Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

SEPSIS NEONATORUM

A. DEFINISI Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005) Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejalagejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).

B. ETIOLOGI a. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis. b. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. c. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan. d. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu : 1. Faktor Maternal a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih. b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal. d. Ketuban pecah dini (KPD) e. Prosedur selama persalinan. 2. Faktor Neonatatal a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan. 3. Faktor diluar ibu dan neonatal a. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. c. Kadangkadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

C. KLASIFIKASI SEPSIS : 1. Sepsis dini terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.

D. PATOFISIOLOGI Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu : a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma. b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea). c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.

Pohon Masalah Mikroorganisme (bakteri,virus,jamur,dll)

Infeksi

Menghasilkan endotoksin

system kardiovaskuler

bakteremia&septicemia

system pernafasan

vasodilatasi pembuluh darah

Dianggap benda asing

Co2 tertahandalam tubuh

Gangguan perfusi jaringan Reaksi immunologic peningkatan Hco3

Hipertermi

asidosis respiratori

diaporesis output berlebih gangguan pemenuhan cairan

takhipnoe

Ggn pemenuhan O2

menekan pusat kesadaran di hipotalamus

resiko terjadi syok

E. MANIFESTASI KLINIS a. Umum : hipertermi kemudian hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, napas cuping hidung, merintih, sianosis. d. Sistem kardiovaskuler : sianosis,hipotensi,takikardi,bradikardia. e. Sistem saraf pusat :tremor, kejang,penurunan kesadaran f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, pendarahan.

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan darah rutin (hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT) b. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab. c. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme. d. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi. e. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.

G. KOMPLIKASI Meningitis Hipoglikemia, asidosis metabolik Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial ikterus/kernikterus

H. PROGNOSIS Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan. Angka kematian pada bayi prematur yang kecil adalah 2 kali lebih besar.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Suportif Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic. Awasi adanya hiperbilirubinemia Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.

J. PENCEGAHAN

Pada masa Antenatal Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

Pada masa Persalinan Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

Pada masa pasca Persalinan Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. B.

Pengkajian Biodata Identitas orang tua RIWAYAT KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit Sekarang Cara lahir, apgar score, jam lahir, kesadaran 2. Riwayat Prenatal Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan 3. Riwayat Persalinan Cara persalinan, trauma persalinan

C.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum 2. Kepala Adakah trauma persalinan, adanya caput, cepat hematan, tanda ponsep 3. Mata Apakah ada Katarak congenital, blenorhoe, ikterik pada sclera, konjungtiva Kesadaran Vital sign Antropometri

perdarahan dan anemis. 4. Sistem Gastrointestinal Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah, distensi abdomen, stomatitis, kapan BAB pertama kali. 5. Sistem Pernapasan Apakah ada kesulitan pernapasan, takipnea, bradipneo, teratur/tidak, bunyi napas 6. Tali Pusat Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena) 7. Sistem Genitourinaria Apakah terdapat hipospadia, epispadia, testis, BAK pertama kali

8. Ekstremitas Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi/postur, normal/abnormal. 9. Muskuloskletal Tonus otot, kekuatan otot, apakah kaku, apakah lemah, simetris/asimetris 10. Kulit Apakah ada pustule, abrasi, ruam dan ptekie.

D.

PEMERIKSAAN SPESIFIK 1. Apgar Score 2. Frekuensi kardiovaskuler Apakah ada takikardi, bradikardi, normal 3. Sistem Neurologis Refleks moro Refleks menghisap Refleks menjejak : tidak ada, asimetris/hiperaktif : kuat, lemah : baik, buruk

Koordinasi refleks menghisap dan menelan

E.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pemenuhan oksigen b/d terganggunya suplay oksigen kedalam jaringan 2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pemb darah 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan Peningkatan pengeluaran,dehidrasi 4. Resiko tinggi septik syok berhubungan dengan imaturitas system imun 5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit

F. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan pemenuhan oksigen b/d terganggunya suplay oksigen kedalam jaringan Tujuan umum : - Jaringan mendapat suplay oksigen yang optimal - Reduksi suplay oksigen tertangani - Pertukaran darah arteri dan vena tanpa hambatan

Tujuan khusus : Setelah dilakukan intervensi keperawatan kebutuhan oksigen terpenuhi Kriteria hasil : - Pasien tidak sesak - Pernafasan 30-60x/menit - tidak tampak cianosis

Intervensi
Intervensi Rasional

Mandiri Pertahankan jalan nafas Membuat jalan nafas tetap tanpa obstruksi

Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas

Pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin

Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, Kesulitan bernafas dan munculnya bunyi mengi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial

Catat adanya sianosis

Menunjukkna adequate

oksigen

sistemik

tidak

Selidiki perubahan pada sensorium

Fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi

Sering ubah posisi

Mengurangi ventilasi

ketidakseimbangan

Kolaborasi Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi kondisi Penurunan bayi baru lahir oksigen yang tidak dapat

dihentikan meningkatkan keadaan hipoksia, mengakibatkan asidosis metabolik

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah Tujuan Umum : - Mencegah terjadinya syok - Jaringan mendapat suplay darah yang normal/tidak terhambat - Mencegah terjadi iskhemik dan nekrotik jaringan

Tujuan Khusus Setelah dilakukan intervensi keperawatan perfusi jaringan terpenuhi Kriteria Hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal - Nadi perifer kuat dan reguler - Kulit hangat dan kering - Akral hangat

Intervensi

Intervensi

Rasional

Mandiri Pantau tekanan darah, catat perkembangan Hipotensi akan berkembang bersamaan hipotensi dengan mikroorganisme menyerang aliran adrah

Pantau frekuensi dan irama jantung

Bila terjadi takhikardi mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menekan respons dan untuk

menggantikan kerusakan pada hipertensi

Perhatikan kualitas/kekuatan dari denyut Bila perifer

nadi

menjadi adanya

lambat penurunan

harus curah

diwaspadai

jantung dan vasokontriksi perifer jika terjadi syok

Kaji frekuensi pernafasan,kedalaman,dan Peningkatan pernafasan terjadi sebagai kualitas.perhatikan dispnoe berat responsterhadap efek-efek langsung dari endotoksin pada pusat pernafasan di dalam otak

Kaji kulit terhadap perubahan warna,suhu Mekanisme kompensasi dari vasodilatasi dan kelembaban mengakibatkan kulit hangat, merah muda, kering adalah karakteristik dari hiperfusi pada fase hiperdinamik dari syok sepsis dini

Auskultasi bising usus

Penurunan aliran darah pada mesenterium menurunkan peristaltik dan dapat

menimbulkan illeus paralitik

Kolaborasi Berikan cairan parenteral Untuk mempertahankan dibutuhkan perfusi untuk

jaringan,cairan

mendukung volume sirkulasi

Pantau GDA

pemeriksaan

laboratorium,mis Perkembangan respiratorik/metabolik

asidosis merefleksikan

kehilangan mekanisme kompensasi

Memaksimalkan O2 yang tersedia untuk Berikan suplay O2 tambahan masukan seluler

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Tujuan Umum : - Mencegah terjadi dehidrasi - Mencegah terjadi syok hipovolemi - Mencegah gagal ginjal

Tujuan khusus : Setelah dilakukan intervensi keperawatan volume cairan dapat dipertahankan secara adekuat Kriteria Hasil : - Jumlah urine normal 0.5cc-1cc/kg BB - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi :Turgor kulit elastis,membran mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan - Tekanan darah ,nadi 100-120x/menit,suhu tubuh 36-37c

Intervensi

Intervensi

Rasional

Mandiri Catat/ukur pengeluaran urin dan berat Penurunan keluaran urine dan berat jenis jenisnya urine akan menyebabkan hipovolemi

Kaji membrane mukosa, turgor kulit dan Hipovolemi/cairan ruang ketiga akan rasa haus memperkuat tanda-tanda dehidrasi

Amati

edema

dependen/perifer

pada Kehilangan cairan dari kompartemen vaskuler ke dalam ruang interstisial akan menyebabkan edema jaringan

sacrum, skurutum, punggung kaki

Timbang popok jika diperlukan

Untuk mengetahui jumlah pengeluaran urine

Monitor

status

hidrasi

(kelembaban Untuk mengetahui keberhasilan therapi

membran mukosa,turgor kulit,kekuatan cairan yang telah diberikan nadi)

Kolaborasi Berikan cairan IV Sejumlah cairan diperluakn untuk

mengatasi hipovolemi

Pantau nilai laboratorium,mis : Ht,jumlah Mengevaluasi SDM

perubahan

didalam

hidrasi/viskositas darah

4. Resiko tinggi terhadap septik syok berhubungan dengan imaturitas sistem imun Tujuan Umum : - Sistem imun kembali normal - Pasien terbebas dari infeksi - Pasien terbebas dari purulensi/drainase atau eritema atau afebris

Tujuan Khusus : - Setelah dilakukan intervensi keperawatan sepsis syok tidak terjadi Kriteria hasil Intervensi Suhu afebris Penurunan kadar leukosist dalam darah Kesadaran compos mentis (CM) Denyut nadi kuat dan reguler

Intervensi

Rasional

Mandiri Lakukan isolasi/pantau pengunjung Pembatasan pengunuung dubutuhkan untuk melindungi pasien imunosupresif serta menguransi nsokomial resiko terpapar infesi

sesuai indikasi

Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi kontaminasi silang melakukan intervensi walaupun

menggunakan sarung tangan steril

Pantau kecenderungan peningkatan dan Demam disebabkan oleh efek-efek dari penurunan suhu tubuh pasien endotoksin pada hipotalamus dan endokrin yang melepaskan pirogen.Hipotermi adalah tanda-tanda genting yang merefleksikan perkembangan ferpusi jaringan status syok/penurunan

Amati adanya menggigil dan diaforesis

Menggigil

seringkali

mendahului

memuncaknya suhu pada adanya infeksi umum

Pantau

tanda-tanda

penyimpangan Dapat therafi

menunjukan antibiotik

ketidakadekuatan atau pertumbuhan

kondisi selama masa therapi

berlebihan dari organisme oportunik

Infeksi

rongga

mulut

terhadap Depresi sistem imun dan penggunaan dari antibiotik dapat meningkatkan resiko

plak,selidiki rasa gatal

infeksi sekunder

Kolaborasi Dapatkan spesimen urine,darah,sputum Identifikasi terhadap portal entry dan sesuai petunjuk untuk pewarnaan organisme penyebab septisemia adalah penting bagi efektivitas pengobatan

gram,kultur dan sensitivitas

Berikan petunjuk

obat

anti

infeksi

sesuai Dapat

membasmi/memberikan

imunitas

sementara untuk infeksi

5. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit Tujuan Umum : - Pasien terhindar dari febris /suhu dalam batas normal - Menghindari dari komplikasi akibat peningkatan suhu tubuh - Pasien merasa nyaman,kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

Tujuan Khusus: Setelah dilakukan intervensi keperawatan suhu tubuh pasien kembali normal Kriteria hasil : - Suhu tubuh 36c-37c - Tidak ada perubahan warna kulit dan pasien tidak mengeluh pusing - Nadi 100x/menit-120x/menit - RR 30-60x/menit Intervensi

Intervensi

Rasional

Mandiri Pantau suhu pasien (derajat dan Demam menunjukan proses infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis Menggigil sering mendahului puncak suhu.

