Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN NYERI

Pain Management

Drug Treatment

Non-pharmacologic

Invasive Therapies

Non - Opioids Opioids


Asetaminofen ,NSAID Kodein, morfin

Ajuvant Analgesics

Antidepresan Antikonvulsan Beta bloker

Neurorehabilitation -----------------------------Neuroaugmentative techniques -----------------------------Alternative therapies -----------------------------Behavioral intervention


Exercise therapy,physical therapy TENS, vibration Accupuncture Cognitive Behavioral Treatment (CBT) Relaxation Therapy Biofeedback

Nerve Blocks
Local Anesthetics Corticosteroid injection Neurolytic Agents

Surgical

TERAPI FARMAKA
Pain ladder merupakan istilah yang dikeluarkan oleh WHO untuk menggambarkan panduan terhadap penggunaan obat dalam penanganan nyeri. Pada mulanya istilah tersebut digunakan dalam penatalaksanaan nyeri akibat keganasan, namun sekarang ini dapat digunakan dalam penatalaksanaan seluruh tipe nyeri.

Prinsip yang digunakan dalam pain ladder adalah memulai dengan first step drugs yang kemudian naik tingkat hingga ke analgesik kuat apabila nyeri tidak mengalami perbaikan.

ANALGESIK
Analgesik yang digunakan terdiri atas golongan analgesik opioid dan golongan obat NSAID (nonsteroidal anti inflammatory drugs).

Efek utama NSAID menurunkan sintesis prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenase (COX) secara reversibel. COX adalah enzim yang mengkatalisasi pembentukan prostaglandin thromboxanes dari prekursornya yaitu arachidonic acid

Sebaliknya dengan salisilat (aspirin), aspirin berikatan dengan COX secara ireversibel. Sedangkan acetaminophen bekerja pada CNS , meningkatkan ambang nyeri dengan menghambat COX. Oleh karena itu, acetaminophen tidak menghambat COX di jaringan perifer sehingga tidak memiliki efek anti-inflamasi perifer.

2 isoform dari cyclooxygenase :


Cyclooxygenase-1 (COX-1) menghasilkan prostaglandin untuk menjaga fungsi organ dan menghasilkan thromboxane yang berfungsi untuk agregasi platelet dan vasokonstriksi. Terdapat pada semua jaringan. Cyclooxygenase-2 (COX-2) produksinya dipengaruhi respon inflamasi untuk memproduksi porstaglandin. Prostaglandin mediasi nyeri dan inflamasi.

TERAPI ADJUVANT
Adjuvant bukan merupakan analgesik namun efektif dalam mengatasi nyeri apabila diberikan secara kombinasi dengan analgesik dan opiat. Adjuvant terdiri dari antidepresan, antikonvulsan dan antiaritmia.

TERAPI NON-FARMAKA
Terapi non-farmaka antara lain pemasangan splint (belat) pada neuropati jebakan, pemakaian trascutaneus electrical nerve stimulation (TENS), terapi kognitif-perilaku, biofeedback.

Terapi invasive dilakukan dengan blok saraf bahkan kadang diperlukan tindakan bedah yang bertujuan antara lain untuk memutuskan jaras nyeri, untuk memodulasi input sensorik atau dekompresi
Dalam penanganan nyeri sebaiknya terapi farmaka dikombinasi dengan terapi non-farmaka agar mendapat hasil yang lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai