Anda di halaman 1dari 4

Teori Peran, Pengertian, dan Definisi Peran

http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/29/teori-peran-pengertian-definisi/

Teori peran (role theory) mendefinisikan peran atau role sebagai the boundaries and sets of expectations applied to role incumbents of a particular position, which are determined by the role incumbent and the role senders within and beyond the organizations boundaries (Banton, 1965; Katz &Kahn, 1966, dalam Bauer, 2003: 54). Selain itu, Robbins (2001: 227) mendefinisikan peran sebagai a set of expected behavior patterns attributed to someone occupying a given position in a social unit. Menurut Dougherty & Pritchard (1985) dalam Bauer (2003: 55), teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan (h. 143). Lebih lanjut, Dougherty & Pritchard (1985) dalam Bauer (2003: 56) mengemukakan bahwa relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran atau role perception (Kahn, et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris, 1997 dalam Bauer, 2003: 58). Ditinjau dari Perilaku Organisasi, peran ini merupakan salah satu komponen dari sistem sosial organisasi, selain norma dan budaya organisasi. Di sini secara umum peran dapat didefinisikan sebagai expectations about appropriate behavior in a job position (leader, subordinate). Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan, yaitu (1) role perception: yaitu persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role expectation: yaitu cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi tertentu. Dengan peran yang dimainkan seseorang dalam organisasi, akan terbentuk suatu komponen penting dalam hal identitas dan kemampuan orang itu untuk bekerja. Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peran-peran tersebut telah didefinisikan dengan jelas. Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu: 1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya. 2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu. 3. Peran itu sulit dikendalikan (role clarity dan role ambiguity) 4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama. 5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

6. Alexander, Linda. (2003). Job Performance & Motivation in Marketing. Kansas: Kansas State University. 7. Bambang Suwarno, (1987) Praktik Penelitian Dalam Suatu Model Penelitian Kuantitatif. Bandung: IKIP Bandung. 8. Bassano, Joe. (2000). Organizational Behavior. McGraw-Hill. 9. Bauer, Jeffrey C. (2003). Role Ambiguity and Role Clarity: A Comparison of Attitudes in Germany and the United States. Dissertation, University of Cincinnati Clermont. 10. Brown, S. P. (1996). A meta-analysis and review of organizational research on job involvement. Psychological Bulletin, 120, 235-256. 11. Castetter, W.B (1996) The Human Resource Function in Educational Administration, 6th ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. 12. Churchill. (2001). Sales Force Management (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall. 13. Cruden H.J & Sherman A.W. (1972). Personal Management. Cincinati, Ohio: SouthWestern Publishing Co. 14. Davis, Keith and Newstrom, John W., (1985), Human Behavior At Work, Organizational Behavior, McGraw-Hill, Inc. 15. Engkoswara, (1987). Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud RI. 16. , (2002) Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga. 17. Fletcher, C. and William, R. (1985). Performance Appraisal and Career Development, London: Hutchinson. 18. Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (1993) How to Design and Evaluate Research in Education (2nd ed.). Singapore: McGraw-Hill Inc. 19. Guilford, J.P., (1986). Fundamental Statistics in Psychology and Education. Singapore: McGraw-Hill, Inc. 20. Hasibuan, Malayu S.P., (1997), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Toko Gunung Agung, Jakarta. 21. International Labour Office & PPM. (1976). Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja: Seri Manajemen No. 15c. Jakarta: Erlangga. 22. Kanfer, R (1987). Task-specific motivation: An integrative approach to issues of measurement, mechanisms, processes, and determinants. Journal of Social and Clinical Psychology, 5, 237-264. 23. Kernan, M.C., and Lord, R. G. (1990). Effects of valence, expectancy, and goalperformance discrepancies in single and multiple goal environments. Journal of Applied Psychology, 75, 194-203. 24. Klein, H. J. (1989). An integrated control theory model of work motivation. Academy of Management Review, 14, 150-172. 25. Komaruddin dan Yooke Tjuparmah S Komaruddin (2000). Kamus Istilah Karya Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. 26. Kusnendi (2005). Analisis Jalur: Konsep dan Aplikasi Dengan Program SPSS & LISREL 8. Bandung: Jurusan Pendidikan Ekonomi, UPI. 27. Landy, F. J., and Becker, W. S. (1990). Motivation theory reconsidered. In B. M. Staw, and L. L. Cummings (Eds.), Work in Organizations (pp. 1-38). Greenwich, CT: JAI Press.