pola),perhatikan menggigil dan diaforesis

Pantau suhu lingkungan ,batasi/tambah Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah linen tempat tidur sesuai indikasi untuk mempertahankan suhu mendekati normal

Beri kompres hangat hindari penggunaan Dapat alkohol

membantu

mengurangi

demam,alohol dapat menyebabkan pasien merasa kedinginan

Anjurkan pasien untuk banyak minum

Mencegah dehidrasi serta mempertahan jumlah cairan tubuh dalam batas normal

Tingkatkan sirkulasi udara

Untuk menghindari udara yang pengap serta mencegah peningkatan suhu ruangan

Kolaborasi Berikan obat antipiretik Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Hasan, Rusepno. 1986. Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Mansjoer Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta: FKUI. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 2. Jakarta: EGC. Pusdiknakes. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta: Depkes RI. Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR.Infeksi juga lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di Rumah Sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir diluar Rumah sakit.Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.Sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman yang berasal bukan hanya dari ibunya tetapi juga berasal dari luar

(nasokomial).Terhadap kuman yang disebut terakhir ini bayi tidak mempunyai imunitas.Infeksi yang tidak mendapat penanganan dan perawatan yang tepat akan berakibat sepsis pada bayi tersebut.Dengan demikian harus diperhatikan penanganan bayi baru lahir dengan cara septic, hal demikian dimaksudkan agar bayi terhindar dari infeksi.

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis dapat dibagi atas dua yaitu. 1.Tujuan umum Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis 2.Tujuan khusus a. Dapat melakukan pengkajian padabayi dengan sepsis. b. Dapat mengindentifikasi masalah dan merumuskan diagnosa keperawatan bayi sepsis c. Dapat merumuskan perencanaan keperawatan pada bayi dengan sepsis d. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada bayi dengan sepsis e. Dapat mengevaluasi keperawatan sesuai dengan yang diharapkan padabayi sepsis

C. Metode penulisan Penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan secara nyata dan objektif suatu kasus dengan

menggunakan teknik pengumpulan data dan menganalisa masalah serta mengevaluasi. Metode penulisan ini dilakukan melalui : Library Research yaitu mendapatkan tiori melalui pemahaman literature yang ada hubungannya dengan judul dan masalah yang dibahas.

D. Sistematika penulisan Untuk lebih terarah penulisan dan pembahasan karyat tulis ini maka sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yaitu. BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sisitematika penulisan. BAB II : Konsep dasar meliputi pengertian patofisiologis, etiologi, patologi dan patogenesa dan asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis BAB III : Asuhan keperwatan yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,dan rasionalisasi BAB IV : Penutup, merumuskan kesimpulan dan dasar

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan meyebar ke jaringan lain.bakteri masuk ke tubuh bayi kemudian menginfeksinya.Produk infeksi bakteri yaitu endotoksin yang dapat meninbulkan berbagai rekasi biologic,yaitu : a.Endotoksin dengan berbagai mekanisme menyebabkan penurunan tekanan darah b.Endotoksin menimbulkan reaksi febris c.Endotoksin menimbulkan leucopenia yang kemudian diikuti oleh leukositosis d.Endotoksin menyebabkan trombositopenia e.Endotoksin menimbulkan perubahan metabolisme karbohidrat dan protein Sehingga bila penanganan dan perawatan yang diberikan tidak tepat dapat menimbulkan kematian pada pasien. Mikroorganisme penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu : 1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir 2. Pada masa intranatal atau saat persalinan 3. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan

ASUHAN KEPERAWATAN
SEPSIS NEONATORUM

DISUSUN OLEH
KETUA

: ZAENAL ARIFIN

ANGGOTA :
ABDUL SUBUR AHMAD HAPIDZ WATI SUWARTA TATAT PERMANA

STIKES KHARISMA KARAWANG


PRODI D3 KEPERAWATAN KELAS KARYAWAN

Anda mungkin juga menyukai