in phase) dan tumpang tinduh secara sama. Orbital ini berenergi terendah karena tidak memiliki simpul (node) diantara inti karbon. Orbital 2 dan orbital 3 masing-masing mempunyai satu bidang simpul diantara inti-inti karbon. Kedua orbital bonding inibersifat berdegenerasi (berenergi sama) dan energi itu lebih tinggi daripada energi orbital molekul 1. C C H H

Benzen pada tahun 1865

Benzena dengan enam elektron p, mengisi orbital-orbital 1, 2, dan 3 masingmasing dengan sepasang elektron. Maka ketiga orbital ini merupakan orbitalorbital bonding dari benzena. 6* 4*
E

5* 3* 1*

orbital antibonding

2*

orbital bonding

6*

( 3 simpul, keenam orbital p tidak sefase )

4*
E

( 2 simpul )

4*

( 2 simpul )

( 1 simpul )

(1 simpul)

( tidak simpul, keenam orbital p tidak sefase )

Orbital-orbital benzena. Simpul digambarkan oleh garis lurusyang memotong bangun segi enam, orbital p yang hilang dalam 3 dan 5 sisebabkan oleh simpul pada posisi-posisi itu. ( tanda + dan adalah tanda matematis untuk fase, bukan muatan listrik). Bersama dengan ketiga orbital ini, dalam benzene terdapat tiga orbital antibonding. Dua dari orbital antibonding ini (
4 *

dan
6 *

) masing-masing

memiliki dua simpul, dan orbital berenergi tinggi (

) memiliki tiga simpul.

Ingat baha suatu simpul adalah daerah dengan rapatan elektron sangat rendah. Sebuah orbital molekul dengan sebuah simpul di antara inti-inti atom memiliki energi yang lebih tinggi daripada orbital molekul yang tidak bersimpul diantara inti-inti. Perhatikan bahwa bila maju dari
1

ke 6*, maka banyaknya sumpul

akan bertambah; ini merupakan penjelasan mengapa energi yang dikaitkan dengan orbital-orbital itu bertambah. Struktur Benzena adalah

Rumus molekul benzena adalah C6H6

Jika benzene benar-benar memiliki tiga ikatan tunggal dan ikatan ganda, seperti pada struktur Kekule, kita akan melihat tiga ikatan pendek (1.34 A) dan tiga ikatan panjang (1.48 A, mungkin seperti pada 1.3 butadiene). Sebenarnya, studi difraksi sinar z menunjukkan bahwa enam ikatan karbon-karbon pada benzene sama dan memiliki panjang 1,39 A, dan merupakan intermediasi antara ikatan tunggal dan ganda. C. RUMUS MOLEKUL, JUMLAH ISOMER, DAN STRUKTUR KEKULE Benzena memiliki rumus molekul C6H6. Dilihat dari komposisi dasarnya dan berat molekulnya, benzena diketahui mengandung 6 atom karbon dan 6 atom hidrogen. Pertanyaannya yaitu bagaimana struktur atom-atom tersebut ? Pada tahun 1858, August Kekule (dari Universitas Bonn) mengemukakan bahwa atom karbon dapat berikatan dengan atom lainnya membentuk suatu rantai. Kemudian, pada tahun 1865, ia menawarkan jawaban untuk pertanyaan mengenai benzena di atas, bahwa rantai karbon terkadang dapat tertutup membentuk cincin. Saya telah menulis dalam buku pelajaran saya, tetapi pekerjaan tersebut tidak memberikan perkembangan; ide saya berada di tempat lain. Saya memutar kursi saya dan tertidur sejenak. Sekali lagi atom-atom berloncatan di depan mata saya. Saat ini kelompok kecil yang sederhana berada dalam keadaan dasar. Mata batin saya, menterjemahkan lebih tajam bayangan berulang macam ini, sekarang dapat terlihat dengan jelas struktur yang lebih besar dari berbagai macan konformasi; baris panjang, terkadang dengan lebih teliti mencocokkan satu sama lain.; semua berliku dan berputar dalam jalurnya seperti pergerakan. Tetapi lihat!

Apakah itu? Salah satu dari rantai berliku berikatan dengan ekornya dan berputar-putar di depan mata saya. Seperti ketika ada sorotan cahaya, saya terbangun; ... Saya menghabiskan waktu istirahat malam saya dengan memikirkan konsekuensi dari hipotesis tersebut. Biarkan kami belajar untuk bermimpi, menjadi gentlemen, dan barangkali kami akan belajar tentang kebenaran. August Kekule, 1865. Struktur Kekule dari benzena diwakilkan dengan gambar I. Struktur lainnya yang tentu konsisten dengan rumus C6H6, sebagai contoh gambar II-V. Dari semua ini, struktur Kekule telah disetujui sebagai struktur yang paling memuaskan; hal ini dikenal dengan istilah jumlah isomer.

Benzena hanya dapat menghasilkan satu produk monosubstitusi yaitu C6H5Y. Hanya satu bromobenzena (C6H5Br) yang terbentuk ketika satu atom hirdogen (H) tergantikan oleh atom brom (Br). Demikian pula hanya satu klorobenzena (C6H5Cl) atau satu nitrobenzena (C6H5NO2), dan lain sebagainya yang mungkin terbentuk. Kenyataan ini menempati sebuah keterbatasan sederhana dari struktur benzena. Setiap atom hidrogen harus benar-benar

ekivalen dengan atom hidrogen lainnya, sehingga ketika penggantian salah satu darinya akan mengahasilkan produk yang sama. Struktur V pada gambar sebagai contoh yang harus ditolak, karena struktur tersebut akan menghasilkan dua isomer derivatif monobromo yaitu senyawa 1bromo dan 2-bromo yang atom-atom hidrogennya tidak ekivalen. Alasan yang serupa tertuju pula untuk struktur II dan III, begitu pula dengan ketidakpuasan strukturnya. Dari pertanyaan berapa banyak produk monosubstitusi yang dapat dihasilkan dari setiap struktur?. Bagaimanapun, struktur I dan IV paling memungkinkan diantara yang lain. Benzena menghasilkan tiga produk isomer disubstitusi, C6H4Y2 atau C6H4YZ. Hanya tiga isomer dibromobenzena (C6H4Br2), tiga isomer

kloronitrobenzena (C6H4ClNO2), dan lain sebagainya yang mungkin terbentuk. Kenyataan ini merupakan batas lebih lanjut dari pilihan kita akan struktur benzena. Sebagai contoh, gambar IV haruus ditolak berdasarkan pertanyaan berapa banyak produk disubstitusi yang dapat dihasilkan dari struktur IV? Dari awal, struktur I terlihat konsisten dengan fakta ini, kita mengira terdapat tiga isomer derivatif dibromo yaitu senyawa 1,2-dibromo ; 1,3dibromo ; dan 1,4-dibromo, seperti pada ketiga gambar dibawah.

Bagaimanapun, gambar struktur I merupakan kesimpulan dari pengujian ini. Ditemukan bahwa terdapat dua isomer dari 1,2-dibromo (gambar VI dan VII), perbedaan posisi relatif bromin pada ikatan rangkap masih memungkinkan.

Tetapi Kekule yang dibayangkan sebagai molekul benzena merupakan sesuatu yang dinamis: ... Bentuk yang berputar-putar di depan mata saya.... August Kekule menggambarkan hal itu dalam dua struktur yaitu struktur VIII dan IX, yang mewakili struktur benzena. Sebagai konsekuensi, kedua 1,2dibromobenzena (gambar VI dan VII) akan berada dalam kesetimbagan sehingga tidak dapat dipisahkan. Belakangan ini, ketika ide tentang tautomer ditetapkan, diasumsikan bahwa perselangselingan Kekule merupakan dasar kuantitatif tautomer. Di sisi lain, dipercaya bahwa Kekule telah diantisipasi dengan intuisi oleh sekitar 75 tahun kehadiran konsep penempatan elektron dan dua gambar (VIII dan IX) sebagai suatu gambaran sederhana bahwa tidak satu pun gambar yang menunjukan kepuasan. Sudah sepantasnya, istilah struktur Kekule datang untuk menunjukan suatu hipotesis molekul untuk mewakili ikatan tunggal dan ganda.

D. STABILITAS CINCIN BENZENA DAN REAKSI BENZENA Struktur Kekule , kemudian , dianggap memuaskan untuk tiga kenyataan di atas. Tetapi masih ada beberapa fakta yang belum dipenuhi oleh struktur ini. Sebagian besar pada kenyataannya tidak diterangkan bagaimana terjadinya hubungan kestabilan yang luar biasa pada cincin benzena. Yang paling mendasar bukti kestabilan ini ditemukan pada reaksi kimia benzena. Benzena lebih banyak mengalami proses substitusi daripada adisi. Struktu Kekule dari benzena merupakan salah satu yang disebut sikloheksatriena". Kami mengharapkan sikloheksatriena ini merupakan senyawa yang serupa dengan sikloheksadiena dan sikloheksena, untuk mengalami reaksi adisi dengan mudah seperti sifat khas struktur alkena. Sebagai contoh tabel dibawah, dibawah kondisi yang menyebabkan alkena mengalami adisi dengan cepat, reaksi benzena berjalan sangat lambat.

Pereaksi KmnO4 (aq) Br2 / CCl4 (gelap) HI H2 + NI

Sikloheksena Oksidasi cepat Adisi cepat Adisi cepat Hidrogenasi cepat (pada 25 , 20 lb/in. )
o 2

Benzena Tidak bereaksi Tidak bereaksi Tidak bereaksi Hidrogenasi lambat (pada 100-200o, 1500 lb/in2)

Tabel 1. Tabel perbandingan reaksi sikloheksena dengan benzena Sebagai pengganti reaksi adisi, benzena mengalami suatu reaksi yang baru, semuanya melibatkan reaksi substitusi. Reaksinya sebagai berikut:

Reaksi Benzena

Pada setiap reaksi diatas sebuah atau sekolompok atom mengalami reaksi subtitusi untuk salah satu atom hidrogen dari benzena. Produk yang dapat dihasilkannya sendiri merupakan subtitusi lanjutan dari jenis yang sama. Pada kenyataannya reaksi tersebut menunjukan sifat dari benzena yang menandakan pula sifat dari struktur benzena. Hal ini menunjukan bahwa benzen akan melawan reaksi subtitusi, dimana sistem cincin benzen akan menghancurkan reaksi tersebut, sedangkan pada saat

bersamaan reaksi tersebut juga siap mengalami reaksi subtitusi dimana sistem cincin benzen tersebut tidak akan mengalami perubahan. Kalor hidrogenasi sikloheksena adalah 28,6 kkal/mol. Seandainya benzena hanya mengandung tiga ikatan rangkap yang berselang-seling dengan tiga ikatan tunggal, tanpa delokalisasi elektron-pi apapun, diharapkan kalor hidrogenasinya akan sebesar 3 x 28,6 = 85,8 kkal/mol. Ternyata benzene hanya membebaskan 49,8 kkal/mol, bila dihirogenasi.

+ + H2 Sikloheksena

P2

+ 28,6 kkal/mol Sikloheksana

+ 3 H2 Benzena

P2 225C, 33 atm

+ 49,8 kkal/mol Sikloheksana

Hidrogenasi benzena membebaskan energi 36 kkal/mol lebih rendah dibandingkan dengan hidrogenasi senyawa hipotesis, sikloheksatriena. Oleh sebb itu, benzena dengan elektron-elektron pi yang terdelokalisasi itu, mengandung energi 36 kkal/mol lebih rendah dari pada seharusnya, seandainya elektronelektron pi didelokalisasi dalam tiga ikatan rangkap yang terisolasi. Selisih energi antara benzena dan sikloheksatriena adalah energi resonansi benzena. Energi resonansi adalah energi yang hilang (kestabilan yang diperoleh) dengan adanya delokalisasi penuh elektron-elektron sistem pi. Besaran ini merupakan ukuran tambahan kestabilan aromatik itu bila dibandingkan dengan sistem lokalisasi.

Energi resonansi benzena dalam arti reaktivitas kimia yaitu diperlukan lebih banyak energi dalam suatu rekasi dimana akan hilang karakter aromatik dari cincin itu. Salah satu contoh reaksi adalah hidrogenasi. Alkena dapat dihidrogenai pada temperature kamar dan tekanan atmosfer, sedangkan benzena menuntuk temperature dan tekanan tinggi. Benzena juga tidak menjalani kebanyakan reaksi yang khas untuk alkena. Misalnya benzena tidak dapat diadisi oleh HX atau X2, merupakan dioksidasi oleh larutan KMnO4. E. RESONANSI STRUKTUR BENZENA Struktur Kekule benzene, walau tidak memuaskan tetapi digunakan oleh para ahli kimiawi sampai tahun 1945. Saat itu, struktur yang diterima tidak muncul dari penemuan fakta baru tentang benzene, tetapi merupakan hasil dari perpanjangan atau modifikasi teori struktural; perpanjangan ini adalah konsep resonansi (bagian 6.2.3).

Struktur Kekule I dan II, yang kita kenali segera, memenuhi kondisi resonansi; struktur yang hanya berbeda dalam pengaturan elektron benzena adalah suatu hibrid I dan II. Karena I dan II tepat ekuivalen, dan arena itu sama stabilitasnya, mereka membuat kontribusi sama pada hibrid. Dan juga karena I dan II tepat ekuivalen, stabilisasi disebabkan resonansi sebaiknya besar.

Fakta yang membingungkan atas sifat benzena kita masuk ke tempatnya, panjang enam ikatan adalah sama karena enam ikatan adalah sama; mereka adalah satu setengah ikatan dan panjangnya, 1.39 A, adalah intermediai antara panjang ikatan tunggal dan ganda. Ketika disadari bahwa semua ikatan karbon-karbon dalam benzena adalah sama, maka tidak ada lagi kesulitan dalam memperhitungkan jumlah produk isomer disubstitusi. Adalah jelas bahwa sebaiknya hanya tiga, yang sesuai dengan eksperimen.

Akhirnya, stabilitas yang tidak biasa dari benzena tidak biasa sama sekali: ini adalah yang kita harapkan dari struktur ekuivalen hibrid, 36 kkal energi yang tidak dimuat benzena dibandingkan dengan sikloheksatriena adalah energi resonansi. Ini adalah 36 kkal energi resonansi yang bertanggung jawab untuk rangkaian sifat baru yang disebut sifat aromatik. Reaksi adisi mengubah suatu info alken menjadi senyawa jenuh yang lebih stabil. Hidrogenasi sikloheksena, misalnya disertai dengan evoluasi 28.6 kkal; produk itu ada pada 28.6 kkal lebih rendah daripada reaktan pada skala energi. Tetapi adisi itu akan mengkonversi benzena ke dalam produk yang kurang stabil dengan menghancurkan sistem ring benzena resonansi stabil.

Misalnya, menurut gambar di atas tahapan pertama hidrogenasi benzena memerlukan 5.6 kkal untuk mengubah benzena ke dalam sikloheksadiena yang kurang stabil. Konsekuensiny adalah mudah untuk reaksi benzena mengambil jalan yang sangat berbeda, salah satunya dimana sistem ring yang dipertahankan adalah substitusi. F. REPRESENTASI CINCIN BENZENA Untuk mudahkan, kami mewakili cincin benzen dengan segi enam teratur berisi lingkaran. Hal ini dipahami bahwa setiap atom hidrogen digambarkan pada setiap sudut segi enam kalau ada atom lain atau grup sebagai penanda.

Gambar I mewakili sebuah resonansi hibrid dari struktur kekule II dan III. Garis tegak lurus untuk menggambarkan ikatan sigma yang bergabung dengan ikatan karbon. Gambar cincin untuk menggambarkan 6 awan elektron pi yang terdelokalisasi. Dari sudut pandang lain, garis tegak lurus untuk ikatan tunggal dan cincin untuk mewakili ikatan rangkap. Gambar I digunakan untuk mewakili representasi cincin benzen, karena dianggap ekivalen dengan ikatan karbon lainnya. Kehadiran cincin tersebut untuk membedakan cincin benzen dari cincin sikloheksana, dimana saat ini sering diwakili dengan segi enam sederhana. Tidak ada persetujuan yang lengkap diantara ahli kimia mengenai bagaimana cara mewakili cincin benzen. Pelajar menganggap bahwa hal itu merupakan salah satu dari struktur kekule.

G. CIRI-CIRI SENYAWA AROMATIK Benzen merupakan suatu anggota dari kelompok besar senyawa aromatik, yaitu senyawa yang cukup distabilkan delokalisasi elektron-pi. Energi resonansi suatu senyawa aromatik merupakan uluran diperolehnya kestabilan ( sifat-sifat struktural yang menimbulkan aromatisitas akan dibahas dengan singkat ).

36 kkal/mol lebih stabil daripada khayal

61 kkal/mol lebih stabil daripada khayal

22 kkal/mol lebih stabil daripada khayal N N

Cara yang paling mudah untuk menentukan apakah suatu senyawa itu aromatik adalah dengan menentukan posisi absorbs dalam spectrum nmr oleh proton yang terkait pada atom-atom cincin. Proton yang terikat kearah luar cincin aromatik sangat kurang terperisai dan menyerap jauh kebawah medan dibandingkan kebanyakan proton, biasanya lebih dari 7 ppm.

Benzena CH aromatik, ppm : 7,3

Piridina 7,1 8,5

Naftalena 7,3 - 7,8

CH3 CH = CH CH3 CH sp2 aromatik, ppm : Persyaratan Untuk Aromatisitas Segi-segi struktur manakah yang penting agar sebuah molekul bersifat aromatik? Dua criteria pertama adalah bahwa molekul itu harus siklik dan datar. Syarat ketiga, tiap atom cincin-cincin harus memiliki orbital p tegak lurus pada bidang cincin. Jika suatu sistem tidak memenuhi kriteria ini, maka tidak mungkin terjadi delokalisasi penuh elektron pi. Rumus ikatan valensi dari suatu senyawa aromatik biasanya menunjukkan suatu cincin dengan ikatan tunggal berselang-seling dengan ikatan rangkap. Namun terdapat kasus-kasus senyawa organik siklik dengan ikatan tunggal dan rangkap berselang-seling, yang tidak bersifat aromatik. Siklooktatetraena merupakan suatu senyawa semacam itu. Siklooktatetraena Bereaksi adisi dengan hidrogen halida dan dengan halogen. Reaksi-reaksi ini bersifat khas untuk alkena, tetapi tidak khas untuk benzena dan senyawa aromatik lain. Siklooktatetraena tidak berbentuk datar, tetapi telah dibuktikan berbentuk seperti bak mandi ( tub ). H H 5,3

Siklooktatetraena Suatu tetraena siklik, tidak aromatik Mengapa suatu siklooktatetraena tidak aromatik? Untuk menjawab pertanyaan ini harus ditinjau kriterium keempat untuk aromatisitas, yang biasanya disebut aturan hckel.

1. Aturan Hckel Pada tahun 1931 seorang ahli kimia ( Jerman ) Erick Hckel, mengusulkan bahwa untuk menjadi aromatik, suatu senyawa yang datar, monosiklik ( satu cincin ) harus memiliki elektron pi sebanyak 4n + 2, dengan n adalah sebuah bilangn bulat. Menurut aturan Hckel, suatu cincin dengan elektron pi sebanyak 2, 6, 10 atau 14 dapat bersifat aromatik, tetapi cincin dengan 8 atau 12 elektron pi tidak dapat bersifat aromatik. Siklooktatetraena ( dengan 8 elektron pi ) tidak memenuhi aturan Hckel untuk aromatisitas. Enam elektron pi Delapan elektron pi