28. Lindsey, D.P. (1957). Psychophysiology and motivation. In Nebraska symposium on motivation. M. R. Jones, ed. Lincoln, Nebr.: University of Nebraska Press. 29. Lodahi, T. M., and Kejner, M. (1965). The definition and measure of job involvement. Journal of Applied Psychology, 49, 24-33. 30. M. Idochi Anwar (1984), Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Performans Kerja Guru SMEA Di Kotamadya Bandung, Pasca Sarjana IKIP Bandung, Tesis. 31. (2003). Administrasi Pendidikan Dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta 32. Mathieu, J. E., Martineau, J.W., and Tannenbaum, S. L. (1993). Individual and situational influences on the development of self-efficacy: Implications for training effectiveness. Personnel Psychology, 46, 125-147. 33. Moch Uzer Usman (1990). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. 34. Moh. Nazir. (1988), Metoda Penelitian, Ghalia, Jakarta. 35. Nana Sudjana, (1987), Tuntunan Penyusunan Skripsi Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. 36. Nasution, S. (1988). Metode Penelitian Kualitatif (Naturalistik). Jakarta: Gramedia. 37. Ponco Dewi. (2002). Analisis Kebijakan Pendidikan dalam Jabatan (Inservice Training) untuk Pengembangan Kinerja Guru Wanita di Sekolah Dasar Jakarta. Jurnal Teknodik. No.10/VI/Oktober/2002. 38. Rantanen, H & J. Ukko, & M. Rehn. (2001). Dimensions of Performance Measurement in SMEs in Finland. Department of Industrial Engineering and Management: LappeenrantaUniversity of Technology. 39. Razik & Swanson (1995). Fundamental Concept of Educational Leadership and Management. New Jersey: Prentice Hall. 40. Robbins, Stephen P. (2001). Organizational Behavior, 9th ed.. Upper Saddle River, New Jersey, 07458: Prentice-Hall Inc. 41. Rowe, A., et al. (1995). Strategic Management: Concept and Application. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. 42. Senge, Peter M. (1994). The Fifth Discipline Fieldbook. New York, NY: Doubleday Dell Publishing Group, Inc. 43. Senge, Peter M., et al. (2000). Schools That Learn: A Fifth Discipline Fieldbook for Educators, Parents, and Everyone Who Cares About Education. New York 10036: Doubleday Dell Publishing Group, Inc. Random House. 44. Simons, Robert. (2000). Performance Measurement and Control Systems for Implementing Strategy: Text & Cases. Upper Saddle River, New Jersey07458: Prentice Hall. 45. Sitepu, NirwanaSK (1994). Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Jurusan Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran. 46. Stoner, J.A.F. (1982). Management. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall International Inc. 47. Sugiyono (1994). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. 48. Suharsimi Arikunto (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. 49. Suryana Sumantri. (2001). Perilaku Organisasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

50. Tangen, Stevan (2000). Understanding the Concept of Productivity. Proceeding of the 7th Asia Pacific Industrial Engineering and Management System Conference (APIEMS 2000), Taipei 51. Tilaar, H. A. R. (2001). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosda Karya. 52. Torrington, Derek & Laura Hall. (1991). Personnel Management: A New Approach (2nd ed). Cambridge: Prentice Hall International (UK) Ltd. 53. Wagner III, John A & Hollenbeck, John R. (2002). Organizational Behavior: Securing Competitive Advantage (4th ed.). South-Western Company. 54. Wexley, K.N & Yulk, G.A. (1977). Organizational Behavior and Personnel Psychology. Homewood, Illinois: Irwin. 55. Winarno Surachmad, (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai