digunakan untuk mengiringi adegan Peseben wayang kulit purwa gaya Yogyakarta
Jawi Negara Astina dalam pake/iran wayang menggunakan Gendhing Kabor.
kulit purwa gaya Surakarta Lakon (Mudjanattistomo, 1977:194). Sulukan yang
Makutarama adalah Gendhing digunakan setelah gendhing selesai adalah
Kedhaton Bentar. (Wignjosoetarno, Ada-ada Girisa (Surakarta) dan Kawin Sekar
1972:22). Sedangkan untuk pakeliranwayang Durma (Yogyakarta).
kulit purwa gaya Yogyakarta adalah Adegan perang, dilakukan oleh prajurit
Ladrang Geger Sekutha. pada jejer (Surakarta), jejer I (Yogyakarta)
(Mudjanattistomo, 1977:185). Adapun su/ukan melawan Sabrang (Surakarta) jejer II
yang digunakan setelah janturandan gendhing (Yogyakarta). Pada perang ini biasanya
selesai untuk pake/iranwayang kulit purwa gaya kemenangan dipihak jejer(Surakarta) jejer I
Surakarta adalah Ada-ada Girisa, sedangkan (Yogyakarta). Perang ini dinamakan Perang
untuk pakeliran wayang kulit purwa gaya Gaga/ (Surakarta) Perang Simpang
Yogyakarta diiringi suluk dengan Ada-ada (Yogyakarta). Adapun iringan yang digunakan
PathetNem. dalam perang ini adalah Srepeg Nem dan
Kapa/anmerupakan bagian dari adegan Sampak Nem (Surakarta) dan Srepeg Lasem
Peseben Jawi yakni setelah pembicaraan (Yogyakarta). Sedangkan su/ukan yang
pada Peseben Jawi selesai, berangkatlah digunakan adalah Ada-ada Mataraman
para prajurit dengan naik kuda. Gendhing (Surakarta) dan Ada-ada Pathet Nem Wetah
yang digunakan untuk mengiringi adegan (Yogyakarta).
kapalan Negara Astina dalam pakeliran Selanjutnya menginjak pada Pathet
wayang kulit purwa gaya Surakarta Lakon Sanga yang urutan adegannya sebagai berikut.
Makutarama adalah LancaranSinganebah. (1) Adegan Sabrang Rangkep
(Wignjosoetarno, (Surakarta) jejer Ill (Yogyakarta). Untuk
1972:28). Sedangkan untuk pakeliran pakeliran wayang kulit purwa gaya Surakarta
wayangkulit purwa gay a Yogyakarta sebelum adegan ini didahului dengan Sulukan
LakonAlap• Pathet Sanga Wantah. Dengan demikian
alapan Surtikati diiringi dengan Lancaran adegan ini betul-betul sudah di dalam pathet
Gagaksetra (Mudjanattistomo, 1977: 190). sanga. (lihat Nojowirongko, hal. 37). Lain halnya
Perang Ampyak adalah suatu adegan dengan pakeliran wayang kulit purwa gaya
pelukisan para prajurit yang dalam menjalankan
Yogyakarta, bahwa dalam JejerIll masih dalam
tugasnya terhalang oleh sesuatu, misalnya
pathetnem, setelah gendhing selesai disu/uki
jalannya rusak, pohon tumbang melintang di
Lagon Pathet Sanga Wetah. (Tjiptowardojo,
jalan, dan ada hewan buas seperti Harimau.
1977:43). Adapun gendhing yang digunakan
Akan tetapi dengan adanya koordinasi yang
untuk mengiringi adegan Sabrang Rangkep
baik akhirnya semua halangan dapat
yakni adegan Pamenang Lakon /rawan Rabi
diselesaikan. Adegan ini, semua hambatan
(Surakarta) adalah Ladrang Babat Kenceng.
kecuali harimau digambarkan dengan kayon,
Sedangkan gendhing yang digunakan
sedangkan barisan prajurit digambarkan
mengiringi JejerIll yakni Negara Pethapralaya
dengan rampogan. Adapun gendhing yang
Lakon Alap-a/apan Surtikanti (Yogyakarta)
digunakan untuk mengiringinya Srepeg Nem
adalah Gendhing Bondhet. Gendhing ini
untuk pakeliran wayang kulit purwa gaya
merupakan peralihan dari pathet nem ke
Surakarta, sedangkan untuk pake/iranwayang
pathet sanga.
kulit purwa gaya Yogyakarta Srepeg Lasem.
(2) Adegan Pendhitanatau kesatria di
Adapun su/ukan yang digunakan adalah
tengah hutan (Surakarta) JejerIV (Yogyakarta).
Ada• ada Mataraman(Surakarta) dan Ada-
Dalam adegan ini ditampilkan seorang pendeta
adaPathet Nem (Yogyakarta).
yang sudah mumpuni di dalam kehidupan baik
(2) Adegan Sabrang (Surakarta), jejer II
lahir maupun batin, sehingga sebagai tempat
(Yogyakarta). Adegan ini dilaksanakan setelah
bertanya bagi orang yang sedang berada dalam
perangampyakselesai. Adapun gendhingyang
kegelapan. Gendhing yang digunakan untuk
digunakan untuk mengiringi adegan Sabrang
mengiringi adegan ini yakni Yasarata dalam
Gagah pakeliran wayang kulit purwa gaya
Surakarta adalah Gendhing Majemuk.
(Nojowirongko, 1958: 14 ). Sedangkan pakeliran
1 Volume 8 No. 1 Juli
Volume 8 No. 1 Juli 1
GEffi.R Jurnal Kulit
Sudarko : Perbandingan Struktur Adegan Pakeliran Wayang Seni Purwa Gaya Surakarta dan
Lakon lrawan Rabi (Surakarta) adalah (Surakarta), Lagon Pathet Sanga Wetah
Gendhing Sumedhang. Sedangkan untuk (Yogyakarta).
mengiringi adegan Retawu dalam pakeliran Pathet yang terakhir dalam pakeliran
wayang kulit purwa gaya Yogyakarta Lakon yakni pathet manyura. Pada pake/iranwayang
Alap-a/apan Surtikanti adalah Gendhing kulit purwa gaya Surakarta di dalam pathet
Pangkur. Adapun sulukan yang digunakan manyura dapat terjadi satu sampai tiga kali
setelah gendhing selesai adalah Pathet Sanga adegan. Sebagai contoh Lakon /rawan Rabi
Ngelik (Surakarta) Lagon Pathet Sanga Wetah oleh Nojowirongko terdiriatas tiga adegan yakni:
(Yogyakarta). Perlu diketahui bahwa (1) Adegan Manyura I di NegaraAstina.
perbedaan yang mencolok antara pake/iran Gendhing yang digunakan adalah Gendhing
wayang kulit purwa gaya Surakarta dan Gliyung, sedangkan sulukan yang digunakan
Yogyakarta, untuk pake/iran wayang kulit setelah gendhing selesai adalah Pathet
purwa gaya Yogyakarta, sebelum jejer IV Manyura Wantah. Perang yang terjadi pada
ada adegan yang tentu dilakukan untuk adegan ini dinamakan perang manyura /. Lain
setiap /akon yakni yang disebut gara-gara. dengan pakeliran wayang kulit purwa gaya
Adegan ini menampilkan Ki Lurah Semar Yogyakarta adegan ini disebutjejer VI. Dalam
beserta anak-anaknya yakni Gareng, Petruk, Lakon Alap-a/pan Surtikanti oleh Tjiptowardojo,
dan Bagong. Adegan ini semacam istirahat jejer VI di Keputren Kraton Mandaraka.
pada orangyang sedang berjalan, yakni Adapun
pake/iran yang akan berlangsung semalam gendhing yang digunakan Gendhing Montro,
suntuk pada tengah malam yakni pada pukul dan su/ukan yang digunakan setelah gendhing
12.00 malam diadakan adegan gara-gara selesai Lagon Pathet Manyura Wetah. Perang
(sebagai istirahat). Maka adegan initidak yang terjadi pada adegan ini disebut Perang
selalu langsung ada hubungannya dengan Tandang.
lakon. Adegan ini diutamakan pada (2) Adegan Manyura II. Di dalam
hiburan. (Tjiptowardojo, wawancara, 2-1- pakeliran wayang kulit purwa gaya Surakarta
1997). Lain halnya dengan pake/iran Lakon /raw an Rabi oleh Nojowirongkodi
wayang kulit purwa gaya Surakartabahwa Negara Dwarawati. Gendhing yang
adegan gara-gara bukan merupakan digunakan adalah Gendhing Ramyang.
adegan wajib yang harus dilaksanakan Sulukan yang digunakan setelah gendhing
pada setiap lakon. Akan tetapi, ada syarat- selesai Pathet Manyura Jugag. Adapun
syarat tertentu untuk menampilkan adegan perang yang terjadi pada adegan ini
gara-gara yakni pada /akon itu ada seorang disebut Perang Manyura II. Perlu diketahui
kesatria yang menjadi tokoh utama bahwa pada pake/iran wayang kulit purwa
mengalami kesedihan yang serius, akan gaya Yogyakarta Lakon Alap-a/apan Surtikanti
tetapi ia dapat menyelesaikan semua oleh Tjiptowardojo adegan ini tidak ada.
masalah, misalnya dalam Lakon Ciptoning. (3) Adegan Manyura Ill, di dalam
Selanjutnya setelah adegan pendhitan, pakeliran wayang kulit purwa gaya Surakarta
kesatriya bertemu dengan raksasa kemudian Lakon lrawan Rabi oleh Nojowirongko, di
perang dinamakan Perang Kembang Negara Amarta. Gendhing yang digunakan
(Surakarta), Perang Bega/ (Yogyakarta). Gendhing Bang-bang Wetan. Su/ukan yang
(3) Adegan Sintren atauadegan Sampak digunakan setelah gendhing selesai Sendhon
Tanggung (Surakarta) ini dapat satu sampai Sastrodatan. Perang yang terjadi pada
dengan tiga adegan. Sedangkan pada adegan ini dinamakan Perang Manyura Ill.
pakeliran wayang kulit purwa gaya Sedangkan pada pakeliran wayang kulit
Yogyakarta dinamakan jejer V Adapun purwa gaya Yogyakarta adegan ini
gendhing yang digunakan adalah Gendhing dinamakanjejer VII, atau sering juga
Gambirsawituntuk mengiringi adegan disebutjejerGa/ong. Pada Lakon Alap-alapan
Madukara dalam Lakon lrawan Rabi Surtikanti oleh Tjiptowardojo adegan ini di
(Surakarta). Gendhing Ladrang Uluk-uluk Negara Ngawangga. Gendhing yang
untuk mengiringi jejer V Negara digunakan Ladrang Sumirat. Sulukan yang
Mandarakadalam Lakon Alap-alapan Surtikanti digunakan setelah gendhing selesai Su/uk
(Yogyakarta). Sulukan yang digunakan setelah Galong Wetah. Perang yang terjadi pada
gendhing selesai adalah Pathet Sanga Wantah
1 Volume 8 No. 1 Juli
Volume 8 No. 1 Juli 1
Sudarko : Perbandingan
GEffi.
Struktur Adegan Pakeliran Jurnal Kulit
Wayang Seni Purwa Gaya Surakarta dan
Kepustakaan
1 Volume 8 No. 1 Juli
Volume 8 No. 1 Juli 1
Sudarko : Perbandingan
GEffi.
Struktur Adegan
Gorys Keraf. 1982. Eksposisi dan Deskripsi,
Pakeliran Jurnal Kulit
Wayang Seni Purwa Gaya Surakarta dan