(4n + 2) n=1 Aromatik

4n n=2 Tak aromatic

Mengapa suatu senyawa monosiklik dengan enam atau sepuluh elektron pi bersifat aromatik, sedangkan senyawa dengan delapan elektron pi tidak? Jawabannya terletak pada banyaknya elektron pi terhadap (versus) banyaknya orbital pi yang tersedia. Agar bersifat aromatik, semua elektron pi-nya harus berpasangan. Sistem ini akan menghasilkan tumpang tindih maksimum dan lengkap, yang disyaratkan untuk tercapainya stabilisasi aromatik. Jika beberapa

orbital pi tidak terisi (artinya, ada electron yang tidak berpasangan), tumpang tindih belum maksimum dan senyawa itu tidak aromatik. Benzena mempunyai enam elektron pi berpasangan dan benzena bersifat aromatik. 8* antibonding 6*
E

7* 5* 3* 1* bonding nonbonding

4* 2*

2. Ion Siklopentadiena Siklopentadiena adalah suatu diena konjugasi dan tidak aromatik. Alasan utama mengapa tidak aromatik adalah bahwa satu atom karbonnya adalah sp3 tidak sp2. Karbon sp3 ini tidak mempunyai orbital p untuk ikut berikatan pi. Tetapi bila diganti satu ion hidrogen dari dalam siklopentadiena, maka hidrodisasi karbon tersebut akan berubah menjadi sp2 dan akan memiliki orbital p yang berisi sepasang elektron. H H H H H+ H H Siklopentadiena H anion Siklopentadienil Semua atom karbon dari kation siklopentadiena juga akan bersifat sp2. H sp3 H H_ karbon sp2 H

H karbon sp2 H

H H:-

H Kation

Siklopentadienil Apakah salah satu atau kedua ion ini bersifat aromatik? Masing-masing ion Memiliki lima orbital molekul (terbentuk dari lima orbital P, satu per karbon). Anion siklopentadienil dengan enam electron pi (4n +), mengisi tiga orbitalnya dan semua elektron pi ini berpasangan. Maka anion itu bersifat aromatik. Tetapi kation itu hanya mempunyai empat elaktron pi (4n) yang harus mengisi tiga orbital. Maka elektron pi ini tidak semua dapat berpasangan. Jadi kation itu tidak bersifat aromatik. Duae-

e
-

e
-

tanpa e-

e
-

e
-

e
-

e
-

e
-

e
-

e
-

e
-

Gambar orbital anion dan kation dari siklopentadiena. (masing-masing karbon berhidrasi sp2 dan juga mengikat satu hydrogen)

Bersifat aromatik

4*
E

5* 3* 1* Terisi

2*

+ Tidak bersifat aromatik


E

4* 2* 1*

5* 3* Tak terisi penuh

Siklopentadiena bersifat asam lebih kuat daripada kebanyakan hidrokarbon lain karena anionnya bersifat aromatik dan karenanya tak terstabilkan secara resonansi. Meskipun siklopentadiena tidak sekuat suatu asam karboksilat, diena ini bersifat donor proton dalam kehadiran suatu basa kuat (pK a suatu siklopentadiena = 16, serupa dengan pKa alkohol. Berbeda sekali dengan pKa siklopentana yang sebesar 50. bersifat asam H H + CH3OH + CH3OH

terstabilkan oleh resonansi

KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai senyawa benzena dan aromatisitas di atas, dapat disimpulkan bahwa : Struktur benzena (C6H6)

H C H C C H C C

H C H Benzen pada tahun 1872 Benzen pada tahun 1940 H

Benzen pada tahun 1865

Struktur Kekule

Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada benzena yaitu reaksi nitrasi, sulfonasi, halogenasi, alkilasi, dan asilasi. Resonansi struktur benzena

Representasi cincin benzena

Ciri-ciri senyawa aromatik diantaranya yaitu memenuhi aturan Huckel dan memiliki salah satu karbon sp3.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1989. Kimia Organik. Jilid 1, edisi ketiga. Penerbit Erlangga : Jakarta. Morrison R.T. & Boyd R.M. 1986. Organic Chemistry 5 th edition. Allyn and Bacon Inc : Boston.

Anda mungkin juga menyukai