Anda di halaman 1dari 2

Dalang Wikalpa

Cara memainkan wayang hanya menurut isi pakem, semua pengetahuan bab pedalangan. Ceritanya hanya pas apa adanya saja, menurut ajaran ketika belajar jadi dalang, ketika sekolah dalam sekolah pedalangan. Jadi hanya seperti meniru saja, itu yang dinamakan latihan mendalang, menirukan cara dalang memainkan wayang semalam. Itu yang dinamakan dalang wikalpa. Yang dinamakan pakem blangkon itu seperti berikut. Pakem artinya ketentuan, yaitu wewaton; Blangkon artinya tetap, tidak berubah. Jadi pakem blangkon itu adalah ketentuan pedalangan yang sudah ditetapkan serta diatur menurut adat tatacara di kerajaan jawa, sebagai pedoman para dalang jika memainkan wayang. Jadi cara menata pakeliran menurut pada adat tatacara kraton Jawa, dan disesuaikan dengan caranya sendiri-sendiri. Sebagai contoh, misalnya kalau menurut pedalangan cara Surakarta, setiap lakon pertama Kraton Jawa, tempat negaranya dan siapa ratunya, ucapan cerita janturan pasti dengan cara praja Surakarta yaitu keadaan negara dan kemakmuran negara disampaikan dalam cerita. Negara panjang-punjung pasir wukir lohjinawi: begitu seterusnya, dan pasti disesuaikan

dengan upakarti Surakarta, lalu gapuran, sang nata keluar dari istana dan berhenti di Srimanganti. Terus kadatonan, sang nata duduk bersama prameswari. Terus disambung di Paseban jaba, di Pagelaran, bubaran, membubarkan pasukan, begitu

seterusnya. Kalau cara Yogyakarta hampir sama, hanya bedanya kalau sampai laras sanga pasti diselingi gara-gara sebagai banyolan, mengeluarkan dagelan. Jadi yang disebut di atas tadi yang dinamakan pakem blangkon, aturan dalang kalau memainkan wayang. Makanya kalau ada dalang memainkan wayang sampai keluar dari pakem, artinya meninggalkan pakem, meskipun laris dan banyak orang yang suka, tetap saja kurang baik karena tidak menurut pakem dan meninggalkan waton pedalangan. Pedalangan itu sudah dibagi, ada wewaton sendirisendiri. Kalau dalang wayang purwa yang dimainkan wayang purwa, wayangnya juga purwa, gamelannya pelog slendro, begitu seterusnya untuk wayang-wayang yang lain

menyesuaikan dengan jenis wayang yang dimainkannya.

Oleh: Soetrisno R.

Anda mungkin juga menyukai